PENGARUH PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG UNDANGUNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TERHADAP KEDISIPLINAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI FISIP UNILA TAHUN 2011

(1)

Angkutan Jalan terhadap Kedisiplinan Pengendara

Sepeda Motor di FISIP Universitas Lampung (Unila)

Tahun 2011

Oleh ERLANGGA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Administrasi Negara

Pada

Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

INFLUENCE STUDENT KNOWLEDGE ABOUT REGULATION NUMBER 22 YEAR 2009 ABOUT TRAFFIC AND ROAD TRANSPORT TOWARD MOTORCYCLE RIDER DISCIPLINE AT FISIP UNILA YEAR

2011

By

ERLANGGA

This research was about the knowledge and discipline on Regulation Number 22 Year 2009. The purpose of this research was to giving explanation about influence student knowledge about regulation number 22 year 2009 toward motorcycle rider discipline at FISIP Unila year 2011 and how much influence it makes.

The method of this research is explanatory research method. The data collection technique used is questioner and data processing, entry data, transferring data, also data output used SPSS program. The data analysist is presented in form simple tabulation, t- test, and F- test.

From the result of this research is showing there is a influence between student knowledge about Regulation number 22 year 2009 toward motorcycle rider discipline at FISIP Unila year 2011. The influence result is 17 percent and the rest about 83 percent influenced by another factor.


(3)

PENGARUH PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN

ANGKUTAN JALAN TERHADAP KEDISIPLINAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI FISIP UNILA TAHUN 2011

Oleh

ERLANGGA

Penelitian ini tentang pengetahuan dan kedisiplinan mengenai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP Unila tahun 2011 dan besarnya pengaruh yang dihasilkan.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatori kuantitatif. Tehnik pengumpulan data melalui kuesioner dan pengolahan data, entry data, pemindahan data (data entering), serta penyajian data (data output) menggunakan program SPSS. Tehnik analisis data disajikan dalam bentuk tabel sederhana, uji t- dan uji F.

Dari hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh antara pengetahuan mahasiswa tentang Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP unila tahun 2011. Besar pengaruhnya yakni 17% dan sisanya sebesar 83% dipengaruhi oleh faktor lainnya.


(4)

(5)

(6)

Maha Suci Allah SWT

Muhammad SAW Nabi Akhir Zaman

Kupersembahkan Karya Sederhana Ini Untuk Orang-orang Yang

Kusayangi dan Menyayangiku Karena Allah SWT

Mami Tercinta Ibu Nurhayati dan Papi Tersayang Bapak Heli

Rudi

Untuk segala cinta dan kasih saying yang tak terbatas,

pengorbanan dan pengajaran nilai-nilai kebaikan serta motivasi

tiada henti untuk menjadi pribadi yang rendah hati, sabar dan

tawakal kepada Allah SWT

Adik-adikku tercinta Rizky dan Chyntia Dwi Sapta

Semua Keluarga Besarku Tanpa Terkecuali

Semua Sahabat yang telah memotivasi dan memberikan saran

dalam membantuku

Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Negara


(7)

(8)

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I. Pendahuluan …..……..……….. 1

A. Latar belakang ……….. 1

B. Perumusan Masalah ………. 6

C. Tujuan Penelitian ………. 7

D. Manfaat Penenlitian ………. 7

BAB II. Tinjauan Pustaka ……….. 8

A. Pengertian Pengaruh ………... 8

B. Kebijakan Publik ………... 9

C. Implementasi Kebijakan Publik ………. 11

D. Model-model Implementas Kebijakan Publik ………... 13

E. Definisi Pengetahuan ………. 16

1. Tingkat Pengetahuan ………... 17

2. Hubungan pengetahuan dengan Perilaku……… 19

F. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 ………. 22

G. Kedisiplinan Pengendara Sepeda Motor……… 24

1. Definisi Disiplin ………. 24

2. Unsur-unsur Disiplin ……….. 25

3. Kedisiplinan Pengendara Sepeda motor ……… 27

H. Kerangka Pikir………... 28

I. Hipotesis ……….. 30

BAB III. Metode Penelitian ……….. 31


(9)

2. Definisi Konseptual ……….. 32

3. Definisi Operasional ………. 33

C. Lokasi Penelitian ……….. 34

D. Jenis dan Sumber Data ………. 34

1. Jenis Data ……….. 34

2. Sumber Data ……….. 35

E. Populasi dan Sampel ……… 35

1. Populasi ………. 35

2. Sampel ………... 36

F. Tehnik Pengumpulan Data ………... 38

G. Tehnik Pengujian Instrumen ……… 39

1. Uji Validitas ……….. 39

2. Uji Reabilitas ……… 41

H. Tehnik Pengolahan Data ……….. 42

I. Tehnik Analisis Data ……… 43

1. Analisis Tabulasi Sederhana ..………... 44

2. Uji Normalitas ………... 46

3. Analisis Regresi Linier Sederhana ……… 47

J. Uji Hipotesis ……….. 47

1. Uji t- statistik ……….. 48

2. Uji Anova/ Uji F statistik ……… 49

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan………. 51

A. Gambaran Umum ……… 51

1. Sejarah Universitas Lampung ……… 51

2. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ………... 57

3. Filosofi FISIP Unila ………... 58


(10)

7. Organisasi Kemahasiswaan FISIP Unila ……….… 61

B. Karakteristik Responden ………... 62

1. Karakteristik Responden berdasarkan Umur ……….. 62

2. Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin ……….. 63

C. Penyajian Data ………... 64

1. Variabel Pengetahuan Tentang Undang-Undang Nomor 22Tahun 2009 ……….. 64

2. Variabel Kedisiplinan Pengendara Motor……… 71

3. Variabel Pengetahuan Mahasiswa Tentang Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 dan Kedisiplinan Pengendara sepeda motor …………...… 75

D. Hasil Penelitian ……….. 76

1. Hasil Uji Normalitas ……….... 76 2. Analisis Regresi Linear Sederhana ……….………. 76

3. Hasil uji Hipotesis ……….………... 78

A. Uji T- statistik ……….. 78

B. Uji F- statistik ………. 79

D.Pembahasan …..………. 80

BAB V. Kesimpulan dan Saran ………. 84

A. Kesimpulan ………...… 84

B. Saran ………...……….. 85 Daftar Pustaka


(11)

Tabel

1. Tabel 1. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas ……….. 4

2. Tabel 2. Defenisi Operasional ……… 33

3. Tabel 3. Distribusi Populasi FISIP Unila ………... 36

4. Tabel 4. Hasil Uji Validitas ………...… 40

5. Tabel 5. Indikator Tingkat Realibiltas ………...…… 42

6. Tabel 6. Interval Koefisien Korelasi ………... 48

7. Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ………... 63

8. Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 64

9. Tabel 9. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 1……….. 65

10. Tabel 10. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 2……… 65

11. Tabel 11. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 3……… 66

12. Tabel 12. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 4……… 66

13. Tabel 13. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 5……… 67

14. Tabel 14. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 6……… 67

15. Tabel 15. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 7……… 68

16. Tabel 16. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 8……… 68

17. Tabel 17. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 9……… 69

18. Tabel 18. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 10……….. 69

19. Tabel 19. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 11……….. 70

20. Tabel 20. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 12……….. 70

21. Tabel 21. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 13……….. 71

22. Tabel 22. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 14……….. 71

23. Tabel 23. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 15……….. 72

24. Tabel 24. Respon pendapat responden pertanyaan item nomor 18……….. 72


(12)

28. Tabel 28. Kategori Varibel X dan Y ………. 75

29. Tabel 29. Hasil perhitungan regresi linier sederhana ………... 77

30. Tabel 30. Hasil uji T ………..………... 78


(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting dalam memperlancar pembangunan yang pemerintah laksanakan, karena merupakan sarana untuk masyarakat maka sudah sepatutnya masyarakat berpartisipasi dalam menjaga ketertiban umum di jalan. Timbulnya masalah lalu lintas merupakan salah satu masalah yang berkembang seirama dengan perkembangan dan pembangunan masyarakat. Antara lain adalah masalah pelanggaran lalu lintas yang cenderung mengakibatkan timbulnya ketidaktertiban dan kecelakaan dalam masyarakat.

