BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - PROBABILITAS PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM ANTARA MINI BUS DAN TRAVEL RUTE MEULABOH - MEDAN - Repository utu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Kemajuan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh perkembangan wilayah yang meliputi perkembangan ekonomi, sosial dan budaya. Pertumbuhan dan perkembangan kota Meulaboh yang demikian pesat akan menuntut masyarakatnya untuk melakukan interaksi dengan banyak pihak dan banyak tempat. Salah satu faktor untuk meningkatkan perkembangan di atas adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang baik.

  Keberadaan angkutan umum mini bus dan travel rute sangat dibutuhkan sebagai sarana transportasi bepergian dari Meulaboh menuju Medan, Mengingat perannya yang begitu penting, apabila tidak ditangani secara baik dan benar, akan merupakan masalah bagi pengguna Angkutan umum moda mini bus dan moda travel rute Meulaboh - Medan.

  Dalam melakukan perjalanan dari Meulaboh ke Medan atau sebaliknya pelaku perjalanan akan dihadapkan pada pilihan jenis moda transportasi, yaitu transportasi jalan angkutan umum antara mini bus dan travel.

  Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk menganalisis pemilihan moda angkutan umum moda mini bus dan moda travel dan travel rute Meulaboh

  • – Medan. Yang mana mini bus dan travel memiliki izin trayek, sedangkan angkutan travel yang selama ini beroperasi lebih diminati oleh masyarakat akan tetapi tidak memiliki izin trayek rute Meulaboh-Medan.

  Maka hal yang perlu diperhatikan adalah faktor-faktor atau kriteria- kriteria apa saja yang mempengaruhi pemilihan dan besar pengaruhnya terhadap kedua moda tersebut yang mana pada akhirnya kita dapat mengetahui prioritas pilihan alternatif moda berdasarkan semua pertimbangan kriteria yang dipilih.

  1.2 Rumusan Masalah

  Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan moda antara mini bus dan travel menurut pelaku perjalanan.

  2) Bagaimanakah model pemilihan moda yang dihasilkan antara mini bus dan travel pada rute yang ditinjau. 3) Apakah dengan melakukan perubahan nilai dari salah satu variabel atribut perjalanan pada masing-masing moda tersebut berpengaruh terhadap Probabilitas Pemilihan Moda.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian model pemilihan moda angkutan umum rute Meulaboh-Medan adalah:

  1. Untuk mengetahui karakteristik responden terhadap pemelihan moda.

  2. Untuk memperoleh suatu model pemilihan moda yang dapat menjelaskan probabilitas pelaku perjalanan dalam memilih moda transportasi antara angkutan umum mini bus dan travel bila ditinjau dari segi biaya perjalanan (cost), waktu tempuh perjalanan (time) dan waktu lamanya waktu menunggu kendaraan di pemberhentian (terminal).

  1.4 Mamfaat Penelitian

  Hasil dari penelitian ini juga diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi Mahasiswa, masyarakat, pihak-pihak terkait, maupun perguruan tinggi dilakukannya penelitian ini adalah :

  1. Memberikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait tentang kriteria- kriteria apa saja yang dibutuhkan pengguna angkutan umum.

  2. Menghasilkan sebuah kebijakan dalam pemilihan moda transportasi jangka panjang.

  3. Bagi mahasiswa, dapat megetahui dan memahami bagaimana studi tentang pemodelan pemilihan moda angkutan umum mini bus dan travel rute luar kota.

  4. Bagi perguruan tinggi, penelitian ini dapat memperkaya khasanah penilitian di bidang transportasi.

  5. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan alternatif terbaik dalam pemilihan moda untuk mengatasi masalah transportasi yang ada.

1.5 Batasan Penelitian Agar penulisan ini sesuai dengan judul maka diperlukan batasan masalah.

  Adapun yang menjadi batasan penelitian dalam penulisan ini adalah:

  1. Responden yang di pilih adalah calon penumpang yang berada di terminal angkutan moda mini bus dan moda travel .

  2. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

  3. Survei dilakukan dengan cara kuisioner.

  4. Model yang diterapkan adalah model logit binomial.

  5. Tinjauan model didasarkan pada asumsi bahwa pembuat keputusan dalam memilih moda adalah pelaku perjalanan yang menggunakan angkutan umum Mini Bus dan Travel.

  6. Analisis preferensi pelaku perjalanan memakai teknik Stated Preferece.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pada bab ini akan dibahas mengenai tujuan maupun solusi dari setiap

  masalah. Kepustakaan merupakan anggapan-anggapan dasar baik teori-teori yang dikemukakan para ahli maupun kutipan-kutipan dari literatur yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelesaian, teori dan rumusan-rumusan yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Tujuan dari tinjauan kepustakaan ini adalah untuk membentuk kerangka teori dan konsep sebagai dasar acuan penulisan.

2.1 Definisi Model dan Klasifikasi Model

  Dalam proses perencanaan transportasi, salah satu langkah yang harus kita lalui adalah menganalisis setiap data dan informasi yang relevan sebagai landasan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Data dan informasi ini bisa berupa data sekunder, yaitu data yang sudah tersusun yang didapat dari instansi atau badan-badan terkait. Dunia nyata ini memiliki karakteristik antara lain: a. Bersifat kompleks dan beragam.

  b. Memiliki variabel yang cukup banyak.

  c. Cepat berubah, sesuai dengan pergantian waktu dan tempat.

  d. Sangat relatif dan sulit untuk diukur secara absolute.

