BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan keperawatan nyeri post section caesarea (SC) - RIMA YANUARISTA BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan keperawatan nyeri post section caesarea (SC)

  1. Pengkajian Tujuan anamnesa adalah kumpulan beberapa informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang telah dipaparkan oleh pasien terkait dengan masalah kesehatan yang menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan (Niman,2013).

  Keadaan Umum : Tingkat energi, tingkat kesadaran.

  a. BB, TB, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi , suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)

  b. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan; pendengaran, dan leher.

  c. Rambut: rambut dapat bersih atau kotor, warna bervariasi sesuai dengan ras, rontok atau tida.

  d. Mata: penglihatan baik, konjungtiva anemis atau tidak anemis, sclera ikretik atau tidak ikterik.

  e. Wajah: kloasma gravidarum masih ada atau tidak

  f. Hidung : hidung simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada polip

  g. Mulut : lidah bersih, mukosa bibir lrmbab atau kering, ada karies gigi atau tidak. h. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid i. Payudara

  Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum.dan palpasi apakah ada nyeri tekan, teraba atau tidaknya massa, produksi ASI bervariasi, sudah sudah ada dan belum,jika sudah ada payudara teraba padat. j. Abdomen

  Inspeksi : abdomen mungkin masih membesar, linea nigra bisa ada, bisa tidak, striae bisa ada, bisa tidak, terdapat luka operasi tertutup perban. Palpasi : nyeri pada luka operasi, TFU di umbilicus setelah janin lahir, turun 1-2 jari tiap 24 jam, posisi di tengah, kontraksi baik. Terdapat diastasis rektus abdominis.Kandung kemih bisa distensi, bisa tidak (kosong).

  Auskultasi : Bising usus k. Genetalia

  Perineum bersih, jumlah lokhea sedikit. Tidak terdapat laserasi pada perineum/jalan lahir l. Ekstremitas bawah

  Varises ada atau tidak, edema ada atau tidak, tanda Homan dapat positif atau negative. Refleks Patella: positif. m. kaji perasaan ibu saat ini dengan kondisi post operasi n. kaji psikologis pada ibu post sc apakah sudah bisa menerima kehadiran bayi.

  2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola aktual atau potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentivikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi atau mencegah perubahan (Rohman dkk, 2014)

  a. Nyeri b.d kondisi pasca operasi (Diagnosa nanda, 2015)

  b. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan fisik (Diagnosa nanda 2015)

  c. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik akiba anestesi dan tindakan pembedahan (Diagnosa nanda 2015) d. Risiko infeksi b.d prosedur inpasif (Diagnosa nanda 2015)

  3. Perencanaan Perencanaan keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah

  • –masalah yang telah diidentifikasikan dalam diagnose keperawatan (Rohman dkk, 2014).

  a. Nyeri b.d kondisi pasca operasi 1) Tujuan keperawtan(NOC) :

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

  a) Kontrol nyeri

  Indikator : Mengenal penyebab nyeri Tindakan non farmakologi Melaporkan control nyeri

  b) Tingkat nyeri Indikator : Melaporkan nyeri Ekspresi wajah Kegelisahan

  2) Perencanaan NIC :

  a) Manajement nyeri

  b) Kaji nyeri secara komprehensif

  c) Observasi tanda-tanda vital

  d) Ajarkan teknik non farmakologi dengan Dzikir

  e) Kurangi factor yang dapat mempengaruhi respon pasien teradap ketidak nyamanan.

  f) Kolaborasi pemberian analgesik

  b. Gangguan mobilisasi fisik b.d kelemahan fisik 1) Tujuan keperawatan (NOC) :

  Pasien akan memperlihatkan mobilitas tanpa hambatan Indikator : Bergerak dengan mudah Berjalan

  Pergerakan sendi dan otot 2) Perencanaan :

  a) Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan

  b) Ajarkan mobilisasi dini pada paisien

  c) Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk mempertahankan atau meningkatkan ketahanan oto t’

  4. Pelaksanaan keperawatan Berikut implementasi yang diterapkan :

  1. Implementasi pada nyeri

  a. Mengkaji tanda-tanda vital

  b. Mengkaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi, dan kualitas nyeri c. Mengobservasi respon non verbal

  d. Menganjurkan penggunaan teknik non farmakologi dengan teknik dzikir

  5. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah keperawatan yang muncul dapat teratasi seperti nyeri b.d kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan dengan menggunakan teknik dzikir.

