BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Hakikat Efektivitas - EDI SAPTONO BAB II

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Hakikat Efektivitas

  Secara teoritis belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku, namun tidak semua perubahan tingkah laku organisme dapat dianggap belajar. Perubahan yang timbul karena proses belajar sudah tentu memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas seperti perubahan yang timbul karena proses belajar yang bersifat efektif. Menurut Muhibin (2007) pembelajaran efektif yakni pembelajaran yang berhasil guna. Berhasil guna artinya perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004), efektif berarti membawa hasil; berhasil guna. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat berhasil guna bagi siswanya.

  Menurut Dunne (2006) pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memudahkan murid belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi dengan sesama atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Dalam hal ini, pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa-siswanya.

2.1.2. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

  Menurut Gagne (dalam Sagala, 2010), belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman Sementara menurut Hamalik (2003) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

  Pakar teknologi pendidikan, Gane, Briggs, & Wager yang dikutip oleh Prawiradilaga (2009) menyatakan bahwa proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal, yaitu pengaturan kondisi belajar. Proses belajar terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar.

  Melalui inderanya, peserta didik dapat menyerap materi secara berbeda. Pengajaran mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat berlangsung lancar.

  Selanjutnya Skiner (dalam Dimyati dan Mujiono, 2009) berpandangan bahwa” belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar makna responnya menjadi baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun”. Sedangkan menurut Winkel (2009) belajar adalah perubahan tingkah laku sesudah belajar. Masih dalam buku yang sama, Hilgard dan Bower dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan bahwa:

  “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan- keadaan sesaat seseorang (misalnya kecelakaan, pengaruh obat dan sebagainya). Dari beberapa pengertian belajar yang telah diungkapkan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses mental yang disengaja pada diri seseorang sehingga muncul perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut bisa berupa; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu, dari memberikan respon yang salah atau stimulus-stimulus ke arah memberikan respon yang benar dan relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.

  Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari dan tampak tanda-tanda perubahan perilaku manusia sebagai akibat terjadinya proses belajar. Belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisma, yang berarti belajar juga membutuhkan waktu dan tempat.

  Menurut Natawidjaja (2004) ada beberapa unsur yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa agar hasil belajarnya optimal yang digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.1. Unsur-unsur yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa

  Sumber: ( Yusuf, 1993: 36) Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar siswa merupakan hasil perpaduan dari unsur tujuan, bahan pelajaran, perilaku siswa dan pribadi guru. Keberhasilan belajar siswa mungkin tidak optimal, bila salah satu unsur yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar siswa di samping unsur lainnya

  Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian

  TUJUAN Keterampilan atau kualitas tertentu yang diharapkan dapat memiliki atau diubah oleh siswa

  PERILAKU Umur, kemampuan, bakat, motivasi, ketrampilan, disiplin dan sebagainya

KEGIATAN BELAJAR SISWA BAHAN PELAJARAN

PRIBADI GURU

  Isi atau silabus yang tersedia

  Pandanganya tentang mengajar, kekuatan pribadi, dan peran yang dianggapnya paling menyakinkan

  Unsur-unsur ekonomi dan administrasi

2.1.3. Perencanaan Pembelajaran

  kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar (BSNP, 2007: 1). 1) Silabus

  Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/ kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK (BNSP, 2007: 2 ).

  2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus. RPP ini dapat digunakan oleh setiap pengajar sebagai pedoman umum untuk melaksanakan pembelajaran kepada peserta didiknya, karena di dalamnya berisi petunjuk secara rinci, pertemuan demi pertemuan, mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan.

  Oleh karena itu, dengan berpedoman RPP ini pengajar akan dapat mengajar dengan sistematis, tanpa khawatir keluar dari tujuan, ruang lingkup materi, strategi belajar mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi yang seharusnya.

  RPP akan membantu pengajar dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Baik pengajar maupun peserta didik mengetahui dengan pasti tujuan yang hendak dicapai dan cara mencapainya. Dengan demikian pengajar dapat mempertahankan situasi agar peserta didik dapat memusatkan perhatian dalam pembelajaran yang telah diprogramkannya. Sebaliknya, tanpa RPP atau tanpa persiapan tertulis maupun tidak tertulis, seorang pengajar akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Seorang pengajar yang belum berpengalaman pada umumnya memerlukan perencanaan yang lebih rinci dibandingkan seorang pengajar yang sudah berpengalaman.

