Kajian Estetika Fotografi pada Kartu Pos Pariwisata Bali Karya K Sujana Tahun 1970-1990an. - ISI Denpasar

  Karya Ilmiah ISI Denpasar  1

  

Kajian Estetika Fotografi

pada Kartu Pos Pariwisata Bali Karya K Sujana

Tahun 1970-1990an.

  

I Made Bayu Pramana, I Dewa Made Darmawan, I Komang Arba Wirawan

Institut Seni Indonesia Denpasar

Jalan Nusa Indah Denpasar Telp (0361) 227316, Fax (0361) 236100

e-mail : bee_pram@yahoo.com

  

Abstrak

Postcard adalah kertas bergambar ilustrasi untuk menulis kabar bersifat tidak rahasia tanpa

menggunakan amplop. Kartu pos pertama kali diluncurkan pada 1 oktober 1869 di Austria dengan nama

  

Correspondez karte. K. Sujana antara tahun 1970-1990an, lewat karya foto postcard memberikan

pandangan tentang perubahan alam, manusia, arsitektur, pakaian dan hal yang sangat mendasar di Bali.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bentuk Foto Kartu pos Pariwisata Bali karya

K Sujana tahun 1970-1990an selain juga untuk mengetahui secara mendalam mengenai estetika yang

terkandung dalam karya K.Sujana melalui metode observasi, dokumentasi, wawancara dan studi

kepustakaan. Menggunakan pembedahan lewat teori bentuk , dan teori estetika. Dalam penelitian ini

penulis memilih sembilan buah foto yang dianggap mewakili semua karya foto yang ada, dari Sembilan

foto tersebut penulis memilih masing – masing tiga foto dalam kurun waktu sepuluh tahun. Dalam

pembahasan mengenai analisis bentuk, penulis membagi sembilan buah foto tersebut didasarkan pada

tahun pembuatan yaitu dari tahun 1970 sampai 1990. Dalam pembahasan bentuk penulis memaparkan

bentuk foto dari ideational dan tehnikal selain itu untuk membahas komposisi foto digunakan metode

EDFAT. Dalam pembahasan bentuk pada karya kartu pos K Sujana, struktur penyusunan lebih banyak

menampilkan detail dokumentasi rekaman keadaaan bali yang berubah drastis, seperti pemandangan,

ritual, pakaian, arsitektur dan kegiatan masyarakat. Dari sisi estetika dalam tataran ideational karya

secara tidak langsung mengikuti selera pasar pariwisata dikreasikan dengan ide personal Sujana dan

elemen lokal Bali. Sedangkan dalam tataran teknikal, Sujana memanfaatkan lebih banyak sinar pagi agar

eksposur terekam sempurna, serta pemahaman teknis yang baik mengenai diafragma dan kecepatan rana.

.

  Kata kunci: Bali, Kartu pos, K Sujana, Pariwisata.

  

Abstract

Postcard is an illustrated paper for non-confidential news writing without using envelopes.

  

The postcard was first launched on 1 October 1869 in Austria under the name Correspondez karte. K.

Sujana between the 1970s and 1990s, through postcard photo work provides insight into the changing

nature, people, architecture, clothing and very basic things in Bali. The purpose of this research is to

know the form of Photo Postcard Bali Tourism by K Sujana 1970-1990an as well as to know deeply

about the aesthetics contained in the work of K.Sujana through the method of observation,

documentation, interview and literature study. In this study the authors chose nine pieces of photographs

that are considered representative of all the existing photographs, from the nine photos the author chose

each of the three photos within a period of ten years. In the discussion of form analysis, the authors divide

the nine photographs are based on the year of photographing that is from 1970 to 1990. In the discussion

form the author describes the form of photos of ideational and technical addition to discuss the

composition of photos used EDFAT method. In the discussion of the forms on the postcard work of K

Sujana, the structure of the drafting shows more detail of the documentation of the recording of Bali that

changed drastically, such as scenery, ritual, clothes, architecture and community activities. From the

aesthetic side in the ideational level of the work indirectly follow the taste of the tourism market

dikreasikan with personal ideas Sujana and local elements of Bali. While at the technical level, Sujana

utilizes more morning rays for perfect recorded exposure, as well as a good technical understanding of the

diaphragm and shutter speed.

  Keywords: Bali, Postcard, K. Sujana, Tourism.

  PENDAHULUAN

  Kartu pos (Post card) merupakan sebuah benda pos berupa lembaran kertas bergambar ilustrasi atau foto yang digunakan untuk menulis kabar yang bersifat tidak rahasia dan dikirim melalui jasa pos tanpa menggunakan amplop. Kartu pos biasanya banyak dijual di daerah tujuan wisata atau di wilayah daya tarik wisata. Pada masa lalu, kartu pos dikirimkan oleh orang-orang atau wisatawan yang berkunjung ke suatu tempat wisata sebagai kenang-kenangan dan penanda bahwa mereka telah mengunjungi tempat tersebut.

