BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep dasar tentang asuhan pada ibu hamil normal 1. Pengertian - Dina Puspitasari BAB II

BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep dasar tentang asuhan pada ibu hamil normal

1. Pengertian

  Menurut Sarwono (2010), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

  Peristiwa terjadinya kehamilan adalah pembuahan/fertilisasi (bertemunya sel telur atau ovum wanita dengan sel benih/spermatozoa pria; pembelahan sel (zigot) hasil pembuahan tersebut; nidasi atau implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal: implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri); pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio-janin menjadi bakal individu baru (Sukarni, 2013.h;65).

  Kehamilan merupakan masa yang diawali dengan proses konsepsi yaitu pembuahan/fertilisasi, pembelahan sel (zigot), nidasi/implantasi zigot, pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio- perkembangan janin hingga saat kelahiran.

  Untuk terjadi kehamilan harus ada sperma dan sel telur yang nantinya akan terjadi pembuahan (konsepsi) serta nidasi (implantasi hasil konsepsi). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu (9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid yang terakhir. Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan; triwulan pertama dimulai dari

  11 konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat hingga 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Prawiroharjo, 2009;hal.213).

  Kehamilan cukup bulan (term/aterm) adalah masa gestasi 37-42 minggu (259-294) lengkap. Kehamilan kurang bulan (preterm) adalah masa gestasi kurang dari 37-42 minggu (259 hari). Kehamilan lewat waktu (postterm) adalah masa gestasi lebih dari 42 minggu (294hari).

  Bayi cukup bulan (term infant) adalah bayi dengan usia gestasi adalah bayi dengan usia gestasi 37-42). Bayi kurang bulan (preterm infant) adalah bayi dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu (Muslihatun,2010;hal.1).

  2. Kunjungan Kehamilan

  Menurut Prawiroharjo (2002) setiap wanita hamil akan menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal: a. Satu kali kunjungan selama trimester I (sebelum 14 minggu)

  b. Satu kali kunjungan selama trimester II (antara minggu 14-28)

  c. Dua kali kunjungan selama trimester III (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36)

  3. Tanda dan gejala kehamilan dibagi menjadi tiga yaitu:

  a. Tanda tidak pasti hamil 1) Amenore (terhentinya haid)

  Kehamilan menyebabkan dinding tidal dilepaskan sehingga tidak datangnya haid. Hali ini termasuk tanda kehamilan tetapi bukan tanda pasti kehamilan, karena dapat juga terjadi pada penyakit kronik (Prawiroharjo, 2008;hal.216).

  2) Perubahan payudara Pada awal kehamilan wanita merasa payudaranya lebih lunak, setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukuranya dan keluar cairan kekuningan (kolostrum). Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak (Wahyu, 2013;hal.65).

  3) Mual muntah dipagi hari Kehamilan sering ditandai dengan gangguan pada pencernaan yang terutama bermanifestasi sebagai mual dan muntah.

  Gangguan ini dirasakan pada 6 minggu setelah hari pertama menstruasi yang terakhir (Wahyu, 2013;hal.65).

  4) Queckning (persepsi gerakan janin) Pada umur kehamilan ke 16-20 minggu (sejak hari pertama haid yang terakhir) wanita mulai menyadari adanya gerakan berdenyut ringan diperutnya dan intensitas gerakan semakin meningkat secara bertahap (Prawiroharjo, 2008;hal.216).

  b. Tanda kemungkinan hamil 1) Tanda Hegar

  Pada minggu-minggu pertama kehamilan, meningkatnya ukuran uterus terutama terbatas pada diameter anteroposterior, tetapi pada masa gestasi selanjutnya, korpus uterus hampir membulat garis tengah uterus rata-rata 8 cm dicapai pada minggu ke 12. 2) Ballotemen

  Tekanan mendadak dirasakan kerena janin tenggelam dalam cairan amnion dan memantul kesisi semula, benturan yang ditimbulkan ballottement dapat dirasakan oleh jari-jari tangan pemeriksa (Margareth,2013;hal.71).

  3) Tes kehamilan Terdapat sejumlah perangkat uji kehamilan yang beredar di pasaran dengan harga terjangkau, uji kehamilan ini dapat dibaca dalam waktu 3 menit sampai 5 menit, dengan nilai akurat yang tinggi, dan tingkat kecermatan pada tahap tertentu.

