ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN PADA TN. D DI RUANG BAROKAH PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG - Elib Repository
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN
DAN PERLINDUNGAN PADA TN. D DI RUANG BAROKAH
PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif
Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh :
AGUS SUSANTO
A01301713
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2016
Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016 1 2 Agus Susanto , Podo Yuwono , M.Kep.Ns.,CWCS
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN
PERLINDUNGAN PADA TN.D DIRUANG BAROKAH PKU MUHAMMADIYAH
GOMBONG
Latar Belakang: Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diintegritas pada tulang.
Penyebab terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif dan
osteoporosis juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur.
Tujuan Umum Penulisan Karya Ilmiah: Untuk memberikan gambaran tentang asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan perlindungan dan keamanan pada pasien fraktur femur post
orif.
Resume Keperawatan: Dari hasil pengkajian klien mengatakan nyeri, susah melakukan
mobilisasi, perubahan pola tidur dan terdapat selang drain pada luka. Telihat luka post operasi
yang masih tertutup perban. Berdasarkan data maka masalah keperawatan yang muncul Nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik, Hambatan mobilitas berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri. Resiko infeksi berhubungan
dengan tindakan invasif.
Intervensi dan Implementasi yang sudah dilakukan diantaranya melakukan relaksasi,
memberikan terapi analgetik, melatih dan menganjurkan klien melakukan ADL secara mandiri,
mengidentifikasi penyebab perubahan pola tidur, menganjurkan tidur siang, mengobservasi tanda-
tanda infeksi, melakukan perawatan luka.
Evaluasi yang dilakukan selama tiga hari nyeri berkurang, klien dapat melakukan mobilisasi
sesuai kemampuan, pola tidur klien membaik, tidak muncul tanda-tanda infeksi, klien merasa
nyaman setelah dilakukan perawatan luka.Kata kunci : keamanan, perlindungan, asuhan keperawatan
1 : Mahasiswa DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong 2 : Dosen DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Diploma III of Nursing Program Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong Nursing Care Report, July 2016 1 2 Agus Susanto , Podo Yuwono , M.Kep.Ns.,CWCS
ABSTRACT
NURSING CARE OF FULLFILLING NEED FOR SAFETY AND PROTECTION TO MR.D
Background: Fracture is a situation where there diintegritas bone. The most direct cause of the
incident was an accident, but other factors such as degenerative processes and osteoporosis can
also affect the occurrence of fractures.
General Purpose Scientific Writing: To provide an overview of the nursing care needs of
protection and safety compliance in patients post orif femur fractures.Nursing Resume: The nursing assessment showed that client said pain, difficulty in mobilitation,
changes in sleep patterns and there is a hose drain in the wound. Seemingly postoperative wounds
still covered in bandages. Based on these data the nursing diagnosis was management is acute pain
appertain with physical injury agents, imobility appertain with neuromuscular, sleep disorders
appertain with pain. Risk of infection appertain with procees invasive.
Intervention and Implementation that have been made include relaxation, providing analgesic
therapy, train and advise clients perform ADLs independently, identify the cause of the changes in
sleep patterns, recommends a nap, observed signs of infection, wound care.
Evaluations were conducted over three days the pain has subsided, the client can perform the
appropriate mobilization capabilities, clients sleep patterns improved, did not showed signs of
infection, clients feel comfortable after process wound care.Keywords : safety, protection, nursing care
1: University Student Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Health Science Institute Of Gombong 2 : Lecturer Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Health Science Institute Of Gombong
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Dan Perlindungan Pada Tn. D Di Ruang Barokah RS PKU Muhammadiyah Gombong”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep. Ns., selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong.
2. Bapak Sawiji, S.Kep. Ns. M.Sc., selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong.
3. Bapak Podo Yuwono M.Kep. Ns. CWCS., selaku pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.
4. Bapak Dr. Ibnu Naser, S.Ag., M.M.R. selaku direktur RSU PKU Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan ijin dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya untuk penyelesaian laporan ini.
5. Tim Penguji Komperhensif yang telah memberikan saran dan arahan.
6. Segenap Dosen dan Karyawan STIKES Muhammadiyah Gombong yang telah berkenan memberikan bimbingan dan arahan materi selama penulis menempuh pendidikan.