  Kartu pos pertama kali diluncurkan pada 1 Oktober 1860 di Austria dengan nama Correspondez karte, yang kemudian diikuti pembuatan dan distribusinya oleh seluruh Negara Eropa, juga berkembang ke daerah Koloni Eropa di seluruh dunia, termasuk juga ke Indonesia saat itu bernama Hindia Belanda yang masih menjadi koloni dari Kerajaan Belanda. Selain fungsi komunikasi, kartu pos juga menjadi benda koleksi yang bisa disimpan dan ditukar dengan nilai koleksi tertentu (Brown, 1994: 5).

  Di Indonesia, kartu pos pertama kali diluncurkan di Batavia pada tahun 1864 sebagai pengganti surat yang ber amplop, yakni berupa satu lembar kertas tebal yang memiliki gambar di satu sisi dan tulisan alamat yang dituju beserta pesan yang disampaikan oleh pengirim di sisi sebaliknya (Haks, 2004: 8). Pada awalnya kartu pos di Indonesia bergambar ilustrasi, ornament dan blue print arsitektur. Seiring berkembangnya teknologi fotografi dan kemajuan teknologi percetakan, kartu pos juga mulai bergambar karya-karya fotografi.

  Saat ini dalam jaman serba digital dan cepat, kartu pos relatif sangat sulit ditemui di toko-toko, karena telah digantikan oleh foto digital yang secara instan bisa diunggah ke halaman media sosial seperti instagram dan facebook. Seketika juga publik dapat melihat foto tersebut dan memberikan komentarnya. Hal kondisi tahun 1970-1990an pada era dimulainya arus deras mass tourism khususnya di Bali. Hampir di setiap sudut toko buku, toko oleh-oleh dan bahkan di sudut-sudut pasar seni sangatlah mudah menemui deretan kartu pos bergambar ragam daya tarik Bali.

  Kartu pos bergambar foto pesona Bali tersebut saat itu sangat diminati oleh wisatawan mancanegara yang sedang berlibur di Bali, untuk mengabarkan keberadaan mereka yang sedang menikmati alam Bali pada koleganya di Negara asal. Sebuah proses yang memerlukan waktu relatif lebih lama lewat proses penulisan pesan di kartu pos dan pengiriman lewat pos. Dari beragam kartu pos yang mengangkat pesona Bali, ada beberapa fotografer yang memproduksinya, baik turis mancanegara yang berkunjung ke Bali maupun yang secara kebetulan menetap di Bali. Salah satu fotografer Bali yang tekun menuangkan foto-fotonya ke dalam cetakan kartu pos adalah K. Sujana (dikenal juga dengan nama lain Ketut Sujana atau Karyadinata Sujana) seorang Bali keturunan Tionghoa.

  Ada beberapa kartupos yang mengangkat tema Bali yang sebetulnya hadir dan beredar di pasar, namun sebagian besar dibuat dan difoto oleh fotografer asing ataupun fotografer Indonesia yang bukan berasal dari Bali. Penulis mengangkat karya K Sujana karena merupakan satu- satunya “orang Bali” atau fotografer Bali yang menuangkan karya fotografinya kedalam lembaran kartu pos. Rekaman visual Bali antara tahun 1970- 1990an yang dihasilkan K Sujana dapat memberikan pandangan tentang perubahan atau revolusi alam, manusia, arsitektur, pakaian dan beragam hal yang sangat mendasar di Bali dalam kurun waktu yang relatif pendek.

  .

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan metode deskriptif Kualitatif, yaitu dilakukan penggambaran suatu keadaan yang berjalan pada saat proses penelitian. Dalam metode ini memiliki prinsip pokok mengolah dan menganalisis data yang terkumpul menjadi data sistematis, teratur, terstruktur dan memiliki makna tertentu .

  Pemilihan sampel dari karya foto pada media kartu pos karya K. Sujana dari tahun 1970 sampai tahun 1990 diambil sebanyak sembilan buah. Dalam setiap sepuluh tahun karya foto diambil masing

  • – masing tiga buah foto yang dianggap sudah dapat mewakili keberagaman tema dan ide foto dengan demikian, jumlah sampel yang didapat sebanyak sembilan sampel foto.

  K Sujana lahir di Denpasar pada tahun 1942, mengenal proses fotografi sejak masih anak-anak dari ayahnya yaitu Auw Kok Heng seorang fotografer terkenal di Denpasar yang juga bergerak di bidang bisnis fotografi, tepatnya sebuah studio fotografi yang bernama “Waheng Studio” terletak di jalan Gajah Mada Denpasar. Studio ini berlokasi sangat dekat dengan Bali Hotel dan Bali Museum, epicentrum dari kegiatan turisme kota Denpasar dan bahkan Bali pada waktu itu. Sujana sudah membantu ayahnya untuk mencetak foto hitam putih dan membantu melakukan pemotretan di studio sejak SD, tepatnya di tahun 1950an. Kegiatan tersebut mengasah keterampilan Sujana dibidang fotografi secara alamiah dari lingkungan keluarga.