2.1.1 Definisi model

  Aktifitas meringkas dan menyederhanakan kondisi realistis (nyata) tersebut dikenal sebagai aktivitas pemodelan. Dengan demikian, model dapat didefinisikan sebagai berikut :

  a. Model adalah sesuatu yang dapat menggambarkan keadaan yang media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia sebenarnya) secara terukur (Tamin, 2000).

  b. Model adalah suatu representasi ringkas dari kondisi riil dan berwujud suatu bentuk rancangan yang dapat menjelaskan atau mewakili kondisi riil tersebut untuk suatu tujuan tertentu (Black, 1981)

2.1.2 Klasifikasi model

  Klasifikasi pergerakan menurut Ofyar Z. Tamin dalam Perencanaan & Pemodelan Transportasi, 2003 meliputi : a.

  Berdasarkan tujuan pergerakan Pada prakteknya, sering dijumpai bahwa model bangkitan dan tarikan pergerakan yang lebih baik biasa didapatkan dengan memodel secara terpisah pergerakan yang mempunyai tujuan berbeda.

  Dalam kasus pergerakan berbasis rumah, 6 kategori tujuan pergerakan yang sering digunakan adalah : 1) Pergerakan ke tempat kerja 2) Pergerakan ke tempat pendidikan 3) Pergerakan ke tempat belanja 4) Pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi 5) Pergerakan untuk ke tempat rekreasi 6) Pergerakan ke tempat ibadah.

  b. Berdasarkan waktu Pergerakan umumnya dikelompokkan menjadi pergerakan pada jam sibuk dan jam tidak sibuk. Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh setiap tujuan pergerakan sangat bervariasi sepanjang hari.

  c. Berdasarkan jenis orang Merupakan salah satu jenis pengelompokan yang penting karena perilaku pegerakan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosial-ekonomi, yaitu :

  1) Tingkat pendapatan, biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di Indonesia yaitu pendapatan tinggi, pendapatan menengah, serta

  2) Tingkat pemilikan kendaraan biasanya terdapat empat tingkat : 0,1,2 atau lebih dari 2 (2+) kendaraan per rumah tangga.

  3) Ukuran dan struktur rumah tangga.

2.2 Pemilihan dan Pendekatan Model

  Dalam model pemilihan moda ini ada beberapa hipotesis yang diajukan yaitu bahwa pelaku perjalanan selalu memilih moda yang salah satu atau kombinasi dari beberapa atribut berikut yaitu: tercepat, termurah, dan ternyaman. Oleh karena itu, untuk memodelkan pemilihan moda tersebut dikutip (Tamin,

  2000) merekomendasikan asumsi-asumsi sebagai berikut :

  1. Pelaku perjalanan yang waras (rasional) selalu memaksimumkan kepuasan yang diperolehnya.

  2. Dalam pemanfaatan sumber kepuasan tersebut, pelaku perjalanan mempunyai batasan-batasan seperti pendataan dan sebagainya.

  3. Pelaku perjalanan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang karakteristik masing-masing alternatif moda yang akan dipilihnya.

  4. Jatuhnya pilihan pada salah satu moda menunjukkan bahwa dia mempertimbangkan karakteristik moda tersebut sesuai dengan karakteristik perjalanannya.

  5. Pelaku perjalanan konsisten sepanjang waktu terhadap pilihannya selama tidak terdapat perubahan pada karakteristik pribadinya.

  Model pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap pemilihan moda adalah model pemilihan diskret. Secara umum, model pemilihan diskret dinyatakan sebagai probabilitas setiap individu memilih suatu pilihan merupakan fungsi ciri sosioekonomi dan daya tarik pilihan tersebut. Untuk menyatakan daya tarik suatu alternatif, digunakan konsep utilitas. Utilitas didefinisikan sebagai sesuatu yang dimaksimumkan oleh setiap individu (Dikutip

  Tamin , 1997) .

  2.3 Pengertian Transportasi

  Sistem transportasi dari suatu wilayah dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari prasarana/sarana dan sistem pelayanan yang memungkinkan adanya pergerakan ke seluruh wilayah, sehingga terakomodasinya mobilitas penduduk, dimungkinkan adanya pergerakan barang, dimungkinkan akses ke semua wilayah (Santoso, 1996).

  Peranan transportasi sangat penting untuk saling menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran dan daerah pemukiman sebagai tempat tinggal konsumen. Unsur-unsur transportasi meliputi:

  a. Ada muatan yang diangkut

  b. Tersedia kendaraan sebagai pengangkutnya

  c. Ada jalanan yang dapat dilalui

  d. Ada terminal asal dan terminal tujuan

  e. Sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkan kegiatan transportasi tersebut.

  2.4 Angkutan Umum

  Angkutan Umum adalah angkutan penumpang yang menggunakan kendaraan umum yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah angkutan kota (bus, minibus, dan sebagainya), kereta api, angkutan air, dan angkutan udara. (Warpani, 1990)

2.4.1 Trayek angkutan umum

  Trayek merupakan keputusan menteri perhubungan No.35 Tahun 2003

  Pasal 1 adalah lintasan kendaraan umum untuk pejalanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap, dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal.