  4) Tanda goodel Pada umur kehamilan 6-8 mminggu, konsistensi jaringan serviks yang mengelilingi os eksternum lebih mirip dengan mulut bibir dari pada tulang rawan hidung, yang khas untuk serviks pada wanita tidak hamil.

  c. Positif hamil 1) Sonografi

  Dengan sonografi abdomen, kantong gestasi dapat terlihat hanya usia 4-5 minggu sejak menstruai terakhir (Prawiroharjo;hal.223). 2) Bunyi jantung

  Mendengarkan dan mengamati denyut jantung janin dapat memastikan diagnosis kehamilan.

  3) Pemeriksa melihat dan merasakan gerakan janin Gerakan janin dapat terdeteksi oleh pemeriksa setelah umur kehamilan 20 minggu (Cunningham, 2005;hal.167).

4. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan

  a. Perubahan sistem reproduksi 1) Uterus

  Tumbuh membesar primer maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterine. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesterone berperan untuk elastisitas atau kelenturan uterus(Margareth, 2013;hal.67).

  Tabel 2.1 Taksiran pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus

  Umur Kehamilan Taksiran TFU

  a. Kehamilan 8 minggu Telur bebek

  b. Kehamilan 12 minggu Telur angsa

  c. Kehamilan 16 minggu Pertengahan simfisis-pusat

  

d. Kehamilan 20 minggu Tepi bawah pusat

  

e. Kehamilan 24 minggu Tepi atas pusat

  

f. Kehamilan 28 minggu 1/3 pusat-xyphoid

  g. Kehamilan 32 minggu Pertengahan pusat-xiphoid

  h. Kehamilan 36-42 minggu 3-1 jari dibawah pusat-xyphoid (Sumber: Sukarni dan Margareth, 2013 dalam kehamilan, persalinan, dan nifas)

  2) Vagina dan perineum Terjadi hiperaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah kebiruan.

  3) Payudara Akibat pengaruh estrogen terjadi hyperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial payudara. Hormon laktogenik plasenta menyebabkan hipertrofi dan penambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, dan sel-sel lemak dan kolostrum (Margareth,2013;hal.67).

  b. Peningkatan berat badan selama hamil Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg,terutama dari pertumbuhan isi konsepsi dan volume berbagai organ atau cairan intrauterine. Berat janin 2,5-3,5 kg, berat plasenta 0,5-1 kg, cairan amnion 1 kg, berat uterus 1 kg, penambahan volume sirkulasi maternal 1,5 kg, pertumbuhan mammae 1kg, penumpukan cairan interstisial di pelvis dan ektermitas 1-1,5 kg (Margareth, 2013;hal.67).

  c. Perubahan sistem tubuh lainya 1) Sistem respirasi

  Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%,selain itu diafragma juga terdorong ke cranial sehingga terjadi hiperventilasi dangkal (20-24x/menit). 2) Sistem gastrointestinal

  Ekstrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah, selain itu terjadi juga perubahan peristaltic dengan gejala sering kembung, konstipasi, lebih sering lapar atau perasaan ingin makan terus (mengidam).

  3) Traktus urinarus Ureter membesar, tonus otot saluran kemih menurun akibat pengaruh ekstrogen dan progesteron. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi meningkat sampai 60-150%. Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh perbesaran uterus, menyebabkan hidro ureter dan mungkin hidro nefrosis sementara kadar kreatinin, urea, dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal. 4) Kulit

  Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormone (MSH) menyebabkan perubahan berupa hiperpigmentasi pada wajah (chloasma gravidarum, payudara, dan linea alba), striae gravidarum pada perut (Margareth,2013;hal.67- 68).

  d. Pertumbuhan fisik pada trimester I 1) Minggu pertama

  Disebut sebagai masa germinal.Karakteristik utama masa germinal ini adalah pembelahan sel. Sejak pembuahan atau fertilisasi ovum oleh sperma, zigot yang terbentuk membelah diri sampai fase morula blastula.Menjelang akhir minggu pertama terjadi implantasi di endometrium cavum uteri. 2) Minggu kedua

  Terjadi diferensiasi masa selular embrio menjadi dua lapis (stadium bilaminer). Kedua lapisan itu ialah lempeng epiblas (akan menjadi ektoderm) dan hipoblas (akan menjadi endoderm). Akhir stadium bilaminer ditandai munculnya alur primitive atau alur sederhana (primitive streak) (Margareth, 2013;hal.82).