B. Konsep post partum

  1. Definisi post partum Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Bobak,2010).

  2. Tahap masa post partum Tahap yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha (2009) adalah sebagai berikut: a. Periode Immediate post partum

  Fase ini berlangsung setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena Antonia uteri.

  b. Periode Late post partum Fase ini berlangsung 24 jam sampai 1 minggu dan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk dan tidak demam.

  c. Periode Late post partum Fase ini berlangsung 1 minggu samapai 5 minggu, pada periode ini perlu dilakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

  3. Adaptasi psikologis pada ibu masa nifas Adaptasi psikologis menurut Saleha (2009), terjadi pada tiga tahap berikut:

  a. Taking in periode Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, Ibu masih pasif dan bergantung pada orang lain, focus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

  b. Taking hold periode Berlangsung 3-4 hari post partum, Ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi, pada masa iniibu menjadi sangan sensitiv, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.

  c. Letting go periode Dialami setelah ibu dan bayi dirumah, ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadri atau akan merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.

  4. Konsep Section caesarea

  a. Definisi sectio caesarea Sectio Caesarea (SC) merupakan tindakan bedah untuk melahirkan bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO, 2010). b. Indikasi section caesarea Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam persalinan SC (Rasjidi, 2009) Indikasi Persalinan Sectio Caesarea: 1) Indikasi Mutlak

  Faktor mutlak untuk dilakukan SC dapat dibagi menjadi dua indikasi, yang pertama adalah indikasi ibu, antara lain: panggul sempit absolut, kegagalan melahirkan secara normal karena kurang kuatnya stimulasi, adanya tumor jalan lahir, stenosis serviks, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, dan ruptur uteri. Indikasi yang kedua adalah indikasi janin, antara lain: kelaianan otak, gawat janin, prolapsus plasenta, perkembangan bayi yang terhambat, dan mencegah hipoksia janin karena preeklamasi. 2) Indikasi Relatif

  Factor dilakukan persalinan SC secara relatif, antara lain : riwayat sectio caesarea sebelumnya, presentasi bokong, distosia fetal distress, preeklamsi berat, ibu dengan HIV positif sebelum inpartu atau gemeli.

  3) Indikasi Sosial Permintaaan pasien untuk melakukan sectio caesarea sebenarnya bukanlah suatu indikasi untuk dilakukan sectio caesarea. Alasan yang spesifik dan rasional harus dieksplorasi dan didiskusikan. c. Kontra indikasi section caesarea Kontraindikasi dilakukan sectio caesarea adalah tidak adanya indikasi yang tepat untuk melakukan sectio caesarea. Adapun secara lebih rinci dari kontraindikasi sectio caesarea adalah : Janin mati, syok, anemia berat, kelainan kongenital berat, infeksi progenik pada dinding abdomen, minimnya fasilitas operasi sectio caesarea.

  d. Jenis sectio caesarea Jenis sectio caesarea berdasarkan irisannya ada 2 macam: 1) SC Segmen Analisa Indikasi dilakukan Persalinan Sectio Caesarea bawah, untuk indikasi : janin letak memanjang, masih ingin anak, tidak ada kesulitan mencapai segmen bawah Rahim (SBR). 2) Kedua yaitu untuk indikasi : kesulitan mencapai SBR, letak lintang dengan janin besar, gawat janin, plasenta previa dengan insersi di depan, sterilisa. Menurut waktu pelaksanaan SC ada 2 macam: yaitu emergency dan elective. Emergency adalah apabila persalinan tidak segera dikerjakan bisa mengancam keselamatan ibu dan atau janinnya, sedang elective adalah persalina yang bisa direncanakan waktunya.