Pelanggaran lalu lintas merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseuaian antara aturan dan pelaksanaan. Aturan dalam hal ini adalah piranti hukum yang telah ditetapkan dan disepakati oleh negara sebagai undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksanaannya adalah manusia atau masyarakat suatu negara yang terikat oleh piranti hukum tersebut. Pelanggaran lalu lintas mayoritas berupa pelanggaran rambu-rambu lalu lintas dan lampu pengatur lalu lintas, seperti larangan berhenti dan parkir di tempat-tempat tertentu, menerobos lampu lalu lintas, dan lain-lain. Pelanggaran lalu lintas tidak dapat dibiarkan begitu saja karena sebagian besar kecelakaan disebabkan karena terjadi pelanggaran lalu


(14)

lintas. Penyebab kecelakaan lainnya adalah kondisi jalan, infrastruktur yang kurang memadai, dan kurangnya kesadaran diri.

Demi terciptanya ketertiban dan kenyamanan berlalu lintas, diperlukan peraturan yang dapat mengatur ketertiban berkendara. Karena itu, pengaturan lalu lintas mutlak perlu karena menyangkut keselamatan masyarakat dan pengguna jalan. Pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah menyangkut setiap pengguna jalan, dimana setiap individu diharapkan dapat melaksanakan peraturan dalam berlalu lintas, tidak terkecuali siapapun mereka termasuk pejalan kaki, pengendara roda dua ataupun pengendara roda empat. Selama mereka berada di jalan mereka tidak sekedar berjalan atau mengemudi, tetapi juga memperhatikan adanya aturan dalam berlalu lintas guna kelancaran bersama.

Kebijakan yang telah ditetapkan adalah Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 26 mei 2009 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 juni 2009 yang merupakan lanjutan dari Undang Undang Nomor 14 tahun 1992.

(http://www.bantuanhukum.or.id/index.php/id/dokumentasi/makalah/227-

implementasi-undang-undang-nomor-22-tahun-2009-tentang-lalu-lintas-dan-angkutan-jalan-raya) diakses pada tanggal 27 desember 2011.

Sasaran kebijakan dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 terletak pada bab II pasal 3 yaitu terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat tertib, lancar, dan terpadu, terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa, dan terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.


(15)

Pencapaian tujuan dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan antara lain : Awal tahun 2010, undang-undang nomor 22 tahun 2009 mulai ditegakkan di Bandar Lampung melalui Operasi Patuh Krakatau (OPK) serentak digelar 14-27 januari 2010. Fokusnya OPK ini adalah titik rawan kemacetan dan ketidak teraturan lalu lintas. Harapannya meminimalisasi kecelakaan lalu lintas (lakalantas). Operasi ini menghasilkan 64 pengendara baik roda 2 maupun roda 4 yang terjaring, rinciannya yakni 40 teguran lisan dan 24 teguran tertulis.

(http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/5731-penegakan-uu-no-222009-melalui-opk) 25 desember 2011.

Untuk menekan angka kecelakaan maka Polda Lampung dan Jasa Raharja cabang Lampung bekerja sama dengan Unila menggelar seminar Safety Riding Police dan Raharja geos to Campus. Seminar sehari yang dilaksanakan pada tanggal 19 desember 2011 yang bertempat di GSG Unila. Seminar ini bertema Peran Mahasiswa dalam mewujudkan Perilaku Tertib Lalu Lintas melalui Pembentukan Komunitas Mahasiswa Peduli Lalu Lintas. Sebab sesuai dengan UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan bahwa penanganan persoalan lalu lintas tidak bisa diselesaikan satu pihak.

(http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/hukum-a-kriminal/44253-tekan-angka-lakalantas-gencar-kampanye-safety-riding) diakses pada tanggal 25

desember 2011.

Hasil dari kegiatan yang telah dilakukan menunjukan masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh pengendaran kendaraan bermotor, dan sosialisasi saja tidak cukup. Untuk menanggulangi pelanggar-pelanggar tersebut dibutuhkan partisipasi


(16)

dari segenap warga masyarakat dan penegakan hukum yang tegas agar tindakan tersebut tidak diulangi lagi. Jika dilihat dari kegiatan yang dilakukan dapat di lihat pada tabel 1, masih banyak adanya pelanggaran yang dilakukan oleh penerima kebijakan dalam hal ini adalah pengendara kendaraan bermotor.

Tabel. 1. Jumlah Pelanggaran lalu lintas

tahun Pelanggaran Korban Luka berat Luka ringan

2008 1.517 738 837 1.454

2009 1.207 593 605 1.305

2010 1347 1157 599 1461

2011 1667 1057 509 1120

jumlah 5738 3545 2550 5340 Sumber : Data Polda Lampung 2011

Ketidaktahuan dan kurangnya kesadaran dalam diri merupakan pemicu utama terjadinya pelanggaran. Karena pengetahuan tentang pokok undang- undang sangatlah penting dalam berkendara tertib dan aman dalam menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. Kesadaran diri mutlak perlu untuk mengubah perilaku berkendara di jalan. Dan korbannya justru di dominasi oleh usia produktif seperti pelajar dan mahasiswa. Kondisi inilah yang menjadi salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa lalu lintas di Bandar Lampung masih buruk. Ini disebabkan ketidaktahuan serta ketidakpahaman masyarakat dalam berlalu lintas dengan baik dan benar. Termasuk untuk mewujudkan dan memelihara keamanan serta keselamatan lalu lintas di jalan.

Dengan banyaknya korban usia produktif semisal mahasiswa, karena pengendara sepeda motor di dominasi oleh pelajar dan juga mahasiswa. Sebagai kaum yang intelek dan kritis seharusnya mahasiswa dapat menaati dan mematuhi peraturan


(17)

yang diberlakukan oleh pemerintah demi terciptanya ketertiban dan keamanan dijalan. Tetapi tetap saja ada pelanggaran yang terjadi baik disengaja ataupun tidak disengaja di dalam ataupun di luar lingkungan kampus.

