BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga - Dwi Hastari Nugraheni BAB II

  1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek. (Raisner dalam mubaroq, 2009). Duvall (1986, dalam Efendi, 2009 ), menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota keluraga.

  Keluarga yang berorientasi tradisional, yaitu sebagai berikut: keluarga terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal dalam rumah angga yang sama. Saat ini, definisi keluarga tradisional terbatas, baik dalam penerapannya maupun inklusivitasnya (U.S Bureau of the Cencus dalam Friedman, 2010).

  Keluarga merupakan sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama – sama dengan keterkaitan aturan emosional dan individu mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap

  10 individu merupakan bagiannya dan dikeluarga semua juga dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti (Suprajitno, 2012).

  Keluarga menurut Friedman (2009), memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang berorientasi kepada tradisi, yaitu : a. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, ikatan adopsi.

  b. Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah tangga mereka.

  c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak perempuan.

  d. Keluarga bersama – sama menggunakan kultur yang sama yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

  2. Fungsi keluarga Menurut Friedman (2010), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu : a. Fungsi afektif

  Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi dan hubungan dalam kelurga. Dengan demikian kelurga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :

  1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain maka kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan meningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar memberi hubungan dengan orang lain dilihat keluarga atau masyarakat.

  2) Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.

  3) Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengemban proses identifikasi yang positif sehingga anak- anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.

  Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagian keluarga keretakan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.

  b. Fungsi sosialisasi Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma- norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluaarga.

  c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

  d. Fungsi ekonomi Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya. e. Fungsi perawatan kesehatan Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga memberikan asuahan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan kelurga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : 1) Mengenal masalah.

  2) Membuat keputusan tindakan yang tepat. 3) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. 4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. 5) Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat

  3. Tipe dan Bentuk Keluarga Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Suprajitno, 2008). Friedman (2008) membagi tipe keluarga seperti berikut :

  1. Tipe keluarga tradisional

  a. Nuclear Family (Keluarga Inti). Terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.

  b. Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.

  c. Single Parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak – anak yang masih bergantung kepadanya.

  d. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

  e. Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing – masing pernah menikah dan membawa anak dari hasil perkawinan terdahulu.

  f. Three generation family . Suatu keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.

  g. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam satu rumah.

  h. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.

  2. Tipe keluarga non tradisional.

  a. The unmarried teenage mother, Keluarga terdiri dari satu orang dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

  b. The step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.

  c. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.

  d. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama, berganti – ganti pasangan tanpa menikah.

  e. Gay and lesbian family, seseorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

  f. Cohabitating couple , orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan tertentu.

  g. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.

  h. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh aturan dan norma, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak. i. Foster family , keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu sementara. j. Homeless family , keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental. k. Gang, keluarga yang destruktif dari orang – orang muda yang mencari ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

  4. Tahap dan Tugas Perkembangan Dalam setiap keluarga mempuntyai siklus kehidupan yang mempunyai tahapan – tahapan. Seperti individu yang mempunyai tahapan perkembangan dan pertumbuhan yang berturut – turut. Dalam keluargpun juga mengalami tahap perkembangan yang berturut – turut.

  Menurut Friedman (2010) tahap perkembangan keluarga adalah sebagai berikut : a. Tahap 1 : (Beginning family)

  Merupakan keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal dan status lajang kehubungan baru yang intim.

  b. Tahap II : (Child bearing family) Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut samapai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). c. Tahap III : (Family with preschool) Keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun.

  d. Tahap IV : (Family with children) Keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun awal dari remaja.

  e. Tahap V : (Family with teeneger) keluarga dengan anak remaja yang di mulai ketika anak pertama memasuki umur 13 tahun berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap ini bisa terjadi dengan singkat apabila anak meninggalkan lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga umur 19 atau 20 tahun.

  f. Tahap VI : (Launching center family) Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai denagan anak meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “ Rumah Kosong”.

  Orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak berakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun dan kematian salah satu pasangan.