  e. Risiko nyeri post sectio caesarea Nyeri juga berdampak pada menurunnya kualitas tidur, stres, ansietas, dan takut apabila dilakukan tindakan bedah kembali (Arora, Hurley, Murthy, Sharma, 2010).Penanganan nyeri dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi.Pasien masih merasa nyeri dan tidak mampu beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan apabila efek dari analgetik hilang sehingga dibutuhkan terapi non-farmakologis (Sujatmiko, 2013).

  Penelitian oleh Sousa et al (2009) tentang hubungan antara nyeri post SC dengan terbatasnya aktifitas fisik didapatkan data sebanyak 75% partisipan menyatakan bahwa nyeri berada di sekitar insisi, dan sebanyak 41.7% menyatakan berasal dari area insisi dan dari dalam perut, sebanyak 95% ketika berjalan, dan 55% ketika melakukan personal hygiene. Ibu post section caesarea (SC) juga mengalami nyeri ketika berkemih, menyusui, tidur, makan dan defekasi. Sebanyak 40% ibu mengalami kesulitan ketika menyusui karena nyeri.

  Dari uraian hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa nyeri mengganggu aktifitas fisik sehari-hari termasuk menyusui.

  Ketika menyusui terganggu, maka nutrisi untuk bayi akan berkurang dan akan menyebabkan terganggunya bonding attachment atau hubungan psikologis antara ibu dan bayi.

  f. Komplikasi post section caesarea Komplikasi SC secara psikologis yang sering dialami ibu antara lain perasaan kecewa dan merasa bersalah terhadap pasangan dan anggota keluarga lainnya, takut, marah, frustasi karena kehilangan kontrol dan harga diri rendah akibat perubahan body image, serta perubahan dalam fungsi seksual (Potter & Perry, 2010).

  Komplikasi yang sering Muncul pada Tindakan SC ( Bobak, 2005) 1) Pada Ibu

  a) Infeksi puerperialis / nifas bisa terjadi dari infeksi ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari saja, sedang yaitu kenaikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung, berat yaitu dengan peritonitis dan ileus paralitik.

  b) Perdarahan akibat antonia uteri atau banyak pembuluh darah yang terputus dan terluka pada saat operasi.

  c) Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang terpotong saat melakukan sectio caesarea.

  d) Resiko ruptura uteri pada kehamilan berikutnya karena jika pernah mengalami pendarahan pada dinding rahim insisi yang dibuat menciptakan garis kelemahan yang sangat beresiko untuk ruptur pada persalinan berikutnya.

  e) Endometritis yaitu infeksi atau peradangan pada endometrium.

  2) Pada Bayi

  a) Hipoksia

  b) Depresi pernafasan

  c) Sindrom gawat pernafasan

  d) Trauma persalinan

C. Konsep nyeri

  1. Definisi nyeri Menurut American Medical Association (2013), nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual ataupun potensial. Nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan dan yang paling banyak dikeluhkan.

  Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan itu sendiri atau potensi kerusakan jaringan, atau istilah terhadap kerusakan yang sama (Loeser, 2011).

  2. Klasifikasi nyeri Margo McCaffery, salah seorang penggas dalam keperawatan nyeri, mendefinisikan nyeri sebagai “segala sesuatu yang dikatakan oleh individu yang merasakan nyeri dan ada ketika individu tersebut mengatakan ada”. Oleh karena itu, nyeri merupakan hal yang subjektif, satu-satunya individu yang dapat dengan akurat mendefinisikan nyeri mereka sendiri adalah mereka yang mengalami nyeri tersebut.Nyeri maladaptif terjadi jika ada proses patologis pada sistem saraf atau akibat dari abnormalitas respon sistem saraf. Nyeri dikategorikan dengan durasi atau lamanya nyeri berlangsung (akut atau kronis) atau dengan kondisi patologis (contoh: kanker atau neuropatik).