  3) Minggu ketiga

  Terjadi pembentukan tiga lapis atau lempeng yaitu ectoderm dan endoderm dengan penyusupan mesoderm diantaranya. Diawali dari daerah primitive streak, dari perkembangan primitive streak menjadi lempeng saraf (neural plate mejadi neural fold kemudian menjadi neural groove dan akan menjadi neural tube).

  4) Minggu keempat Pada akhir minggu ke 3-8 terbentuk ruas-ruas badan

  (somit) sebagai karakteristik pertumbuhan disertai dengan perkembangan berbagai karakteristik fisik lainya. Beberapa sistem organ melanjutkan pembentukan awalnya sampai dengan akhir minggu ke 12 (trimester I) (Wahyu P, 2013;hal.84).

  e. Perubaan fisik pada trimester II 1) Minggu ke 12-ke28

  Karakteristik utama perkembangan intrauterine pada trimester kedua adalah penyempurnaan struktur organ umum dan mulai berfungsinya sistem organ. Perubahan setiap bulan

  a) Bulan ketiga: wajah terbentuk makin sempurna, letak organ- organ wajah sesuai tempatnya. Alat kelamin luar berkembang, lengkung usus yang terdesak kearah tali pusat kembali tercakup dalam rongga abdomen. Mulai terdeteksi gerakan otot atau reflek gerak sederhana tetapi belum sampai menimbulkan sensasi pada ibu. Pada akhir minggu ke 12 jenis kelamin fetus umumnya sudah dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan ultrasonografi (Wahyu P, 2013;hal.82).

  b) Bulan keempat-kelima: tubuh janin memanjang dengan cepat pertambahan berat mencapai 500 gram. Tumbuh rambut-rambut halus (lanugo), rambut kepala, alis dan bulu mata. Gerakan janin mulai dapat dirasakan oleh ibu.

  c) Bulan keenam-ketuju: berat badan bertambah banyak sampai dengan separuh berat janin pada kehamilan aterm.

  Kulit kemerahan dan keriput karena terbentuknya jaringan ikat subkutis. Susunan saraf pusat, kardiovaskuler, dan pernafasan belum berfungsi sempurna dan diantara ketiganya belum dapat berkoordinasi baik, sehingga jika janin lahir pada periode ini tidak akan bertahan hidup (Margareth, 2013;hal.86).

  f. Perubahan fisik pada trimester III 1) Minggu ke 28-42

  Karakteristik utama perkembangan intrauterine pada trimester ketiga adalah penyempurnaan struktur organ khusus dan penyempurnaan fungsi berbagai sistem organ. Perubahan setiap bulan

  a) Bulan ketujuh-kedelapan: endapan lemak meningkat, sehingga janin memperoleh bentuk membulat/menggemuk produksi kelenjar lemak kulit juga menghasilkan lapisan vernic caseosa yang melapisi kulit janin. Sejak usia 28 mingggu lengkap dan kardiovaskular, meskipun masih sangat minimal. Janin yang lahir pada masa ini dapat bertahan hidup, namun diperlukan perawatan intensif yang baik untuk mencapai hasil optimal.

  b) Bulan kesembilan: pertumbuhan kepala maksimal lingkar kepala menjadi lingkar terbesar dari pada seluruh bagian tubuh. Pada bayi laki-laki, testis mulai turun ketempatnya didalam skrotum (Wahyu P, 2013;hal.141).

  c) Saat lahir: terjadi mekanisme adaptasi berbagai struktur janin. Diantaranya, paru yang semula kolaps karena belum terisi udara, sejak lahir mejadi mengembang karena terisi udara pernafasan. Berbagai struktur dalam sistem kardiovaskuler menutup. Sejak tali pusat diputuskan sirkulasi feto-maternal melalui plasenta dan pembuluh umbilikalis terputus, dan bayi terpisah dari sirkulasi dari ibunya (Margareth, 2013;hal.87).

  d) Sikap menjadi lordose yang disebabkan oleh adanya perubahsn bentuk pada tulang belakang yang menyesuaikan diri dengan keseimbangan badan yang berhubungan dengan keadaan uterus yang membesar(Wahyu, 2013;hal.78).

