ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
BAB II
ARAHAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN BIDANG
CIPTA KARYA
2.1
Amanat Pembangunan Nasional Bidang Cipta Karya
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan
nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,
mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh
sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat
kebijakan pembangunan nasional.
2.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007,
merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah
dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara
bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan
bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal
sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:
a.
Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan
dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 1
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi,
pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap
kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu
dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya
air, serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum
dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset
(asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2)
pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi
masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi
yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber
pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.
c.
Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata
dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat
untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah
akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana
dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan
prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang
bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap
tahapan RPJMN, yaitu:
•
RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan
melalui
percepatan
pembangunan
infrastruktur
dengan
lebih
meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam
pengembangan perumahan dan permukiman.
•
RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh
masyarakat
terus
meningkat
karena
didukung
oleh
sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien,
dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota
tanpa permukiman kumuh.
•
RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga
terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
2.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010- 2014
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 2
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5
Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas
pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial
yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka
pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai
dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan
bagi
masyarakat
berpendapatan
rendah
serta
memberikan
dukungan
penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air
limbah, persampahan dan drainase.
Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur
permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:
a.
Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun
2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32% dan akses air
minum non-perpipaan terlindungi 38 %.
b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga
akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap
sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total
penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala
kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala
komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas
sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak bagi 90 %
total penduduk.
c.
Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah
tangga di daerah perkotaan.
d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis
perkotaan.
Untuk
mencapai
sasaran
tersebut
maka
kebijakan
pembangunan
diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air
minum dan sanitasi yang memadai, melalui:
a.
Menyediakan
perangkat
peraturan
di
tingkat
Pusat
dan/atau
Daerah,
b.
Memastikan ketersediaan air baku air minum,
c.
Meningkatkan
prioritas
pembangunan
prasarana
dan
sarana
permukiman,
d.
Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum,
e.
Penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan,
f.
Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan
sanitasi,
g.
Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 3
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
h. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS),
i.
Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan
infrastruktur,
j.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,
k.
Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang
resapan.
2.1.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia
Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan
pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI
yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011 dan dirubah dengan
Perpres No. 48 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor
32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi
dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada
kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat
mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk
menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan
Perhatian
Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau
sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor
konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah
identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra
produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.
2.1.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan
Indonesia
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu
diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk
itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan
diarahkan
untuk
mempercepat
laju
penurunan
angka
kemiskinan
dan
memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di
semua
kelompok
masyarakat.
Dalam
mencapai
misi
penanggulangan
kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi
utama,yaitu:
a.
Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,
terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan
goncangan,
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 4
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan
sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan
c.
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,
d.
Mengembangkan
penghidupan
berkelanjutan
(sustainable
livelihood)
e.
Masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan
di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan
penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat (PNPMPerkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas,
Sanimas, dsb) serta Program Pro Rakyat.
2.1.5 Kawasan Ekonomi Khusus
UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus
adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
yang
ditetapkan
untuk
menyelenggarakan
fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui
penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi
dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan
kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing
internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas
pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini
diharapkan
dapat
mendukung
infrastruktur
permukiman
pada
kawasan
tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.
2.1.6 Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan
Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh
Kementerian,
Gubernur,
Walikota/Bupati,
untuk
menjalankan
program
pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk
semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan
penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih
untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan.
Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam
peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta
pengurangan permukiman kumuh.
2.2
Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang PU/CK
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi
peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU
No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 5
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 Tahun 2008 tentang Sumber
Daya Air, dan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.
2.2.1 UU
No.
1
Tahun
2011
tentang
Perumahan
dan
Kawasan
Permukiman
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan
kewenangan
Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Pusat,
Pemerintah
Pemerintah
Provinsi,
Kabupaten/Kota
dalam
dan
Pemerintah
penyelenggaraan
permukiman mempunyai tugas:
a.
Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat
kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c.
Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan
kebijakan
kabupaten/kota
dalam
penyediaan
rumah,
perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di
bidang
perumahan
dan
kawasan
permukiman
pada
tingkat
kabupaten/kota.
e.
Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f.
Melaksanakan
melaksanakan
peraturan
perundang-undangan
serta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan
nasional.
i.
Melaksanakan
pengelolaan
prasarana,
sarana,
dan
utilitas
umum
perumahan dan kawasan permukiman.
j.
Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di
bidang
perumahan
dan
kawasan
permukiman
pada
tingkat
kabupaten/kota.
k.
Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan
tugasnya yaitu:
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 6
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
a.
Menyusun
dan
menyediakan
basis
data
perumahan
dan
kawasanpermukiman pada tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun
bidang
dan
menyempurnakan
perumahan
dan
peraturan
kawasan
perundang-undangan
permukiman
pada
tingkat
kabupaten/kota.
c.
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan
sinkronisasi
dan
sosialisasi
peraturan
perundang-
undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e.
Mencadangkan
atau
menyediakan
tanah
untuk
pembangunan
perumahan dan permukiman bagi MBR.
f.
Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR
pada tingkat kabupaten/kota.
g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah
kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman.
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan
kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak
kewajiban dan peran masyarakat.
UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang
tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang
tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri
dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya
peningkatan
kualitas
permukiman,
yaitu
pemugaran,
peremajaan,
dan
permukiman kembali.
2.2.2 UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang-Undang
Bangunan
Gedung
menjelaskan
bahwa
penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang
meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 7
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan
fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi persyaratan status
hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan
bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan
dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan
meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur
bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang
ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai
berikut:
a.
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan
lingkungannya
harus
mempertimbangkan
terciptanya
ruang
luar
bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan
selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan,
pencahayaan,
dan
mempertimbangkan
pengkondisian
prinsip-prinsip
udara
dilakukan
penghematan
energi
dengan
dalam
bangunan gedung (amanat green building).
b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar
budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi
dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan,
serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya
dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar
budaya yang di kandungnya.
c.
Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut
usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.
2.2.3 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya
air, termasuk di dalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini,
negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan
pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih,
dan produktif.
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga
dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan
usaha
milik
negara
dan/atau
badan
usaha
milik
daerah
menjadi
penyelenggaranya. Air minum rumah tangga tersebut merupakan air dengan
standar dapat langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan
dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiologi Selain itu, diamanatkan
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 8
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan secara terpadu
dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.
2.2.4 UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah
sejenis sampah
rumah
tangga dilakukan
dengan
pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah
dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah,
dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah
meliputi:
a.
pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah, pengumpulan dalam
bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke
tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu,
b. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah
sementara
atau dari
tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir,
c.
pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah
sampah,
d. pemrosesan
dan/atau
akhir
residu
sampah
hasil
dalam
bentuk
pengolahan
pengembalian
sebelumnya
ke
sampah
media
lingkungansecara aman.
Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara
terbuka di tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus
menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem
pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled
landfill ataupun sanitary landfill.
2.2.5 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut
serta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20
Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan
sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan
yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik
dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 9
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan
tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan, perencanaan,
pembangunan,
penguasaan,
pemilikan,
dan
pemanfaatan,
pengelolaan,
peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak
dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.
2.3
Amanat Internasional
Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan
perumusan kesepakatan bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat
internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan dan
program Bidang Cipta Karya meliputi: Agenda Habitat, Konferensi Rio+20,
Millenium Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.
2.3.1 Agenda Habitat
Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi
Habitat II sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976.
Konferensi tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen kesepakatan
prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi
negara-negara
dunia dalam
menciptakan
permukiman
yang
layak
dan
berkelanjutan.
Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia,
termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh
masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi,
dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan
kelompok rentan.