Dari pengamatan di lapangan yang penulis lakukan dalam hal ini di lingkungan FISIP Unila selama rentang januari 2012 sampai april 2012, pelanggaran yang terjadi adalah seperti melanggar rambu-rambu lalu lintas yang telah terpasang, contoh larangan untuk berbelok. Pelanggaran ini tertera dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 pasal 287 ayat 1. Kemudian pelanggaran yang sering terjadi di dalam area kampus dan jalan raya adalah tidak memakai helm sebagaimana yang tertulis dalam pasal 291 ayat 1 dan 2 dapat terkena sanksi yang telah tertulis. Jenis pelanggaran itu merupakan sedikit dari sekian pelanggaran yang telah terjadi, dan mereka bersikap seolah tidak tahu atau belum mengetahui tentang adanya undang lalu lintas tersebut. Perilaku indisipliner terhadap undang-undang tersebut suatu saat akan memakan korban walaupun sampai saat ini belum terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa dan masih banyak yang belum mematuhi dan memahami isi dari Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 terutama mahasiswa.

Jenis pelanggaran yang sering dilakukan oleh masyarakat baik itu masyarakat umum maupun mahasiswa itu sendiri adalah tidak memakai pelindung kepala atau helm baik pengendara maupun penumpangnya, pelanggaran ini dapat dijerat dengan pasal 291, dan berboncengan lebih 2 orang dalam 1 motor dapat dijerat dengan pasal 292. Pelanggaran tersebut dapat membahayakan pengendara dan


(18)

penumpangnya, karena dapat mengakibatkan korban jiwa jika tidak mematuhi dan memahami isi dari undang-undang tersebut dan juga pasal-pasalnya.

Seperti yang telah disampaikan dalam seminar safety riding, penanganan lalu lintas tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja. Maka kita sebagai mahasiswa seharusnya memberi perilaku positif dalam berlalu lintas dengan mematuhinya agar tercipta suasana aman, nyaman, dan terjaminnya keselamatan.

Dari paparan di atas penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP Unila tahun 2011.

B. Perumusan masalah

1. Adakah pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP Unila tahun 2011 ?

2. Seberapa besar pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP Unila tahun 2011 ?


(19)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang undang-undang no. 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan berkendara.

2. Mengetahui besarnya pengaruh pengetahuan tentang undang-undang no. 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan berkendara.

D. Manfaat penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menjadi kontribusi pengembangan konsep dalam Ilmu Administrasi Publik, khususnya Implementasi Kebijakan Publik;

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai implementasi kebijakan publik khususnya implementasi UU No.22 tahun 2009 tentang program keselamatan berkendara, agar subjek lebih memperhatikan dan tidak melanggar rambu-rambu lalu lintas demi keselamatan saat berkendara.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian, khususnya penelitian yang mengambil tema serupa dengan penelitian ini.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengaruh

Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian kata pengaruh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1997:747), kata pengaruh yakni “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan seseorang”.

Pengaruh adalah “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan seseorang” (Depdikbud, 2001:845).

WJS.Poerwardaminta berpendapat bahwa pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain (Poerwardaminta:731). Bila ditinjau dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah sebagai suatu daya yang ada atau timbul dari suatu hal yang memiliki akibat atau hasil dan dampak yang ada.


(21)

B. Kebijakan Publik

Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai alternatif yang bermuara kepada keputusan tentang alternatif terbaik. Dan kebijakan merupakan suatu rangkaian alternatif yang siap dipilih berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.

Secara konseptual kebijakan publik dapat dilihat dari kamus Administrasi Publik Chandler dan Plano (1988:107), mengatakan kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau pemerintah. Bahkan Chandler dan Plano beranggapan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk investasi yang kontinu oleh pemerintah demi orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar merekan dapat hidup dan ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.

James Anderson (1984:3) memberikan pengertian atas definisi kebijakan publik, dalam bukunya Public Policy Making, sebagai berikut : “serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.”

Kebijakan publik merupakan keputusan politik yang dikembangkan oleh badan dan pejabat pemerintah. Karena itu, karakteristik khusus dari kebijakan publik adalah bahwa keputusan politik tersebut dirumuskan oleh apa yang disebut David Easton (1965:212) sebagai “otoritas” dalam sistem politik, yaitu : “para


(22)

senior, kepala tertinggi, eksekutif, legislatif, para hakim, admnistrator, penasehat, para raja, dan sebagainya.”

William N. Dunn (1994), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteran masyarakat, kriminalitas, perkotaan, dan lain-lain.

Thomas R. Dye (1981), mengatakan kebijakan publik adalah

“Apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.”

Dye mengatakan bahwa bila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya (objektifnya) dan kebijakan publik itu meliputi semua tindakan pemerintah, jadi bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja.

Shfritz & Russel (1997:47), mendefinisikan kebijakan publik dengan sederhana dan menyebut “is whatever government dicides todo or not to do”. Chandler dan Plano mengatakan bahwa apa yang dilakukan ini merupakan proses terhadap suatu isu politik.

Chaizi Nasucha (2004:37), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah kewenangan pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan yang digunakan ke dalam perangkat peraturan hukum. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menyerap dinamika sosial dalam masyarakat, yang akan dijadikan acuan perumusan kebijakan agar tercipta hubungan sosial yang harmonis.


(23)

Definisi kebijakan publik di atas dapat dikatakan bahwa:

1. Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan pemerintah.

2. Kebijakan harus berorientasikan kepada kepentingan publik.

3. Kebijakan publik adalah tindakan pemilihan alternatif untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah demi kepentingan publik.

Dari uraian di atas, kebijakan publik adalah suatu kebijakan yang digunakan dengan tujuan untuk nyerap dinamika sosial di masyarakat yang dijadikan perangkat peraturan hokum agar terciptanya hubungan sosial yang harmonis.

C. Implementasi Kebijakan

Studi Implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan. Untuk melukiskan kerumitan dalam proses implementasi tersebut dapat dilihat pada pernyataan yang dikemukakan oleh seorang ahli studi kebijakan Eugene Bardach (1991:3), yaitu:

“adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang

kelihatannya bagus dari kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk mereka anggap klien.”


(24)

Dalam derajat lain Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya

Implementation and Public Policy (1982:61) mendefinisikan Implementasi

kebijakan sebagai:

“Pelaksanaan keputusan kebijakasanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengindentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebut secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.”

Sedangkan, Van Meter dan Van Hon (1975), mendefinisikan implementasi kebijakan, sebagai:

“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.”

Dari tiga definisi tersebut dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu: (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; dan (3) adanya hasil kegiatan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses panjang dari tindakan-tindakan individu ataupun kelompok yang melibatkan berbagai pihak dalam pelaksanaannya, dimana terdapat input atau tujuan yang ingin dicapai dan output, hasil dari tujuan tersebut.


(25)

1. Model Van Meter dan Van Horn

Model pertama adalah model yang paling klasik, yakni model yang diperkenalkan oleh Donald Van Meter dan Carl Van Horn. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan seara linear dari kebijakan publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variabel yang dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan publik adalah variabel berikut:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan 2. Sumberdaya

3. Karakteristik agen pelaksana/implementator

4. Kecenderungan (disposition) pelaksana/implementor 5. Aktivitas implementasi dan komunikasi antar organisasi 6. Kondisi ekonomi, sosial, dan politik

2. Model Mazmanian dan Sabatier

Model yang kedua adalah model yang dikembangkan Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier yang mengemukakan bahwa implementasi adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Model Mazmanian dan Sabatier disebut Model Kerangka Analisis Implementasi (a framework for implementation

analysis). Mazmanian-Sabatier mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan

ke dalam tiga variabel, yaitu:

1. Variabel Independen. Mudah-tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman objek, dan perubahan seperti apa yang dikehendaki


(26)

2. Variabel Intervening. Diartikan sebagai kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan hirarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana, dan perekrutan pejabat pelaksana yang memiliki keterbukaan kepada pihak luar, variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi yang berkenaan dengan indikator kondisi sosio-ekonomi dan teknologi, dukungan publi, sikap dan risorsis konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, serta komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.

