STRATEGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (Studi Kasus Kawasan Panglima Raja Kecamatan Concong)

STRATEGI P E N G E L O L A A N S U M B E R D A Y A PESISIR B E R B A S I S M A S Y A R A K A T DI

K A B U P A T E N INDRAGIRI HILIR zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTS
Concong)
(Studi Kasus Kawasan Panglima Raja Kecamatan
Amrizal dan

Zulkarnain

ABSTRACT
The research was conducted on July to August 2008, it was aimed to know the characteristics of fishermen
in Panglima Raja Indragiri Hilir Regency and to identification and description about strategy on coastal resources
management in Panglima Raja Indragiri Hilir Regency. The reserach was using by grounded research as the
same case study method.
The result of this research was concluded, the social economy condition of fishermen in Panglima Raja
among of them depend on fishing activities, low education in elementry school only. The culture among of them
is Duano Community, their activities depend on the sea, the house is called "Kajang" and then there are malay
culture in coastal zone these is knowing in religion and nationalism celebrate.
The srategy on coastal resources managament based community in Panglima Raja was compiled that
are: Strategy of institution development, Strategy of accompanying, research and training. Strategy of infrastructure
development and environmental management. Strategy of generating income development and Strategy of marketing

acces development of fisheries product.

PENDAHULUAN
Paradigma pembangunan nasional telah berubah dari kebijakan yang sentralistik menjadi
desentralistik. Pembahan ini merupakan konsekuensi logis setelah lahirnya Undang-undang (UU)
No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah, yang selanjutnya telah dimbah menjadi U U No. 32 Tahun 2004 dan UU
No. 34 Tahun 2004.
Pembangunan daerah sebagai bagian dari kegiatan pembangunan nasional tidak dapat
dipisahkan dari prinsip otonomi daerah. Melalui otonomi daerah, masyarakat di Kabupaten/Kota
diberikan kesempatan mengatur diri sendiri melalui local self goverment
dan melaksanakan
pembangunan sesuai karakteristik daerah (kondisi geografis, sumberdaya alam dan sosial budaya
masyarakat) masing-masing. Oleh sebab itu jika setiap daerah berketetapan hati memfokuskan untuk
membangun perekonominan daerah, maka tidak ada alternatif lain kecuali membangun perekonomian
yang berbasis pada sumberdaya lokal.
Selama pemerintahan orde baru kegiatan pembangunan perikanan di tingkat nasional maupun
di tingkat daerah kurang mendapat perhatian, hal ini terlihat bahwa belum adanya departemen atau
dinas khusus yang menangani pembangunan perikanan. Pembangunan yang selama ini cendemng
berpihak pada pembangunan fisik dan pertumbuhan lebih diarahkan untuk meningkatkan kapasitas

produksi sumberdaya alam di darat. Pembangunan tersebut kurang memperhatikan pendayagunaan
sumberdaya kelautan dan pemberdayaan masyarakat pesisir yang hidupnya tergantung pada
pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir (Dirjen UP3K, 2000)
Kebijakan pengembangan kawasan pesisir yang telah dilaksanakan sejak pemerintah orde
baru juga terindikasi masih bersifat parsial dan direncanakan dari atas {top down). Hal ini dapat
terlihat dari berbagai program pembangunan pesisir yang hanya mementingkan beberapa aspek
239

LEmenGHzyxwvutsrqponmlkjih
PERELITin
saja dan belum terpadu, sehingga seringkaii kurang atau bahkan tidak mencerminkan kepentinga
dan kebutuhan masyarakat lokal. Boleh dikatakan bahwa strategi pembangunan pesisir selama i
masih belum berdasarkan sistem pembangunan partisipatif dan kurang mendayagunakan poten
masyarakat secara terpadu, dengan demikian kebijakan tersebut tidak dapat dinikmati oleh masyarak
yang membutuhkannya sehingga sebagian besar masyarakat nelayan masih hidup dalam keadaa
miskin. (Dirjen UP3K, 2000).