  Pada hakekatnya RPP merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan tindakan apakah yang akan dilakukan dalam pembelajaran, baik oleh pengajar maupun peserta didik untuk mencapai suatu kompetensi yang sudah ditetapkan. Dalam RPP harus jelas Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, dan bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana pengajar mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebutlah yang merupakan unsur utama yang harus ada dalam setiap RPP.

  RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

  RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

  RPP terdiri dari komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup KD, materi standar, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan waktu belajar. Dengan demikian, RPP pada hakekatnya merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi satu dengan lainnya, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya untuk mencapai tujuan yaitu membentuk kompentensi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen yang terdapat dalam RPP dapat diuraikan melalui penjelasan sebagai berikut.

  a. Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program atau program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

  b. Standar kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

  c. Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

  d. Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

  e. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

  f. Materi ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

  g. Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

  h. Metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. i. Kegiatan pembelajaran 1). Pendahuluan

  Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

  2). Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

  3). Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. j. Penilaian hasil belajar

  Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

  Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran. Pada penelitian ini, karena aspek berbicara yang akan diteliti, maka penilaian pada tes akhir menggunakan jenis tes lisan (BSNP, 2007: 3). k. Sumber belajar

  Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. 3) Prinsip-prinsip Penyusunan RPP meliputi: memperhatikan perbedaan individu, mendorong partisipasi aktif peserta didik, mengembangkan budaya membaca dan menulis, memberikan umpan balik dan tindak lanjut, keterikatan dan keterpaduan, menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

  4) Pelaksanaan Proses Pembelajaran meliputi: persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, pengelolaan kelas, pelaksanaan pembelajaran.

  Perlu diperhatikan bahwa untuk menyusun RPP pengajar perlu menentukan batas lingkup materi sub pokok bahasan mana saja yang akan diajarkan setiap kali pertemuan dengan melihat estimasi waktu dalam silabusnya. Bila suatu sub pokok bahasan dalam silabus membutuhkan waktu lebih dari sekali pertemuan atau beberapa kali pertemuan, maka sub pokok bahasan itu perlu dirinci lagi. Bila hal ini tidak mungkin, karena akan mengganggu keutuhan materi, maka dapat dibuat satu RPP yang digunakan untuk dua kali pertemuan atau lebih.

  RPP harus disusun secara sistemik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual. Dengan demikian RPP dapat berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan. RPP hendaknya disusun secara sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik.

2.1.4. Media Pembelajaran

  Banyak pendapat yang disampaikan para pakar tentang media pembelajaran, diantaranya yang dikemukakan oleh Smaldino, dkk (2005:9) yang menyebutkan:

  “A medium (plural, media) is a means of communication and source of information. Devided from the Latin word meaning ‘beetween’ the term refer to anything that caries information between a source and receiver”

  (media mengandung pengertian komunikasi dan sumber informasi. Berasal dari bahasa Latin yang berarti “antara” yang mengacu pada segala sesuatu yang dapat menyampaikan informasi antara sumber dan penerima).

  Winkel (1998:310) mengemukakan bahwa media merupakan bentuk jamak dari medium yang artinya perantara atau pengantar dari pengirim pesan ke penerima pesan. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran, maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang merupakan alat transfer belajar yaitu pengantar pesan pembelajaran dan sumber belajar kepada pebelajar. Media pembelajaran mencakup bahan dan alat belajar.

  Bahan dalam pengertian ini juga sering disebut sebagai perangkat lunak (software) dan alat yang digunakan sering disebut sebagai perangkat keras (hardware). Menurut Hamalik (1986:16) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membantu proses belajar mengajar.

  Media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sangatlah banyak ragamnya. Guru dapat memilih dan menentukan penggunaan media pembelajaran sesuai dengan bahan pembelajaran yang hendak disampaikan kepada peserta didik.