3. Variabel Dependen. Yaitu tahapan dalam proses implementasi kebijakan publik dengan lima tahapan, yang terdiri dari: pertama, pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana. Kedua, kepatuhan objek. Ketiga, hasil nyata. Ke-empat, penerimaan atas hasil nyata. Terakhir, kelima, tahapan yang mengarah pada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan, baik sebagian maupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar.

3. Model Merilee S. Grindle

Model ketiga adalah model Merilee S. Grindle (1980). Model Implementasi Kebijakan Publik yang dikemukakan Grindle (1980:7) menuturkan bahwa


(27)

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan program yang telah dirancang dan pembiayaan cukup, selain dipengaruhi oleh Content of Policy (isi kebijakan) dan Contex of

Implementation (konteks implementasinya). Isi kebijakan yang dimaksud

meliputi:

1. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan (interest affected). 2. Jenis manfaat yang dihasilkan (tipe of benefit).

3. Derajat perubahan yang diinginkan (extent of change envisioned). 4. Kedudukan pembuat kebijakan (site of decision making).

5. Para pelaksana program (program implementators). 6. Sumber daya yang dikerahkan (Resources commited). Sedangkan konteks implementasi yang dimaksud:

1. Kekuasaan (power).

2. Kepentingan strategi aktor yang terlibat (interest strategies of

actors involved).

3. Karakteristik lembaga dan penguasa (institution and regime

characteristics).

4. Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana (compliance and

responsiveness).

Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa kebijakan undang-undang nomor 22 tahun 2009 memakai model yang di kemukakan oleh Van Meter dan Van Horn. Didalam kebijakan tersebut jelas ukuran dan tujuannya yaitu menciptakan perilaku disiplin berlalu lintas, sumberdayanya berupa segala fasilitas yang


(28)

tersedia dijalan, karakteristik agen pelaksananya sesuai dengan yang di atur dalam undang-undang nomor 22 tahun 2009, aktivitas implementasi dan komunikasi berjalan cukup baik antara pihak kepolisian dan masyarakat.

E. Definisi Pengetahuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli antara lain, menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.

Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan.


(29)

Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui dan diperoleh dari interaksi panca indera terhadap objek tertentu.

1. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus bahasa indonesia (2001) pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar.

Menurut Notoatmojdo (2003), tingkat pengetahuan ada 6 tingkatan : 1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,menyatakan, mendefinisikan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.


(30)

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi. 5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau obyek.

Menurut Rogers (2003), sebelum orang menghadapi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:

a. Awereness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui obyek terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus/obyek.

c. Evaluation (menimbang-nimbang), baik dan tidaknya stimulus bagi

dirinya.

d. Trial, orang telah mulai mencoba prilaku baru.

e. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan memiliki proses atau tingkatan dalam menghadapi perilaku-perilaku yang disebabkan oleh proses rangsangan (stimulus).


(31)

2. Hubungan pengetahuan dengan perilaku

Perilaku merupakan kegiatan atau aktivitas individu bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas daripada diri mereka sendiri. Menurut Lawrence Green (2007) ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok :

1. Faktor yang mempermudah (Predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang dapat dalam diri individu maupun masyarakat.

2. Faktor pendukung (enabling factor) antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, dan sumberdaya manusia.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yaitu factor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap, tokoh masyarakat atau petugas.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Tingkat pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.


(32)

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Menurut Mubarak (2007), ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya


(33)

makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

c. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya cirri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. d. Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akn timbul kesan yang membekasa dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.


(34)

f. Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi, kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

F. Undang-undang no. 22 tahun 2009

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 26 Mei 2009 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni 2009. Undang-Undang ini adalah kelanjutan dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, terlihat bahwa kelanjutannya adalah merupakan pengembangan yang signifikan dilihat dari jumlah clausul yang diaturnya, yakni yang tadinya 16 bab dan 74 pasal, menjadi 22 bab dan 326 pasal. Dan pasal-pasal penting yang berkaitan dengan pengendara sepeda motor antara lain :

1. Pasal 285 ayat 1

Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2)


(35)

dan ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

2. Pasal 291 ayat 1

Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). 3. Pasal 293 ayat 2

Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di Jalan tanpa menyalakan lampu utama pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau denda paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah). G. Kedisiplinan Pengendara Sepeda Motor

1. Definisi Disiplin

Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas, 1997:11) menyebutkan “makna kata disiplin dapat dipahami dalam kaitannya dengan „latihan yang memperkuat’, „koreksi dan sanksi’, „kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan’, dan„sistem aturan tata laku”. Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat, terutama ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilkaan kendali diri, kebiasaan untuk patuh, dll. Disiplin dalam kaitannya dengan koreksi atau sanksi terutama diperlukan dalam suatu lembaga


(36)

yang telah mempunyai tata tertib yang baik. Bagi yang melanggar tata tertib dapat dilakukan dua macam tindakan, yaitu berupa koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi. Kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan berarti orang yang disiplin adalah yang mampu mengendalikan diri untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan. Sistem tata laku dimaksudkan bahwa setiap kelompok manusia, masyarakat, atau bangsa selalu terikat kepada berbagai peraturan yang mengatur hubungan sesama anggotanya maupun hubungannya dengan masyarakat, bangsa atau negara.

Pengertian disiplin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990: 184) adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib. Disiplin adalah melaksanakan apa yang telah disetujui bersama antara pimpinan dengan para pekerja baik persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan.

Ada beberapa pendapat yang mengemukakan defenisi dari disiplin, antara lain: Menurut H. Amir Mahmud, (1986: 205) Disiplin adalah suatu sikap mental untuk mematuhi atau mentaati suatu kaidah baik tertulis maupun tidak tertulis, didasarkan atas kebenaran dan manfaatnya. Alex S. Nitisemito (1988: 207) menyatakan bahwa kedisiplinan dapat diartikan suatu sikap tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu sikap tingkah laku dan perbuatan mematuhi atau mentaati peraturan baik yang tertulis ataupun tidak tertulis yang telah disetujui.


(37)

2. Unsur-unsur Disiplin

Menurut Tulus Tu’u (2004:33) menyebutkan unsur – unsur Disiplin adalah sebagai berikut.

1. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku. 2. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya

kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya.

3. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina,dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

4. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku.

5. Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.

Menurut Amir Machmud (1986: 207) mengemukan bahwa dalam konsep displin terkandung unsur-unsur, antara lain:

1. sikap dan tingkah laku

2. Impersonal, tidak memakai perasaan dan tanpa pamrih (atas dasar kesadaran akan kebenaran atau manfaatnya)

3. kaidah atau peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis 4. ketaatan dan ketepatan


(38)

Menurut Robert Biersted (1970: 227-229) dalam bukunya The Social Order, Proses kepatuhan seseorang terhadap hukum mungkin terjadi karena beberapa faktor yaitu :

1. Indoctrination (penanaman kepatuhan secara sengaja) yaitu sebuah

peraturan hukum itu menjadi sebuah doktrin yang ditanam secara sengaja kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar penerapan hukum itu merata sampai keseluruh lapisan masyarakat, sehingga kepatuhan hukum yang diinginkan dapat terwujud.