Pengelolaan sumberdaya perikananzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDC
(fisheries management) merupakan upaya penting dalam
menjaga kesinambungan sumberdaya (sustainability). Hal ini dimaksudkan agar tidak hanya generasi

sekarang yang dapat menikmati kekayaan sumberdaya, tetapi juga generasi mendatang (Satria, 2002).
Karakteristik sumberdaya alam yang bersifat terbuka (oppen acces), karakteristik wiiayah yang
berupa lautan, dan karakteristik masyarakat yang berada pada berbagai level sosial-ekonomi
membutuhkan pengelolaan yang relatif lebih rumitdan kompleks, dibandingkan dengan pengelolaan
sumberdaya alam lainnya. Indonesia dengan wiiayah laut yang luas, atau lebih khusus lagi adalah
daerah-daerah yang berkarakteristik kepulauan harus mampu menciptakan pengelolaan sumberdaya
laut yangtepat.
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah satu daerah yang memiliki karakteristik wiiayah perairan
laut lebih dominan dan berbatasan dengan banyak kabupaten, provinsi, atau bahkan negara lain.
Kondisi geografis seperti ini sangat rentan akan masalah-masalah kerusakan lingkungan perairan
laut terutama oleh aktifitas /7/ega/ fishing. Keterlibatan semua pihak dalam menjaga kelestarian laut
menjadi sangat dibutuhkan, terutama oleh primery stal
Jumlah
Sumber: Monografi Desa 2006

Penduduk desa ini didominasi oleh etnik suku laut yang dikenal dengan etnis suku Duano yang
persentasenya berkisar95% dan 5% lagi adalah suku Bugis, Jawa, Cina, Banjar, Minang, dan Melayu.
Bahasa yang digunakan sebagai bahasa komunikasi sesama penduduk desa adalah bahasa melayu.

Mayoritas masyarakat Desa Panglima Raja bermukim di sepanjang daerah aliran sungai dan

wiiayah pesisir dengan mangrove sebagai ekosistemnya terutama masyarakat Suku Laut. Keadaan
pemukiman masyarakat di Desa Panglima Raja dapat dikatakan belum tertata dengan baik. Pada
umumnya masyarakat tinggal di rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu dan beratap daun
nipah atau mmbia. Rumah yang dihuni oleh masyarakat di wiiayah Desa Panglima Raja pada umumnya
rumah panggung semi permanen yang terletak di tepi pantai atau sepanjang kawasan pesisir. Apabila
pasang tiba kondisi di bawah rumah digenangi oleh air pasang. Jarak rumah yang satu dengan yang
lainnya berdekatan. Kepadatan perumahan dapat dikatakan tidak menyisakan ruang terbuka untuk
fasilitas umum. Pola rumah yang demikian hanya mengandalkan ventilasi dari pintu depan dan pintu
belakang. Sedangkan jalan penghubung pada pemukiman tersebut bempa jalan-jalan panggung seperti
dermaga yang terbuat dari kayu dan dibangun dengan beberapa tonggak kayu yang mereka sebut zy
7a /an pelantaf. Pola pemukiman yang demikian sangat terkait dengan pola kegiatan ekonomi yang
umumnya mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan, seperti kegiatan penangkapan ikan,
kepiting, kerang, dan lain sebagainya. Dengan pola pemukiman seperti itu sangatlah mudah bagi
nelayan suku laut untuk pergi melaut.

242

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Masyarakat Desa Panglima Raja
Mata Pencaharian Penduduk

Secara garis besar mata pencaharian penduduk Desa Panglima Raja disajikan dalam tabel 3.
Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk Desa Panglima Raja
Mata Pencaharian
Usaha Nelayan
PNS
Pedagang
Nelayan Buruh
Jumlah
Sumber: Monografi Desa

Jumlah (Jiwa)

Persentase

135
4
43
1598
2015
2006


6,70
0,20
2,13
79,31
100

Pendidikan Masyarakat
Secara umum tingkat pendidikan masyarakat desa Panglima Raja disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Struktur Pendidikan Penduduk Desa Panglima Raja, Tahun 2006
N
o.
1.

Tingkat
Pendidikan

Dusun
Panglima
Raja

1.431

Tamat dan tidak
SD
2.
Madrasah
28
Ibtida'iah
3.
SMP
112
34
4.
SMA/SMU
1
5.
D1-D3
4
6.
SI