5. Perubahan Psikologis

  a. Trimester I 1) Perasaan ambivalensi

  Fokus wanita pada dirinya sendiri menyebabkan ambivalensi mengenai efek kehamilan terhadap kehidupanya kelak.

  Perasaan ambivalen ini akan berakhir dengan sendirinya (Margareth, 2013;hal.76).

  2) Ketakutan dan khayal-khayalan Kurang lebih 80 % wanita mengalami kekecewaan, penolakan, depresi, kesedihan, dan kecemasan akan tanggung jawab baru atau kecemasan dengan kemampuanya untuk menjadi seorang ibu (Wahyu P, 2013;hal.76).

  b. Timester II 1) Perasaan sejahtera

  Wanita merasa nyaman dan bebas dari rasa ketidaknyamanan yang normal dialami wanita hamil (Margareth, 2013;76).

  2) Perasaan dan emosi yang labil Setelah perasaan ambivalensi pada wanita hamil trimester I sebelumnya, pada trimester II ini mengalami perubahan emosi dan lebih mencari perhatian dari pasangan seiringnya peningkatan libido pada trimester II (Wahyu P, 2013;hal.76).

  c. Trimester III 1) Pemikiran dan perenungan tentang peran yang sedang dihadapi (Margareth,2013).

  Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita menjadi lebih bergantung pada orang lain dan lebih menutup diri karena perasaan rentanya (Wahyu P, 2013;hal.78). 2) Kembali merasakan ketidaknyamanan fisik (Margareth, 2013;hal.78).

  Persaan ketidaknyamanan fisik semakin kuat dirasakan seperti canggung, jelek, berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dari pasanganya (Wahyu P, 2013;hal.78).

6. Tanda Bahaya Atau Komplikasi Dalam kehamilan Trimester I

  a. Abortus Salah satu komplikasi yang sering terjadi ialah perdarahan.Pada kehamilan muda sering dikaitkan kejadian abortus. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan,sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum (Margareth, 2013;hal.165).

  Macam-macam abortus: 1) Abortus imminens

  Abortus imminens biasanya terjadi diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.

  2) Abortus insipiens Abortus insipiens ditandai dengan serviks yang telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepi masih dalam kacum uteri dan dalam proses pengeluaran. Penderita merasa mulas karena kontraksi yang sering dann kuat, perdarahan sesuai dengan membukanya serviks uterus dan umur kehamilan (Wahyu P, 2013;hal.110).

  3) Abortus kompletus Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. 4) Abortus inkompletus

  Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal didalam uterus dimana pemeriksaan vagina, serviks masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri. Perdarahan biasanya masih terjadi, jumlahnyapun bisa banyak atau sedikit pada jaringan yang tersisa sehingga perdarahan berjalan terus.

  5) Missed abortion Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum umur kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dikandungan. Penderita biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilanya tidak sesuai dengan yang diharapkan (Wahyu, 2013;hal.110).

  6) Abortus habitualis Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Penderita abortus habitualis biasanya tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi kehamilanya berakhir dengan keguguran atau abortus secara berturut-turut.

  7) Abortus septik

  Abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran tubuh dan alat genitalia (Margareth, 2013;hal.167).

  b. Kehamilan ektopik Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh disaluran tuba dan kemudian akan mengalami beberapa proses seperti kehamilan pada umumnya (Wahyu P, 2013;hal.78).

  c. Mola hidatidosa Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik atau gelembung-gelembung putih, berisi cairan jernih (Margareth, 2013;hal.178).

  d. Plasenta previa Plasenta yang berimplantasi pada bagian bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium internum (Wahyu, 2013;hal.101).

  e. Infeksi virus pada kehamilan (TORCH) Torch merupakan dari singkatan empat jenis penyakit infeksi yaitu: toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, dan herpes. Jenis penyakit infeksi ini sangat berbahaya bagi janin ibu hamil karena menyerang imunitas tubuh (Wahyu, 2013:hal.85).

  f. Blighted ovum

  Adalah kehamilan tanpa adanya janin, jadi hanya kantong gestasi atau kantong ketuban saja (Wahyu, 2013;hal.183).

  g. Solusio plasenta Terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir (Margareth, 2013;hal.168).