2. Habituation (pembiasaan perilaku) yaitu seseorang akan mematuhi

peraturan hukum itu karena rutinitas yang mereka lakukan. Seperti halnya seseorang yang rutin memakai helm pada saat berkendara sepeda motor.

3. Utility (pemanfaatan dari kaidah yang dipatuhi) yaitu seseorang

mematuhi peraturan hukum itu karena dapat memanfaatkan secara substansif dari peraturan itu.

4. GroupIndentification (mengidentifikasikan dalam kelompok

tertentu) yaitu seseorang akan mematuhi hukum ketika melihat atau mengacu pada kelompok yang telah melaksanakan.

3. Kedisiplinan Pengendara Sepeda Motor

Menurut Undang-undang No. 22 tahun 2009 pasal 1 ayat 23, pengendara atau pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi. Sedangkan pengertian sepeda motor ditekankan


(39)

juga dalam pasal 1 ayat 20 yang berbunyi, sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor roda tiga tanpa rumah-rumah.

Kedisiplinan pengendara sepeda motor adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor baik roda dua maupun tiga yang telah mempunyai surat izin mengemudi (SIM) serta memahami dan mentaati peraturan yang saat ini berlaku baik secara tertulis maupun secara lisan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam menciptakan ketertiban di jalan raya.

H. Kerangka Pikir

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui paca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengguna sepeda motor setiap tahunnya semakin bertambah maka pemerintah dan masyarakat harus sadar akan terciptanya ketertiban umum yang terjadi dijalan setiap harinya. Karena jika tidak, akan timbul pelanggaran-pelanggaran yang mengakibatkan kecelakaan baik kecil maupun besar. Dan sebagian besar kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh pengendara sepeda motor yang tidak mentaati peraturan yang telah tertuang dalam undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkutan jalan. Hal ini memerlukan kedisiplinan masyarakat dalam mengendarain kendaaraannya dan saling manghormati sesama pengguna jalan. Dan kedisiplinan dalam berkendara menuntut adanya


(40)

kesanggupan untuk menghayati aturan, hukuman, dan tata tertib yang berlaku sehingga secara sadar akan melaksanakan dan mentaatinya.

Salah satu factor yang mempengaruhi perilaku disiplin menurut Lawrence Green adalah Predisposing factor, yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lainnya yang ada dalam diri individu itu sendiri.

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa yang akan diteliti adalah pengetahuan mahasiswa tentang undang-undang nomor 22 tahun 2009 dan kedisiplinan pengendara sepeda motor. Maka dengan pasti orang atau masyarakat perlu mengetahui kebijakan atau peraturan tersebut agar terciptanya kedisiplinan dalam berkendara. Sedang disiplin menurut H. Amir Mahmud, (1986: 205) adalah suatu sikap mental untuk mematuhi dan mentaati suatu kaidah atau peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, didasarkan atas kebenaran dan manfaatnya. Maka peraturan atau kebijakan dalam undang-undang nomor 22 tahun 2009 memiliki manfaat agar terciptanya ketertiban di jalan raya dan mengurangi angka kecelakaan yang sering terjadi karena ketidaktertiban dalam mengendarai kendaraan bermotor.

Bagan 1. Kerangka pikir

Variabel X Pengetahuan

mahasiswa tentang undang-undang no. 22

Variabel Y

Kedisiplinan pengendara sepeda motor


(41)

I. Hipotesis

Menurut Winarno Surachman (1986: 58) hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara, dan kesimpulan sementara tersebut harus dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha: Ada Pengaruh antara pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP Unila tahun 2011.

Ho: Tidak ada Pengaruh antara pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP Unila tahun 2011.


(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksplanatory dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Iqbal Hasan (2002: 14)

penelitian explanatory adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.

B. Variabel Penelitian dan Pengukuran

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (dalam Sugiyono, 2006: 42). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain (disimbolkan dengan X), sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain (disimbolkan dengan Y). Variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah:


(43)

1. Pengetahuan mahasiswa tentang undang-undang no. 22 tahun 2009 (X).

2. Kedisiplinan Pengendara Sepeda Motor (Y).

1.Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan batasan terhadap variabel yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan arahnya tidak menyimpang. Dalam hal ini Untuk mempermudah penelitian mengenai masalah yang akan diteliti, maka dibawah ini penulis akan memberikan definisi konsep penelitian, yaitu:

1. Pengetahuan mahasiswa tentang UU No.22 tahun 2009

Pengetahuan mahasiswa tentang UU no.22 tahun 2009 adalah proses melihat, mendengar, berfikir, dan bertindak dari mahasiswa dalam pemahaman dan pelaksanaan aturan-aturan yang terkandung didalam pasal-pasal yang terdapat dalam UU No.22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkutan jalan.

2. Kedisiplinan Pengendara Sepeda Motor

Kedisiplinan Pengendara Sepeda motor adalah kesadaran atau kesediaan pengendara sepeda motor dalam melaksanakan apa yang telah disetujui bersama baik persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan

3. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penentuan suatu kontruk atau konsep sehingga menjadi variabel-variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan


(44)

cara tertentu yang dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan kontruk sehingga memungkinkan peneliti lain untuk melakukan pengulangan pengukuran dengan cara yang sama atau mencoba untuk mengembangkan pengukuran konstruk yang lebih baik.

Tabel 2. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

1. Pengetahuan mahasiswa tentang UU No.22 tahun 2009

Pengetahuan mahasiswa tentang UU no.22 tahun 2009 adalah proses melihat, mendengar, berfikir, dan bertindak dari mahasiswa dalam pemahaman dan pelaksanaan aturan-aturan yang terkandung didalam pasal-pasal yang terdapat dalam UU No.22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkutan jalan.

- Pernah mengikuti sosialisasi undang-undang no. 22 tahun 2009

- Mengerti isi UU No.22 tahun 2009. - Memahami UU no.

22 tahun 2009

Likert

2. Kedisiplinan pengendara Sepeda Motor

Kedisiplinan Pengendara Sepeda motor adalah kesadaran atau kesediaan pengendara sepeda motor dalam melaksanakan apa yang telah disetujui bersama baik persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan.

- Bersikap

cooperative dengan peraturan dan pengguna jalan lainnya.

- Mematuhi peraturan yang berlaku baik tertulis ataupun tidak tertulis.

Likert

C. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah FISIP Universitas Lampung yang ditentukan dengan sengaja (purposive). FISIP Unila pernah mendapatkan sosialisasi untuk


(45)

pemahanan tentang Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Jasa Raharja dan Polda Provinsi Lampung dalam rangka mengurangi angka kecelakaan di jalan.

D. Jenis dan Sumber data

1. Jenis Data

Menurut Hasan (2002: 82) data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau dianggap atau anggapan, atau suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode dan lainnya. Jenis-jenis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dilapangan melalui pengisian kuisioner dari mahasiswa/i di Unila, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dipergunakan untuk mendukung data primer yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang antara lain dapat berasal dari buku-buku, penelitian-penelitian sebelumnya, dan dokumen-dokumen yang terkait.