  Medio tahun 70an saat Sujana remaja, pertemanannya dengan kalangan fotografer senior mendorong suasana yang berbeda pada dirinya. Dia menemui banyak fotografer yang ada, tidak hanya memikirkan bisnis studio semata, namun lebih pada dorongan ekspresi berkesenian, publikasi media, stok foto dan lomba foto. Sujana pun mulai mengikuti jejak itu dan memenangkan lomba foto baik tingkat nasional maupun internasional. Bahkan karyanya mulai dipublikasikan secara rutin di majalah berbahasa inggris terbitan jepang “Friend”. Di tahun-tahun yang sama Sujana berhasil menjadi anggota Royal Photographic Society (RPS) Inggris dan

  Photographer Society America (PSA) Amerika serikat. Dorongan meraih prestasi dari club foto tersebut memotivasi Sujana untuk meningkatkan kualitas kekaryaannya secara fotografis dan meningkatkan kegiatan huntingnya menjadi lebih intens. Seluruh pelosok Bali dijelajahinya untuk memotret alam dan manusia Bali secara utuh. Sehingga Sujana memiliki ribuan stok slide dan negatif film foto rekaman tentang Bali yang cukup lengkap pada masa itu.

  Jumlah koleksi film slide yang berjumlah ribuan tersebut kemudian mendorong Sujana untuk mempublikasikan karya-karyanya, agar dapat dinikmati publik. Dengan kata lain tidak hanya menjadi koleksi usang dalam album portfolio, tetapi bisa memberi sumbangan dan kontribusi positif kepada masyarakat, selain juga dapat mendatangkan keuntungan secara finansial. Dipilihnya jalan pameran dan publishing melalui media kartu pos, benda pos yang dalam tahun 70an sangat digemari oleh masyarakat dan wisatawan untuk berkabar tentang kunjungan dan kehadiran mereka di suatu tempat nan eksotik bernama Bali.

HASIL ANALISIS DAN

  Visual kartu pos karyanya, Sujana lebih dominan menampilkan representasi tema dan konsep Pesona Bali seperti: alam, budaya, arsitektur dan kehidupan masyarakat didalamnya. Lewat kartu posnya Sujana mengkomunikasikan kreativitas fotografis dan pendalamannya sebagai orang Bali yang lahir besar di Bali yang mengungkap fenomena penglihatan Bali dari perspektif medium fotografi. Kartu pos Sujana mengekspresikan perasaan, pikiran dan gejolak jiwanya memandang Bali di tahun 70an sebagai seorang perempuan yang elok dengan segala pesonanya. Ditrasformasikannya imaji tersebut dalam foto-foto lekukan sawah, gunung dan deburan gelora ombak pantai berpasir putih. Dirajut olehnya cahaya pedesaan Bali yang bertabur aktivitas masyarakat, ritual dan kesahajaan masyarakat Bali. Seolah dalam alam khayal Sujana foto-foto tersebut kelak akan menjadi representasi Bali ke mata dunia internasional lewat kartu pos yang dikirim ke seluruh dunia.

3 Karya foto K. Sujana memiliki beberapa

  Pembahasan Karya

  tema, tetapi dalam penelitian ini dipilih sembilan buah foto yang dianggap mewakili semua karya foto yang ada. dari Sembilan foto tersebut penulis memilih masing

  Mengingat banyaknya sampel dari karya foto pada media kartu pos karya K. Sujana, dari tahun 1970 sampai tahun 1990 diambil sebanyak sembilan buah sampel. Dalam setiap sepuluh tahun karya foto diambil masing

  • –masing tiga foto dalam kurun waktu sepuluh tahun. Dalam pembahasan mengenai analisis bentuk, penulis sembilan buah foto tersebut dibagi berdasarkan tahun pembuata, yaitu dari tahun 1970 sampai 1990.
  • – masing tiga buah foto yang dianggap sudah dapat mewakili keberagaman tema dan ide foto dengan demikian, jumlah sampel yang didapat sebanyak sembilan sampel foto.
  • –buih ombak berwarna putih, dalam foto ini K.Sujana mengggunakan bantuan lensa fish eye yaitu lensa dengan bentuk cembung seperti bentuk mata ikan dimana penggunaan lensa ini akan menghasilkan efek melengkung atau distorsi, dengan demikian foto yang dihasilkan akan menjadi unik karena efek distorsi yang dihasilkan oleh lensa.
  • – hal atau bagian terkecil dari subjek foto yang diceritakan. Berikutnya adalah

  • – tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode ini adalah suatu proses dalam mengincar bentuk visual atas peristiwa atau mempunyai nilai cerita.
  • –hal detail yang perlu diperlihatkan dari dekat atau diperbesar dalam satu frame. Tujuannyan adalah agar penikmat foto mengetahui hal

  angle, dan timming atau disebut juga

  sebagai Established shoot, yakni menampilkan secara keseluruhan subjek yang difoto, cara ini baik untuk mengenalkan secara keseluruhan subjek foto dan lingkungannya kepada penikmat foto. Orang yang melihat foto bisa langsung menangkap keseluruhan subjek foto yang ingin diceritakan. Berikutnya adalah Detail yaitu focus terhadap hal

  framming merupakan permainan komposisi, pura tersebut terlihat dengan jelas, K.Sujana ingin memberikan gambaran kepada penikmat foto bahwa pura ini berdiri di atas tebing dan dikelilingi oleh pantai yang menghasilkan buih

  pola, tekstur, bentuk, bermain ruang tajam,

  ini rasa estetik lebih penting. Selanjutnya adalah Angle atau sudut pandang, terkadang subjek akan terlihat lebih berbeda dengan sudut pengambilan tertentu. Hal yang terakhir adalah timming. Pada saat ini fotografer bermain dengan shutter speed, intuisi, dan refleks. Intuisi dan refleks diperlukan untuk menangkap momen puncak dalam proses pemotretan. Metode EDFAT digunakan untuk menganalisis bentuk foto karya K. Sujana dalam media

