BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF), TINGKAT KECUKUPAN MODAL, TINGKAT LIKUIDITAS, DAN KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF (KAP) TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA TAHUN 2006 - 2010 - repo

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank
PSAK Nomor 31 mengenai Akuntansi Perbankan mendefenisikan
”Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak
memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi dalam lalu lintas
pembayaran.”
Jenis bank menurut Siamat (2005:47), bank yang beroperasi di
Indonesia dapat dibedakan berdasarkan: fungsi yang terdiri dari bank
sentral, bank umum, dan bank perkreditan rakyat; kepemilikan yang terdiri
dari bank persero (bank pemerintah), bank umum swasta nasional, bank
asing, bank pemerintah daerah, dan bank campuran; sistem pengenaan
bunga yang terdiri dari bank konvensional dan bank syariah; kegiatannya di
bidang devisa yang terdiri dari bank devisa dan bank non devisa; jenis
kantor yang terdiri dari kantor pusat (head office), kantor cabang (branch
office), kantor cabang pembantu (sub branch office), kantor kas (cash
services office), kantor perwakilan (representative office), dan kantor
wilayah (regional office).


Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

2.2. Perbankan Syariah
Definisi Perbankan Syariah dapat diartikan sebagai suatu sistem
perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha
pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk
memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba
serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal:
usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha
media yang tidak islami dll), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem
perbankan konvensional. Perbankan syariah menjalankan fungsi yang sama
dengan perbankan konvensional, yaitu sebagai lembaga intermediasi
(penyaluran), dari nasabah pemilik dana (shahibul mal) dengan nasabah
yang membutuhkan dana. Namun, nasabah dana dalam bank syariah
diperlakukan sebagai investor dan/atau penitip dana. Dana tersebut
disalurkan perbankan syariah kepada nasabah pembiayaan untuk beragam
keperluan, baik produktif (investasi dan modal kerja) maupun konsumtif.
Dari pembiayaan tersebut, bank syariah akan memperoleh bagi hasil/marjin
yang merupakan pendapatan bagi bank syariah. Jadi, nasabah pembiayaan
akan membayar pokok + bagi hasil/marjin kepada bank syariah. Pokok akan

dikembalikan sepenuhnya kepada nasabah dana sedangkan bagi hasil/marjin
akan dibagi hasilkan antara bank syariah dan nasabah dana, sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati. Artinya dalam bank syariah, dana dari nasabah
pendanaan harus di’usahakan’ terlebih dahulu untuk menghasilkan

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

pendapatan. Pendapatan itulah yang akan dibagi hasilkan untuk keuntungan
bank syariah dan nasabah dana.
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998
tentang perbankan mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang
menghimpun

dana

dari

masyarakat


dalam

bentuk

simpanan

dan

menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif
investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering
pula disebut lembaga kepercayaan. Adapun fungsi utama bank dalam
embangunan ekonomi antara lain:
1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan.
2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam
bentuk kredit.
3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan
peredaran uang.

Setelah diberlakukannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan Pasal 6 huruf m) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang RI No. 10 Tahun 1998, praktek perbankan berdasarkan prinsip bagi
hasil dimungkinkan

untuk dilakukan di Indonesia. Kegiatan bank

berdasarkan prinsip bagi hasil pada

asarnya merupakan perluasan jasa

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

perbankan bagi masyarakat

yang membutuhkan dan menghendaki

pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga melainkan
atas dasar prinsip bagi hasil jual beli sebagaimana digariskan syariat Islam
(Siamat, 2005). Sedangkan menurut Dahlan Siamat (2005), Bank Syariah
atau Bank Islam adalah bank yang dalam menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum atau syariat Islam yaitu dengan
mengacu kepada Al Qur’an dan Al Hadits.
Secara khusus peranan bank syariah secara nyata dapat terwujud
dalam aspek-aspek berikut:
1. Menjadi perekat nasionalisme baru.
2. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan.
3. Memberikan return yang lebih baik, artinya investasi di bank syariah
tidak memberikan janji yang pasti mengenai keuntungan yang diberikan.
4. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan.
5. Mendorong pemerataan pendapatan.
6. Peningkatan efisiensi mobilisasi dana.
7. Uswah hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank.
8. Salah satu sebab terjadinya krisis adalah adanya Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN).
Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari
keridhoan Allah untuk memperoleh kebajikan di dunia dan di akhirat. Oleh
karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan syariah harus menghindari:
1. Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya:

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014


a. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka secara
pasti keberhasilan suatu usaha (QS. Luqman: 34).
b. Menghindari penggunaan sistem prosentase untuk pembebanan biaya
terhadap utang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang
mengandung

unsur

melipat

gandakan

secara

otomatis

hutang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu (QS, Ali
Imron: 130).
c. Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang

ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh
kelebihan baik kuantitas maupun kualitas (HR. Muslim, Bab Riba
No. 1551 s/d 1567).
d. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka tambahan
atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara
sukarela (HR. Muslim, Bab Riba No. 1569 s/d 1572).
2. Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan. Dengan mengacu pada
Al-Quran Surat Al Baqarah ayat 275 dan An Nisa ayat 29, maka setiap
transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem bagi
hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran
antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah berlaku
prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong
produk/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari
adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflasi.