7. Tanda Bahaya Atau Komplikasi Kehamilan Trimester II dan III

  a. Perdarahan peraginam Perdarahan antepartum atau perdarahan pada usia kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester akhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan (Margareth, 2013;hal.185).

  b. Sakit kepala yang hebat Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat (Prawiroharjo, 2010;hal.282).

  c. Darah Tinggi Kenaikan tekanan darah baik siastol maupun diastole setelah 20 minggu umur kehamilan. Apabila diikuti dengan protein urin yang positif dan bengkak pada muka dan kaki.

  d. Gerakan janin tidak terasa Gerakan janin akan terasa apabila ibu sedang istirahat, makan, minum dan berbaring dan apabila gerakan janin kurang atau melemah ibu harus segera memeriksakannya ke tenaga kesehatan terdekat (Wahyu P, 2013;hal.78).

8. Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal

  a. Asuhan kebidanan pada trimester I 1) Mengkaji data umum pribadi: nama, usia, alamat, pekerjaan ibu/suami, lamanya menikah, kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan. 2) Keluhan saat ini: jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu, dan lamanya mengalami gangguan tersebut 3) Riwayat haid: hari pertama haid terakhir (HPHT), usia kehamilan dan taksiran persalinan.

  4) Riwayat kehamilan dan persalinan: asuhan antenatal, persalinan, nifas kehamilan sebelumnya, cara persalinan, jumlah dan jenis kelamin anak hidup, berat badan lahir, cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan, informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir. 5) Riwayat kehamilan saat ini: identifikasi kehamilan, identifikasi penyulit (pre eklampsia atau hipertensi dalam kehamilan), penyakit lain yang diderita, gerakan bayi dalam kandungan. 6) Riwayat penyakit keluarga dalam keluarga: diabetes mellitus, hipertensi atau hamil kembar, dan kelainan bawaan.

  7) Riwayat penyakit ibu: penyakit yang pernah diderita, penyakit jantung, infeksi virus berbahaya, alergi obat, atau makanan tertentu, pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tindakan tersebut, dan paparan sinar X atau rontgen.

  8) Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan: dilatasi dan kuretase, reparasi vagina, seksio sesarea, serviks inkompeten, oprasi non ginekologi. 9) Riwayat mengikuti program keluarga berencana: riwayat imunisasi, dan riwayat menyusui.

  10) Pemeriksaan : keadaan umum, tanda vital, dan pemeriksaan payudara.

  11) Pemeriksaan abdomen: bentuk dan ukuran abdomen, perut bekas oprasi, tanda-tanda kehamilan, gerakan janin, varises, hernia, dan edema. 12) Pemeriksaan laboratorium: analisis urin, HB, golongan darah, gula darah, ultrasonografi.

  13) Edukasi kesehatan bagi ibu hamil: Tidak semua wanita hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan reproduksi, terutama tentang kehamilan dan upaya untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat dan berkualitas. Kunjungan antenatal memberi kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi ibu hamil dan keluarganya termasuk rencana persalinan (dimana penolong, dana, pendamping, dan sebagainya) dan cara merawat bayi. 14) Nutrisi yang adekuat: kalori, protein, kalsium, zat besi, dan asam folat.

  15) Kebersihan tubuh dan pakaian: Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomi pada perut, area genitalia, lipat paha, dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinfeksi oleh mikroorganisme (Prawiroharjo, 2010;hal.284)

  b. Asuhan kebidanan pada trimester II 1) Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil 2) Hasil pemeriksaan setiap kunjungan: tanda vital, TFU, letak janin, dan presentasi janin.

  3) Menilai kesejahteraan janin: pengukuran TFU terutama pada umur kehamilan > 20 minggu yang akan disesuaikan dengan umur kehamilan saat pemeriksaan. 4) Edukasi kesehatan ibu hamil: kunjungan antenatal member kesempatan bagi petugas untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi bagi ibu hamil dan keluarganya. 5) Perawatan payudara: perawatan payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan (Prawiroharjo, 2010;hal.284).