  Metode EDFAT merupakan kependekan dari Entire, detail, framing,

  Dalam pembahasan bentuk dipaparkan bentuk foto dari ideational dan tehnikal. Selain itu, untuk membahas komposisi foto digunakan metode EDFAT, yaitu metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detail dan tajam. Tahapan

  Kartu Pos Karya K Sujana tahun 1970an Gbr.1 “Tanah Lot”

  K.Sujana menggambarkan Pura Tanah Lot dengan dikelilingi buih

  Dengan penggunaan jenis lensa ini K. Sujana ingin menampilkan keseluruhan pemandangan Pura Tanah Lot karena penggunaan lensa fish eye memiliki sudut jangkauan yang lebih luas, selain itu dengan penggunaan lensa fish eye mampu menghasilkan efek distorsi yang unik seperti yang terlihat di foto, yaitu garis cakrawala terlihat melengkung sehingga mempuat tampilan Pura Tanah Lot menjadi berbeda dari biasanya.

  Dalam foto ini K.Sujana mengutamakan established shoot dengan memotret keseluruhan obyek pura Tanah

  foreground dan background, dalam tahapan

  • –buih ombak karena terbentur oleh karang yang ada di sekeliling pura, dengan mengutamakan established

  shoot maka penikmat foto akan

  mendapatkan pandangan sesuai dengan kenyataan di lapangan.

  Pencahayaan yang digunakan adalah cahaya depan karena cahaya ini yang paling baik digunakan untuk pemotretan landscape, untuk menghasilkan foto yang menggunakan arah cahaya depan, tidak jarang K. Sujana memilih menginap di lokasi untuk menangkap golden hour atau waktu yang paling tepat untuk melepaskan shutter kamera, karena menurutnya pencahayaan yang baik adalah cahaya di pagi hari saat matahari terbit.

  Komposisi yang digunakan oleh K.Sujana adalah rule of third dimana komposisi foto ini adalah dengan memosisikan obyek dalam hal ini adalah Pura Tanah Lot di sepertiga bagian dalam foto agar lebih enak dilihat, dengan menempatkan obyek pada sepertiga bidang foto maka secara keseluruhan foto yang dihasilkan terlihat lebih seimbang. Menempatkan point of interest dalam sepertiga bidang foto bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan dalam ilmu desain disebutkan bahwa saat melihat sebuah gambar mata manusia secara natural akan tertuju pada salah satu tititk di atas dibandingkan pada pusat titik tengah foto, sehingga foto yang disusun dalam komposisi rule of third akan lebih enak dipandang karena sejalan dengan cara mata kita melihatnya.

  Foto kedua hasil karya K. Sujana di tahun 1970-an adalah foto pemandangan di sebuah desa pada pagi hari, pada foto tersebut nampak dua orang wanita menggunakan kain yang satu menggunakan handuk untuk menutupi badannya sementara wanita di sisi kanan menggunakan pakaian seperti biasa.

  Kedua wanita ini tampak tidak menggunakan alas kaki dalam posisi membelakangi fotografer, kedua wanita tersebut terlihat membawa ember, wanita yang satu memilih menjinjing ember merahnya dan berjalan di belakang sementara wanita yang lainnya memilih membawa ember birunya di atas kepala, suasana desa pada pagi hari saat tahun 1970 pada umumnya tampak seperti dalam foto. Karena pada saat itu semua yang ada di desa masih natural terlihat dari tembok yang terbuat dari tanah, kesederhanaan wanita tanpa alas kaki dan aktivitas membawa peralatan mandi dan cucian kotor menuju sungai, karena pada jaman itu mayoritas aktivitas mandi cuci dan kloset masih tergantung pada sungai karena belum smua rumah memiliki toilet. Secara kultural dapat dilihat juga perubahan penggunaan gerabah sebagai wadah air digantikan dengan ember plastik.

  Dalam foto ini K.Sujana menggunakan metode established shoot dalam metode EDFAT dengan menggunakan tehnik dof luas sehingga keseluruhan landscape atau pemandangan desa terlihat dengan jelas, K.Sujana ingin menampilkan pemandangan desa dan aktivitas manusia di dalamnya.

  Pencahayaan dalam foto di atas menggunakan pencahayaan sinar samping hal ini terlihat dari arah datangnya cahaya dalam foto sehingga nampak beberapa bagian dalam foto yang terlihat gelap tidak mendapatkan pencahayaan. Penggunaan cahaya samping ini menghasilkan bayangan dari dua orang wanita yang terekam dalam gambar, menambah nilai ke artistikan dalam foto karena efek bayangan yang dihasilkan oleh cahaya samping. Pemilihan penggunaan cahaya samping juga untuk menambah efek dramatisir dalam foto agar

  5

  mampu mewakilkan nuansa pada pagi hari saat matahari baru terbit di sebuah desa.