  Proses penyembuhan nyeri secara menyeluruh tidak selalu dapat dicapai, tetapi mengurangi rasa nyeri sampai dengan tingkat yang dapat ditoleransi harus dilakukan (Potter & Perry, 2010).

  3. Factor yang mempengaruhi nyeri Rasa nyeri merupakan suatu hal yang bersifat kompleks, mencakup pengaruh fisiologis, sosial, spiritual, psikologis dan budaya.Oleh karena itu pengalaman nyeri masing-masing individu berbeda-beda.

  a. Faktor fisiologis Faktor fisiologis terdiri dari usia, gen, dan fungsi neurologis.

  Pada usia 1-3 tahun (toddler) dan usia 4-5 tahun (prasekolah) belum mampu menggambarkan dan mengekspresikan nyeri secara verbal kepada orang tuanya. Sedangkan pada usia dewasa akhir, kemampuan dalam menafsirkan nyeri yang dirasakan sangat sukar karena terkadang menderita beberapa penyakit sehingga mempengarui anggota tubuh yang sama (Potter & Perry, 2010).

  b. Faktor sosial Faktor sosial yang dapat mempengaruhi nyeri terdiri dari perhatian, pengalaman sebelumnya, dukungan keluarga dan sosial.Perhatian adalah tingkat dimana pasien memfokuskan perhatian terhadap nyeri yang dirasakan (Potter & Perry, 2010).

  Frekuensi terjadinya nyeri di masa lampau tanpa adanya penanganan yang adekuat akan membuat seseorang salah menginterpretasikan nyeri sehingga menyebabkan ketakutan. Pasien yang tidak memiliki pengalaman terhadap kondisi yang menyakitkan (nyeri), persepsi pertama terhadap nyeri dapat merusak kemampuan seseorang untuk mengatasi masalah.Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Linton dan Shaw (2011) bahwa dukungan dan perhatian dari keluarga dan orang terdekat pasien sangat mempengaruhi presepsi nyeri pasien.

  c. Faktor spiritual Spiritualitas dan agama merupakan kekuatan bagi seseorang.

  Apabila seseorang memiliki kekuatan spiritual dan agama yang lemah, maka akan menganggap nyeri sebagai suatu hukuman. Akan tetapi apabila seseorang memiliki kekuatan spiritual dan agama yang kuat, maka akan lebih tenang sehingga akan lebih cepat sembuh.

  Spiritual dan agama merupakan salah satu koping adaptif yang dimiliki seseorang sehingga akan meningkatkan ambang toleransi terhadap nyeri (Moore, 2012).

  d. Faktor psikologis Faktor psikologis dapat juga mempengaruhi tingkat nyeri.Faktor tersebut terdiri dari kecemasan dan teknik koping.Kecemasan dapat meningkatkan persepsi terhadap nyeri.Teknikkoping memengaruhi kemampuan untuk mengatasi nyeri.Seseorang yang belum pernah mendapatkan teknik koping yang baik tentu respon nyerinya buruk (Potter & Perry, 2010). e. Faktor Budaya Faktor budaya terdiri dari makna nyeri dan suku bangsa.

  Makna nyeri adalah sesuatu yang diartikan seseorang sebagai nyeri akan mempengaruhi pengalaman nyeri dan bagaimana seseorang beradaptasi terhadap kondisi tersebut. Seseorang merasakan sakit yang berbeda apabila terkait dengan ancaman, kehilangan, hukuman, atau tantangan.Suku bangsa berkaitan dengan budaya.