2.4.2 Tarif angkutan umum

   Penentuan kebijaksanaan tarif melibatkan banyak aspek menyangkut

  kerja sama dan pengawasan diantara badan-badan yang bertanggungjawab pada sistem perangkutan umum secara keseluruhan. Faktor yang tidak dapat diabaikan dalam menentukan besar dan struktur tarif adalah besarnya biaya operasi kendaraan yang digunakan sebagai alat angkut. Faktor ini harus diperhatikan karena keuntungan yang diperoleh operator sangat tergantung pada besarnya tarif yang ditetapkan.

2.5 Moda Transportasi

  Transportasi atau pengangkutan dapat didefenisikan sebagai suatu proses pergerakan atau perpindahan orang/barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu teknik atau cara tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu (Miro,1997). Suatu transportasi dikatakan baik apabila waktu perjalanan cukup cepat dan tidak mengalami kecelakaan, frekuensi pelayanan cukup, serta aman (bebas dari kemungkinan kecelakaan) dan kondisi pelayanan yang nyaman.

  

(Morlok,1998 dikutip Miro,1997), mengungkapkan transportasi bukanlah tujuan

  akhir, tapi merupakan suatu alat untuk mencapai maksud lain dan sebagai akibat adanya pemenuhan kebutuhan (devided demand) karena keberadaan kegiatan manusia dan timbul dari permintaan atas komoditas jalan. Untuk mencapai kondisi yang ideal sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang menjadi komponen transportasi, yaitu kondisi prasarana jalan serta sistem jaringan dan kondisi sarana (kendaraan). Menurut Tamin (1997) Transportasi diselenggarakan dengan tujuan:

  1. Mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur.

  2. Memadukan transportasi lainnya dalam suatu kesatuan sistem transportasi Nasional.

3. Menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan untuk menunjang

  pemerataan perturnbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan Nasional.

2.6 Konsep Dasar Pemodelan Transportasi

  Dalam perencanaan transportasi dikenal ada 4 (empat) langkah pembuatan model, tahapan yang harus dilakukan dalam penerapan konsep interaksi transportasi menurut Tamin (2003) dalam Perencanaan & Pemodelan Transportasi, adalah sebagai berikut :

  1. Bangkitan Perjalanan (Trip Generation) Pembangkit perjalanan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tata guna lahan.

  2. Sebaran Perjalanan (Trip Distribution) Penyebaran pergerakan merupakan tahapan yang menggabungkan interaksi antara tata guna lahan, jaringan transportasi dan arus lalu lintas.

  3. Pemilihan Moda (Modal Choice /Modal Split) Dalam interaksi antara dua tata guna lahan atau lebih di suatu wilayah, maka seseorang akan memutuskan bagaimana interaksi tersebut harus dilakukan, dimana sering interaksi tersebut mengharuskan terjadinya perjalanan, baik antar tata guna lahan.

  4. Pemilihan Rute (Traffic Assignment) Model ini bertujuan memprediksi pemilihan rute perjalanan yang akan digunakan. Diasumsikan pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup (misalnya tentang kemacetan jalan), sehingga dapat menentukan rute yang terbaik.

  2.7 Pemilihan Moda Transportasi (Mode Choice)

  Pemilihan moda merupakan model penting didalam perencanaan transportasi angkutan umum. Hal ini dikarenakan peran kunci dari angkutan umum dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas sistem pergerakan dalam suatu sistem transportasi (Tamin, 2000).

  Model pemilihan jenis kendaraan/moda ini digunakan untuk menghitung distribusi perjalanan beserta moda yang digunakan. Ini dapat dilakukan apabila tersedia berbagai macam kendaraan/moda yang menuju tempat tujuan, seperti kendaraan pribadi (misalnya mobil, sepeda motor, sepeda) serta angkutan umum (becak, bus, kereta api). Masalah pemilihan moda dapat dikatakan sebagai tahap terpenting dalam perencanaan dan kebijakan transportasi. Hal ini menyangkut efisiensi pergerakan di daerah perkotaan, ruang yang harus disediakan kota untuk dijadikan prasarana transportasi, dan banyaknya pilihan moda transportasi yang dapat dipilih penduduk (Tamin, 2000).

  2.8 Faktor –faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Transportasi

  Menurut Fidel Miro (2005), Ada 4 (empat) kelompok faktor yang dianggap kuat pengaruhnya terhadap pelaku perjalanan dalam memilih suatu moda transportasi yaitu:

  1. Kelompok faktor karekteristik sipelaku perjalanan (traveler

  characteristicsfactor) . Beberapa variabel berikut ini diyakini sangat

  mempegaruhi pemilihan moda: Ketersediaan atau pemilikan kendaraan pribadi (car ownership). - Pendapatan (income), berupa daya beli sang pelaku perjalanan untuk - membiayai perjalananya.

  Kondisi kendaraan pribadi (tua, jelek, baru dan lain-lain). - Kepadatan pemukiman (density of residential development). -

  Sosial ekonomi lainnya, seperti struktur dan ukuran keluarga (pasangan - muda, punya anak, pensiun atau bujangan), usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan, punya lesensi mengemudi (SIM) atau tidak.

  2. Kelompok faktor karakteristik perjalanan (travel charecteristics factor). Terdapat beberapa variable yang dianggap kuat pengaruhnya terhadap perilaku pengguna jasa moda transportasi dalam memilih moda:

  Tujuan perjalanan (trip purpose) seperti pergi bekerja, sekolah, sosial dan - lain-lain. Waktu perjalanan (time of trip made) seperti pagi hari, siang, tengah - malam, hari libur dan seterusnya. Panjang perjalanan (trip length), merupakan jarak fisik (km) antara asal - dengan tujuan, termasuk panjang rute, waktu pembanding kalau menggunakan moda-moda lain, di sini berlaku bahwa semakin jauh perjalanan, semakin orang cendrung memilih untuk naik angkutan umum.