7.
Pondok Pesantren
Jumlah
1.610
Sumber: Monografi Desa 2006

Dusun
Sungai
Condong
300

Jumla
h
1.731

Persenta
se
(%)
90,02


1

29

1,51

4
4
1
2
1
313

116
38
2
6
1
1.923


6,03
1,98
0,10
0,31
0,05
100,00

Tingkat pendidikan masyarakat desa yang rendah lebih disebabkan oleh sarana pendidikan
yang tersedia hanya sampai tingkat sekolah dasar (SD) sedangkan untuk tingkat lanjutan tidak tersedia.
Pada umumnya masyarakat yang akan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, akan
pergi keluar desa seperti ke Tembilahan yaitu ibukota Kabupaten Indragiri Hilir. Namun kondisi ini
membutuhkan biaya yang besar sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat.
Budaya Masyarakat
Keadaan masyarakat Desa Panglima Raja tidak terlepas dari keberadaan suku Laut atau suku
Duano. Suku Lautterkenal sebagai representasi masyarakat bahari, yakni masyarakat yang memiliki
jiwa bahari dengan tradisi menjadikan laut sebagai basis terbentuknya kebudayaan. Hal ini disebabkan
Suku Laut dulunya hidup berkelana menangkap ikan dengan sampan yang mereka istilahkan dengan
"berkajang" yang ternyata juga sekaligus berfungsi sebagai mmah, sehingga semua aktivitas kehidupan
dilakukan di atas sampan tersebut. saat ini sulit ditemukan pola hidup Suku Laut yang demikian,


243

LEmenGRzyxwvutsrqponmlkjih
PEHEUTinn
sebaliknya mereka sudah hidup menetap di sepanjang wiiayah pesisir.
Penduduk suku laut (suku Duano) merupakan keturunan dari perkawinan campuran dua ras
besar yaitu ras Veddoid dan Mongoloid (Proto-Melayu). Percampuran tersebut terlihat dari ciri-ciri
fisik orang Suku Laut yang tidak terlalu tinggi, berpostur tubuh atletis, bidang dada lebar, dan ukuran
tulang pinggul sampai ke kaki panjang. Raut muka suku laut bersegi dengan tulang rahang yang
lebar. W a r n a kulit suku laut cenderung hitam dan rambut ikal berwarna hitam. Karakteristik
temparamental psikologi sifatSuku Lautadalah cepattersinggung dan marah, namun mereka termasuk
orang yang mudah beradaptasi, mandiri dan mobilitas tinggi yang mencirlkan "etos kepesisiran" (Badan
Penelitian Pengembangan dan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan, 2004)
Kehidupan masyarakat Suku Duano sangat tergantung dengan wiiayah pesisir, laut menjadi
bagian utama yang tak terpisahkan dalam sistem kehidupan masyarakat Suku Duano. Mereka
memanfaatkan laut sebagai tempat tinggal dan sumber mata pencaharian utama dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Boleh dikatakan bahwa masyarakat suku duano tidak dapat melakukan kegiatan
sehari-harinya tanpa aktifitas melaut. Menangkap ikan dan mencari kerang di kawasan pesisir panglima
raja merupakan bagian aktifitas kehidupan yang mengisi kesibukan mayarakat Suku Duano. Disamping
itu kondisi sosial budaya masyarakat desa ini juga telah terakumulasi dengan sosial budaya masyarakat
pendatang yang terdiri dari suku-suku lain yang menetap di daerah daratan Desa Panglima Raja
seperti, cina, banjar, bugis, jawa dan minang.
Sebahagian besar masyarakat Desa Panglima Raja memeluk agama Islam, sehingga orientasi
budaya yang dijalankan berakar pada budaya Islam. Ritual dan esensi agama Islam tercermin dalam
kehidupan sehari-hari seperti pengajian yasinan dan kegiatan hajatan. Pada hari Jumat masyarakat
di lokasi penelitian ini pada umumnya tidak melakukan aktifitas melaut karena mereka beribadah
sholat Jumat. Umumnya kegiatan budaya yang dijalankan terkait erat dengan ritual hari besar islam,
seperti 1 Muharram, 27 Rajab, Nisfu Sya'ban yaitu 15 hari menjelang puasa Ramadhan, dan 12
Rabi'ul Awal untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad yang selalu dirayakan dengan cukup meriah
dengan berbagai hidangan makanan dan masakan.
Dalam kehidupan sehari hari masyarakat D e s a Panglima Raja masih dijumpai semangat
kebersamaan dan gotong royong. Bentuk bentuk kegiatan bersama yang sering dilakukan adalah
dalam bentuk kegiatan bakti bersih lingkungan (dilakukan setiap hari Jum'at), pelaksanaan kegiatan
perkawinan, perayaan hari besar nasional, kematian dan lain lain, dalam kegiatan kegiatan adat
biasanya yang dipakai adalah adat Melayu.
Masyarakat di Desa Panglima Raja masih menghormati tokoh tokoh masyarakat yang berperan
sebagai panutannya. Tokoh tokoh masyarakat di desa ini yang paling berperan dan dihormati adalah
tokoh masyarakat, kemudian diikuti oleh kepala desa, tokoh pendidikan dan tokoh agama. Tokoh
pemuda, pengusaha ikan (tauke) dan pemuka nelayan tergolong kedalam kelompok tokoh masyarakat.
Pada setiap aktivitas pembangunan yang dilakukan masyarakat di wiiayah ini, diperiukan pendekatan
melalui tokoh masyarakat dan kepala desa, selain tokoh agama dan tokoh pendidikan merupakan
cara yang cukup efektif untuk mencapai keberhasilan berbagai program yang dijalankan.
Kegiatan Sosial Masyarakat
Untuk mengetahui kegiatan sosial masyarakat dapat dilihat pada Tabel 5.