2. Sumber Data

Menurut Arikunto (2002: 114) sumber data adalah subjek dimana data dapat diperoleh. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:


(46)

1. Responden

Adalah sumber data primer yang akan diberikan sejumlah angket pertanyaan pada penelitian ini mengenai pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang Undang-undang No. 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor. Responden dalam dalam penelitian ini adalah Mahasiswa/i FISIP Unila.

2. Dokumen-dokumen

Yaitu berbagai dokumen yang berhubungan dengan Undang-undang No. 22 tahun 2009 dan kedisiplinan pengendara. Di dalam penelitian ini sumber dokumen kapasitasnya hanya sebagai data sekunder untuk mendukung atau memperkuat data primer.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006: 89).

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa/i FISIP Universitas Lampung yang pernah mengikuti Sosialisasi Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 pada tahun 2011 yakni mahasiswa angkatan tahun 2007, 2008, dan 2009. Dengan total populasi sebesar 878 mahasiswa/i.


(47)

Tabel 3. Distribusi Populasi Fisip Unila

Jurusan/ tahun 2007 2008 2009 Ilmu Pemerintahan 21 70 98

Sosiologi 18 47 77

Komunikasi 13 55 112

Adm. Negara 20 65 81

Adm. Bisnis 24 40 72

D3 Humas 9 17 14

D3 Sekretasis 2 8 6

D3 Perpus 2 2 5

Total 109 304 465

Sumber: siakad.unila.ac.id (20 Nov 2012)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel digunakan bila peneliti tidak memungkinkan meneliti keseluruhan populasi dan karena adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu (Sugiyono, 2006: 91), maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).

Dalam penelitian ini, penentuan jumlah sampel dari populasi menggunakan rumus dari Taro Yamane (dalam Riduwan, 2004: 65), yaitu sebagai berikut:

1

2

N.d

N


(48)

Di mana:

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d ² = Presisi yang ditetapkan

Sehingga, diketahui bahwa total populasi seluruh mahasiswa sebesar N = 878 orang dan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar ( d² ) = 10%, maka jumlah sampel yang diperoleh sebesar:

Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebesar 90 mahasiswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP Universitas Lampung. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Propotional

Stratified Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara acak dan

berstrata secara proporsional dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006).

Total populasi = 878 mahasiswa, kesalahan 10%, maka jumlah sampel sebanyak 90 mahasiswa. Untuk mendapatkan jumlah sampel dari tiap angkatan, maka populasi dimasing-masing angkatan dibagi dengan jumlah populasi total, kemudian dikalikan dengan jumlah sampel yang akan diteliti. Perinciannya adalah sebagai berikut:


(49)

Angkatan 2008 =

Angkatan 2009 =

Jumlah = 90

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik berikut:

Kuesioner, untuk mengumpulkan data dengan mangajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada responden yaitu mahasiswa pengendara sepeda motor. Angket diambil untuk mengetahui dan mengukur pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang undang-undang nomor 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP Unila. Kuesioner diberikan kepada seluruh responden yang berjumlah 90 responden. Daftar pertanyaan tertutup dengan memberikan alternatif jawaban dengan maksud mempermudah dalam melakukan analisis. Untuk mengolah data yang berbentuk angket yang dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan, masing-masing pertnayaan diberikan alternatif jawaban berdasarkan metode Likert.

Untuk keperluan analisis, maka jawaban diberi skor, misalnya:

1. Selalu/sangat baik/sangat setuju/sangat penting diberi skor 5 2. Sering/baik/setuju/penting diberi skor 4 3. Kadang-kadang/ ragu-ragu/ netral diberi skor 3 4. Jarang/kurang baik/kurang setuju/kurang penting diberi skor 2 5. tidak pernah/tidak setuju/ buruk/ tidak penting diberi skor 1


(50)

G. Tehnik pengujian instrument

1. Uji Validitas

Menurut M. Iqbal Hasan (2002: 79) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang sahih atau valid berarti memiliki validitas yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan sahih apabila mampu mengukur apa yang dinginkan Dalam penelitian ini uji validitas variabel X dan Y menggunakan skala interval, yaitu skala yang diberikan objek kategori yang sifatnya juga menyatakan tingkat dengan jarak/rentang yang harus sama, namun tidak terdapat titik nol absolut. Dalam hal ini untuk mengetahui validitasinstrumen penelitian, peneliti menggunakan rumus

Product Moment Pearson sebagai berikut:

Dimana:

Dimana bila nilai r hitung > r tabel, maka angket valid dan sebaliknya bila nila r hitung < r tabel, maka angket tidak valid. Berikut hasil uji validitas instrument


(51)

menggunakan tehnik korelasi pearson dengan SPSS 17 pada 90 responden dengan tingkat signifikan 95%.

Tabel 4. Hasil uji validitas

Variabel Item R keterangan

pengetahuan mahasiswa tenta undang undang nomor

22 tahun 2009 (X)

D1 0.236 VALID D2 0.323 VALID D3 0.265 VALID D4 0.339 VALID D5 0.426 VALID E1 0.580 VALID E2 0.423 VALID F1 0.619 VALID F2 0.450 VALID F3 0.458 VALID F4 0.499 VALID F5 0.553 VALID

kedisiplinan pengendara sepeda motor (Y)

G1 0.542 VALID G2 0.633 VALID G3 0.660 VALID H1 0.179

TIDAK VALID H2 0.140

TIDAK VALID H3 0.591 VALID H4 0.576 VALID H5 0.573 VALID H6 0.578 VALID

Validitas dari masing-masing item diketahui dengan r hitung yang dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel untuk 90 reponden dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai sebesar 0,207. Bila dibandingkan dengan nila r hitung lebih besar dari r tabel yang artinya item pertanyaan dianggap valid.


(52)

2. Uji Reabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen yang sudah baik (Arikuntoro, 1998: 170). Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen penelitian digunakan rumus alfa Cronchbach sebagai berikut:

Dimana:

Rumus varians =

Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan. Instrument dapat dikatakan reliable bila memiliki koefisien kenadalan realibilitas sebesar 0,6 atau lebih. Apabila pengujian realibilitas instrumennya menggunakan program SPSS 17 maka kriterianya adalah nilai maka angket dinyatakan realibel. Untuk menentukan tingkat realibilitas, adapun indikator yang digunakan adalah:


(53)

Tabel 5. Indikator tingkat realibilitas

Nilai realibilitas Tingkat realibilitas 0,800 – 1,000

0,600 - 0,799 0,400 – 0,599 0,300 – 0,399 0,000 – 0,199

Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi

Rendah Sangat rendah Sumber: Suharsimi, 2002:245

Setelah dilakukan pengolahan realibilitas instrumendengan menggunakan SPSS 17 dihasilkan nilai realibilitas pengetahuan mahasiswa tentang undang-undang nomor 22 tahun 2009 dengan nilai alpha sebesar 0,717 yang termasuk dalam tingkat tinggi dan nilai realibilitas kedisiplinan pengendara sepeda motor dengan nilai alpha 0,784 yang termasuk dalam tingkat tinggi. Nilai korelasi di atas r tabel = 0,207 untuk 90 responden dengan tingkat kepercayaan 95% dengan demikian dapat diartikan bahwa instrument pernelitian ini realibel dan layak untuk digunakan.