  3. Kelompok faktor karakteristik sistem transportasi (transportation system

characteristics factor) . Hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.

Pertama, faktor kuantitatif seperti:

  Waktu relatif perjalanan (relative travel time), mulai dari lamanya waktu - menunggu kendaraan, dan waktu diatas kendaraan. Biaya relative perjalanan (relative travel cost), merupakan seluruh biaya - yang timbul akibat melakukan perjalanan dari asal ke tujuan untuk semua moda yang berkompetisi seperti tarif, bahan bakar dan lain-lain. Kedua, faktor kualitatif

  • Tingkat pelayanan relative (relative level of service). Merupakan variable yang cukup bervariasi dan sulit diukur, contohnya adalah variabel kenyamanan dan kesenangan. Tingkat akses/indeks daya hubung/kemudahan pencapaian tempat tujuan. -

  4. Kelompok faktor karakteristik kota dan zona, yaitu: Jarak kediaman dengan tempat kegiatan dan -

2.9 Penaksiran Regresi Linier

  Dalam kegiatan pemodelan seringkali dijumpai tinjauan hubungan antara suatu variabel dengan satu atau lebih variabel lain. Secara umum ada dua macam hubungan antara dua atau lebih variabel, yaitu bentuk hubungan dan keeratan hubungan. Jika ingin diketahui bentuk hubungan dua variabel atau lebih, digunakan analisis regresi sedangkan untuk analisis keeratan hubungan, digunakan analisis korelasi. Metode regresi yang paling umum digunakan adalah analisis regresi baik itu yang bersifat linier maupun non linier.

  Metode regresi secara luas digunakan dalam pemodelan transportasi. Dalam penggunaan analisa stated preference, teknik regresi digunakan pada pilihan rating. Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan hubungan kuantitatif antara sekumpulan atribut dan responden. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan linier sebagai berikut :

  

y = a + b1x1 + b2x2 +………+ bnxn……………..……………………….……….(2.0)

  dimana :

  y = respon individu x1,x2,…,xn = atribut pelayanan a = konstanta regresi b1,b2,…,bn = parameter model

  Residual untuk setiap kejadian dirumuskan sebagai berikut :

  δ = y – (a + b1x1 + b2x2…….+ bnxn)………………………………….. (2.1)

  dan jumlah kuadran terkecil residual untuk sejumlah n observasi adalah :

  2

  ∑δ = ∑[y – (a + b1x1+b2x2+…..+ bnxn)]………………………......(2.2)

  2 Dengan menggunakan prinsip kuadran terkecil, dengan meminimalkan nilai ∑δ ,

  2

  a, b1, b2,…, bn adalah sama dengan nol.

  berturut-turut terhadap diperoleh jika turunan parsial ∑δ

  Dengan langkah ini, maka diperoleh k+1 persamaan dengan sejumlah k+1 koefisien regresi sehingga masing-masing koefisien dapat ditentukan.

2.10 Teknik Stated Preference

  Teknik stated preference mendasarkan estimasi permintaan pada sebuah analisis respon terhadap pilihan yang sifatnya hipotetikal misalnya sarana yang masih dalam perencanaan. Hal ini tentu saja dapat mencakup atribut-atribut dan kondisi-kondisi dalam lingkup yang lebih luas daripada sistem yang sifatnya nyata, (Andri, 2007). Sifat utama dari stated preference suvey adalah sebagai berikut :

  1. Stated preference didasarkan pada pernyataan pendapat responden tentang bagaimana respon mereka terhadap beberapa alternatif hipotesa.

2. Setiap pilihan direpresentasikan sebagai ‘paket’ dari atribut yang berbeda seperti waktu, ongkos, headway, reability dan lain-lain.

  3. Peneliti membuat alternative hipotesa sedemikian rupa sehingga pengaruh individu pada setiap atribut dapat diestimasi, ini diperoleh dengan teknik desain eksperimen (experimental design).

  4. Alat interview (quistionare) harus memberikan alternative hipotesa yang dapat dimengerti oleh responden.

  5. Responden menyatakan pendapatnya pada setiap pilihan (option) dengan melakukan rangking, rating dan choise pendapat terbaiknya dari sepasang atau kelompok pernyataan.

  6. Respon sebagai jawaban yang diberikan oleh individu dianalisa untuk mendapatkan ukuran secara kuantitatif mengenai hal yang penting

  (relative) pada setiap atribut.

2.11 Analisis Model Binomial Logit

  Pada penelitian ini untuk mendapatkan model pemilihan moda digunakan 2 (dua) metode yaitu binomial logit selisih dan binomial logit rasio/nisbah yang dapat diselesaikan dengan mengunakan penaksiran regresi linear. Parameter

  Untuk model ini diasumsikan bahwa U

  1 dan U 2 merupakan Utilitas pemilihan

  moda mini busus (MB) dan travel (TV) Jika proporsi pemilihan moda diketahui maka kita dapat menghitung nila dengan mengunakan analisis

  U dan U

  1

  2 regresi linear sesuai dengan persamaan berikut.