2.3.2 Konferensi Rio+20
Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT
Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi
tersebut menyepakati dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan
nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan
yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk
menuju pembangunan berkelanjutan dengan memperkuat penerapan Rio
Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam
konteks
pembangunan
berkelanjutan
dan
pengentasan
kemiskinan,
(ii)
pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat
global, serta (iii) kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 10
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable
Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan
berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium
Development Goals (MDGs). Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan
dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit, termasuk
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).
2.3.3 Millenium Development Goals
Pada Tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati
Deklarasi Millenium sebagai bagian dari komitmen untuk memenuhi tujuan dan
sasaran pembangunan millennium (Millenium Development Goals). Konsisten
dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam
pembangunan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana
dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja
Tahunan berikut dokumen penganggarannya.
Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan
dalam pemenuhan target 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi
rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak
dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum,
cakupan pelayan air minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target
cakupan pelayanan adalah 68,87% yang perlu dicapai pada tahun 2015. Di
samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru mencapai 58,60%, masih
kurang dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya
juga turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D yaitu mencapai
peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman
kumuh
(minimal
100
juta)
pada
tahun
2020.
Pemerintah
Indonesia
menargetkan luas permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir (2009)
proporsi penduduk kumuh mencapai 12,57%. Untuk memenuhi target MDGs di
bidang permukiman, diperlukan perhatian khusus dari seluruh pemangku
kepentingan, baik di tingkat pusat maupun
daerah. Oleh karena
itu,
pemerintah kabupaten/kota perlu melakukan optimalisasi kegiatan penyediaan
infrastruktur permukiman dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs.
2.3.4 Agenda Pembangunan Pasca 2015
Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi
untuk memberi masukan kerangka kerja agenda pembangunan global pasca
2015. Panel ini diketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak Susilo
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 11
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
Bambang Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana
Menteri David Cameron dari Inggris, dan beranggotakan 24 orang dari berbagai
negara. Pada Mei 2013, panel tersebut mempublikasikan laporannya kepada
Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A New Global Partnership: Eradicate Poverty
and Transform Economies Through Sustainable Development”. Isinya adalah
rekomendasi
arahan
kebijakan
pembangunan
global
pasca-2015
yang
dirumuskan berdasarkan tantangan pembangunan baru, sekaligus pelajaran
yang diambil dari implementasi MDGs.
Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan
global pasca 2015, sebagai berikut:
a.
Mengakhiri kemiskinan
b.
Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan
gender
c.
Menyediakan
pendidikan
yang
berkualitas
dan
pembelajaran
seumur hidup
d. Menjamin kehidupan yang sehat
e.
Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik
f.
Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi
g. Menjamin energi yang berkelanjutan
h. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan
pertumbuhan berkeadilan
i.
Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan
j.
Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif
k.
Memastikan masyarakat yang stabil dan damai
l.
Menciptakan sebuah lingkungan pemungkin global dan mendorong
pembiayaan jangka panjang.
Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta Karya berkepentingan dalam
pencapaian sasaran 6 yaitu mencapai akses universal ke air minum dan
sanitasi. Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian sasaran tersebut
adalah:
a.
Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di rumah,
dan di sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi,
b. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses
universal ke sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan meningkatkan
akses sanitasi di rumah tangga sebanyak x%,
c.
Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals) dengan
pasokan air minum, serta meningkatkan efisiensi air untuk pertanian
sebanyak x%, industri sebanyak y% dan daerah-daerah perkotaan
sebanyak z%,
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 12
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
d. Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah perkotaan
dan dari industri sebelum dilepaskan.
Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan
tersebut juga menekankan pentingnya kemitraan baik secara global maupun
lokal antar pemangku kepentingan pembangunan. Kemitraan yang dimaksud
memiliki prinsip inklusif, terbuka, dan akuntabel dimana seluruh pihak duduk
bersama-sama untuk bekerja bukan tentang bantuan saja, melainkan juga
mendiskusikan
kerangka
kebijakan
untuk
mencapai
pembangunan
berkelanjutan.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 13
BULELENG
BAB II
ARAHAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN BIDANG
CIPTA KARYA
2.1
Amanat Pembangunan Nasional Bidang Cipta Karya
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan
nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,
mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh
sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat
kebijakan pembangunan nasional.