  Keluarga dalam masa pensiun dan lanjut usia diawali dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.

  5. Struktur Keluarga Menurut (Friedman, 2010), struktur keluarga terdiri atas:

  a. Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga berpikiran positif, dan tidak mengulang – ulang isu dan pendapatan sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi : a. Karakteristik pengirim 1) Yakin dalam mengemukakan pendapat.

  2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas. 3) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik.

  b. Karakteristik penerima : 1) Siap mendengar.

  2) Memberikan umpan balik. 3) Melakukan validasi.

  b. Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami atau istri atau anak.

  c. Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku seseorang kearah positif. Tipe struktur kekuatan antara lain : 1) Legitimate power/authority, Hak untuk mengatur seperti orang tua pada anak 2) Referent power. Seseorang yang ditiru. 3) Reword power. Pendapat ahli. 4) Dipaksakan sesuai keinginan.

  Coercive power.

  5) Informational power. Pengaruh melalui persuasi. 6) Affectif power. Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.

  d. Nilai –nilai dalam keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.

  Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyrakat bardasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

  6. Struktur peran keluarga Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu : a. Peran formal keluarga

  Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam struktur peran keluarga (ayah – suami dll). Yang terkait dengan masing – masing posisi keluarga formal adalah peran terkait atau sekelompok perilaku yang kurang lebih homogen. Keluarga membagi peran kepada keluarganya dengan cara yang serupa dengan cara masyarakat membagi perannya : berdasarkan pada seberapa pentingnya performa peran terhadap berfungsinya sistem tersebut. Beberapa peran membutuhkan ketrampilan atau kemampuan khusus : peran yang lain kurang kompleks dan dapat diberikan kepada mereka yang kurang terampil atau jumlah kekuasannya paling sedikit.

  b. Peran informal keluarga Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada permukaannya, dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarga dan/ atau memelihara keseimbangan keluarga. Keberadaan peran informal diperlukan untuk memenuhi kebutuhan integritas dan adaptasi dari kelompok keluarga.

  7. Proses dan strategi koping keluarga Proses dan strategi koping keluarga berfungsi sebagai proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat. Oleh karena itu, proses dan strategi koping keluarga mengandung proses yang mendasari yang memungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi keluarga yang diperlukan.

  8. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai inti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga (Suprajitno, 2008). Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno, 2008) :

  a. Pendidik Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :

  1) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.

  2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga b. Koordinator Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan komperhensif dapat dicapai. Koordianasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

  c. Pelaksanaan Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.

  d. Pengawas kesehatan Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

  e. Konsultan Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi yang disampaikan secara terbuka dapat dipercaya.

  f. Kolaborasi Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal. g. Fasilisator Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.

  h. Penemu kasus Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah. i. Modifikasi lingkungan

  Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.

  B . Konsep Penyakit

  1. Hipertensi Penyakit darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari

  140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Wijayaningsih, 2013).

  Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Saferi & Mariza, 2013).

  Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik dan diastolik yang tidak normal, batas yang dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai dengan usia dan jenis kelamin, namun pada umumnya sistolik yang berkisar antar 140 – 190 mmHg dan diastolik antara 90 – 95 mmHg dianggap merupakan garis batas dari hipertensi (Riyadi, 2011).

  Dari definisi beberapa ahli diatas dapat disimpulkan hipertensi adalah : tekanan darah tinggi yang melebihi batas normal yaitu 140/90 mmHg.

  Hasil analisa The Third National Health Nutrition Examination

  Survey (NHANES III) Blood Pressure data, hipertensi dapat di bagi menjadi dua kategori.