  Anderson dalam Rahadi (2003:21) mengelompokkan media menjadi 10 (sepuluh) golongan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Pengelompokkan Media Belajar

  No. Golongan Media Contoh dalam pembelajaran

  1. Audio Kaset audio,siaran radio, CD, telepon.

  2. Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar

  3. Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis

  4. Proyeksi visual diam Overhead transparasi (OHT), film bingkai (slide)

  5. Proyeksi Audio Visual Film bingkai (Slide) bersuara diam 6.. Visual gerak Film bisu

  7. Audio Visual gerak Film gerak bersuara, video/VCD, Televisi

  8. Obyek fisik Benda nyata, model, spesimen

  9. Manusia dan Lingkungan Guru, pustakawan, aboran

  10. Komputer CAI (pembelajaran berbantuan komputer), CBI (pembelajaran berbasis komputer)

  Sementara Briggs (dalam Sadiman, dkk, 2006: 23) pengelompokan media pembelajaran yang mengarah pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan, dan transmisinya. Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi dan gambar.

  Cara penggolongan lain yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan media adalah berdasarkan teknologi yang digunakan, mulai dari yang teknologi rendah (low technology) sampai yang teknologi tinggi

  (high technology). Heinich dkk dalam Uno (2007: 115) mengklasifikasikan

  media pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 2.2. Klasifikasi Media Pembelajaran

  Klasifikasi Jenis Media

  Media yang tidak diproyeksikan (non projektor media)

  Realita, model, bahan grafis (graphical material , display)

  Media yang diproyeksikan (projected media)

  OHT, Slide Media Audio (Audio) Audio kaset,

  audio vision, active audio vision

  Media video (media Video) Video Media berbasis komputer (computer based media)

  Computer Assited Instruction (CIA) Computer Managed Instruction (CMI)

  Multi media kit Perangkat praktikum Dengan adanya penggolongan yang didasarkan pada teknologi maka klasifikasi penggolongan akan selalu berubah, media yang pada saat ini digolongkan teknologi tinggi, tidak menutup kemungkinan pada tahun mendatang akan tidak menjadi teknologi tinggi lagi bahkan sangat mungkin menjadi tergeser.

  Penggunaan media pembelajaran memiliki manfaat yang tinggi dalam pembelajaran yang dapat memberikan motivasi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Rahadi (2003:27) bahwa dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan. Secara lebih khusus dan rinci, Kemp dan Dayton (1985:72) mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu: 1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan

  Setiap guru dalam menafsirkan konsep materi pembelajaran tertentu dapat berbeda-beda, dengan menggunakan media pembelajaran perbedaan penafsiran tersebut dapat dihindari. Semua siswa akan melihat dan mendengarkan uraian materi melalui media yang sama maka siswa akan mendapatkan informasi yang sama antara siswa yang satu dengan yang lain.

  2) Proses pembelajaran lebih jelas dan menarik Media potensi yang dimiliki media dapat menyampaikan informasi melalui suara, gambar, warna, ataupun gerak, baik yang bersifat alami maupun manipulasi. Materi pembelajaran yang dikemas melalui media pembelajaran akan lebih jelas, lengkap dan menarik minat peserta didik. Sehingga siswa tumbuh rasa ingin tahu serta merangsang siswa mereaksi atau merespon baik secara fisik maupun secara emosional.

  3) Proses pembelajaran lebih efektif Media mampu membantu guru melakukan komunikasi dua arah antara guru dan siswa, membangun interaksi yang dinamis karena jika tidak menggunakan media, guru akan cenderung berbicara satu arah yang berakibat hanya guru yang aktif sedangkan siswa tidak ikut melibatkan diri saat pembelajaran secara aktif.

  4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga Keterbatasan waktu dapat diatasi dengan menggunakan media, karena guru yang biasanya jika menyampaikan pembelajaran tidak bermedia harus menjelaskan semua bagian-bagiannya secara rinci dan menghabiskan waktu, namun dengan memanfaatkan media meskipun ada bagian-bagian yang tidak dapat disampaikan oleh guru melalui kata-kata atau ucapan, isi materi dapat ditangkap oleh peserta didik sehingga waktu yang dimanfaatkan dapat lebih efisien. Isi materi akan lebih mudah dipahami siswa.