  Budaya mempengaruhi ekspresi nyeri.Beberapa budaya percaya bahwa menunjukkan rasa sakit adalah suatu hal yang wajar.

  Sementara yang lain cenderung untuk lebih introvert (Potter & Perry, 2010).

  4. Macam-macam pengukuran skala nyeri Alat pengukur skala nyeri adalah alat yang digunakan untuk mengukur skala nyeri yang dirasakan seseorang dengan rentang 0 sampai

  10. Terdapat tiga alat pengukur skala nyeri, yaitu :

  a. Numerical Rating Scale (NRS) Merupakan skala yang digunakan untuk pengukuran nyeri pada dewasa. Dimana 0 tidak ada nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri berat, dan 10 sangat nyeri (National Precribing Service Limited, 2007). b. Face Rating Scale (FRS) Skala pengukur nyeri Wong Baker Face Scale banyak digunakan oleh tenaga kesehatan untuk mengukur nyeri pada pasien anak.Perawat terlebih dulu menjelaskan tentang perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien memilih sesuai dengan rasa nyeri yang dirasakan. Interpretasinya adalah 0 tidak ada nyeri, 2 sedikit nyeri, 4 sedikit lebih nyeri, 6 semakin lebih nyeri, 8 nyeri sekali, 10 sangat sangat nyeri (National Precribing Service Limited, 2007).

  c. Visual Rating Scale (VRS) Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala verbal menggunakan kata-kata dan bukan garis atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, parah.

  Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe nyeri.

  5. Manajemen nyeri

  a. Manajemen nyeri farmakologi Strategi dalam penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologi dan non-farmakologi.Pendekatan ini diseleksi berdasarkan kebutuhan dan tujuan pasien secara individu.Analgesic merupakan metode penanganan nyeri yang paling umum dan sangat efektif. Ada tiga tipe analgesic, yaitu :

  1) Non-opioid mencakup asetaminofen dan obat antiinflamatory drug/NSAID 2) Opioid : secara tradisional dikenal dengan narkotik 3) Tambahan / pelengkap / koanalgesik (adjuvants) :

  Variasi dari pengobatan yang meningkatkan analgesik atau memiliki kandungan analgesik yang semula tidak diketahui (Potter & Perry, 2010).

  b. manajemen nyeri non farmakologi 1) Relaksasi dan guided imagery

  Relaksasi merupakan teknik yang dilakukan agar tercapai keadaan relaks. Teknik relaksasi lain mencakup meditasi, yoga, dan latihan relaksasi otot progresif. Guided imagery adalah teknik relaksasi cognitive-behavioral dimana pasien dibimbing untukmembayangkan sesuatu yang indah atau pengalaman yang indah sehingga memberikan perasaan bebas secara mental dan fisik dari ketegangan atau stres yang membuat individu memiliki rasa kontrol terhadap nyerinya. 2) Herbal

  Kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan herbal, namun penggunaannya belum sesuai dosis yang tepat sehingga pengobatan menggunakan herbal kurang dianjurkan. Apabila akan menggunakan herbal, harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan ahli agar tidak mengganggu bekerjanya obat di dalam tubuh namun justru membantu kesembuhan (Potter &Perry, 2010).

D. Dzikir

  1. Definisi Dzikir secara etimologis berasal dari bahasa Arab dzakara- yadzkuru- dzikran yang berarti mengingat atau menyebut. Sedangkan dzikir menurut istilah adalah segala proses komunikasi seorang hamba dengan Allah untuk senantiasa ingat dan tunduk kepada-Nya dengan cara mengumandangkan takbir, tahmid, tasbih, memanjatkan do’a yang dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan aturan-aturan yang telah ditentukan (Mahfani, 2006).

Kata dzikir biasanya disambung dengan asma Allah sehingga menjadi dzikrullah yang artinya mengingat Allah (As’ad & Brata, 2011)

  Dzikrullah adalah hadirnya Allah swt dalam hati atau fikiran atau penyebutan Allah dalam lisan, atau mengingat Allah ketika lupa, atau menyebutkan dan menghadirkan Allah dalam hati, pikiran dan lisan agar tidak lupa.