  Sudut mata pengambilan foto yang digunakan oleh K.Sujana dalam foto di atas adalah eye level atau sejajar pandangan mata, sudut mata ini digunakan untuk menghasilkan foto yang lebih natural sesuai dengan tema dalam foto yaitu menggambarkan keadaan desa pada pagi hari di Bali. Komposisi yang digunakan dalam foto adalah komposisi simetris dengan menempatkan obyek berada ditengah

  • – tengah frame sejajar dengan pandangan mata.

  Gbr.3 Alas Kedaton

  Foto ketiga yang dihasilkan K.Sujana pada tahun 1970-an berlokasi di Alas Kedaton Bali, dalam satu buah kartu pos dibagi menjadi dua frame, terdapat dua foto yang menggambarkan aktivitas keagamaan yang sedang terjadi di Alas Kedaton, foto pertama menggambarkan beberapa wanita membawa sesajen atau gebogan, para wanita ini menggunakan kemben berwarna kuning sedang melakukan tradisi mapeed, istilah mapeed ini bermakna berjalan beriringan, tradisi ini memang sudah turun temurun dilakukan di Alas Kedaton, upacara ini dilakukan sebagai ungkapan rasa terimakasih umat Hindu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan menghaturkan persembahan yang di arak menuju pura. Persembahan ini berupa gebogan yang tingginya rata

  Foto kedua yang terdapat dalam kartu pos adalah sebuah prosesi keagamaan lainnya yaitu sebuah ritual yang dilakukan di luar pura dengan melibatkan sesuunan yaitu Barong dan Rangda, tampak dalam foto beberapa orang dengan pakaian adat berwarna warni memegang tedung atau payung berwarna hitam dan merah.

  Kedua foto dalam kartu pos menggunakan pendekatan established shoot dalam metode EDFAT yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara nyata kepada penikmat foto, metode ini mengutamakan kejelasan situasi yang sedang terjadi sehingga penikmat foto bisa membayangkan situasi yang terjadi pada saat itu, dengan menggunakan tehnik dof luas sehingga menghasilkan foto tanpa kedalaman semua obyek tampak fokus.

  Pencahayaan dalam foto pertama adalah sinar samping karena foto diambil saat pagi hari dimana ritual mapeed ini dilaksanakan, sedangkan foto di bawah menggunakan cahaya atas.

  Komposisi dalam foto pertama menggunakan komposisi seimbang karena focus dari subjek yang difoto diletakkan di tengah bidang foto, dalam foto pertama terdapat irama atau pengulangan yang terjadi akibat dari komposisi subjek yang berbaris dengan menggunakan pakaian berwarna senada mengakibatkan irama yang terjadi dalam foto tampak estetis, sedangkan komposisi foto kedua menggunakan komposisi simetris dengan menempatkan subjek foto di tengah bidang adanya payung atau tedung yang dibawa oleh subjek foto mengakibatkan focus of

  interest yang dihasilkan berfokus pada

  payung yang berwarna tersebut sehingga komposisi yang dihasilkan dapat dikatakan komposisi simetris.

  • – rata mencapai satu meter yang tersusun dari buah
  • – buahan dan aneka jajanan

  Kartu Pos Karya K Sujana tahun 1980an Gbr.4 Dolphin action in Bali

  Foto karya K.Sujana pada tahun 1980 berjudul “dolphin action in Bali” dalam foto ini terdapat beberapa lumba

  • – lumba di tengah lautan yang biru, nampak sebagai latar belakangnya sebuah perahu dengan layar berwarna biru, terlihat beberapa lumba
  • –lumba sedang berenang memecah ombak sehingga hanya terlihat sirip – sirip kecil mereka di tengah lautan.

  Metode EDFAT yang digunakan adalah timing dan Established Shoot, K.Sujana menggunakan timing yang tepat untuk melepaskan tombol shutter agar dapat membekukan gerak lumba

  • – lumba sehingga foto yang dihasilkan tidak blur atau tetap fokus, selain itu established shoot juga digunakan oleh K.Sujana untuk memberikan gambaran yang luas bagaimana kondisi di lautan lepas saat kita melihat lumba
  • –lumba yang sedang berenang di lautan.

  Cahaya yang digunakan adalah cahaya atas, mendapatkan sinar atas dari sumber cahaya matahari secara langsung.

  Sudut pandangan mata atau angle yang digunakan untuk memotret adalah pandangan mata sejajar atau eye level artinya posisi kamera sejajar dengan pandangan mata kita melihat.

  Menurut Sujana, foto ini merupakan foto pertama dari karyanya yang sudah mendapatkan sentuhan penggabungan beberapa gambar ke dalam satu bingkai. Penggabungan tersebut dilakukan pada beberapa frame foto lumba

  Gbr.5 Bali ancient

  Foto kedua karya K.Sujana di tahun 1980 bertema human interest berjudul Bali dengan subheadline “Bali is an ancient,

  tradisisonal society that is still incredible alive and vital

  ” dalam foto tersebut tampak empat orang gadis Bali sedang duduk menggunakan pakaian tradisional Bali dengan dibalut kain berwarna pink, rambut mereka berhiaskan bunga emas, bunga jepun dan bunga pucuk bang (merah) sebagai lambang spiritual di Bali, dalam foto tersebut terlihat seorang gadis yang menjadi focus of interest, gadis tersebut tertawa sembari tangannya memegang leher ekspresi wajahnya terlihat bahagia.