  5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa Penggunaan media mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyerap isi materi pembelajaran yang lebih mendalam karena penggunaan media akan dapat melibatkan berbagai indra akan membawa hanyut perasaannya ke dalam proses pembelajaran membuat pemahaman siswa lebih baik. 6) Memungkinkan proses belajar dapat dilaksanakan dimana saja

  Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa belajar dengan leluasa, tanpa harus terikat dengan tempat dan waktu sehingga siswa akan termotivasi untuk dapat belajar secara mandiri.

  7) Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar Dengan menggunakan media proses pembelajaran lebih menarik, membuat siswa mencintai ilmu pengetahuan dan membangun kebiasaan siswa untuk dapat bersikap positif mencari berbagai sumber belajar sendiri.

  7) Peran guru akan terbantu oleh media, karena guru tidak menjadi satu- satunya sumber. Guru tidak perlu menjelaskan secara keseluruhan karena berbagi peran dengan media pembelajaran.

  Dalam konteks penelitian ini, media pembelajaran yang digunakan adalah lingkungan sekolah. Pengertian lingkungan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 1995: 256) adalah: “(1) daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk didalamnya; (2) bagian wilayah di kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa; (3) golongan, kalangan; (4) semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan”.

  Belajar melalui lingkungan itu sangat penting bagi siswa sekolah dasar, karena lingkungan dapat dijadikan sumber belajar dan sarana belajar.

  Lingkungan sekolah sebagai sasaran belajar, sesuai dengan tujuan pendidikan sekolah dasar, antara lain agar siswa dapat mengenal alam sekitar. Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, bahwa lingkungan sekolah dapat menyediakan sumber belajar yang tiada habisnya dalam memberikan pengetahuan kepada kita. Semakin kita gali semakin banyak yang kita dapat, tidak hanya terbatas pada mata pelajaran sains itu sendiri tetapi juga sebagai sumber belajar dari berbagai macam ilmu pengetahuan.

  Sedangkan lingkungan sebagai sarana belajar, yaitu lingkungan dapat menyediakan bahan-bahan yang tidak usah dibeli, misalnya udara, cahaya matahari, pepohonan, air, sungai, rerumputan dan sebagainya.

  Dengan belajar melalui lingkungan sekolah dapat mengembangkan aspek-aspek pedagogis siswa, seperti dapat mengembangkan sikap dan keterampilan, dapat dilakukan oleh semua siswa dari semua tingkat perkembangan intelektual, dan dapat dijadikan sebagai motivasi belajar siswa.

  Jenis-jenis lingkungan yang dapat digunakan untuk pembelajaran dapat digambarkan melalui bagan berikut ini:

  

SALURAN IRIGASI

DAERAH PETERNAKAN PENAMBANGAN PASAR

PANTAI A.

  

B.

CAGAR ALAM POHON-POHON (KEBUN)

  

C.

TAMAN KOTA PENGGERGAJIAN

D.

KAYU

  SEKOLAH

E.

  JALAN RAYA & PUSAT STASIUN KERETA API PERTOKOAN

F.

TAMAN KOTA

TERMINAL BUS G.

  

H.

KEBUN BINATANG PENANGKAPAN IKAN

I.

J. PERSAWAHAN

  KOLAM IKAN

K.

KANTOR LEMBAGA BENDUNGAN

L.

PEMERINTAH

M.

HALAMAN RUMAH MUSEUM TEMPAT REKREASI SISWA

LAIN N.

Bagan 2.2. Jenis-Jenis Lingkungan

  Dari uraian di atas yang dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah semua sarana yang dapat dimanfatkan untuk menunjang proses belajar mengajar, seperti taman sekolah. Untuk menerapkan konsep pembelajaran yang diinginkan sehingga siswa mengalami langsung dunia yang nyata dan akan menghasilkan pembelajaran yang diinginkan bukan hasil yang abstrak.

  Sehubungan dengan pembelajaran menulis puisi guru perlu memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan siswa karena siswa belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Penggunakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan dan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis puisi. Dalam hal ini, siswa diajak mengamati dan menghayati lingkungan alam yang ada di sekitar sekolah. Hasil pengamatan dan penghayatan tersebut dipakai dasar penulisan puisi. Penggunaan lingkungan sekolah dalam menulis puisi akan sangat membantu proses penulisannya. Sebagaimana dinyatakan oleh Alisjahbana (1978), dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (2001), bahwa alam merupakan sumber inspirasi bagi ahli seni, termasuk bagi penyair. Di samping itu, alam juga merupakan teladan yang tiada habis-habisnya. Dalam jurnal yang sama, Suharianto (1981) menyatakan bahwa alam merupakan sumber penulisan karya seni, khususnya puisi.