H. Teknik Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data dari lapangan, maka tahap selanjutnya adalah mengadakan pengolahan data dengan menggunakan program Statistical Package

for Social Science (SPSS) (Prasetyo dan Jannah, 2011), dengan tahap-tahap

sebagai berikut:


(54)

1. Editing

Editing merupakan proses pemeriksaan kembali kuesioner yang terkumpul

dari lapangan, apakah kuesioner yang ada telah diisi dengan baik dan benar.

2. Format Entry Data di Program SPSS 17

Merupakan suatu proses pembuatan format pengerjaan data pada program SPSS sebelum nantinya data dimasukkan ke dalam computer.

3. Pemindahan Data (Data Entering)

Data entering adalah memasukkan data yang telah didapat (berupa kode)

ke dalam mesin pengolah data. 4. Penyajian Data (Data Output)

Data output adalah suatu bentuk penyajian data ke dalam bentuk tabel,

baik itu dalam tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang.

I. Teknik Analisis Data

Analisi data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan (Sofian Effendi, 1989: 263). Sedangkan menurut Masri Singarimbun (1989: 263) analisis data ini adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interprestasikan. Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan


(55)

masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2006: 169).

1. Analisis Tabulasi Sederhana

Analisis ini bertujuan untuk melihat persentase responden dalam memilih kategori tertentu. Adapun rumus presentase yang digunakan adalah sebagi berikut:

Keterangan:

P : persentase responden yang memilih kategori tertentu fi : jumlah responden yang memilih kategori tertentu

Untuk mengukur variabel penelitian digunakan kuesioner yang diberi nilai alternatif jawaban yang dipilih responden. Selanjutnya setiap alternatif jawaban memiliki nilai skor yang bervariasi dengan kriteria sebagai berikut:

Bagi responden yang memilih jawaban A, diberi skor 5 Bagi responden yang memilih jawaban B, diberi skor 4 Bagi responden yang memilih jawaban C, diberi skor 3 Bagi responden yang memilih jawaban D, diberi skor 2 Bagi responden yang memilih jawaban E, diberi skor 1 Range = Tb – Tk

Interval =

Kategori Jumlah


(56)

Dimana:

1. skor terbesar (Tb) dihitung berdasarkan hasil kali antara nilai tertinggi (5) dengan banyaknya pertanyaan

2. skore terkeci (Tk) dihitung berdasarkan hasil kali antara nilai terkecil (1) dengan banyaknya pertanyaan (sugiyono, 2005: 78)

Diketahui bahwa untuk menentukan variabel Pengetahuan tentang Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 dan Kedisiplinan Pengendara Sepeda Motor kedalam kategori tinggi, sedang, rendah dilakukan dengan melihat total skor yang dikumpulkan masing-masing responden kuesioner. Dengan jumlah soal yang terdapat pada kuesioner adalah 21.

Untuk Menentukan batas Interval digunakan rumus sebagai berikut:

K

I

NT-NR

Keterangan :

I = Intervensi nilai skor NT = Nilai tertinggi NR = Nilai terendah K = Kategori jawaban

Interval variabel Pengetahuan tentang Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009:

Dengan demikian maka interval untuk variabel Pengetahuan tentang Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 dapat dikategorikan sebagai berikut:


(57)

12 – 24 adalah kategori sangat rendah 25 – 37 adalah kategori rendah 38 – 50 adalah kategori cukup 51 - 73 adalah kategori tinggi 74 – 86 adalah kategori sangat tinggi

Sedangkan interval Kedisiplinan Pengendara Sepeda Motor:

Dengan demikian maka interval untuk variabel Kedisiplinan Pengendara Sepeda Motor dapat dikategorikan sebagai berikut:

7 – 14 adalah kategori sangat rendah 15 – 22 adalah kategori rendah 23 – 30 adalah kategori cukup 31 – 38 adalah kategori tinggi 39 – 44 adalah kategoti sangat tinggi

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk meguji apakah variabel bebas dan varibel terikat keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menguji asumsi ini dilakukan dengan melihat norma P – P plot of regression standardized residual melalui perhitungan regresi dengan program SPSS 17. cara termudah untuk melihat normalitas adalah dengan melihat histogram atau tampilan grafik yang menunjukan pola penyebaran tertentu. Model yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Dasar pengambilan keputusan adalah:


(58)

1. jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis, maka model regresi tidak ememnuhi asumsi normalitas.

3. Analisis Regresi Linier Sederhana

Dalam menentukan persamaan regresi linier sederhana dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y, maka peneliti menggunakan rumus persamaan regresi linier sederhana, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Y’ : nilai yang diprediksi

X : nilai variabel independen(bebas) a : konstanta atau bila harga X = 0 b : koefisien regresi

J. Uji Hipotesis

Dalam menguji hipotesis apakah terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan statistik parametik analisis linier sederhana atau tunggal. Penelitian ini menggunakan:


(59)

Untuk menguji kuatnya pengaruh antara variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat maka dilakukan pengujian keberartian masing-masing koefisien regresi dengan menggunakan uji t- statistik sebagai berikut:

Keterangan: t = nilai uji t r = nilai korelasi

n = besarnya sampel (sumber: Sugiono, 2010:180)

untuk mengetahui hasil sebuah hipotesis apakah Ho diterima atau ditolak, maka perlu dibandingkan antara t hitung dengan t tabel. Apabila hasil penghitungan dari:

1) Jika , maka Ho diterima dan Ha ditolak. 2) Jika , maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Tabel 6. Interval Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat Pengaruh 0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Sumber: Sugiyono, 2005: 216


(60)

2. Uji Anova/ Uji F Statistik

Dalam menguji signifikasi pengaruh dari variabel bebas pengetahuan mahasiswa tentang undang-undang nomor 22 tahun 2009 (X) berpengaruh terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP Unila yang sampelnya 90 responden maka menggunakan uji anova atau uji f statistik dengan mengambil taraf signifikasi 5%(0,05). Rumus F hitungnya adalah:

Keterangan:

R = koefisien korelasi n = jumlah anggota sampel

k = jumlah variabel independen (sumber: Sugiono, 2010: 192)

Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5% dengan derajat bebas pembilang df1= (k-1) dan derajat bebas penyebut df2= (n-k). K merupakan banyaknya parameter (koefisien) model regresi linier dan n merupakan jumlah pengamatan. Dasar pengambilan keputusan yaitu:

1. Jika nilai , maka diterima dan ditolak. Sebaliknya jika , maka ditolak dan diterima.

2. Jika probabilitas > 0,05 maka diterima dan ditolak. Sebaliknya jika probabilitas < 0,05 maka ditolak dan diterima.


(61)

Dalam menganalisis pengaruh pengentahuan mahasiswa tentang undang-undang nomor 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di Kecamatan Rajabasa, peneliti menggunakan softwarestatistik “SPSS 17”.


(62)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 di FISIP Unila, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan cukup berpengaruh signifikan terhadap kedisiplinan. Semakin tingkat pengetahuan mahasiswa, kedisiplinan juga akan meningkat.

2. Besar kontribusi pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di lingkungan FISIP Unila rendah, yakni sebesar 17%. Hal ini karena adanya faktor lain yang mempengaruhi sebesar 83% yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(63)

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, ada beberapa saran yang ingin disampaikan yaitu:

1. Perlu adanya peningkatan kesadaran dan pengetahuan dari pengendara sepeda motor terutama pada saat mengendarai kendaraannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Perlu adanya peningkatan di sektor pengaturan traffic light serta pengenaan sanksi tertulis.