2.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007,
merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah
dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara
bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan
bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal
sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:
a.
Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan
dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 1
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi,
pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap
kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu
dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya
air, serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum
dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset
(asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2)
pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi
masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi
yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber
pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.
c.
Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata
dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat
untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah
akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana
dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan
prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang
bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap
tahapan RPJMN, yaitu:
•
RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan
melalui
percepatan
pembangunan
infrastruktur
dengan
lebih
meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam
pengembangan perumahan dan permukiman.
•
RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh
masyarakat
terus
meningkat
karena
didukung
oleh
sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien,
dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota
tanpa permukiman kumuh.
•
RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga
terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
2.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010- 2014
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 2
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5
Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas
pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial
yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka
pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai
dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan
bagi
masyarakat
berpendapatan
rendah
serta
memberikan
dukungan
penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air
limbah, persampahan dan drainase.
Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur
permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:
a.
Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun
2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32% dan akses air
minum non-perpipaan terlindungi 38 %.
b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga
akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap
sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total
penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala
kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala
komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas
sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak bagi 90 %
total penduduk.
c.
Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah
tangga di daerah perkotaan.
d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis
perkotaan.
Untuk
mencapai
sasaran
tersebut
maka
kebijakan
pembangunan
diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air
minum dan sanitasi yang memadai, melalui:
a.
Menyediakan
perangkat
peraturan
di
tingkat
Pusat
dan/atau
Daerah,
b.
Memastikan ketersediaan air baku air minum,
c.
Meningkatkan
prioritas
pembangunan
prasarana
dan
sarana
permukiman,
d.
Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum,
e.
Penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan,
f.
Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan
sanitasi,
g.
Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 3
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
h. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS),
i.
Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan
infrastruktur,
j.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,
k.
Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang
resapan.
2.1.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia
Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan
pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI
yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011 dan dirubah dengan
Perpres No. 48 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor
32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi
dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada
kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat
mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk
menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan
Perhatian
Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau
sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor
konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah
identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra
produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.
2.1.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan
Indonesia
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu
diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk
itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan
diarahkan
untuk
mempercepat
laju
penurunan
angka
kemiskinan
dan
memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di
semua
kelompok
masyarakat.
Dalam
mencapai
misi
penanggulangan
kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi
utama,yaitu:
a.
Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,
terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan
goncangan,
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 4
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan
sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan
c.
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,
d.
Mengembangkan
penghidupan
berkelanjutan
(sustainable
livelihood)
e.
Masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan
di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan
penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat (PNPMPerkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas,
Sanimas, dsb) serta Program Pro Rakyat.
2.1.5 Kawasan Ekonomi Khusus
UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus
adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
yang
ditetapkan
untuk
menyelenggarakan
fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui
penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi
dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan
kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing
internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas
pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini
diharapkan
dapat
mendukung
infrastruktur
permukiman
pada
kawasan
tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.
2.1.6 Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan
Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh
Kementerian,
Gubernur,
Walikota/Bupati,
untuk
menjalankan
program
pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk
semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan
penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih
untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan.
Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam
peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta
pengurangan permukiman kumuh.
2.2
Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang PU/CK
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi
peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU
No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 5
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 Tahun 2008 tentang Sumber
Daya Air, dan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.
2.2.1 UU
No.
1
Tahun
2011
tentang
Perumahan
dan
Kawasan
Permukiman
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan
kewenangan
Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Pusat,
Pemerintah
Pemerintah
Provinsi,
Kabupaten/Kota
dalam
dan
Pemerintah
penyelenggaraan
permukiman mempunyai tugas:
a.
Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat
kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c.
Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan
kebijakan
kabupaten/kota
dalam
penyediaan
rumah,
perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di
bidang
perumahan
dan
kawasan
permukiman
pada
tingkat
kabupaten/kota.
e.
Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f.
Melaksanakan
melaksanakan
peraturan
perundang-undangan
serta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan
nasional.
i.
Melaksanakan
pengelolaan
prasarana,
sarana,
dan
utilitas
umum
perumahan dan kawasan permukiman.
j.
Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di
bidang
perumahan
dan
kawasan
permukiman
pada
tingkat
kabupaten/kota.
k.
Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan
tugasnya yaitu:
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 6
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
a.
Menyusun
dan
menyediakan
basis
data
perumahan
dan
kawasanpermukiman pada tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun
bidang
dan
menyempurnakan
perumahan
dan
peraturan
kawasan
perundang-undangan
permukiman
pada
tingkat
kabupaten/kota.
c.
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan
sinkronisasi
dan
sosialisasi
peraturan
perundang-
undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e.
Mencadangkan
atau
menyediakan
tanah
untuk
pembangunan
perumahan dan permukiman bagi MBR.
f.
Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR
pada tingkat kabupaten/kota.
g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah
kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman.
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan
kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak
kewajiban dan peran masyarakat.
UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang
tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang
tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri
dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya
peningkatan
kualitas
permukiman,
yaitu
pemugaran,
peremajaan,
dan
permukiman kembali.
2.2.2 UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang-Undang
Bangunan
Gedung
menjelaskan
bahwa
penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang
meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 7
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan
fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi persyaratan status
hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan
bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan
dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan
meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur
bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang
ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai
berikut:
a.
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan
lingkungannya
harus
mempertimbangkan
terciptanya
ruang
luar
bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan
selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan,
pencahayaan,
dan
mempertimbangkan
pengkondisian
prinsip-prinsip
udara
dilakukan
penghematan
energi
dengan
dalam
bangunan gedung (amanat green building).
b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar
budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi
dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan,
serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya
dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar
budaya yang di kandungnya.
c.
Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut
usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.
2.2.3 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya
air, termasuk di dalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini,
negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan
pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih,
dan produktif.
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga
dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan
usaha
milik
negara
dan/atau
badan
usaha
milik
daerah
menjadi
penyelenggaranya. Air minum rumah tangga tersebut merupakan air dengan
standar dapat langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan
dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiologi Selain itu, diamanatkan
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 8
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan secara terpadu
dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.
2.2.4 UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah
sejenis sampah
rumah
tangga dilakukan
dengan
pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah
dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah,
dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah
meliputi:
a.
pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah, pengumpulan dalam
bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke
tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu,
b. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah
sementara
atau dari
tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir,
c.
pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah
sampah,
d. pemrosesan
dan/atau
akhir
residu
sampah
hasil
dalam
bentuk
pengolahan
pengembalian
sebelumnya
ke
sampah
media
lingkungansecara aman.
Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara
terbuka di tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus
menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem
pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled
landfill ataupun sanitary landfill.
2.2.5 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut
serta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20
Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan
sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan
yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik
dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 9
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan
tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan, perencanaan,
pembangunan,
penguasaan,
pemilikan,
dan
pemanfaatan,
pengelolaan,
peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak
dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.
2.3
Amanat Internasional
Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan
perumusan kesepakatan bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat
internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan dan
program Bidang Cipta Karya meliputi: Agenda Habitat, Konferensi Rio+20,
Millenium Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.
2.3.1 Agenda Habitat
Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi
Habitat II sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976.
Konferensi tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen kesepakatan
prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi
negara-negara
dunia dalam
menciptakan
permukiman
yang
layak
dan
berkelanjutan.
Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia,
termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh
masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi,
dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan
kelompok rentan.