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

Prinsip bagi hasil adalah prinsip yang berdasarkan syariah yang
digunakan oleh bank berdasarkan prinsip bagi hasil dalam (Siamat, 2005):
1. Menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat

sehubungan dengan penggunaan dana masyarakat yang dipercayakan
kepadanya.
2. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan
dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan
investasi maupun modal kerja.
3. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainnya yang
lazim dilakukan oleh bank dengan prinsip bagi hasil.
Sistem perbankan dalam ekonomi Islam didasarkan pada konsep
pembagian baik keuntungan maupun kerugian. Disini artinya siapa yang
ingin mendapatkan hasil dari tabungannya, juga harus berani mengambil
resiko. Bank-bank syariah dikembangkan prinsip yang tidak membolehkan
pemisahan antara hal yang temporal (keduniaan) dan keagamaan. Prinsip ini
mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek
kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah ritual tetapi
transaksi bisnis pun harus sesuai dengan ajaran syariah
Perbankan syariah di Indonesia, pertama kali dipelopori oleh Bank
Muamalat Indonesia yang berdiri pada tahun 1991. Bank ini pada awal
berdirinya diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah
serta mendapat dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Pada saat krisis moneter yang


Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

terjadi pada akhir tahun 1990,bank ini mengalami kesulitan sehingga
ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian
memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002
dapat bangkit dan menghasilkan laba. Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi
bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara itu bank umum yang telah
memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank
besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia
(Persero).

2.3. Prinsip-prinsip Dasar Perbankan Syariah
Dalam melaksanakan investasinya, bank syariah memberi keyakinan
bahwa dana mereka sendiri (equity), serta dana lain yang tersedia untuk
investasi,

mendatangkan pendapatan yang sesuai dengan syariah dan


bermanfaat bagi masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 10 Tahun 1998 pasal 1 (13) tentang Perbankan disebutkan
bahwa:
”Prinsip syariah adalah sebagai aturan perjanjian berdasarkan hukum
syariah antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan
pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan syariah antara lain: pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(Mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(Musyarakah), pembiayaan berdasarkan prinsip jual-beli barang dengan

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

memperoleh keuntungan (Murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (Ijarah), atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (Ijarah wa Istiqna)”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan secara ringkas
prinsip-prinsip dasar perbankan syariah (M. Syafi’i Antonio, 2001) adalah:
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository atau Al Wadiah)
Al wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak

ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Prinsip bagi hasil yang sudah dikenal adalah:
a. Al Musyarakah adalah prinsip dimana bank menyediakan sebagian
dari pembiayaan bagi usaha atau kegiatan tertentu, sebagian lain
disediakan oleh mitra usaha. Dalam hal ini, bank dapat ikut serta
mengelola usaha tersebut. Bank bersama mitra usaha mengadakan
kesepakatan tentang pembagian keuntungan dari usaha yang
dibiayai.
b. Al Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, yaitu
pihak yang satu (Shahibul Maal) menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (Mudharib). Keuntungan
usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang tertuang
dalam kontrak.

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

3. Prinsip Jual Beli (Sale and Purchase)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan
di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi
jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu
penyerahan barang. Ada tiga jenis jual beli sebagai dasar dalam
pembiayaan modal kerja dan investasi, yaitu: Al Murabahah, Salam dan
Isthisna.
4. Prinsip Sewa (Operational Lease and Financial Lease)
Prinsip ini biasa disebut dengan Al Ijarah yang mempunyai
maksud akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa. Dalam konteks
perbankan syariah, Ijarah adalah lease contract yaitu suatu bank atau
lembaga keuangan menyewakan peralatan kepada salah satu nasabahnya
berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti
sebelumnya. Prinsip ini dibedakan menjadi dua, yaitu: Ijarah/sewa
(Operational Lease) dan Ijarah Al- Muntahia Bit-tamlik (Financial
Lease With Purchase Option) atau sewa beli.