  1 P ...............................................................(2.3) 1 =

  (U 2−U 1) 1+exp

  Dengan mengasumsikan

  2 -U 1 dan melakukan beberapa

  ∆U= U penyerdehanaan maka persamaan (2.3) dapat ditulis kembali menjadi persamaan berikut : P [1+exp(U -U )] = 1 ........................................................................(2.4)

  1

  2

  1 P 1 +P 1 exp(U 2 -U 1 ) = 1 ......................................................................(2.5)

  P

  1 exp(U 2 -U 1 ) = 1 – P 1 ......................................................................(2.6)

  1

  1 −

  exp(U

  2 -U 1 ) = …….....................................................................(2.7)

  1 Persamaan (2.3) dapat ditulis kembali dalam bentuk logaritma seperti terlihat pada

  Persamaan (2.4) berikut :

  1 −

  1 Log e (U 2 -U 1 ) ..................................

  = ………..............................(2.8)

  1

  2.12 Probabilitas Pemilihan Moda

  Untuk mengetahui probabilitas terpilihnya moda Mini Bus dan Travel dianalisis dari model binomial logit selisih dan binomial logit rasio. Probabilitas bahwa individu memilih Mini Bus dan Travel adalah fungsi perbedaan utilitas antar ke dua moda. Dengan menganggap bahwa ke dua fungsi utilitas linier antara ke dua moda, maka perbedaan utilitas diekspresikan dalam bentuk perbedaan dengan sejumlah atribut yang relevan diantara kedua moda.

  Probabilitas pelaku perjalanan dalam memilih Mini Bus L-300 ( P Mini Bus ) dan Travel (TR) dari model binomial logit terhadap atribut biaya (cost) dan

  L300

  waktu (time) dapat diselesaikan dengan persamaan :

  1

  P TR = 1- P MB ……………………………………………………………….(2.9)

   Respon dari responden terhadap prefensinya ke moda transportasi Mini

  Bus L-300 (P ) dan Travel dinyatakan dalam skala ranking 1 sampai 5,

  L-300

  dimana 5 menyatakan prefensi ¨pasti pilih Mini Bus L-300 ( P L-300 )¨ (dengan skala probabilitas P = 0.9), 4 = ¨mungkin pilih Mini Bus L-300 ( P L-300 )¨ (dengan P = 0.7), 3 = ¨netral¨ (dengan P = 0.5), 2 = ¨mungkin pilih Travel¨ dengan P = 0.3), dan 1 = ¨pasti pilih Travel¨ (dengan P = 0.1).

2.13 Populasi dan Sampel

  Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan. Sedangkan sampel merupakan unsur-unsur yang diambil dari populasi. Populasi dalam penelitian dapat pula diartikan sebagai keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Unit analisis adalah unit/satuan yang akan diteliti atau di analisis.

  Jumlah sampel diperoleh dari populasi jumlah rata - rata penumpang angkutan Mini Bus dan Travel yang dilakukan selama 1 (satu) minggu. Menurut

  

Nazir (2003) , untuk menentukan jumlah sampel dapat menggunakan rumus

  berikut : Np ( 1 – p) ……………………...….…………….(2.10) n = (N-1) D+ p( 1-p)

2 B

  …………………………………….(2.11) D =

  4 Dimana : n = Jumlah sampel yang dicari, N = Jumlah populasi, p = Proporsi populasi , Tiap hasil observasi yang memiliki sifat yang diinginkan diberi nilai 1 dan yang tidak diberi nilai 0. Jika ditarik sebuah sampel yang besarnya n, maka proporsi sampel adalah ratio dari unsure dalam sampel yang mempunyai sifat yang diinginkan. Dengan kata lain p adalah rata-rata dari harga 0 dan 1 dari nilai observasi sampel. Menurut Isgiyanto (2009) , proporsi populasi (p) biasanya diketahui dari hasil survey sebelumnya, namun jika nilai p sama sekali tidak diketahui, maka yang mungkin dilakukan adalah mencari sampel sebanyak mungkin. Dari rumus ini nilai sampel yang paling besar bisa diperoleh dari nilai terbesar p(1-p) yaitu pada saat p = 0,5. Nilai derajat ketepatan sebesar 90 % atau bound of eror (B) detetapkan = 0,1.

2.14 Uji Sensitivitas

  Uji ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami perubahan nilai dari probabilitas pemilihan Bus seandainya dilakukan perubahan nilai atribut pelayanannya. Untuk menggambarkan sensitivitas ini dapat dilakukan beberapa perubahan atribut terhadap model pada masing-masing kelompok, yakni:

  1. Biaya perjalanan dikurangi atau ditambah

  2. Waktu tunggu perjalanan diperlambat atau dipercepat

  3. Waktu tempuh diperlambat atau dipercepat Dari uji sensitivitas juga akan diperlihatkan bagaimana nilai probabilitas dari setiap perubahan atribut dengan model logit.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

  Secara garis besar metode penelitian yang akan dilaksanakan seperti diagram alir dibawah ini :

Gambar 3.3 Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian

  3.2 Uraian Diagram Alir Metodologi Penelitian

  Dalam rangka mencapai tujuan dalam penelitian sangatlah diperlukan terlebih dahulu metodologi penelitian dengan membuat diagram alir (flow chart). a. Untuk merencanakan secara lebih detail tahap-tahap pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya, dengan tujuan untuk mengefisienkan waktu dan sumber daya.

  b. Menentukan metoda yang akan dipergunakan dalam mengolah dan menganalisis data serta membahas model yang sudah di tetapkan, hal ini sangat penting dan mempengaruhi kebutuhan data, waktu dalam analisis dan kualitas hasil penelitian.

  c. Menyusun rencana pengerjaan survei yaitu berupa pemilihan metode survei dan formulir survei.