7. Segenap Staf dan Karyawan RS PKU Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan bimbingan dan arahan.
8. Tn. D dan keluarga yang telah kooperatif dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan.
9. Bapak dan Ibu serta Adik tersayang yang selalu mendukung, memberikan kasih sayang, bimbingan, nasihat, semangat, dan do’a yang tiada putus- putusnya serta pelajaran berharga bagi penulis.
10. Ananda Fitriana Puspitasari yang selalu memberikan doa dan semangat serta dukungan untuk menyelesaikan laporan ini.
11. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini dan mampu menjadi saudara yang dengan sabar menghadapi saya selama menempuh pendidikan.
12. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah memberikan saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin.
Gombong, Juli 2016 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...................................................................... iii ABSTRAK ................................................................................................................. iv KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................................... 1 B. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 5 C. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 5 BAB II KONSEP DASAR A. Definisi ................................................................................................................ 7 B. Konsep Luka ....................................................................................................... 7 C. Hasil inovasi tindakan keperawatan luka ............................................................ 14 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian ........................................................................................................... 16 B. Analisa Data ........................................................................................................ 19 C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi ............................................................... 20 BAB IV PEMBAHASAN A. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cidera Fisik ........................................ 25 B. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Gangguan Neuromuskuler .... 27 C. Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Nyeri ............................................ 29 D. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Post Orif Femur ...................................... 30 E. Implementasi ....................................................................................................... 31 F. Analisa Inovasi Tindakan Keperawatan ............................................................. 36 viii
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................................... 40 B. Saran.................................................................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diintegritas pada
tulang. Penyebab terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif dan osteoporosis juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur (Depkes RI, 2011).
Gangguan kesehatan yang banyak dijumpai dan menjadi salah satu masalah dipusat-pusat pelayanan di seluruh dunia salah satunya adalah fraktur (Budhiartha,2009). Patah tulang atau fraktur didefinisikan sebagai hilangnya atau adanya gangguan integritas dari tulang, termasuk cedera pada sumsum tulang, periosteum, dan jaringan yang ada disekitarnya. Fraktur ekstrimitas adalah fraktur yang terjadi pada komponen ekstrimitas atas (radius, ulna) dan ekstrimitas bawah (femur, tibia, fibula). Fraktur Femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2012)
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstrimitas bawah sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi di ekstrimitas bagian bawah. Sedangkan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh badan penelitian dan pengembangan Depkes RI tahun 2013 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas, dan trauma benda tajam atau tumpul. Sebanyak 84.774 orang yang mengalami cedera, penyebab cedera terbanyak yaitu jatuh 34.673
2 orang dan kecelakaan lalu lintas sepeda motor sebanyak 34.418 orang. Selanjutnya penyebab cedera karena benda tajam tumpul 6.188 orang, transportasi darat lainnya 6.018 orang, dan kejatuhan 2.119 orang. Sedangkan untuk penyebab yang belum disebutkan proporsinya sangat kecil yang mengalami fraktur sebanyak 4.917 orang se-Indonesia.
Kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja merupakan suatu keadaan
yang tidak di inginkan yang terjadi pada semua usia dan secara mendadak.
Angka kejadian kecelakaan lalu lintas di Jawa Tengah tahun pada 2015 tercatat
17.725 kecelakaan lalu ( Polda Jateng, 2015).Hasil survey tim Depkes RI (2007),dari 8 juta pasien fraktur didapatkan 25% pasien mengalami kematian, 45% mengalami kecacatan fisik, 15% mengalami stres psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan hanya 10% yang mengalami kesembuhan dengan baik. Berdasarkan data dinas Kesehatan. Prevalensi fraktur yang cukup tinggi yaitu insiden fraktur pada ekstremitas yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi (Depkes RI, 2009).
Perawatan segera setelah operasi, harus dilakukan mobilisasi agar fungsi kemandirian dapat dipertahankan. Manfaat dari mobilisasi yaitu untuk peningkatan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan pengurangan rasa nyeri, mencegah tromboflebitis, memberi nutrisi untuk penyembuhan pada daerah luka, dan meningkatkan kelancaran fungsi ginjal (Ningsih 2011).