  Memanfaatkan lingkungan sekolah dengan membawa siswa– siswa untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga terjadi di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, ketrampilan sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual.

  Perkembangan fisik artinya lingkungan sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik siswa, untuk mengembangkan otot– ototnya. Dengan memanfatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya, siswa-siswa menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja dan merasakan bagaimana rasanya pada saat memanjat pohon, berayun ayun dan berlari lari.

  Perkembangan aspek ketrampilan sosial artinya lingkungan secara alami mendorong siswa untuk berinteraksi dengan siswa-siswa yang lain, bahkan dengan orang dewasa. Pada saat siswa mengamati objek-objek tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin menceritakan hasil penemuanya dengan yang lain. Supaya penemuanya diketahui oleh siswa yang lainya maka pasti mendekati siswa yang lainya maka terjadi interaksi dengan siswa yang lainya.

  Perkembangan aspek emosi artinya lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh siswa-siswa. Pemanfatannya akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Misalnya bila siswa diajak ke sebuah taman yang terdapat sebuah pohon yang memungkinkan untuk mereka panjat. Dengan memanjat pohon itu mengembangkan aspek keberaniannya sebagai bagian dari pengembangan aspek emosinya.

  Perkembangan intelektual artinya siswa-siswa belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami siswa di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan siswa-siswa untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada di lingkungan sekolah.

  (http//www.ilmuwan muda.wordpres.com) Dari uraian diatas tentang pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar menulis puisi adalah kemampuan, dan keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran siswa dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya.

2.1.5. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

  Menurut BPPN dan Bank Dunia (1999, dalam Mulyasa, 2009:10) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau School Based Management

  (SBM)

  adalah bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi di bidang pendidikan, yang ditandai dengan otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat dan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikan sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat dituntut agar lebih memahami pendidikan, membantu, serta mengontrol pengelolaan pendidikan. Dalam konsep ini sekolah dituntut memiliki tanggung jawab yang tinggi, baik kepada orangtua, masyarakat maupun pemerintah.

  Ditjen Dikdasmen (2001:2) menyatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah merupakan bentuk alternatif pengelolaan sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan, yang ditandai adanya kewenangan pengambilan keputusan yang lebih luas ditingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang relatif tinggi, dalam rangka Kebijakan Pendidikan Nasional. Sedangkan pengertian Manajemen Berbasis Sekolah menurut Suparman (2001:1) adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memahami kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam pendidikan nasional.

  Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah merupakan model penyelenggaraan pendidikan yang memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menyusun dan melaksanakan program pendidikan di sekolah sesuai dengan kebutuhannya melalui pemberdayaan sumber-sumber daya yang ada termasuk partisipasi masyarakat sehingga lebih mencerminkan adanya upaya peningkatan pemberian pelayanan penyelenggaraan pendidikan secara demokratis, transparan dan akuntabel secara nyata untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih efisien dan efektif tanpa mengesampingkan tujuan Pendidikan Nasional.

  Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumberdaya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orangtua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menimbuhkembangkan suasana yang kondusif. Pemerataan pendidikan nampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat, terutama yang mampu dan peduli, sementara yang kurang mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah (Mulyasa, 2009:13).

  Menurut Drury dan Levin (1994), yang dikutip oleh Ikhsan (2004), bahwa Manajemen Berbasis Sekolah belum bisa secara langsung meningkatkan pencapaian prestasi belajar siswa, namun memiliki potensi untuk meningkatkannya. Manajemen Berbasis Sekolah secara nyata memberi kontribusi terhadap empat keluaran pendidikan, yaitu: 1) Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk personil.

  2) Meningkatkan profesionalisme guru. 3) Implementasi reformasi kurikulum. 4) Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam pendidikan.