2.3.2 Konferensi Rio+20
Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT
Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi
tersebut menyepakati dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan
nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan
yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk
menuju pembangunan berkelanjutan dengan memperkuat penerapan Rio
Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam
konteks
pembangunan
berkelanjutan
dan
pengentasan
kemiskinan,
(ii)
pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat
global, serta (iii) kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 10
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable
Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan
berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium
Development Goals (MDGs). Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan
dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit, termasuk
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).
2.3.3 Millenium Development Goals
Pada Tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati
Deklarasi Millenium sebagai bagian dari komitmen untuk memenuhi tujuan dan
sasaran pembangunan millennium (Millenium Development Goals). Konsisten
dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam
pembangunan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana
dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja
Tahunan berikut dokumen penganggarannya.
Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan
dalam pemenuhan target 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi
rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak
dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum,
cakupan pelayan air minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target
cakupan pelayanan adalah 68,87% yang perlu dicapai pada tahun 2015. Di
samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru mencapai 58,60%, masih
kurang dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya
juga turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D yaitu mencapai
peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman
kumuh
(minimal
100
juta)
pada
tahun
2020.
Pemerintah
Indonesia
menargetkan luas permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir (2009)
proporsi penduduk kumuh mencapai 12,57%. Untuk memenuhi target MDGs di
bidang permukiman, diperlukan perhatian khusus dari seluruh pemangku
kepentingan, baik di tingkat pusat maupun
daerah. Oleh karena
itu,
pemerintah kabupaten/kota perlu melakukan optimalisasi kegiatan penyediaan
infrastruktur permukiman dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs.
2.3.4 Agenda Pembangunan Pasca 2015
Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi
untuk memberi masukan kerangka kerja agenda pembangunan global pasca
2015. Panel ini diketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak Susilo
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 11
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
Bambang Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana
Menteri David Cameron dari Inggris, dan beranggotakan 24 orang dari berbagai
negara. Pada Mei 2013, panel tersebut mempublikasikan laporannya kepada
Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A New Global Partnership: Eradicate Poverty
and Transform Economies Through Sustainable Development”. Isinya adalah
rekomendasi
arahan
kebijakan
pembangunan
global
pasca-2015
yang
dirumuskan berdasarkan tantangan pembangunan baru, sekaligus pelajaran
yang diambil dari implementasi MDGs.
Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan
global pasca 2015, sebagai berikut:
a.
Mengakhiri kemiskinan
b.
Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan
gender
c.
Menyediakan
pendidikan
yang
berkualitas
dan
pembelajaran
seumur hidup
d. Menjamin kehidupan yang sehat
e.
Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik
f.
Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi
g. Menjamin energi yang berkelanjutan
h. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan
pertumbuhan berkeadilan
i.
Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan
j.
Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif
k.
Memastikan masyarakat yang stabil dan damai
l.
Menciptakan sebuah lingkungan pemungkin global dan mendorong
pembiayaan jangka panjang.
Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta Karya berkepentingan dalam
pencapaian sasaran 6 yaitu mencapai akses universal ke air minum dan
sanitasi. Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian sasaran tersebut
adalah:
a.
Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di rumah,
dan di sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi,
b. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses
universal ke sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan meningkatkan
akses sanitasi di rumah tangga sebanyak x%,
c.
Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals) dengan
pasokan air minum, serta meningkatkan efisiensi air untuk pertanian
sebanyak x%, industri sebanyak y% dan daerah-daerah perkotaan
sebanyak z%,
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 12
PEMERINTAH KABUPATEN
BULELENG
d. Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah perkotaan
dan dari industri sebelum dilepaskan.
Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan
tersebut juga menekankan pentingnya kemitraan baik secara global maupun
lokal antar pemangku kepentingan pembangunan. Kemitraan yang dimaksud
memiliki prinsip inklusif, terbuka, dan akuntabel dimana seluruh pihak duduk
bersama-sama untuk bekerja bukan tentang bantuan saja, melainkan juga
mendiskusikan
kerangka
kebijakan
untuk
mencapai
pembangunan
berkelanjutan.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng,Tahun 2015-2019
II - 13