3. Dengan besar pengaruh dan tingkat signifikasi pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor sebesar 17%. Hal ini menunjukan bahwa ada faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat kedisiplinan pengendara sepeda motor yang tidak diteliti dan tidak dibahas dalam penelitian ini. Untuk penelitian yang serupa diharapkan dapat meneliti faktor lain diluar penelitian ini agar dapat diketahui selain pengetahuan ada faktor lain lagi yang mempengaruhi kedisiplinan pengendara motor di lingkungan FISIP Unila Bandar Lampung.


(64)

Daftar Pustaka

Abidin, Said, Zainal. 2004. Kebijakan Publik. YayasanPancur Siwah: Jakarta. Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung.

Dunn, Willian N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Kartono, dan Kartini. 1980. Pengantar Metodologi Research Sosial. Alumni: Bandung.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Prasetyo, Bambang & Lina Miftahul Jannah. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Alfabeta: Bandung.

Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit SIC: Surabaya. Sujono, dan Abdulrahman. 1999. Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan

Penerapan. Rineka Cipta: Jakarta.

Subagyo, P. Joko. 1997. Metode Penelitian. PT. Rineka Cipta: Jakarta. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung.

Suriasumantri, J. S. 2001. Ilmu Dalam Perspektif. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta. Winarno, Budi. 2004. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Pressindo: Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.


(65)

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan;

http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/5731-penegakan-uu-no-222009-melalui-opk (di akses tanggal 17 november 2011);

http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/hukum-a-kriminal/44253-tekan-angka-lakalantas-gencar-kampanye-safety-riding (di akses tanggal 25 desember 2011);

http://www.bantuanhukum.or.id/index.php/id/dokumentasi/makalah/227- implementasi-undang-undang-nomor-22-tahun-2009-tentang-lalu-lintas-dan-angkutan-jalan-raya (di akses tanggal 27 desember 2011)


(1)

2. Uji Anova/ Uji F Statistik

Dalam menguji signifikasi pengaruh dari variabel bebas pengetahuan mahasiswa tentang undang-undang nomor 22 tahun 2009 (X) berpengaruh terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP Unila yang sampelnya 90 responden maka menggunakan uji anova atau uji f statistik dengan mengambil taraf signifikasi 5%(0,05). Rumus F hitungnya adalah:

Keterangan:

R = koefisien korelasi n = jumlah anggota sampel

k = jumlah variabel independen (sumber: Sugiono, 2010: 192)

Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5% dengan derajat bebas pembilang df1= (k-1) dan derajat bebas penyebut df2= (n-k). K merupakan banyaknya parameter (koefisien) model regresi linier dan n merupakan jumlah pengamatan. Dasar pengambilan keputusan yaitu:

1. Jika nilai , maka diterima dan ditolak. Sebaliknya jika , maka ditolak dan diterima.

2. Jika probabilitas > 0,05 maka diterima dan ditolak. Sebaliknya jika probabilitas < 0,05 maka ditolak dan diterima.


(2)

49

Dalam menganalisis pengaruh pengentahuan mahasiswa tentang undang-undang nomor 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di Kecamatan Rajabasa, peneliti menggunakan software statistik “SPSS 17”.


(3)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 di FISIP Unila, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan cukup berpengaruh signifikan terhadap kedisiplinan. Semakin tingkat pengetahuan mahasiswa, kedisiplinan juga akan meningkat.

2. Besar kontribusi pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di lingkungan FISIP Unila rendah, yakni sebesar 17%. Hal ini karena adanya faktor lain yang mempengaruhi sebesar 83% yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(4)

84

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, ada beberapa saran yang ingin disampaikan yaitu:

1. Perlu adanya peningkatan kesadaran dan pengetahuan dari pengendara sepeda motor terutama pada saat mengendarai kendaraannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Perlu adanya peningkatan di sektor pengaturan traffic light serta pengenaan sanksi tertulis.

3. Dengan besar pengaruh dan tingkat signifikasi pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor sebesar 17%. Hal ini menunjukan bahwa ada faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat kedisiplinan pengendara sepeda motor yang tidak diteliti dan tidak dibahas dalam penelitian ini. Untuk penelitian yang serupa diharapkan dapat meneliti faktor lain diluar penelitian ini agar dapat diketahui selain pengetahuan ada faktor lain lagi yang mempengaruhi kedisiplinan pengendara motor di lingkungan FISIP Unila Bandar Lampung.


(5)

Daftar Pustaka

Abidin, Said, Zainal. 2004. Kebijakan Publik. YayasanPancur Siwah: Jakarta. Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung.

Dunn, Willian N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Kartono, dan Kartini. 1980. Pengantar Metodologi Research Sosial. Alumni: Bandung.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Prasetyo, Bambang & Lina Miftahul Jannah. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Alfabeta: Bandung.

Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit SIC: Surabaya. Sujono, dan Abdulrahman. 1999. Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan

Penerapan. Rineka Cipta: Jakarta.

Subagyo, P. Joko. 1997. Metode Penelitian. PT. Rineka Cipta: Jakarta. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung.

Suriasumantri, J. S. 2001. Ilmu Dalam Perspektif. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta. Winarno, Budi. 2004. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Pressindo: Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.


(6)

Depdiknas. 2008. KBBI Daring. Dipetik Februari 07, 2012, dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php; http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan;

http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/5731-penegakan-uu-no-222009-melalui-opk (di akses tanggal 17 november 2011);

http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/hukum-a-kriminal/44253-tekan-angka-lakalantas-gencar-kampanye-safety-riding (di akses tanggal 25 desember 2011);

http://www.bantuanhukum.or.id/index.php/id/dokumentasi/makalah/227- implementasi-undang-undang-nomor-22-tahun-2009-tentang-lalu-lintas-dan-angkutan-jalan-raya (di akses tanggal 27 desember 2011)


Dokumen yang terkait

KEBIJAKAN KRIMINAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

0 3 2

PENDAHULUAN Analisis Pelanggaran Pengendara Sepeda Motor Terhadap Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus pada Satlantas Kepolisian Resor Subang Jawa Barat).

0 4 12

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 Analisis Pelanggaran Pengendara Sepeda Motor Terhadap Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (

0 3 18

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 Analisis Pelanggaran Pengendara Sepeda Motor Terhadap Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (

0 2 15

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU-LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Kecelakaan Lanjar Sriyanto Dalam Putusan Nomor 249/Pid.B/2009/Pn.Kray

0 2 13

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU-LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Kecelakaan Lanjar Sriyanto Dalam Putusan Nomor 249/Pid.B/2009/Pn.Kra

0 1 18

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENGAWALAN PENGENDARA MOTOR BESAR YANG MELANGGAR RAMBU LALU LINTAS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 0 1

DAMPAK IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO.22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TERHADAP KESADARAN HUKUM PENGENDARA SEPEDA MOTOR (STUDI KASUS DI WILAYAH HUKUM POLRESTA SURAKARTA).

0 1 17

undang undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

0 0 107

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TERHADAP PENGENDARA BERMOTOR DIBAWAH UMUR STUDI DI POLRESTA MATARAM - Repository UNRAM

0 0 16