  c. Asuhan kebidanan pada trimester III 1) Keluhan yang rasakan ibu hamil 2) Hasil pemeriksaan setiap kunjungan

  a) Umum (1) Tekanan darah (2) Respirasi (3) Nadi (4) Temperatur tubuh

  b) Abdomen

  (1) Tinggi fundus uteri (2) Letak janin (setelah 34 minggu) (3) Presentasi janin (4) Denyut jantung janin

  c) Pemeriksaan tambahan (1) Proteinuria (2) Glukosuria (3) Keton

  3) Menilai kesejahteraan janin

  a) Pengukuran tinggi fundus uteri terutama > 20 minggu yang akan disesuaikan dengan usia kehamilan saat pemeriksaan dilakukan. Tinggi fundus yang normal sama dengan usia kehamilan.

  b) Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12jam) c) Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan dengan hipoksia berat atau janin meninggal.

  d) Denyut jantung janin

  e) Ultrasonografi 4) Edukasi kesehatan bagi ibu hamil

  Tidak semua wanita hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan reproduksi, terutama tentang kehamilan dan upaya untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat dan berkualitas.

  Kunjungan antenatal memberi kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi ibu hamil dan keluarganya termasuk rencana persalinan (dimana penolong, dana, pendamping, dan sebagainya) dan cara merawat bayi.

  5) Nutrisi yang adekuat

  a) Kalori Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2500 kalori.

  b) Protein Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil 85 gram per hari.

  c) Kalsium Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.

  d) Zat besi Metabolism yang tinggi pada ibu hamil memrlukan kecukupan oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen melalui hemoglobin didalam sel-sel darah merah.

  e) Asam folat Selain zat besi,sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel.

  6) Perawatan payudara Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan.

  7) Kebersihan tubuh dan pakaian

  Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomi pada perut, area genitalia, lipat paha, dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinfeksi oleh mikroorganisme (Prawiroharjo, 2010;hal.284).

9. Tujuan asuhan pada ibu hamil normal

  a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

  b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan social ibu dan bayi.

  c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

  d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

  e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.

  f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Prawiroharjo, 2010;hal.278).

B. Konsep dasar tentang persalinan normal

  1. Pengertian

  Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa adanya komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Margareth, 2013;hal.185).

  2. Tahapan persalinan

  a. Kala I: dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini dibagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) seriks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) seriks membuka dari pembukaan 3cm sampai 10 cm.Kontraksi semakin kuat dan sering pada fase aktif. Fase aktif dibagi menjadi 3 sub yaitu: 1) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan 4 cm.

  2) Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam, pembukaan 9 cm dengan cepat.

  3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan menjadi 10 atau lengkap.

  b. Kala II: dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.

  Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Tanda dang gejala kala II yaitu: 1) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit. 2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan kontraksi.

  3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan vagina.

  4) Perineum terlihat menonjol. 5) Vula-vagina dan sfingter ani terlihat membuka. 6) Peningkatan pengeluaran lender darah.

  c. Kala III: dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit

  • – 1 jam.

  d. Kala IV: dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum (Prawiroharjo, 2009;hal.213).

3. Macam - macam persalinan

  Bentuk persalinan berdasarkan teknik:

  a. Persalinan spontan yaitu: persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir b. Persalinan buatan yaitu: persalinan dengan tenaga dari luardengan ekstraksi forceps, ekstraksi vakum, dan secsio caesar.

  c. Persalinan anjuran yaitu: bila kekuatan yang untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsangan (Ai yeyehdkk, 2009).

  Menurut Rohani dkk (2011) Persalinan berdasarkan umur kehamilan: a. Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin dapat hidup berat janin kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan dibawah 28 minggu. b. Partus prematurus persalinan dari hasil konsepsi pada umur 28-36 minggu. Janin dapat hidup tetapi berat badan diantara1000-2500 gram.

  c. Partus matures atau aterm adalah persalinan pada umur 37-40 minggu, janin dapat hidup dengan berat badan lahir 2500-4000 gram.

  d. Partus postmaturus adalah persalinan pada umur kehamilan lebih 2 minggu dari waktu partus yang ditaksir.

  e. Partus presipitatus adalah persalinan yang berlangsung cepat (misal: diatas kendaraan, dikamar mandi, dan lain-lain).

  f. Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan, untuk memperoleh bukti ada atau tidaknya CPD.