2.4. Non Performing Fianancing (NPF)
Pengertian Kredit menurut undang-undang perbankan nomor 10
tahun 1998, ”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Pada dasarnya suatu bisnis tidak dapat terlepas dari resiko, seperti halnya
bank yang tidak dapat terlepas dari resiko kredit berupa tidak lancarnya
pembayaran kembali atau dengan kata lain kredit bermasalah atau Non
Performing Financing. Peningkatan NPF mengakibatkan bank harus
menyediakan cadangan penghapusan piutang yang cukup besar sehingga
kemampuan memberikan kredit menjadi sangat terbatas. Kredit yang
termasuk dalam kategori NPF adalah kredit kurang lancar (sub standard),
kredit diragukan (doubtfull), dan kredit macet (loss).
Non Performing Financing (NPF) yang analog dengan Non
Performing Loan (NPL) pada bank konvensional merupakan rasio keuangan
yang bekaitan dengan risiko kredit. Non Performing Financing menunjukan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah
yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan
semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah
kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang
diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain.
Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan
dan macet (Almilia dalam Pratiwi, 2012).

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

2.5. Kecukupan Modal
Modal bank secara umum adalah dana yang diinvestasikan oleh
pemilik bank dalam pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk
membiayai kegiatan usaha bank di samping memenuhi peraturan yang
ditetapkan. Ada tiga alasan bank dalam menentukan jumlah modal yaitu
modal bank membantu mencegah kegagalan usaha bank, sejumlah modal
bank mempengaruhi keuntungan pemegang saham, dan untuk memenuhi
ketentuan modal minimum bank.
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian. Bank Indonesia
menetapkan

kewajiban

penyediaan

modal

minimum

yang

harus

dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu properti tertentu dari Total
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebesar 8%.
CAR adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko,
misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2004). Rasio permodalan
menurut

ketentuan

Bank

Indonesia

No.

6/10/PBI/2004:

Penilaian

pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan
melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1) Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku.
2) Komposisi permodalan.
3) Trend ke depan/proyeksi KPMM.

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

4)

Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal
Bank.

5) Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan (laba ditahan).
6) Rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha.
7) Akses kepada sumber permodalan.
8) Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan
Bank.

2.6. Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan bank untuk dapat memenuhi
kemungkinan ditariknya deposito atau simpanan oleh deposan. Menurut
Oliver G Wood, Jr dalam Siamat (2005:336), ”Likuiditas adalah
kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah
deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan
kredit tanpa ada penundaan.”
Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi diukur dengan besaran
Loan to Deposit Ratio (LDR). Riyadi (2004:146) menyatakan LDR adalah
perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak
ketiga yang dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukkan tingkat
kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh
bank yang bersangkutan. Bank yang sehat memiliki LDR 85% sampai
110%, jika LDR di atas 110% maka bank akan mengalami kesulitan

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

likuiditas dan berdampak pada penurunan Profitabilitas. Quick ratio
merupakan salah satu rasio keuangan yang dapat mengukur kemampuan
bank untuk membayar kembali kewajiban kepada para deposannya dengan
cash assets yang dipunyainya. Semakin tinggi ratio ini maka tingkat
likuiditas juga semakin tinggi.
Loan or Financing to deposit ratio (LDR atau FDR) merupakan
perbandingan antara jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh bank. LDR atau FDR menyatakan seberapa
jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit atau pembiayaan yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Dendawijaya, 2004). Sebagian
praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR atau FDR
suatu bank adalah sekitar 80 %. Namun batas toleransi berkisar antara 85100%.

2.7. Kualitas Aktiva Produktif
Kualitas Aktiva Produktif menunjukkan kualitas aset sehubungan
dengan resiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan
investasi dana bank pada portfolio yang berbeda. Bank diwajibkan memiliki
cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan
oleh bank untuk menutup resiko kemungkinan kerugian yang terjadi yang
perhitungannya didasarkan pada kolektibilitasnya. Kesehatan Kualitas
Aktiva Produktif dinilai dengan menggunakan rasio perbandingan antara

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

jumlah aktiva yang diklasifikasikan dengan total aktiva produktif yang
dimiliki oleh bank yang bersangkutan.
Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam
Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga,
penempatan pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan
untuk menilai apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba
secara maksimal. Selain itu untuk menilai kondisi aset bank, termasuk
antisipasi atau risiko gagal bayar dari pembiyaan (credit risk) yang akan
muncul (Peraturan Bank Indonesia No.9/1/PBI/2007).
Kualitas Aset menurut ketentuan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004:
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total
aktiva produktif.
2) Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total
kredit.
3) Perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset
dibandingkan dengan aktiva produktif.
4) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP).
5) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.
6) Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif.
7) Dokumentasi aktiva produktif.

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

8) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

2.8. Profitabilitas
Profitabilitas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh
laba yang dinyatakan dalam persentase, profitabilitas pada dasarnya adalah
laba yang dinyatakan dalam persentase profit. Pada penelitian ini dalam
pengukuran profitabilitas peneliti memilih pendekatan Return on Assets
(ROA), karena dengan menggunakan ROA memperhitungkan kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Return On
Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan
antara laba (sebelum pajak) dengan Total Assets bank. Semakin tinggi
keuntungan yang diharapkan maka semakin tinggi pula resiko yang
dihadapi.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan
demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan
analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat
keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen (Sartono,
2010).