  Dzikir yang efektif adalah dzikir yang memadukan hati, pikiran, lisan, maupun panca indra, sedangkan dzikir yang paling minimal adalah dzikir dengan hati. Adapun dzikir dengan lisan tapi tidak menghadirkan hati adalah sesuatu yang kosong, sebab Allah melarang orang mabuk melaksanakan shalat sampai sadar dan paham apa yang diucapkan (Basri, 2014).

  2. Cara dzikir Dzikir yang efektif adalah dzikir yang komprehensif mencangkup seluruh kehidupan manusia, dzikir memiliki berbagai macam bentuk bentuk, diantaranya:

  a. Dzikir qalby fikri Dzikir dengan hati dan pikiran artinya hati memahami apa yang diucapkan oleh lisan, akal merenungkan makna dan konsekuensinya. lisan ketika mengucapkanAllahu Akbar, hati berusaha menghadirkan kebesaranAllah, pikiran memikirkan kebesaran Allah, sehingga hati danpikiran benar-benar menyakini kebesaran Allah di atas seluruhmakhluk-Nya, maka perintah Allah adalah segala-galanya.

  Demikianjuga ketika mengucapkan Alhamdulillah, hati dan pikiranmerasakan menghadirkan berbagai macam nikmat, keindahan, dan rahmatAllah yang luas dan kasih sayang-Nya (Allah) di penjuru alam semesta.

  b. Dzikir lisan Dzikir lisan yaitu dengan mengucapkan sanjungan, pujian kepada Allah, kalimat tauhid, istighfar, syahadat, shalawat yang dibarengi dengan ucapan hati dan pikiran.Dzikir lisan dianjurkan oleh Nabi, banyak hadits yang memotifasi agar melakukan dzikir lisan.

  c.

  Dzikir fi’ly

Dzikir fi’li yaitu dzikir dengan perbuatan, yaitu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya dalam rangka taat

  kepada-Nya.

  3. Macam-macam dzikir Dzikir tidak terbatas pada bacaan tertentu, melainkan mencakup seluruh bentuk ketaatan yang dilakukan karena Allah. Menurut Winarko (2014), terdapat beberapa macam dzikir, yaitu:

  a. Dzikir-dzikir dari Al- Qur’an

  Al- Qur’an merupakan kalam Allah yang sangat mulia dan suci. Ketika membaca Al-

Qur’an, setiap hurufnya sama dengan satu kali kebaikan

  Surat-surat yang biasa dibacakan untuk berdzikir antara lain: 1) Surat Al-Fatihah 2) Surat Al-Baqarah ayat 225 atau dikenal dengan ayat Kursi

  3) Surat Al-Imran ayat 18-19 4) Surat Al-

Waqi’ahSurat Al-Ikhlas

  5) Surat Al-Falaq 6) Surat An-Naas

  b. Dzikir-dzikir dari Al-Hadist Kalimat thayyibah adalah kalimat yang baik yang harus kita ucapkan disetiap keadaan apapun. Mengucapkan kalimat thayyibah adalah salah satu cara untuk mengingat Allah dan kebesaran-Nya. Kalimat thayyibah meliputi laa ilaaha illallaah, bismillahirrohmaanirrohiim, alhamdulillah, subhanaullah, Allahu akbar, ta’awudz, maasya Allah, assalaamu’alaikum, shalawat, tarji’, laa haula walaa quwwata illaa billah, dan istighfar (astaghfirulloohal’adziim).