  Menurut Durori (2002), Program Manajemen Berbasis Sekolah pada dasarnya mengarah pada tiga hal substantif, yaitu manajemen sekolah, proses belajar mengajar, dan peranserta atau partisipasi masyarakat. Tiga hal tersebut merupakan pilar dari Program Manajemen Berbasis Sekolah. Dalam konteks manajemen sekolah, konsep manajemen yang diinginkan pada hakekatnya berupa transparansi dalam pengelolaan sekolah dan pengambilan keputusan secara partisipatif oleh sekolah dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai sasaran mutu pendidikan. Berkaitan dengan proses belajar mengajar ditekankan adanya Pembelajaran PAKEM atau Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Pembelajaran tersebut diarahkan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Sementara berkaitan dengan partisipasi masyarakat, dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah diupayakan adanya partisipasi masyarakat yang benar-benar bermakna bagi terlaksananya pendidikan. Bentuk partisipasi tersebut tidak selalu berupa pendanaan, tetapi dapat berupa gagasan, penyediaan fasilitas. Komponen masyarakat yang bisa berpartisipasi dalam pelaksanaan Program MBS mencakup perorangan, kelompok dan Badan yang bukan merupakan bagian dari pemerintah seperti LSM.

2.1.6. Pengertian PAKEM

  PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. PAKEM adalah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif. PAKEM merupakan salah satu pilar dari program MBS (Menciptakan masyarakat yang peduli pendidikan anak) dan program ini merupakan program UNESCO dengan bekerja sama dengan Depdiknas.

  Berdasarkan uraian di atas dapat dideskripsikan bahwa dalam pembelajaran Aktif Kreatif, Efektif dan Menyenangkan siswa terlibat dalam berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka melalui berbuat atau melakukan. Kemudian dalam PAKEM guru menggunakan berbagai alat bantu atau media dan berbagai metode. Dengan kata lain dapat dikatan bahwa dalam PAKEM guru menggunakan multimedia dan multimetode, sehingga kegiatan pembelajaran yang tecipta dapat membangkitkan semangat siswa dan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri siswa. Yang tidak kalah pentingnya adalah PAKEM menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

  Belajar merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.

  Pendapat para ahli pengertian aktif adalah bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Peran aktif sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan orang lain. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar sangatlah diperlukan prinsip-prinsip pengaktifan siswa dalam belajar. Maksudnya agar sejak perencanaan pelajaran sampai akhirnya proses belajar mengajar seorang guru mampu merangsang dan bahkan menantang anak didik sehingga kreatif untuk menemukan sendiri dan proses belajar mengajar dapat mengesankan bagi dirinya (Budimansyah, 2009).

  Dari uraian di atas maka dapatlah dikatakan pembelajaran aktif adalah proses pembelajaran dimana guru dapat menciptakan suasana yang mana siswa aktif bertanya, menjawab dan mengemukakan gagasan.

  Belajar merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuanya. Selain proses aktif dari siswa proses kreatif juga sangat diperlukan. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.

  Untuk lebih menjelaskan pengertian kreativitas, akan dikemukakan beberapa kesimpulan para ahli mengenai kreativitas yang dikutip oleh Munandar (2003);

  (1) Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, (2) kreativitas adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekannya adalah kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban, (3) secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengkolaborasikan (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.

  Dari pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa kreatif adalah kemampuan menciptakan hal-hal yang baru berdasarkan data, informasi yang ada dan bertepat guna.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 1995), kreatif mempunyai pengertian memilki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan. Jadi, seseorang yang disebut kreatif kalau dia memiliki daya cipta atau mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu hal.

  Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

  Perubahan yang timbul karena proses belajar sudah tentu memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas, seperti perubahan yang terjadi karena adanya proses belajar yang efektif. Dengan kata lain proses belajar yang dapat membawa hasil dan berhasil guna. Berhasil guna artinya perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004), makna efektif adalah dapat membawa hasil, berhasil guna. Jadi pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat berhasil guna bagi siswanya. Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memudahkan murid belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi dengan sesama atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Dalam hal ini pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa-siswanya.

  Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang berhasil guna bagi siswanya atau siswa belajar sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.