244

uniuERsiTRS nmu
Tabel 5. Kegiatan-kegiatan Sosial Masyarakat Desa Panglima Raja
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Jenis Kegiatan
Wirid Pengajian Kaum Ibu
Wirid Pengajian Kaum Bapak
Pengajian salawat untuk anak-anak
Wirid pembacaan yasin
Arisan
Pengajian Tolak Balak
Peringatan Hari Besar Islam
Perayaan Hari Besar Nasional
Sumber: Monografi Desa 2006

Dusun Panglima
Raja
V

Dusun Sungai
Condong

V

V
>/

-

V

V

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Pengelolaan sumberdaya perikanan tidak hanya bertumpu pada pemerintah sebagai pelaksana,
akan tetapi perlu A s a s pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat, dengan melibatkan
dan menempatkan masyarakat sebagai subyek dalam pembangunan. Inisiatif dan kreativitas
masyarakat dijadikan energi pembangunan untuk kemandirian masyarakat. Dalam konteks tersebut,
mengikutsertakan masyarakat melalui pemberdayaan kelompok masyarakat merupakan cara untuk
menggerakkan perekonomian yang didudukkan sebagai salah satu strategi yang potensial dalam
pembangunan yang berpusat pada rakyat (Hikmat, 2001).
Pengelolaan sumberdaya laut berarti memberikan perhatian khusus terhadap upaya peningkatan
usaha sektor perikanan yaitu dengan mencurahkan segala kemampuan terhadap langkah-langkah
strategis yang diarahkan secara langsung pada perluasan akses masyarakat terhadap sumberdaya
pembangunan disertai dengan penciptaan peluang-peluang bagi masyarakat lapisan bawah untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan ekonominya sehingga mampu mengatasi kondisi
keterbelakangan dan kemiskinan.
Model atau strategi pengelolaan yang dijalankan harus berpusat pada upaya mendorong
percepatan perubahan struktur ekonomi masyarakat sebagai sasaran, sehingga memperkuat
kedudukan dan peran ekonomi masyarakat. Perubahan struktur ini meliputi proses perubahan dari
ekonomi tradisional kepada ekonomi yang lebih modern, dari ekonomi bawah yang lemah kepada
ekonomi masyarakat yang kuat,
Berdasarkan hal tersebut untuk menggali berbagai informasi dan aspirasi dari berbagai pihak
berkepentingan tentang p o t e n s i , m a s a l a h d a n k e b u t u h a n m a s y a r a k a t berkaitan d e n g a n
penanggulangan, konflik dan kemiskinan melalui pengelolaan sumberdaya perikanan, dilakukan
pertemuan dalam bentuk diskusi dengan mengikutsertakan unsur aparat desa (kepala desa dan
BPD), tokoh masyarakat, dan masyarakat.
Identifikasi Potensi, Permasaiahan dan Masalah Prioritas
Identifikasi Potensi
Dari hasil wawancara mendalam terhadap pemuka masyarakat, pelaksana teknis dan pejabat
teknis sebagi stakeholders diperoleh beberapa pandangan terhadap potensi pengelolaan sumberdaya
perikanan yaitu:
a.

Desa Panglima Raja memiliki potensi perikanan yang besar dan mampu menggerakan ekonomi
masyarakat, namun pengelolaan yang dijalankan selama ini secara teknis belum benar-benar

245

mampu meningkatkan kesejahteraa nelayan dan masih bersifat tradisional. Hal ini disebabkan
oleh pengelolaan dilakukan kurang memperhatikan sumberdaya manusia, untuk itu diperlukan
model pengelolaan yang menggerakkan ekonomi masyarakat, bersifat mendidik, mengikutsertakan
dan memberdayakan masyarakat.
b.