  Metode EDFAT yang digunakan dalam foto adalah metode timing dimana K. Sujana menangkap moment yang tepat saat gadis Bali tersebut tertawa sehingga ekspresi yang ditimbulkan menjadi tidak kaku.

  Pencahayaan yang ada pada foto di atas adalah cahaya depan, cahaya yang digunakan didapat dari sinar matahari secara langsung, komposisi yang digunakan dalam foto adalah komposisi simetris dengan pengulangan ritme irama yang terdapat pada warna pakaian yang digunakan oleh wanita Bali tersebut, selain itu sudut pengambilan gambar menyebabkan ritme perulangan terjadi kembali akibat dari berjejernya posisi model sehingga membuat kesan irama perulangan.

  • – lumba yang diseleksi dan dimasukan kedalam satu area gambar, sehingga pada foto final terdapat visual lebih dari satu ikan sulitnya mendapatkan foto yang menampilkan banyak ikan lumba-lumba kedalam satu moment.

7 Gbr.6

  Keris & Barong Dance

  Foto yang dihasilkan oleh K.Sujana pada tahun 1980 berjudul Bali Keris dan Barong Dance, dalam foto terdapat ilustrasi dua orang laki

  • – laki penari keris dalam pementasan Barong bertelanjang dada memegang keris menggunakan kain poleng dan bersumpang bunga pucuk berwarna merah, dibelakangnya terdapat Barong yang juga merupakan ikon dari tari barong dan kecak, foto tersebut menceritakan tari kecak yang salah satu adegannya dimana penari kecak akan mengalami trance atau kerauhan dalam istilah bahasa Bali dengan membawa keris yang ditusukkan pada dada penari kecak.

  Metode EDFAT yang digunakan adalah timing dimana kemampuan seorang fotografer untuk menangkap sebuah adegan pada waktu yang tepat sehingga menghasilkan sebuah foto yang dramatis dan kuat, dalam foto ini K.Sujana membekukan moment pada saat yang tepat yaitu saat Barong datang sebagai symbol kebaikan berdiri di belakang penari kecak sehingga moment yang diabadikan dalam foto kecak terlihat lebih dramatis karena ekspresi penari kecak saat dalam kondisi

  trance menusukkan keris ke dalam dadanya

  walaupun kondisi seperti sedang trance tersebut hanya diperagakan untuk kepentingan hiburan semata.

  Bagi wisatawan asing kondisi yang terlihat dalam foto tentu akan sangat menakjubkan bagi mereka karena senjata tajam yang ditusukkan tidak membuat para penari tersebut terluka sementara ekspresi mereka terlihat seperti sedang khusuk melakukan gerakan menusukan diri. Maka dari itu pemilihan metode timing yang digunakan K. Sujana dalam mengabadikan moment tarian kecak dan Barong dance sangatlah tepat.

  Cahaya yang digunakan dalam foto adalah cahaya atas hal ini tampak dari pencahayaan yang mengenai rambut penari kecak, arah cahaya datangnya dari atas dengan pencahayaan alami yaitu dari matahari.

  Komposisi yang digunakan adalah komposisi rule of third yang menempatkan

  focus of interest di sepertiga bidang foto,

  dalam hal ini yang menjadi focus of interest adalah para penari, selain itu penggunaan bunga pucuk yang disumpangkan pada telinga penari menjadi focus of interest penambah nilai karena warna merah dari bunga tersebut mampu menari perhatian mata.

  Kartu Pos Karya K Sujana tahun 1990an Gbr.7 Melasti Foto yang dihasilkan oleh K.

  Sujana diberi judul Melasti, melasti merupakan proses penyucian diri untuk menyambut hari raya nyepi oleh seluruh umat Hindu di Bali, upacara melasti dilaksanakan di pinggir pantai dengan tujuan menyucikan diri dari segala perbuatan buruk pada masa lalu dan membuangnya ke laut, selain melakukan persembahyangan, upacara melasti juga pembersihan dan penyucian benda sakral.

  Dalam foto di atas nampak lautan manusia mayoritas menggunakan pakaian putih dan kuning dalam foto nampak payung atau tedung yang berwarna merah hitam dan putih. Metode edfat yang digunakan adalah established shoot dengan tehnik dof luas yang menggambarkan secara luas obyek di lapangan sehingga membayangkan seperti apa kondisi yang terjadi di lapangan.

  Pencahayaan yang digunakan adalah sinar atas atau arah datangnya cahaya dari samping. Sudut pandang mata digunakan pandangan mata burung dimana posisi fotografer lebih tinggi daripada obyek, dengan menggunakan sudut pandang ini akan menghasilkan obyek yang kecil namun mampu menghasilkan kesan keramaian.