  Tabel II.2 Definisi dan klasifikasi hipertensi menurut WHO-ISH, ESH-ESC, JNC 7

  Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Klasifikasi tekanan

  WHO-ISH ESH- JNC-7 WHO-ISH ESH- JNC-7 darah ESC ESC

  Optimal < 120 <120 < 80 < 80 Normal < 130 120-129 < 120 <85 80-84 < 80 Tinggi – normal 130-139 130-139 85-89 85-89 Hipertensi kelas 140-159 140-159 90-99 90-99 1(ringan) 140-149 90-94 Cabang : 160-179 160-179 100-109 100- perbatasan

  109 ≥ 180 ≥ 180 ≥ 110

  Hipertensi kelas 2 ≥ 140 ≥ 180 < 90 ≥110 (sedang) 140-149 < 90 < 90 Hipertensi kelas 3 120-139 80-89 (berat) 140-149 90-99 Hipertensi sistolik

  ≥160 ≥ 100 terisolasi Cabang : perbatasan Pre-hipertensi Tahap 1 Tahap 2

  :World Health Organization-International Society of Hypertention;ESH-ESC:European WHO-ISH society of Hypertention-European society of cardiology,JNC 7 : The seventh Report of the joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressur.

  2. Anatomi Fisiologi

  a. Anatomi jantung Gambar II.1 anatomi jantung (Syaifuddin, 2011).

  b. Fisiologi jantung Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram. Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrike kanan, dan ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan berdinding tipis, sedangkan ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung. dan mempunyai dinding lebih tebal karena harus memompa darah ke seluruh tubuh. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh.

  Atrium kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengalirkan darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari atrium ka nan dan memompakannya ke paru-paru.ventrikel kiri berfungsi untuk memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh. Jantung juga terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput pembungkus disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung disebut

  miokardium dan lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel disebut endokardium (Syaifuddin, 2011).

  1) Siklus jantung Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi (sistolik) dan relaksasi (diastolik). Sistolik merupakan sepertiga dari siklus jantung. Kontraksi dari ke-2 atrium terjadi secara serentak yang disebut sistolik atrial dan relaksasinya disebut diastolik atrial. Lama kontraksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap relaksasinya selama 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek,sedangkan kontraksi ventrike lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama tapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah.

  2) Curah jantung Curah jantung merupakan volume darah yang di pompa tiap ventrikel per menit. Pada keadaan normal (fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan darah di tempat tertentu. Jumlah darah yang dipompakan pada setiap kali sistolik disebut volume sekuncup. Dengan demikian curah jantung = volume sekuncup x frekuensi denyut jantung per menit. Umumnya pada tiap sistolik ventrikel tidak terjadi pengosongan total ventrikel, hanya sebagian dari isi ventrikel yang dikeluarkan. Jumlah darah yang tertinggal ini dinamakan volume residu. Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama, bergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung orang dewasa pada keadaan istirahat lebih kurang 5 liter dan dapat meningkat atau menurun dalam berbagai keadaan.

  3) Denyut jantung dan daya pompa jantung Pada saat jantung normal dalam keadaan istirahat, maka pengaruh sistem parasimpatis dominan dalam mempertahankan kecepatan denyut jantung sekitar 60 hingga 80 denyut per menit. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh pekerjaan, tekanan darah, emosi, cara hidup dan umur. Pada waktu banyak pergerakan, kebutuhan oksigen (O2) meningkat dan pengeluaran karbondioksida (CO2) juga meningkat sehingga kecepatan jantung bisa mencapai 150x/ menit dengan daya pompa 20-25 liter/menit.

  Pada keadaan normal jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama sehingga tidak teradi penimbunan. Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantung jadi membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu lama, bisa menjadi edema (Syaifuddin, 2011).

  3. Etiologi Hipertensi Menurut Wijayaningsih 2013, penyebabnya hipertensi dibagi dalam 2 Golongan yaitu :

  a. Hipertensi Primer / Essensial Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.

  b. Hipertensi Sekunder Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti, seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.

  Penyebab Hipertensi antara lain :

  a. Asupan garam yang tinggi

  b. Stress psikologis c. Faktor genetic (keturunan)

  d. Kurang olah raga

  e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol

  f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi

  4. Patofisiologi Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada klien dengan hipertensi, dan peran mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor – faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas, resistensi insulin, sistem renin angiotensin, dan sistem saraf simpatis.