4. Tanda Dan Gejala Persalinan

  Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain: perasaan distensi berkurang (lightening), perubahan serviks, persalinan palsu, ketuban pecah, dan blood show.

  a. Lightening mulai dirasakan kira-kira 2 minggu menjelang persalinan, adalah penurunan bagian presentasi kedalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap (engaged) setelah lightening. Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang sama dengan sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan (Wahyu P, 2013;hal.209).

  b. Perubahan serviks terjadi akibat peningkatan intensitas Braxton hiks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan servix mengindikasikan kesiapanya untuk persalinan.

  c. Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang member pengaruh signifikan terhadap servix. Kontraksi Braxton hicks yang tidak nyeri,yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan. Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara intemiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum persalinan yang nyata.

  d. Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan.

  Apabila terjadi sebelum persalinan disebut ketuban pecah dini (KPD).

  e. Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lender serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak inilah yang disebut bloody show. Bloody show paling sering terlihat sebagai lendir darah yang lengket dan harus dibedakan dari perdarahan murni (Margareth, 2013;hal.212).

5. Faktor yang mempengaruhi persalinan

  a. Power 1) His adalah kontraksi otot rahim pada persalinan 2) Tenaga mengejan adalah kontraksi otot dinding perut dan kepala didasar panggul merangsang mengejan saat kontraksi (Wahyu P,

  2013;hal.186). b. Passage/panggul 1) Bagian-bagian panggul adalah dua os coxae(os ischium, os pubis, os sacrum, os illium), os cossygis(os illium, os ischium, os pubis, os sacrum). 2) Bagian-bagian pelvis minor adalah pintu atas panggul/PAP cavum pelvis, pintu bawah panggul.

  3) Bidang panggul adalah bidang datar imajiner yang melintang terhadap panggul pada tempat yang berbeda (Margareth, 2013;hal.187).

6. Mekanisme persalinan

  a. Engagement: pada minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan dimulai, kepala masuk PAP.

  b. Desent: penurunan kepala bergantung pada bentuk pelvis dan kepala turun akibat his, tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut, dan mengejan.

  c. Flexion: kepala janin melakukan fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari oxipito-frontalis menjadi suboksipito- bregmatika.

  d. Putar paksi dalam: putaran ubun-ubun kecil kearah depan melewati distansia interspinarum e. Extention: dengan kontraksi yang adekuat kepala semakin turun dan menyebabkan perineum distensi. Puncak kepala berada disimfisis dan kontraksi perut ibu kuat mendorong kepala ekspulsi dan melewati introitus vagina. f. External rotation: setelah seluruh bagian sudah lahir terjadi putaran kepala seperti posisi pada saat engagement.

  g. Ekspulsi: setelah putar paksi luar, bahu depan berada dibawah simfisis dan kelahiran bahu belakang diikuti kelahiran bahu depan serta seluruh badan bayi (Margareth, 2013;hal.200).

7. Komplikasi pada persalinan

  a. Atonia uteri Keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi lahir (Margareth, 2013;hal.243).

  b. Robekan jalan lahir Robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Robekan jalan lahir biasanya terjadi akibat episiotomy, robekan spontan perineum, trauma forceps atau vacuum ekstraksi.

  c. Retensio plasenta Plasenta yang tertinggal dalam uterus setengah jam setelah bayi lahir.

  Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala III bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.

  d. Inversi uterus Keadaan dimana lapisan dalam uterus turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit (Wahyu P, 2013;hal.243).

  e. KPD Keadaan dimana pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan (Margareth, 2013;hal.251).

8. Asuhan persalinan normal

  a. Melihat tanda dan gejala kala II: mengamati tanda dan gejala persalinan kala II, Ibu mempunyai keinginan untuk meneran, ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan atau vaginanya, perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka.

  b. Menyiapkan pertolongan persalinan 1) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oxytocin 10 IU dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set. 2) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih. 3) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai atau pribadi yang bersih.

  4) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  5) Mengisap oxytocin 10 IU kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan DTT atau streil dan meletakan kembali di partus set atau wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.

  c. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik 1) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT.

  2) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.

  3) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskanya dalam keadaan terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, kemudian mencuci tangan. 4) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 x/menit).

  d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk mebantu proses pimpinan meneran 1) Membertahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin sudah baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya. 2) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

  3) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

  e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi 1) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

  2) Meletakan kain yang bersih dilipat 1-3 bagian dibawah bokong ibu. 3) Membuka partus set 4) Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.

  f. Menolong kelahiran bayi

  1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain, letakan tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan- lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahar atau bernafas cepat ketika kepala lahir

  2) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.