  Gbr.8 Putri Bali Hotel Pada tahun 1990 pembangunan pariwisata di Bali berkembang sangat cepat. Hotel bertaraf internasional, infrastruktur jalan, dan kawasan pariwisata mulai dibangun. Pada saat inilah kawasan Kuta, Nusa Dua, Sanur menjadi tempat yang terkenal. Pariwisata mulai mendorong Bali menjadi daerah yang maju dan menyumbang bagian yang sangat besar untuk pendapatan daerah. Salah satu pembangunan untuk mendukung pariwisata di Bali adalah pembangunan hotel berbintang yaitu hotel Putri Bali yang sangat terkenal di era 90-an, keberadaan hotel ini menjadi obyek foto oleh K. Sujana.

  • – tengah frame, sementara komposisi pada foto ke empat menggunakan komposisi dinamis karena memperlihatkan aktivitas wisatawan yang sedang berjalan kaki seolah
  • – olah hal ini dapat menimbulka efek gerak atau dinamis.

  Foto sample kedua di tahun 1990 karya K. Sujana ini terbagi menjadi empat frame, frame pertama menggambarkan arsitektur bangunan sebuah hotel yaitu hotel Putri Bali, frame kedua menggambarkan sebuah kebun yang ditanami pohon kelapa, pada frame yang ketiga menggambarkan arsitektur sebuah bangunan mirip sebuah candi bentar yang berhiaskan ukiran motif karang gajah, bangunan tersebut merupakan sebuah kolam yang berhiaskan air mancur, sebuah pantai di Nusa Dua dimana di dalam frame tersebut terlhat aktivitas wisatawan yang sedang berjemur menikmati hangatnya sinar matahari di pantai tersebut.

  Metode EDFAT yang digunakan dalam foto ini adlah metode established

  shoot

  dalam yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara nyata kepada penikmat foto, metode ini mengutamakan kejelasan situasi yang sedang terjadi sehingga penikmat foto bisa membayangkan situasi yang terjadi pada saat itu, dengan menggunakan tehnik dof luas sehingga menghasilkan foto tanpa kedalaman semua obyek tampak fokus.

  Cahaya yang digunakan dalam ke empat foto di atas adalah bantuan cahaya matahari dengan arah cahaya berasal dari atas. Eye level atau sudut pengambilan gambar yang terdapat pada keempat foto di atas adalah pandangan mata sejajar atau sejajar mata memandang.

  Komposisi yang terdapat dalam foto pertama adalah komposisi perulangan atau ritme perulangan bentuk yang dihasilkan dari bentuk bangunan yang sama sehingga mengsankan perulangan yang terjadi pada saat bangunan tersebut difoto, komposisi yang terkandung pada frame kedua adalah komposisi simetris dengan penempatan focus of interest dalam hal ini pohon kelapa yang menjadi focus mata ditempatkan sejajar sepanjang frame foto sehingga menimbulkan komposisi yang simetris, komposisi yang terkandung pada foto ketiga adalah komposisi simetris dengan meletakkan obyek yang menjadi pusat perhatian mata di tengah

9 Gbr.9

  Offering

  F oto yang diberi judul “offering” ini menggambarkan prosesi mapeed di tahun 1990, dimana di tahun itu sudah terlihat keseragaman dalam penggunaan busana, segalanya nampak seragam dan teratur dengan kebaya berwarna ungu, selendang putih dan kain batik, terlihat dalam frame kemegahan candi bentar yang ada di Bali sehingga menambah nilai estetika foto karya K. Sujana di tahun 1990 ini

  • –foto lama dapat mengungkapkan banyak hal, seperti diungkapkan K. Sujana “memori adalah
  • –realitas yang ada untuk menjadi keterangan sejarah, ia mengabadikan moment agar tidak terlupakan dalam sejarah.

  Ilustrasi pada foto menggambarkan serombongan wanita sedang berbaris rapi memasuki sebuah kori yang megah dengan diapit oleh dua buah penjor, wanita

  • – bentuk karya foto K.Sujana yang diaplikasikan pada media kartu pos meliputi struktur penyusunan yang lebih banyak menampilkan detail dokumentasi rekaman keadaaan bali yang kelak akan berubah drastis, seperti pemandangan, ritual, pakaian, arsitektur dan kegiatan masyarakat. Visualisasi foto dalam kartu posnya seolah menjadi penanda akhir akan keindahan Bali secara utuh dan kesederhanaan perilaku masyarakat Bali secara jujur. Dikatakan demikian beberapa tahun setelah pemotretan tersebut, Bali dilanda demam turisme masal yang mengubah seluruh sendi kehidupan dan budaya masyarakat, termasuk perubahan alamnya.
  • –wanita tersebut mengenakan baju dan kain yang seragam, sembari membawa gebogan mereka berbaris rapi memasuki candi bentar.

  Metode EDFAT yang digunakan adalah established shoot dan dof luas, dengan menggunakan dof luas akan lebih memberikan gambaran kepada penikmat foto seperti apa kondisi di dalam foto sehingga lebih memungkinkan bagi penikmat foto untuk ikut merasakan moment yang terjadi di dalam foto.