  3.2.1 Studi pendahuluan dan kajian pustaka

  Sebelum mulai melakukan suatu kegiatan diperlukan suatu penelitian berupa studi pendahuluan untuk mendapatkan data yang ada pada saat ini Kemudian dicari maksud dari penelitian serta tujuan akhir yang akan dicapai dari penelitian ini. Setelah itu dilakukan studi pustaka untuk mencari dan mengumpulkan bahan-bahan literatur berupa landasan teori, metode-metode yang akan digunakan dalam pengolahan data maupun dalam melakukan analisis, serta hasil-hasil penelitian yang akan dilakukan sebelumnya dimana memiliki kaitan dan mendukung penelitian itu sendiri.

  3.2.2 Pengumpulan data

  Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistemik dan harus memperhatikan garis yang ditentukan. Seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder.

  3.2.3 Data primer

  Data primer merupakan data yang diambil secara langsung melalui survey pada lokasi yang bersangkutan (terminal Meulaboh dan travel yang ada di sekitar kota Meulaboh jurusan Meulaboh

  • – Medan dan sebaliknya). Data primer yang dibutuhkan yaitu karakteristik sosial - ekonomi secara langsung melalui
Responden disini adalah sampel dari populasi penumpang berangkat dari Meulaboh-Medan. Data primer yang terkumpul melalui survey primer dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka, misalnya usia. Jenis data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Data karakteristik responden

  2. Data Survey preferensi responden metode Stated Preference

3.2.4 Data sekunder

  Data Sekunder adalah data yang telah ada, diperoleh dari instansi yang berkepentingan, dalam hal ini Dinas Perhubungan dan Pariwisata Meulaboh. Pada dasarnya sifatnya merupakan penunjang ataupun background information bagi observasi lapangan. Data sekunder yang dibutuhkan ada beberapa macam yaitu :

  1. Jumlah armada angkutan umum moda mini bus dan moda travel

  2. Jumlah Rit/hari mini bus

  3. Peta jalur rute Meulaboh-Medan. (Lampiran Gambar A.3.1 Halaman 49 dan Gambar A.3.3 Halaman 51)

3.3 Teknik Survei

  Survei dilakukan bertujuan untuk menganalisa preferensi pengguna kedua moda angkutan penumpang tersebut yaitu dari Meulaboh ke Medan, maka survei ini dilakukan pada dua tempat utama yang melayani pergerakan penumpang dari Meulaboh ke Medan yakni loket keberangkatan pada kedua perusahaan angkutan moda mini bus dan moda travel yang berada di Meulaboh.

3.3.1 Survey pendahuluan

  Dalam perancangan survei pendahuluan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data-data yang digunakan dalam penelitian, data primer diperoleh dari cara sampling yaitu dengan wawancara langsung dan pengisian

3.3.2 Survey penelitian

  Tujuan survey penelitian menjelaskan tentang karakteristik responden yang dilakukan di terminal angkutan moda mini bus dan moda travel yang ada di Meulaboh, Lampiran Gambar A.3.4 Halaman 52 dan Gambar A.3.18 Halaman 56. Untuk memperoleh data sesuai dengan atribut-atribut yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

  1. Biaya Perjalanan (Cost) Biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran ongkos transportasi dalam satuan rupiah per orangnya, yang merupakan biaya dari stasiun mini bus hingga ke tempat tujuan.

2. Waktu Tempuh Perjalanan (Time)

  Waktu tempuh kendaraan dalam satuan jam, yang merupakan waktu tempuh dari stasiun bus hingga ke tempat tujuan.

  3. Waktu lamanya menunggu kendaraan di pemberhentian (terminal) Waktu yang dibutuhkan oleh pelanggan kenderaan menunggu di stasiun kenderaan.

3.4 Jumlah sampel

  Jumlah sampel diperoleh dari populasi jumlah rata-rata penumpang angkutan moda mini bus dan moda travel yang dilakukan selama 1 (satu) minggu pada survei pendahuluan. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel 11 orang untuk Bus dan 35 orang untuk Travel.

Tabel 3.1 Perhitungan jumlah sampel Angkutan Mini Bus

  Jumlah Jumlah Jumlah penumpang penumpang ( − ) n =

  Nama Perusahaan − + ( − )

  Armada dalam 1 rata-rata minggu per hari CV. Metro Tour

  5

  31

  62

  6 CV. Merpati Tour

  5

  26

  52

  5 Jumlah Sampel

  11

Tabel 3.2 Perhitungan jumlah sampel Angkutan Travel

  Jumlah Jumlah Jumlah penumpang penumpang ( − ) n =

  Nama Perusahaan − + ( − )

  Armada dalam 1 rata-rata minggu per hari CV. Rahmat Fadila

  11 99 14,1

  12 CV. Gibsy Travel

  5 50 7,1

  7 CV. Dedek Lestari

  9 49 7,0

  7 CV. Taman Sari Travel

  6 30 4,3

  4 CV. Rosidah Jaya

  5 27 3,9

  4 CV. Cahaya Aksa Mentari

  6 11 1,6

  1 Jumlah Sampel

  35

3.5 Analisis Data Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier.

  3.5.1 Regresi linier

  Analisis regresi-linear adalah metode statistik yang dapat digunakan untuk mempelajari hubungan antar sifat permasalahan yang sedang diselidiki. Model analisis regresi-linear dapat memodelkan hubungan antara dua peubah atau lebih. Pada model ini terdapat peubah tidak bebas (y) yang mempunyai hubungan fungsional dengan satu atau lebih peubah bebas (xi).