Pemanfaatan potensi perikanan hanya terbatas pada usaha penangkapan sehingga masyarakat
ketergantungan dengan kegiatan penangkapan ikan dan kegiatan ini memerlukan modal yang
besar untuk mengembangkannya. Untuk itu pengembangan pengembangan usaha alternatif
melalui pembentukan dan pembinaan kelembagaan masyarakat.

c.

Pemasaran hasil produksi belum lancar karena terbatasnya sarana dan prasarana, belum adanya
wadah yang dapat mengkoordinir lembaga ekonomi yang ada sehingga tingkat harga rendah
bahkan dibiarkan mengambang sehingga masih tergantung dengan tauke.

d.

Hubungan antara tauke dan nelayan memiliki hubungan eratzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTS
{patron client relationship), hubungan
ini dapat dikembangkan untuk pengembangan kelembagaan nelayan yang mengikutsertakan peran
tauke.

e.

Pengelolaan sumberdaya perikanan harus mampu menggerakkan ekonomi masyarakat dengan
menggerakkan masyarakat sebagai subjek pembangunan bukan objek dari pembangunan
tersebut.

f.

Pengelolaan sumberdaya perikanan harus didasarkan pada pengembangan sosial ekonomi
masyarakat, yang erat kaitannya dengan potensi sosial ekonomi perikanan yang ada di desa
Panglima Raja.

g.

Pengelolaan sumberdaya perikanan memerlukan kerja keras semua pihak (multi satkeholders)
perlu dilakukan dengan pengembangan potensi sumberdaya yang ada di daerah dan pola yang
diusulkan adalah pola pemberdayaan sumberdaya masyarakat nelayan.

h.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 desa sebagai suatu pemerintahan otonomi
mempunyai kewenangan luas untuk menggali sumber-sumber pendapatan asli desa terutama
kewenangan luas untuk mengelola potensi sumberdaya secara optimal untuk kepentingan
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

i.

Berdasarkan hasii w a w a n c a r a yang dilakukan terhadap stakeholders
maka pengelolaan
sumberdaya perikanan perlu dilaksanakan secara terpadu yang mencakup seluruh aspek
kehidupan masyarakat.

Identifikasi terhadap peran stakeholders
disajikan seperti Tabel 6.
Tabel 6.

mengenai pengelolaan sumberdaya perikanan dapat

Analisis Peran Stakeholders dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Desa Panglima
Raja

Stakeholders
1. Institusi teknis (Diskanlut Indragiri Hilir)
2. Kepala Desa
3. Anggota Badan Penwakilan D e s a (BPD)
4. Tokoh Masyarakat
S u m b e r : Hasil Diskusi dengan Stakeholders

246

Netral
-

-

Mendukung
V

Dukungan sennua pihak dalam suatu kegiatan pembangunan sangat diharapkan. Hal ini
m e r u p a k a n s a l a h satu faktor p e n e n t u k e b e r h a s i l a n k e g i a t a n p e m b a n g u n a n y a n g telah
diimplementasikan, karena jika dukungan tidak didapatkan, maka kegiatan pembangunan menjadi
tidak bermakna dan boleh dikatakan bahwa kegiatan yang dilaksanakan menjadi sia-sia.
Identifikasi Masalah dan Analisis Masalah Prioritas
Berikut beberapa identifikasi permasaiahan pengembangan perikanan di Desa Panglima Raja
Kabupaten Indragiri Hilir.
Tabel 7. Masalah dalam pengembangan perikanan di Desa Panglima Raja
Masalah
Lemahnya Struktur
kelembagaan nelayan sebagai
sasaran pembangunan
Ketergantungan terhadap
tauke karena nelayan tidak
memiliki sarana penangkapan
yang lengkap
Terbatasnya kemampuan
nelayan mengelola usaha
secara mandiri
Lemahnya pengawasan
terhadap kegiatan sosial
ekonomi dan kelembagaan
nelayan
Pengembangan budidaya
perikanan dan kegiatan pasca
panen seperti pengolahan hasil
perikanan belum menjadi
prioritas untuk dikembangkan
oleh masyarakat