Permasalahan paska pembedahan ortopedi berkaitan dengan nyeri, perfusi jaringan, promosi kesehatan, mobilitas fisik, dan konsep diri (Bare & Smeltzer, 2006). Permasalahan yang terjadi secara keseluruhan mengakibatkan perubahan status fungsional. Perubahan status fungsional selalu terjadi sebagai tanda pertama dari penyakit atau kelanjutan dari kondisi kronis (Saltzman, 2011). Perubahan status fungsional selalu terjadi sebagai tanda pertama dari penyakit atau kelanjutan dari kondisi kronis (Saltzman, 2011).
3 Patah tulang ekstrimitas yang terisolasi menyebabkan angka morbiditas yang tinggi seperti penderitaan fisik, kehilangan waktu produktif dan tekanan mental.Patah tulang ekstrimitas dengan energi tinggi juga menyebabkan angka mortalitas tinggi apabila terjadi multi trauma dan pendarahan hebat. Kematian paling sering terjadi pada 1
- – 4 jam pertama setelah trauma apabila tidak tertangani dengan baik. Melihat permasalahan tingginya angka kejadian trauma dan patah tulang pada ekstrimitas bagian bawah dan buruknya komplikasi yang akan dialami oleh pasien apabilakejadian ini tidak ditangani dengan baik, diperlukan pemahaman mengenai penyakit ini oleh tenaga medis agar dapat memberikan penanganan yang lebih komprehensif. Survey primer (ABCDE) yang baik untuk menyelamatkan nyawa dan survey sekunder yang tepat dibutuhkan untuk menyelamatkan fungsi dari ekstrimitas, ditunjang oleh penanganan definitif. Luka pasca pembedahan sembuh secara primer karena menggunakan benang atau alat penutup lain dengan kehilangan jaringan minimal karena hanya berupa sobekan.
Setelah pembedahan beberapa tindakan untuk mengembalikan fungsi dan integritas fisik tubuh meminimalkan deformitas, dan tanpa terjadi infeksi yaitu mengontrol hemostatik dan hemodinamik, menutup luka, drainase luka, membalut, dan memantau komplikasi yang mungkin timbul. Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan waktu penyembuhan luka, baik luka steril, luka bersih, maupun luka bersih terkontaminasi. Luka akut dapat sembuh dengan penutupan secara primer . beberapa hal yang perlu diingat terkait dengan perawatan luka akut adalah waktu penyembuhan luka dan proses yang terjadi pada setiap fasenya. Fase inflamasi (pembersihan luka atau debris) 0 – 2 hingga 5 hari, proliferasi hngga epitelisasi (luka menutup) 2 hingga 5-21 hari (3 minggu), dan maturasi (penguatan struktur) 21 hari hingga 2-3 tahun. Luka paska pembedahan adalah luka akut yang paling banyak ditemui dan resiko infeksi minimal karena tindakan pembedahan dilakukan secara steril di ruang operasi. Kejadian infeksi luka operasi dapat dimonitor sejak dini, dan dilakukan pencegahan dengan segera dengan cara
4 yang efektif dan efisien. Luka post ORIF (Open Reduksi Internal fiksasi)
- – merupakan luka akibat suatu pembedahan untuk memanipulasi fragmen fragmen tulang yang patah. (Kneale & Davis, 2011).