  3) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan meneruskan proses kelahiran bayi.

  4) Menuggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  5) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.

  6) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kearah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tanagn bagian atas untuk mengendalikan siku dan tanagan anterior bayi saat keduanya lahir.

  7) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati- hati membantu kelahiran kaki.

  g. Penanganan bayi baru lahir 1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi ditempat yang memungkinkan).

  2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan di biarkan kontak kulit ibu dengan kulit bayi.

  3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. 4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.

  5) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. 6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian asi jika ibu menghendakinya.

  h. Oxytocin 1) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

  2) Membertahu ibu bahwa ia akan disuntik.

  3) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oxytocin IM. i. Penegangan tali pusat terkendali 1) Memindahkan klem pada tali pusat.

  2) Meletakan satu tangan diatas kain yanga ada diperut ibu, tepat diatas tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memgang tali pusat danklem dengan tangan lain.

  3) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan yang perlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang dorso cranial dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikutnya dimulai. j. Mengeluarkan plasenta

  1) Setelah plasenta terlepas,meminta ibu untuk meneran sambil tangan menarik tali pusat ke bawah kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika tali pusat betambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva. 2) Jika plasenta terlihat diintroitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta searah jarum jam hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. k. Pemijatan uterus

  1) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus, meletakan telapak tangan difundus dan melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi fundus menjadi keras. l. Menilai perdarahan

  1) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. 2) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. m. Melakukan prosedur pasca persalinan 1) Menilai ulang uterus dan memastikanya berkontraksi dengan baik.

  2) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air DTT dan mengeringkanya dengan kain yang bersih dan kering.

  3) Menempatkan klem tali pusat ke dalam air DTT/steril dan mengikatkan tali dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat

  4) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang prtama.

  5) Melepaskan klem bedah dan meletakanya kedalam larutan klorin 0,5%.

  6) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

  Memastikan handuk atau kainya bersih atau kering. 7) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian asi. 8) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam a) 2-3 x dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

  b) setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

  c) setiap 20-30 menit pada jam ke dua pasca persalinan 9) Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan massase uterus dan memeriksa uterus.

  10) Mengevaluasi kehilangan darah. 11) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan. n. Kebersihan dan keamanan

  1) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. 2) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

  3) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT dari cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 4) Memastikan ibu nyaman. Membantu ibu memberikan asi.

  Menganjurkan keluarga memberikan ibu minuman danmakanan yang diinginkan.

  5) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

  6) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, membalikan bagian dalam dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 7) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. o. Dokumentasi Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

9. Asuhan persalinan berkala

  a. Persalinan kala I 1) Mengevaluasi kesejahteraan ibu.

  a) Mengukur tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan setiap 2-4 jam apabila ketuban utuh dan 1-2 jam apabila ketuban sudah pecah.

  b) Mengevaluasi kandung kemih setiap 2 jam.

  c) Mengevaluasi kedaan umum 2) Mengevaluasi kesejahteraan janin a) Letak janin, presentasi, gerak, dan posisi.

  b) Mengukur DJJ setiap 30 menit pada fase aktif.

  3) Mengevaluasi kemajuan persalinan, termasuk penipisan, pembukaan, turunya bagian terendah, pola kontraksi, dan tanda persalinan kala II. 4) Memberikan dukungan pada ibu dan keluarga. 5) Melakukan skrining untuk mengantisipasi komplikasi ibu dan janin (Muslihatun, 2009;hal.159).

  b. Asuhan persalinan kala III 1) Melanjutkan evaluasi setiap tanda-tanda bahaya yang ditemukan 2) Melanjutkan kemajuan dari persalinan (pelepasan dan pengeluaran plasenta.

  3) Melanjutkan evaluasi ibu 4) Memperhatikan tanda dan gejala perdarahan (Muslihatun, 2009;hal.161).

  c. Asuhan persalinan kala IV 1) Melakukan evaluasi terhadap uterus 2) Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina dan perineum 3) Inspeksi dan evaluasi terhadap kelengkapan plasenta 4) Menjahit luka jalan lahir akibat episiotomy atau laserasi (Muslihatun, 2009;hal.161).

10. Tujuan asuhan persalinan normal

  Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Prawiroharjo, 2009;hal.334).

D. Konsep dasar tentang asuhan pada bayi baru lahir

  1. Pengertian