  Dzikir yang paling utama adalah tahlil atau kalimat “laa ila ha illaullaah” yang artinya “tiada Tuhan melainkan Allah”. Atau bisa disempurnakan lagi dengan “laa ilaha illaullaahu wahdahula syarikalah, lahulmulku walahulhamdu wahuwa’alaa qullisyainqodiir” yang artinya “Tidak ada Illah yang berhak disembah dengan haq kecuali Allah, yang esa tiada sekutu bagi-Nya, baginya kerajaan bagi- Nya segala pujian, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu (Basri, 2014).

  c.

  Asma’ul Husna Asma’ul husna merupakan nama-nama Allah yang mempunyai keistimewaan tersendiri (Winarko, 2014). Bagi orang yang menghafalnya, Allah akan memberikan balasan yang sangat istimewa dengan keistimewaan tak terhingga berupa surga. Seperti sabda Rasulullah SAW : “ Allah memiliki 99 nama (asma’ul husna).

Barangsiapa menghafalnya, maka ia akan masuk ke surga.”

  4. Adab dan etika dzikir

  a. Hendaklah berdzikir dalam kondisi suci sebab berdzikir dalam kondisi suci, jiwa lebih khusyuk sebagaimana dianjurkan bahwa seorang mukmin seyogyanya selalu menjaga wudhunya. Berwudlu atau tayamum dilakukan untuk mensucikan diri kita dari hadast kecil, sehingga kita lebih pantas untuk menghadap kepada Allah yang Maha Suci. Berpakaian sopan dan suci juga merupakan bagian dari dzikir dengan kondisi yang suci (Basri, 2014). Tetapi berdzikir harus dilakukan setiap saat baik hadats maupun dalam kondisi suci, hanya sangat bagus orang bersuci ketika mau berdzikir.

  b. Menghadap kiblat, hal ini dilakukan jika memungkinkan seperti ketika berdo’a atau membaca Al-Qur’an. Dalam majlis yang memang untuk berdzikir.

  c. Bersuara lirih dalam ketawadhuan kepada Allah, dan tidak meninggikan suara. Hal ini berdasarkan teguran Rasulullah saw., kepada para sahabat ketika mereka berteriak dalam berdzikir dengan sabdanya: d. Berdzikir dengan suara halus lebih dianjurkan, sesuai dengan sabda

  Rsasulullah : “Wahai manusia! Kasihanilah dirimu! Karena sesunggguhnya kamu tidak sedang berdoa kepada yang tuli dan yang jauh. Sesungguhnya Tuhan yang sedang kamu seru itu Maha Mendengar lagi Maha dekat, lebih dekat daripada leher unta seorang dari kamu.” Allah SWT juga berfirman : “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55).

  e. Ikhlas dan mengosongkan hati Keikhlasan tertinggi adalah keikhlasan hanya untuk mencapai ridho Allah semata (lillahita’ala).Berdzikir dengan penuh keikhlasan kepada

Allah akan menghadirkan hati yang bahagia dan tak terbebani sehingga akan tercipta suasana yang khusyu’.Fungsi hati adalah untuk

  mengontrol daya negatif dan positif dalam diri kita.Sehingga agar nilai-nilai positif dapat teresap, maka hati harus memaknai nilai-nilai tersebut.

  Kerangka teori

  Faktor yang mempengaruhi nyeri:

  1. Faktor fisiologis Indikasi sectio caesare

  2. Faktor sosial

  a. indikasi ibu

  3. Faktor spiritual 1) Panggul sempit

  4. Faktor psikologis 2) Tumor jalan lahir

  5. Faktor budaya 3) plasenta previa 4) Ruptur uteri

  Sectio Nyeri

  b. indikasi janin caesarea 1) Kelainan otak 2) Gawat janin 3) Prolapsus plasenta

  Terapi Non

  Terapi 4) Janin karena farmakologi farmakologi: preeklamsi

  1. Releksasi

  1. Terapi Non-

  dan guided

  opioid

  imagery

  2. Terapi

  2. Herbal

  opioid Menurunnya tingkat Nyeri Sumber : (Rasjidi, 2009) & (Potter &Perry, 2010).