  Arah datangnya cahaya dalam foto adalah cahaya depan, dimana cahaya ini menyinari obyek dari depan atau membelakangi fotografer, dalam foto di atas K. Sujana menggunakan sudut pandang sejajar dengan pandangan mata kita. Komposisi yang digunakan K. Sujana dalam foto adalah komposisi rule of third dimana focus of interest dalam foto diletakkan di sepertiga bagian foto dalam hal ini fokus yang dimaksud adalah candi bentar yang ada dalam foto, sementara itu persamaan pakaian yang digunakan sehingga menimbulkan perulangan dan irama menambah ke artistikan foto tersebut.

  PENUTUP

  Sebuah foto dapat memberikan seribu makna dan merupakan rekaman jejak waktu karena membekukan ruang dan waktu. Sebagai salah satu bentuk teks, kehadiran makna fotografi dapat digali terkait dengan konteks yang berlaku pada zamannya. Oleh karena itu kehadiran sebuah foto

  sumber paling autentik dalam hidup manusia dan citra adalah sarana untuk mengawetkan memori ini

  ” artinya karya– karya foto K. Sujana banyak menjelajahi realitas

  Bentuk

  Estetika pada tataran ideasional karya secara tidak langsung rekaman foto- foto yang dipotret dalam kurun waktu 1970--1990-an itu memberikan gambaran yang dalam mengenai perubahan drastis yang terjadi di Bali di berbagai bidang dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Dari keseluruhan visual foto yang terpapar di atas, diketahui bahwa semua mengalami pergeseran yang mendasar, baik dari perubahan alam, alih fungsi lahan, perubahan bentuk dan fungsi arsitektur, perubahan perilaku dan cara berpakaian masyarakat, perubahan makna dan fungsi ritual, komodifikasi seni pertunjukan di Bali, selain itu untuk menguatkan visualisasi dari sudut penikmat, K.Sujana berusaha memposisikan matanya seperti mata orang asing dalam melihat Bali lalu menuangkannya kedalam pemilihan lokasi, obyek,konsep dan tema foto. Jadi dari proses itu dapat ditemukan eksotika, sisi lain dan keunikan yang ingin disampaikan.

  Estetika pada tataran teknikal, K. Sujana lebih banyak menggunakan metode

  Freeman, John. Photography : The New Complete Guide to Taking Photographs.

  Zahar, Iwan. Catatan Fotografer: Kiat Jitu

  Photography. Glenview, Illinois : Scott, Foreman and Company, 1989.

  Upton, Barbara London & John Upton.

  Vision . Penerbit Buku Kompas. Jakarta, 2004.

  University Press, Oxford Singapore New York, 1995. Nardi, Leo. Diktat Fotografi. Bandung, 1996. Nugroho, R. Amien. Kamus Fotografi. Yogyakarta : Penerbit Andi, 2006. Marah, Risman (Ed.). Soedjai Kartasasmita Di Belantara Fotografi Indonesia. Yogyakarta : BP ISI Yogyakarta & LPP Yogyakarta, 2006. Soedjono, Soeprapto. Pot-Pouri Fotografi. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti, 2006. Sugiarto, Atok. Darwis Triadi Color

  Imaginary Museum : The Photographs of Walter Spies and Beryl de Zoete. Kuala Lumpur : Oxford

  Singapore, 2011. Hitchcock, Michael & Lucy Norris. Bali the

  Singapore : Page One Publishing Private Limited, 2005. Freitag, Thomas U. Bali : 3 Balinese Photographers 1913-2007. Grya Santrian Gallery. Denpasar. 2007. Haks, Leo & Steven Wachlin. Indonesia 500 Early Kartu pos . EDM books.

  Photography . London : Yale University Press, 1992.

  timming dalam menangkap moment yang

  Edwards, Elizabeth. Anthropology &

  Drajat, Ray Bachtiar. Ritual Fotografi. Jakarta : Elex Media Computindo, 2005.

  Pengantar. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2004.

  Djelantik, A. A. M. Estetika : Sebuah

  Galang Press, 2002. Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.

  (Fotografi Diantara Dua Subyek : Perbincangan tentang Ada). Yogyakarta :

  Ajidarma, Seno Gumira. Kisah Mata

  Dari keseluruhan karya kartu pos karya K Sujana didapatkan sebuah perubahan paradigma dari kebiasaan dokumentatif semata, mengarah kepada karya foto yang komunikatif. Artinya, dimana di dalam sebuah karya fotografi dapat ditampilkan berbagai kemungkinan tafsir dan penyampaian pesan tertentu dari pemotret kepada penikmat karena di sanalah terletak esensi paling penting dari penyajian karya fotografi. Di samping itu, di sini juga harus dikembangkan cara pandang fotografis yang sebelumnya melihat karya fotografi hanya secara teknis tetapi mengesampingkan hal-hal yang bersifat filosofis yang terkandung dalam setiap karya fotografi.

  tepat. Sebagian besar fotonya dihasilkan pada pagi hari saat sinar matahari dalam posisi dan warna cahaya terbaik untuk memotret.

DAFTAR RUJUKAN

11 Penerbit Kreativ Media, 2003.

  Daftar Nara Sumber/Informan

  Sujana, Karyadinata (75th), Fotografer, Wawancara tanggal 06 Nopember 2018, di studio Prima Foto.

  .