  Menurut Budimansyah, dkk (2009), makna menyenangkan adalah suatu situasi yang sangat mengembirakan atau menyenangkan bagi seseorang atau semua orang. Suasana belajar mengajar yang menyenangkan sangat dibutuhkan dalam proses belajar, karena dengan suasana yang menyenangkan ini siswa dapat memusatkan perhatian dan termotivasi secara penuh perhatiannya pada saat belajar. Dalam proses belajar mengajar kegiatan menyenangkan ini dapat dilakukan dengan cara belajar sambil bermain, bercerita, dan lain sebagainya, sehingga seorang guru dalam kegiatan yang menyenangkan ini dapat mengkondisikan suasana belajar yang tidak kaku tetapi harus membuat suasana yang menyenangkan, menggembirakan dan terkendali sehingga pusat perhatian siswa dalam pembelajaran tercurah secara penuh.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004), menyenangkan mempunyai arti menjadi senang; membuat bersuka hati. Di dalam proses belajar mengajar suasana yang menyenangkan sangatlah diperlukan agar siswa di dalam kegiatan pembelajaran dapat menerima pembelajaran dengan senang dan gembira.

  Dari uraian di atas maka dapat dapat dideskripsikan bahwa dalam pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan siswa terlibat dalam berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka melalui berbuat atau melakukan kemudian dalam PAKEM guru menggunakan berbagai alat bantu atau media dan berbagai metode. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dalam PAKEM guru menggunakan multimedia dan multimetode, sehingga kegiatan pembelajaran yang tercipta dapat membangkitkan semangat siswa dan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri siswa.

  KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik untuk dapat mengungkapkan segala potensi dirinya untuk dapat meraih sekian kompetensi sesuai dengan bakat dan minatnya, bukan sebaliknya hanya disuapi oleh guru dengan segala macam pengetahuan. Pembelajaran yang bermakna juga demikian, mengedepankan pengembangan potensi peserta didik, sehingga pembelajaran bukan bersumber atau terfokus pada guru, melainkan berfokus dan terpusat pada peserta didik. Proses pembelajaran yang demikian idealnya dilakukan dengan cara yang santun dan menyenangkan. Bukan dengan doktrinisasi dan intimidasi/tekanan. Sehingga dapat dikatakan pembelajaran tersebut adalah pembelajaran ramah anak atau dengan prinsip asah, asih, asuh. Ada sebelas indikator/tolok ukur bahwa pembelajaran dapat dikategorikan sudah PAKEM, yaitu:

  1. Metode Pembelajaran:

  a. Kegiatan belajar siswa menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi (wawancara, pengamatan, bermain peran, penelitian, berlangsung di luar dan di dalam kelas) sesuai dengan mata pelajaran. Idealnya lebih dari 3 jenis.

  b. Kegiatan belajar siswa menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan spesifikasi bahan ajar.

  c. Penggunaan metode dalam kegiatan belajar siswa sesuai dengan RPP.

  2. Pengelolaan Kelas:

  a. Kegiatan belajar siswa variatif (individual, berpasangan , kelompok, klasikal). Idealnya lebih dari 3 jenis.

  b. Kelompok belajar siswa beragam (gender, sosial-ekonomi, intelegensi). Idealnya lebih dari 3 variabel.

  c. Keanggotaan kelompok belajar berubah-ubah sesuai kebutuhan belajar (sesuai KD, materi, metode, dan alat bantu belajar).

  d. Kegiatan pembelajaran menggunakan tata tempat duduk (meja/kursi) yang memudahkan siswa berinteraksi dengan guru maupun dengan siswa lainnya. Idealnya lebih dari 3 variasi tata tempat duduk.

  e. Tata tertib kelas dibuat (dan disepakati) bersama antara siswa dan guru. Idealnya murni inisiatif siswa (khusus kelas tinggi).

  3. Ketrampilan Bertanya:

  a. Pertanyaan yang diajukan guru dapat memancing/mendukung siswa dalam membangun konsep/gagasannya secara mandiri. b. Guru mengajukan pertanyaan selalu memberikan jeda (waktu tunggu) yang memberikan keleluasaan seluruh siswa untuk berfikir, lalu menunjuk siswa yang harus menjawab tanpa pilih kasih secara acak.

  c. Guru juga mendorong siswa untuk bertanya, berpendapat dan/atau mempertanyakan gagasan guru/siswa lain.

  d. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan lebih dulu mengacungkan tangan tanpa suasana gaduh.

  e. Siswa berani bertanya, berpendapat dan/atau mempertanyakan pendapat baik secara lisan/tulisan.