Tujuan merawat luka adalah kesembuhan, dan balutan yang dipilih adalah balutan yang dapat mempertahankan kondisi lembab, mengontrol kejadian infeksi, mempercepat penyembuhan luka, mengabsorbsi cairan luka yang berlebihan, membuang jaringan mati, nyaman digunakan. Pada luka akut dan luka kronis mengalami proses penyembuhan yang sama dari inflamasi hingga maturasi. Beberapa hal yang juga harus diperhatikan dalam luka akut pasca pembedahan adalah evaluasi balutan primer yang digunakan, permukaan epitel, penutupan luka, garis sembuh dan perubahan lokal yang mengarah ke infeksi. Balutan sangat berpengaruh dalam mendukung penyembuhan luka sehingga pemilihan balutan pasca pembedahan sangat penting difahami. Pada fraktur terbuka (yang berhubungan dengan luka terbuka memanjang sampai permukaan kulit dan ke daerah cedera tulang) terdapat resiko infeksi osteomielitis, gas gangren, dan tetanus. Tujuan penanganan adalah meminimalkan kemungkinan infeksi luka, jaringan lunak dan tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan tulang
Berdasarkan pengkajian pada Tn.D didapatkan data subjektiv, bahwa klien mengatakan nyeri di area luka dengan skala 6, terasa hilang timbul, terdapat luka jahit di femur dextra, perban dan tempat tidur keliatan kotor. Klien mengatakan sering terbangun ketika tidur, dan tidak bisa beraktivitas hanya bisa miring kiri dan miring kanan, serta nyeri ketika bergerak. Hal ini menunjukan bahwa pasien di rumah sakit mengalami berbagai masalah keperawatan diantaranya Nyeri, Hambatan mobilitas, Resiko infeksi, Gangguan pola tidur. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil dan menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Rasa Aman dan Perlindungan pada Tn.D Di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.
5
B. Tujuan
Adapun dari penulisan karya ilmiah yaitu: 1.
Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan tentang pemenuhan kebutuhan mobilisasi dengan pasien post orif femur.
2. Tujuan khusus a.
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien post orif dengan masalah kebutuhan masalah mobilisasi.
b.
Mahasiswa mampu menganalisa data untuk menemukan masalah keperawatan yang muncul pada pasien post orif dengan masalah kebutuhan masalah kebutuhan mobilitasi.
c.
Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan prioritas masalah keperawatan pada pasien post orif dengan masalah pemenuhan kebutuhan moblitasi.
d.
Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul pada pasien post orif dengan pemenuhan kebutuhan mobilitasi.
e.
Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada pasien post orif dengan masalah pemenuhan kebutuhan mobilitasi.
f.
Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan g.
Mahasiswa mampu menganalisa hasil dari tindakan yang telah dilakukan
C. Manfaat 1.
Secara keilmuan Sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan pendidikan dalam proses keperawatan di instusi perawatan dan lembaga kesehatan.
6
2. Secara aplikatif
Sebagai pengetahuan untuk pembaca dan masyarakat dalam mengenal proses keperawatan dan menambah pengetahuan tentang penyakit.
DAFTAR PUSTAKA Asmadi. (2006). Konsep Dsar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Aziz Alimul, Musrifatul. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional . Jakarta Biro Penerangan Polri.2011.Kecelakaan Lalu Lintas.
http//angkakecelakaanlalulintas.com Budiartha, P. 2009, Fraktur ( Patah Tulang). Diakses 25 Juni 2016 http://nursingbegin.com/fraktur-patah tulang Bryant, Ruth. (2007). Acute & Chronic Wounds; Current Manangement Concept Elsevier.
Philadelphia : Mosby Doenges, Marilyn E. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Edisi 3. Jakarta: EGC.
DR.Munir UPadhyay, D. D. (2016). Studi Pengaruh Balutan Luka Madu Pada Luka Traumatik dari Ortopedi , 1-8. Emir Burak Yüksel, A. M. (2014). The Effect OF Different Topical Agents
(Silver Sulfadiazine, Povidone-Iodine, and Sodium Chloride 0.9%) on Burn Injuries in Rats. , 1-6.
Herdman. (2015). Nursing Diagnoses: Deffinition & Classification. Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muaskuloskeletal. Salemba Medika :
Jakarta Ismail. (2008). Luka bakar dan perawatannya . Jakarta: Balai Pustaka Ismail. (2011). Luka bakar dan perawatannya . Jakarta: Balai Pustaka Kartika, R. W. (2015). Perawatan Luka Kronis, 546-550.
Moorhead,S.,Johnson,M.,Mas,M,L.,Swanson,E.(2008). Nursing Interversion
th Clafication (NIC)( 4 ed).Stlousus missouri:mobsbya Elsevier.
Moorhead,S.,Johnson,M.,Mas,M,L.,Swanson,E.(2008).