  3.5.2 Analisis model binomial logit

  Pada penelitian ini untuk mendapatkan model pemilihan moda digunakan metode binomial logit nisbah yang dapat diselesaikan dengan menggunakan penaksiran regresi linier. Parameter kuantitatif yang sering digunakan adalah biaya perjalanan dan waktu perjalanan.

  Model binomial logit ini sangat ditentukan oleh persepsi seseorang dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Wilayah studi penelitian ini mencakup di kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pertumbuhan dan

  perkembangan kota Meulaboh yang demikian pesat akan menuntut masyarakatnya untuk melakukan interaksi dengan banyak pihak dan banyak tempat. Salah satu faktor untuk meningkatkan perkembangan di atas adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang baik.

  Keberadaan angkutan umum moda mini bus dan moda travel sangat dibutuhkan sebagai sarana transportasi bepergian dari Meulaboh menuju Medan, Mengingat perannya yang begitu penting, apabila tidak ditangani secara baik dan benar, akan merupakan masalah bagi pengguna Angkutan umum moda mini bus dan moda travel rute Meulaboh - Medan.

  Maka hal yang perlu diperhatikan adalah faktor-faktor atau kriteria- kriteria apa saja yang mempengaruhi pemilihan dan besar pengaruhnya terhadap kedua moda tersebut yang mana pada akhirnya kita dapat mengetahui prioritas pilihan alternatif moda berdasarkan semua pertimbangan kriteria yang dipilih.

4.1 Hasil

  Hasil penelitian yang disajikan adalah hasil dari data primer diperoleh melalui survei kuisioner. Pemodelan dilakukan dengan Regresi Linier karena akan hubungan antara dua atau lebih variabel. Pemodelan dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 18.0. Berdasarkan hal tersebut kemudian dikembangkan model pemilihan moda angkutan penumpang rute Meulaboh - Medan dengan pendekatan analisa regresi linier, selanjutnya dilakukan uji sensitivitas model terhadap perubahan atribut tarif, atribut waktu tunggu dan atribut waktu tempuh.

  4.1.1 Data angkutan umum

  Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Aceh Barat, angkutan umum moda mini Bus yang melayani rute Meulaboh - Medan berjumlah 2 operator, dan moda travel berjumlah 6 operator dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran Tabel B.4.1.Hal.57

  4.1.2 Data jumlah penumpang

  Dari hasil survei yang dilakukan selama satu minggu diperoleh data jumlah penumpang yang menggunakan kedua jenis moda tersebut yang dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.4.2 Halaman 57.

  4.1.3 Frekuensi dan jadwal keberangkatan

  Jadwal keberangkatan angkutan umum moda mini Bus untuk setiap harinya yaitu jam 20.00 wib dan tiba dilokasi tujuan jam 12.00 wib, sedangkan moda travel berangkat jam 20.00 wib untuk semua operator/perusahaan dan tiba dilokasi tujuan jam 08.00 wib. Selisih waktu perjalanan antara Bus dan Travel yaitu 4 jam, dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.4.3 Halaman 57.

  4.1.4 Survei pendahuluan

  Lembar kuisioner dibawa oleh tenaga survei (surveyor) kepada setiap responden sehingga diharapkan dapat memperjelas maksud yang terkandung dalam kuisioner. Selain itu, surveyor juga bertindak sebagai pewawancara. Untuk lebih jelas mengenai desain formulir konsioner dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.4.4 Halaman 58 sampai dengan Lampiran Tabel B.4.10 Halaman 61.

  4.1.5 Perolehan data survei

  Pelaksanaan survei dilakukan selama seminggu, pengambilan jawaban responden dilakukan secara acak kepada seluruh anggota masyarakat yang pernah menggunakan moda mini bus dan moda travel. Logika Stated Preference sangat berhubungan dengan pilihan responden memilih pengutamaan biaya, maka maka pilihannya dapat berupa time, dan bila responden memilih pengutamaan waktu menunggu kenderaan di pemberhentian (terminal).

  Para surveyor dalam menyebarkan kuisioner atau angket ditempatkan pada titik-titik utama yaitu di stasiun moda mini bus maupun moda travel. Untuk lebih jelas mengenai desain formulir kuisioner dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.4.11 Halaman 62 sampai dengan Lampiran Tabel B.4.12 Halaman 63,

4.2 Pembahasan

  Angkutan umum moda mini bus menempuh waktu perjalanan dari Meulaboh ke Medan yaitu 16 jam, sedangkan untuk moda travel menempuh waktu 12 jam. Jarak dari Meulaboh ke Medan yaitu 580 Km (sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh Barat).