2.9. Kerangka Konseptual
Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari
masyarakat kemudian menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit.

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

Pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan utama dari usaha
perbankan.

Perkembangan

pemberian

kredit

yang

paling

tidak

menguntungkan adalah apabila kredit yang diberikan menjadi kredit
bermasalah atau Non Performing Financing. Non Performing Financing
(NPF) menunjukkan tingkat kredit bermasalah yang dimiliki oleh bank,
semakin tinggi tingkat NPF maka rasio Profitabilitas bank tersebut menjadi
kecil.
Tingkat kecukupan modal menunjukkan besarnya modal yang
dimiliki bank untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Jika kegiatan
operasional dapat berjalan dengan baik maka akan berdampak positif
terhadap pendapatan bank tersebut atau dengan istilah lain tingkat
kecukupan modal yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) ini
diduga mempengaruhi Return On Assets Ratio (ROA). Likuiditas bank
menunjukkan kemampuan bank menyediakan dana dalam jumlah yang
cukup, tepat pada waktunya untuk memenuhi kewajibannya. Bank yang
terlalu mengejar profitabilitas yang tinggi dengan pemberian kredit yang
berlebihan dapat mengalami kesulitan likuiditas.
Non Performing Financing adalah kredit yang tidak menepati jadwal
angsuran sehingga terjadi tunggakan. Menurut Dendawijaya (2003), Rasio
CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan kewajiban penyediaan modal
minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu
proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
Likuiditas

dapat

diartikan

sebagai

kemampuan

perusahaan

dalam

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

menyediakan alat likuid untuk memenuhi dana yang ditarik oleh
masyarakat. Semakin tinggi presentasenya, semakin likuid bank tersebut
(Hassan dan Bashir, 2003). Penilaian kualitas aktiva dimaksudkan untuk
menilai kondisi aset suatu bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar
dari pembiayaan yang akan muncul.
Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan-perusahaan multinasional khususnya dari sudut
pandang profitabilitas dan kesempatan berinvestasi. Return On Asset (ROA)
digunakan

untuk

mengukur

kemampuan

manajemen

bank

dalam

memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Riahi-Belkaoui dalam
Mawardi, 2005).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hamonangan dan Siregar
(2009) yang menemukan bukti bahwa secara parsial NPL, CAR dan QR
berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Sedangkan LDR dan KAP
secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Dan
secara simultan NPL, CAR, LDR dan KAP mempengaruhi ROA.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dibuat kerangka konseptual sebagai
berikut:

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

NPF
H2
CAR
H3
FDR

H4

Profitabilitas
(ROA)

H5
KAP

H1

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.10. Hipotesis
H 1 : Non performing financing (NPF), capital adequacy ratio (CAR), loan
to deposit ratio (LDR) dan kualitas aktiva produktif (KAP) secara
simultan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perbankan
syariah.
H 2 : Non performing financing (NPF) secara parsial berpengaruh terhadap
tingkat profitabilitas perbankan syariah.
H 3 : Capital adequacy ratio (CAR) secara parsial berpengaruh terhadap
tingkat profitabilitas perbankan syariah.
H 4 : Loan to deposit ratio (LDR) secara parsial berpengaruh terhadap
tingkat profitabilitas perbankan syariah.
H 5 : kualitas aktiva produktif (KAP) secara parsial berpengaruh terhadap
tingkat profitabilitas perbankan syariah.

Pengaruh NPF, Tingkat Kecukupan Modal..., Andriana Persadani Siarif, Ekonomi UMP, 2014

Dokumen yang terkait

PENGARUH RISIKO KREDIT DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 7 29

ANALISIS PENGARUH MODAL, NON PERFORMING FINANCING (NPF), DAN INFLASI TERHADAP PEMBIAYAAN YANG DISALURKAN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERBANKAN SYARIAH

2 7 156

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, EKUITAS, NON PERFORMING FINANCING DAN PROFITABILITAS TERHADAP MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH YANG TERDAFTAR DI DIREKTORI PERBANKAN INDONESIA

0 8 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL, DANA PIHAK KETIGA (DPK), FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH BANK UMUM SYARIAH TAHUN 2011-2015 - Perbanas Instituti

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENGARUH RISIKO KREDIT DAN TINGKAT LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 1 24

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUDHARABAH, DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON PERFORMING FINANCING (NPF), DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN BAGI HASIL BANK UMUM SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 23

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON PERFORMING FINANCING (NPF), DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN BAGI HASIL BANK UMUM SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 1 17

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON PERFORMING FINANCING (NPF), DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN BAGI HASIL BANK UMUM SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 9

PENGARUH RISIKO KREDIT DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

1 1 13