Sebab-Sebab
a. Rendahnya kualitas
Sumberdaya Manusia
(Pendidikan Nelayan)
Rendahnya komitmen
parazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQ
Stakeholders
Lemahnya fungsi
kelembagaan yang telah
dibentuk
Tingginya ketergantungan
dengan laut dan tradisi
turun temurun

Pemuka Masyarakat

Pengembangan perikanan

a. Rendahnya kesadaran

-BPD

yang ada belum mampu

dalam pengelolaan

- Tokoh Adat

meningkatkan kesejahteraan

keuangan (boros)

- Pemerintah Desa

secara umum

Stakeholders
Dinas Perikanan
- Pejabat Teknis
- Pelaksana teknis

Sambungan Tabel 7

b. Pembangunan

Keperluan nelayan belum

infrastruktur nelayan

terpenuhi secara menyeluruh

belum berdasarkan skala

Ketergantungan dengan tauke

prioritas
c. Rendahnya pendidikan
d. Lemahnya akses
pemasaran hasil produksi
perikanan

S u m b e r : Hasil Diskusi dengan

Stakeholders
247

UmBRGflzyxwvutsrqponmlkjihg
PEOEllTiqn
Pemecahan pada akar masalah adalah langkah selanjutnya dalam melihat suatu masalah.
Akibat masalah tidak berdiri sendiri, maka pilihan langkah strategis yang dilakukan dalam diskusi ini
adalah menentukan masalah strategis diantara banyak pilihan masalah yang harus diatasi.

Dari masalah-masalah yang dikemukakan olehzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJ
stakeholders, diputuskan bahwa masalah
strategis yang dipilih menjadi prioritas untuk segera dicari jalan pemecahannya adalah strategi terhadap
pengelolaan sumberdaya perikanan. Masyarakat menilai bahwa masalah pengelolaan sumberdaya
perikanan selama ini belum dapat menunjang ekonomi masyarakat secara berkesinambungan
menyangkut masa depan untuk dapat hidup layak seperti masyarakat di daerah lain. Apabila masalah
ini teratasi maka masalah lainnya akan ikut teratasi.
Tindakan strategis yang mereka usulkan untuk diambil dalam mengatasi masalah strategis
adalah dengan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dengan strategi yang terpadu mencakup seluruh
aspek mental dan spiritual seluruh stakeholder Tindakan strategis ini agar dilakukan secara terpadu
sebagaimana yang terlihat pada Tabel 8
Tabel 8.

Masalah dan Tindakan Strategis dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Desa
Panglima Raja

Masalah Strategis
Pengelolaan sumberdaya perikanan
yang ada masih berdampak parsial
terhadap kehidupan masyarakat
nelayan

a.
b.
c.
d.
e.
f.

S u m b e r : Hasil Diskusi dengan

Tindakan Strategis
Pembentukan dan pembinaan kelembagaan
untuk
mata
Pengembangan
kegiatan
pencaharian alternatif
Pendampingan nelayan, Penelitian, Pelatihan
dan Studi banding
Pengembangan Infrastruktur
Pengelolaan lingkungan
Pengembangan
dan
peningkatan
aspek
pemasaran hasil perikanan

Stakeholders

Dengan demikian untuk menindak lanjuti infonnasi yang terjaring di tingkat desa, maka dilakukan
diskusi kelompok terarah (FGD) di tingkat kabupaten, sehingga informasi yang menyatu pada lintas
desa dapat lebih dipertajam. Tujuan yang ingin dicapai dalam F G D adalah merumuskan strategi
pengelolaan sumberdaya perikanan di Desa Panglima Raja yang berbasis masyarakat untuk
menyelaraskan dan mengsinkronisasikan antara keinginan masyarakat dengan yang telah dinas teknis
kabupaten. Metode yang digunakan dalam F G D kabupaten adalah partisipatif dari peserta.
Dari diskusi yang dilakukan, diperoleh berbagai masukan dalam rangka merumuskan startegi
pengelolaan sumberdaya perikanan di D e s a Panglima Raja Kabupaten Indragiri Hilir sebagai
berikut:
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indragiri Hilir menyatakan :
"Permasaiahan yang dihadapi dalam pengembangan masyarakat pesisir di Kabupaten Indragiri
Hilir adalah keterisolasian kawasan sentra produksi, ketergantungan dengan tengkulak cukup tinggi,
penggunaan teknologi yang rendah, usaha masih bersifat subsistence, manajemen usaha bersifat
kekeluargaan, lemah dalam penyerapan teknologi baru sehingga berbagai program yang diluncuii