  Meningkatnya tekanan darah dalam arteri terjadi ketika jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan banyak cairan yang mengakibatkan arteri besar kehilangan kelenturan, menjadi kaku dan tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri. Sehingga darah dipaksa melalui pembuluh darah yang sempit dan menyebabkan kenaikan tekanan darah. Tekanan darah naik ketika vasokontriksi, jika arteri kecil (arteriol) sementara waktu mengkerut karena rangsangan saraf atau hormon dalam darah. Faktor – faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom yang pengatur fungsi tubuh secara otomatis. Jika tekanan darah naik, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air yang menyebabkan kekurangan volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

  Ginjal bisa meningkatkan tekanan darah dan menghasilkan enzim renin yang memicu pembentukan hormon angiotensi dan pelepasan hormon aldosteron. Sistem saraf simpatis sementara waktu meningkatkan tekanan darah selama respon flight-or-flight atau reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar. Saraf simpatis juga meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, melepaskan hormon epinefrin yaitu (adrenalin) dan norepinefrin atau (nonadrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah. Ditambah lagi stress merupakan faktor pencetus meningkatnya tekanan darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin dan norepinerin (Yogiantoro, 2014).

  5. Tanda Dan Gejala Hipertensi Tanda dan gejala Hipertensi menurut Pudiastusi (2011) antara lain :

  a. Penglihatan kabur karena kerusakan retina

  b. Nyeri pada kepala

  c. Pusing

  d. Gemetar/tremor

  e. Mual muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial

  f. Lemas/kelelahan

  g. Sesak nafas

  h. Gelisah i. Kaku ditengkuk j. Kesadaran menurun

  6. Penatalaksanaan Hipertensi

  Menurut Padila (2012), penatalaksanaan Hipertensi di bagi menjadi 2 yaitu

  a. Farmakologi Obat diuretik, beta bloker seperti captropil,calsium channel bloker atau penghambat ACE di gunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

  b. Non farmakologi 1) Diet

  Diet rendah kolesterol dan asam lemak jenuh, penurunan BB, menghentikan rokok, diet rendah garam 2) Latihan fisik Latihan fisik atau olahraga teratur dan terarah.

  3) Pendidikan kesehatan (penyuluhan) Meningkatkan pengetahuan dan pengelolaannya sehingga dapat mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi.

  4) Edukasi psikologi ∑ Teknik biofeedback

  Digunakan mengatasi nyeri kepala dan migran, kecemasan dan ketegangan.

  ∑ Teknik relaksasi Latihan fisik dan olahraga teratur untuk penderita.

  ∑ Terapi komplementer

  Bersifat alamiah untuk mengatasi Hipertensi, misalnya teknik relaksasi otot progresif.

  7. Pathway Hipertensi Faktor presdiposisi usia, jenis kelamin,stress,

  Genetik, merokok, alkohol, konsentrasi garam

  Beban kerja jantung Aktivitas saraf Epinefrin dan Rangsangan saraf Denyut

  Arteri tidak norepinefrin dan hormon jantung mengembang

  Perubahan Penyumbatan Ketidakmampuan HIPERTENSI situasi (stress) pembuluh darah mengenal masalah

  Resisten pembuluh Nyeri Informasi Koping darah otak vasokontriksi kronis kurang tidak efektif ot ak

  Gangguan sirkulasi Hambatan

  Gangguan pemeliharaan ginjal Suplai O2 perfusi cerebral Angiotensi,

  Enzim renin Aldosteron Memanfaatkan fasilitas kesehatan

  Modifikasi gaya Edema Retensi Na + hidup lingkungan Keluarga

  Ketidakmampuan tidak Tidak mampu memanfaatkan

  Ketidakmampuan mampu merawat keluarga modifikasi memutuskan anggota yang

  Ketidakefektifan sakit pemeliharaan Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik

  Gambar II.2 pathway hipertensi SUMBER : Modifikasi NANDA 2015, Friedman 2010, Yogiantoro 2014

  8. Fokus Intervensi Fokus intervensi berdasarkan Nursing Interventins Classification (NIC) sebagai berikut : a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurang mengenalterhadap masalah hipertensi

  1) Keluarga mampu mengenal masalah :

  a) Berikan materi pendidikan sesuai denga tingkat pengetahuan klien b) Diskusikan dengan keluarga tentang penyakit

  2) Keluarga mampu mengambil keputusan mengenai masalah klien

  a) Berikan informasi yang diminta klien

  b) Dukung keluarga membuat keputusan

  c) Buat harapan untuk mengambil keputusan 3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi

  a) Tingkatkan istirahat

  b) Tingkatkan intake nutrisi

  c) Dukung pemberian perawatan

  d) Gunakan demonstrasi / ulang demonstrasi partisipasif peserta didik, dan manipulasi bahan ketika mengajar ketrampilan psikomotorik

  4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mencegah penyakit.

  a) Tentukan status pendidikan b) Demonstrasikan cara membuat obat tradisional dari sari belimbing untuk menurunkan tekanan darah.

  c) Tentukan status ekonomi dan sumber daya keuangan

  d) Identifikasi faktor resiko

  e) Rencanakan kegiatan pengurangan resiko 5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat untuk klien mendapat pengobatan a) Tentukan apakah klien mempunyai pengetahuan yang memadai tentang kondisi kesehatan.

  b) Lakukan rujukan

  c) Lakukukan konsultasi

  b. Ketidakefektifan manajemen terapeutik 1) Keluarga mampu mengenal masalah :

  Berikan materi pendidikan sesuai denga tingkat pengetahuan klien 2) Keluarga mampu mengambil keputusan mengenai masalah klien

  a) Berikan informasi yang diminta klien

  b) Dukung keluarga membuat keputusan

  c) Bangun harapan 3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi

  a) Dorong keterlibatan keluarga secara tepat

  b) Pengelolaan latihan fisik yang tepat

  c) Gunakan demonstrasi/ ulang demonstrasi partisipasi peserta didik dengan mengajarkan terapi komplementer denag relaksasi otot progresif.

  4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mencegah penyakit.

  a) Motivasi keluarga untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman b) Identifikasi koping individu dan kelompok yang digunakan

  c) Rencanakan kegiatan pengurangan resiko 5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat untuk klien mendapat pengobatan a) Tentukan apakah klien mempunyai pengetahuan yang memadai tentang kondisi kesehatan.

  b) Tentukan sumber keuangan klien untuk pembayaran ke fasilitas kesehatan c) Lakukan rujuk jika di perlukan

  d) Konsultasi kesehatan kepada tim kesehatan

  c. Hambatan Pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan 1) Keluarga mampu mengenal masalah :

  Berikan materi pendidikan sesuai denga tingkat pengetahuan klien 2) Keluarga mampu mengambil keputusan mengenai masalah klien

  a) Berikan informasi yang diminta klien

  b) Bangun harapan

  c) Dukung keluarga membuat keputusan 3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi a) Dorong keterlibatan keluarga secara tepat

  b) Menentukan perilaku dan pola gaya hidup bersih dan sehat klien c) Tentukan yang mungkin dapat menghalangi melakukan pemeliharaan d) Ajarkan klien dan keluarga dalam melakukan pemeliharaan lingkungan e) Tentukan dampak dari perilaku dan pola hidup klien

  4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mencegah penyakit.

  a) Tentukan status pendidikan

  b) Tentukan status ekonomi dan sumber daya keuangan

  c) Identifikasi koping individu dan kelompok yang digunakan

  d) Rencanakan kegiatan pengurangan resiko 5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat untuk klien mendapat pengobatan a) Tentukan apakah klien mempunyai pengetahuan yang memadai tentang kondisi kesehatan.

  b) Tentukan sember keuangan klien untuk pembayaran ke fasilitas kesehatan