4.2.1 Hasil survei karakteristik responden

  Dari hasil survei karakteristik responden, diperoleh tabel dan grafik sebagai berikut :

  1. Berdasarkan umur responden Berdasarkan umur untuk moda angkutan Mini Bus didominasi oleh usia 20 tahun yaitu sebesar 0%. Untuk usia 20 tahun s/d 40 tahun yaitu sebesar 91% dan untuk usia 40 tahun keatas yaitu 9%. Sedangkan untuk moda angkutan travel didominasi oleh usia 20 tahun yaitu sebesar 5%. Untuk usia 20 tahun s/d 40 tahun yaitu sebesar 78%. dan untuk usia 40 tahun keatas yaitu 16%. Dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1 grafik di bawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi umur responden

   Moda MB L-300 Moda Travel Umur Responden

  Jumlah Persentase Jumlah Persentase < 20 th

  2

  5 20 s/d 40 th

  10

  91

  29

  78

  91 Moda MB L-300

  78 100

  Moda Travel

  80

  60

  40

  16

  9

  5

  20 < 20 th 20 s/d 40 th > 40 th

Gambar 4.1 Grafik distribusi umur responden

  2. Berdasarkan jenis kelamin responden Berdasarkan jenis kelamin responden penguna moda Mini Bus didominasi oleh Pria 27% dan Wanita 73%. Sedangkan penguna responden travel didominasi oleh Pria 62% dan Wanita 38%.Dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.2 dan gambar 4.2 grafik di bawah ini.

Tabel 4.2 distribusi jenis kelamin responden

   Moda MB L-300 Moda Travel Jenis Kelamin

  Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pria

  3

  27

  23

  62 Wanita

  8

  73

  14

  38 Moda MB L-300

  73

  62

  80 Moda Travel

  38

  60

  27

  40

  20 Pria Wanita

Gambar 4.2 Distribusi jenis kelamin responden

  3. Berdasarkan pekerjaan Berdasarkan pekerjaan Mini Bus, didominasi oleh pegawai negri sebesar

  Sedangkan untuk moda angkutan travel didominasi pegawai negri 11%. Untuk pegawai swasta sebesar yaitu 81% dan mahasiswa 8%. Dan untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel 4.3 dan gambar 4.3 grafik di bawah ini.

Tabel 4.3 distribusi pekerjaan responden pengguna moda Mini Bus dan Travel

   Moda MB L-300 Moda Travel Umur Responden

  Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pegawai Negri

  5

  45

  4

  11 Pegawai Swasta

  5

  45

  30

  81 Mahasiswa

  1

  9

  3

  8 Moda MB L-300

  81 100

  Moda Travel

  80

  45

  45

  60

  40

  11

  9

  8

  20 Pegawai Negri Pegawai Swasta Mahasiswa

Gambar 4.3 Distribusi pekerjaan responden pengguna moda Mini Bus dan Travel

  4. Berdasarkan penghasilan Secara umum, tingkat penghasilan antara respondem penggunaan Mini

  Bus menunjukkan persentase tingkat penghasilan sebagian besar antara Rp.1.000.000, yaitu sebesar 18%. Tingkat penghasilan Rp. 1.000.000 - Rp 2.000.000 yaitu sebesar 73%, tingkat penghasilan Rp. 2.000.000

  • – Rp 5.000.000 sebesar 9%, dan pendapatan Rp.5.000.000 juta keatas yaitu 0%. Sedangkan tingkat penghasilan antara responde pengguna Travel menunjukkan persentase tingkat penghasilan antara Rp.1.000.000, yaitu sebesar 27%. Tingkat penghasilan 1.000.000 -2.000.000 yaitu sebesar 41%, tingkat penghasilan Rp. 2.000.000
  • – Rp 5.000.000 yaitu sebesar 32%, dan tingkat penghasilan Rp 5.000.000 juta keatas
sebesar 0%. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendapatan responden Mini Bus dan Travel dapat dilihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.4 grafik di bawah ini.

Tabel 4.4 distribusi penghasilan responden

   Moda MB L-300 Moda Travel Penghasilan

  Jumlah Persentase Jumlah Persentase < Rp. 1 Jt

  2

  18

  10

  27 Rp. 1 jt s/d Rp 2 jt

  8

  73

  15

  41 Rp. 2 jt s/d Rp 5 jt

  1

  9

  12

  32 > Rp 5 jt

Gambar 4.4 Grafik distribusi penghasilan responden

  5. Berdasarkan kepemilikan kendaraan Berdasarkan kepemilikan kendaraan Mini Bus didominasi Masyarakat yang tidak memiliki kendaran 0%, yang memiliki sepeda motor 9%, Yang memiliki Mobil 82% dan yang memiliki sepeda motor dan mobil 0%. Sedangkan Kepemilikan moda Travel yang tidak memiliki kendaran 5%, yang memiliki sepeda motor 3%, yang memiliki mobil 78% dan untuk berdasarkan kepemilikan kendaraan Sepeda Motor dan Mobil 14%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.5 dan gambar 4.5 grafik dibawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi kepemilikan kendaraaan responden

  13

  2

  18

  10

  27 Rekreasi

  1

  9

  35 Berbelanja

  Tujuan Perjalanan Moda MB L-300 Moda Travel

  3

  27

  12

  32 Belajar

  5

  45

  2

  Jumlah Persentase Jumlah Persentase Bisnis

Tabel 4.6 Distribusi tujuan perjalanan responden Moda Mini Bus dan Travel

  Kepemilikan kenderaan Moda MB L-300 Moda Travel

  3 Mobil

  Jumlah Persentase Jumlah Persentase Tidak memiliki kenderaan

  2

  5 Sepeda Motor

  1

  9

  1

  9