  4. Pelayanan Individual:

  a. Terdapat program kegiatan belajar mandiri siswa yang terencana dan dilaksanakan dengan baik.

  b. Siswa dapat menyelesaikan tugas /permasalahannya dengan membaca, bertanya atau melakukan pengamatan dan percobaan.

  c. Guru melakukan identifikasi, merancang, melaksanakan, mengevaluasi dan menindaklanjuti Program Pembelajaran Individual (PPI) sebagai respon adanya kebutuhan khusus (hiperaktif, autis, lamban, dsb).

  d. Kegiatan pembelajaran melayani perbedaan individual ( tipe belajar, siswa: audio, visual, motorik, audio-visual, audio-visual-motorik) menggunakan multimedia. e. Siswa melakukan kegiatan membaca dan menulis atas keinginan sendiri dan didokumentasikan.

  5. Sumber Belajar dan Alat Bantu Pembelajaran

  a. Guru menggunakan berbagai sumber belajar (sudut baca, perpustakaan, lingkungan sekitar) yang sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan.

  b. Guru membuat alat bantu pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan sendiri dan /atau bersama siswa/orangtua siswa.

  c. Guru trampil/menguasai alat bantu pembelajaranyang tersedia dan sesuai dengan materi yang diajarkan.

  d. Lembar kerja mendorong siswa dalam menemukan konsep/gagasan/ rumus/cara (tidak hanya mengerjakan perintah) dan dapat menerapkannya dalam konteks kehidupan nyata sehari-hari.

  6. Umpan Balik dan Evaluasi

  a. Guru memberikan umpan balik yang menantang (mendorong siswa untuk berpikir lebih lanjut) sesuai dengan kebutuhan siswa.

  b. Guru memberikan umpan balik (lisan/tulisan) secara individual.

  c. Guru menggunakan berbagai jenis penilaian (tes dan non tes) dan memanfaatkannya untuk kegiatan tindak lanjut.

  d. Setiap proses dan hasil pembelajaran disertai dengan reward / penghargaan dan pengakuan secara verbal dan/atau non verbal.

  7. Komunikasi dan Interaksi

  a. Bantuan guru kepada siswa dalam pembelajaran bersifat mendorong untuk berfikir (misalnya dengan mengajukan pertanyaan kembali). b. Setiap pembelajaran terbebas dari ancaman dan intimidasi (yang ditandai: tidak ada rasa takut, labelling, bulliying, anak menikmati, guru ramah).

  c. Setiap proses pembelajaran bebas dari perlakuan kekerasan (emosional, fisik, pelecehan seksual).

  d. Perilaku warga kelas (siswa dan guru) sesuai dengan tata tertib yang dibuat bersama dan etika yang berlaku.

  e. Siswa mendengarkan dengan baik ketika guru atau siswa lain berbicara.

  f. Komunikasi terjalin dengan baik antara guru-siswa dan siswa-siswa.

  8. Keterlibatan Siswa

  a. Siswa aktif dan asyik berbuat/bekerja dalam setiap kegiatan pembelajaran.

  b. Guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk tampil di depan kelas untuk menyajikan/mengemukakan /melakukan sesuatu.

  c. Dalam setiap kerja kelompok ada kejelasan peran masing-masing siswa dan terlaksana secara bergilir.

  9. Refleksi

  a. Setiap usai pembelajaran guru meminta siswa menuliskan/ mengungkapkan kesan dan keterpahaman siswa tentang apa yang telah dipelajari.

  b. Guru melaksanakan refleksi/perenungan tentang kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

  10. Hasil Karya Siswa

  a. Berbagai hasil karya siswa dipajangkan, ditata rapi dan diganti secara teratur sesuai perkembangan penyampaian materi pembelajaran.

  b. Hasil karya siswa adalah murni karya/buatan siswa sendiri.

  11. Hasil Belajar a. Hasil belajar siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).

  b. Siswa mengalami peningkatan kompetensi personal/sosial sesuai dengan potensinya (kerjasama, toleransi, menyelesaikan konflik secara sehat, bertanggung jawab dan kepemimpinan).

  c. Siswa mengalami peningkatan rasa percaya diri (kemampuan bertanya, menjawab dan tampil di depan kelas).