Nursing Outcomes th
Interversion (NIC)( 4 ed).Stlousus missouri:mobsbya Elsevier. Nuril Hudha Al Anshori, N. W. (2014). Pengaruh Perawatan Luka
Menggunakan Madu terhadap Kolonisasi Bakteri Staphylococcus Aureus pada Luka Diabetik Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember., 499-506.
Perry, P. d. (2006). Buku ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Putu Sukma Parahita, P. K. (2011). Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada Cedera Fraktur Ekstrimitas , 55-64.
Ropyanto, C. S. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Fungsional Paska Open Reduction Internal Fixation (Orif) Fraktur Ekstremitas , 1-8.
Sotani, D.(2009). Rawat luka dengan metode modern, minimalkan parut.2009. Ward., Susan L, Hisley., Shelton M. (2009). Maternal-Child Nursing Care, Optimizig Outcoms for Mothers, Children, & Families. Philadelphia: F.A.
Davis Company Zulfa, E. d. (2008). Perbandingan Penyembuhan Luka Terbuka Menggunakan
Balutan Madu Atau Balutan Normal Salin-Povidone Iodin , 34-39.
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR
DI RUANG BAROKAH RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
DISUSUN OLEH:
AGUS SUSANTO
A01301713
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR A.
PENGERTIAN Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan, terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
B. ETIOLOGI 1.
Trauma langsung/ direct trauma Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
C. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur 1.
Faktor Ekstrinsik Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut: 1.
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi
2. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
3. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
4. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.
X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans 3.
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
F. KOMPLIKASI 1.
Komplikasi Awal a.
Kerusakan Arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b.
Kompartement Syndrom Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot.
c.
Fat Embolism Syndrom Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung
- – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh
- – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas.
Infeksi System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e.
Avaskuler Nekrosis Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah.
f.
Shock Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
g.
Osteomyelitis Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama a.
Delayed Union (Penyatuan tertunda) Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b.
Non union (tak menyatu) Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang
- –kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya mobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.
Malunion Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.
G. STADIUM PENYEMBUHAN FRAKTUR
Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24
- – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yg menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.
3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus Sel
- –sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4. Stadium Empat-Konsolidasi Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
5. Stadium Lima-Remodelling Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat.
Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus- menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah : 1.
Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur).
2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.
3. Agar terjadi penyatuan tulang kembali Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan.
4. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula.
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
FRAKTUR
Di Susun oleh:
AGUS SUSANTO
A01301713
PRODI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMUHAMMADIYAH
GOMBONG
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Fraktur Sub PokokBahasan : Sistem Muskuloskeletal Topik : Nutrisi Yang Dibutuhkan Bagi Pasien
Fraktur Sasaran : Pasien Dengan Diagnosa Fraktur Hari/Tanggal : Rabu, 1 juni 2016 Waktu : 10.00 Wib S.d Selesai Tempat : Ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah
Gombong
I. Tujuan Instruksional
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU): Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan klien dapat memahami tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk mempercepat penyembuhan bagi pasien fraktur.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK): Setelah diberikan penyuluhan keluarga diharapkan dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian fraktur
2. Menjelaskan penyebab frakttur
3. Menyebutkan tanda dan gejala fraktur
4. Menyebutkan sumber nutrisi yang dibutuhkan bagi penderita fraktur
II. Materi
Terlampir
III.Metoda
Metode yang digunakanadalahceramahdan Tanya jawab/diskusi
IV.Media
Leaflet -
Lembar balik -
V.STRATEGI
a. Persiapan Pembuatan satuan penyuluhan - Persiapan penyuluh dengan menggunakan referensi yang ada -
b. Pelaksanaan Dimulai dengan memperkenalkan diri, maksud dan tujuan - penyuluhan
Menjelaskan poin-poin penting isi penyuluhan - Menyampaikan materi -
c. Penutup
VI.Kegiatan Uraian Kegiatan No Kegiatan Penyuluh Peserta
1. Pembukaan a.
a. Menjawab salam. Mengucapkan salam.
2 Menit
b. tujuan
b. Menyetujui tujuan Menyampaikan demonstrasi demonstrasi c. Melakukan apersepsi
c. Mengikuti apersepsi
2. Isi
a. Menjelaskan materi penyuluhan a. Menyimak penjelasan.
30 Menit mengenai pengertian, fungsi tulang penyebab patah tulang, tanda dan gejala patah tulang dan nutrisi yang dibutuhkan bagi penderita patah tulang.
b. Memberikan kesempatan kepada
b. Pesertabertanya keluarga untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan
3. Penutup
a. Melakukan evaluasi
a. Menjawab pertanyaan
3 Menit
b. Menyimpulkan materi
b. Menyimak demonstrasi kesimpulan.
c. Mengucapkan salam c. Menjawab salam.
V. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh manapemahaman keluraga setelah diberikan penyuluhan selama 30menit diberikan pertanyaan:
1. Menjelaskan kembali pengertian fraktur
2. Menjelaskan penyebab frakttur
3. Menyebutkan tanda dan gejala fraktur
4. Menyebutkan sumber nutrisi yang dibutuhkan bagi penderita fraktur
Pembahasan Materi fraktur
1.Pengertian Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
2. Penyebab a.
Trauma langsung/ direct trauma Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat rudapaksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
b.
Trauma yang tak langsung/ indirect trauma Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
c.
Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan frakturpatologis.
d.
Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
3. Tanda dan gejala Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut: a.
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. b.
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakanluarbiasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bias diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
c.
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
d.
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu denganl ainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
e.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
4. Nutrisi yang di butuhkan untuk penyembuhan a.
Makanan Sumber Kalsium (susu, kedelai, gandum dan sayuran hijau.)satu nutrisi yang berperan menjaga kesehatan tulang.
b.
Makanan Sumber Protein (telur, ikan, susu, daging putih, kelapa
muda, alpukat, dan kedelai.) Selain kalsium, protein juga menjadi unsur penting dalam pembentukan tulang, sekitar 50% tulang terbentuk dari protein.
c.
Makanan Sumber Antioksi dan( teh hijau dan buah delima) Antioksidan akan membantu pemulihan patah tulang dan mampu menghambat rusaknya sel tulang menjadi lebih parah. 3-5 cangkir teh hijau dapat membantu pemulihan sel tubuh yang rusak karena kandungan antioksidannya yang sangat tinggi. d.
Sumber Vitamin D (seperti kuning telur, ikan dan daging. Berjemur di bawah matahari pagi) Vitamin D pentingdalam proses penyerapan kalsium kedalam darah dan tulang, maka dari itu untuk mempercepat penyembuhan patah tulang perlu mengonsumsi kalsium yang di sempurnakan dengan asupan vitamin D.
e.
Sumber Vitamin K (Brokoli, kol, ikan, hati, daging merah, telur) Vitamin K bertugas memperkuat osteocalcin yaitu komponen protein pada tulang. Dengan terpenuhinya kebutuhan vitamin K risiko retak tulang akan menurun dan proses pemulihan patah tulang jadi lebih cepat. Fungsi utama vitamin K adalah membantu proses pembekuan darah saat tubuh mengalami luka.
JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669
PERBEDAAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA YANG DILAKUKAN PERAWATAN LUKA DENGAN NaCl 0,9% DAN
POVIDON IODINE 10% DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2013
1
2
3 Lesia Setyawati , Ida Ariyanti , Sri Wahyuni S.
ABSTRAC
Caesarean sectio rate is increasing dramatically, especially in the end of
th
20 century. Caesarean sectio is a surgical operation and it should have infection rate lower than 2 percent. Using and choosing not appropriate wound care product will cause longer inflammation time process and less oxygen supply in wound location that will cause longer wound recovery.
The purpose of this research was to know the difference of post caesarean sectio wound recovery between NaCl 0,9% wound care in Bougenville room of RSUD Tugurejo Semarang 2013.
This research was pre experimental , with post test only control group design. Sample in this research was caesarean sectio post partum with inclusion of criteria as much as 30 respondents with 15 respondent as experiment group and 15 respondents as control group.
Processing data using Mann Whitney test resulted p value 0,317 > 0,05 which mean that there was no difference wound recovery post caesarean sectio between NaCl 0,9% wound care and Povidone Iodine 10% wound care.
From the result of this research it is expected to use NaCl 0,9% in wound care of Post caesarean sectio. With different of mean 1,00 the result of this reseach can become a litrature for nex research by using more controlling of confounding variable.