EVALUASI KAPASITAS FASILITAS DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN ( PPI ) UJONG BAROH KABUPATEN ACEH BARAT - Repository utu
GAMBARAN SIKAP DAN TINDAKAN SUAMI DALAM
MENGHADAPI ISTRI DENGAN HIPEREMISIS
GRAVIDARUM DI KECAMATAN SAMATIGA
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH :
VERA ROSALYN NASUTION
NIM : 06C10104103
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Deteksi dini dari gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan
upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap kehamilan maupun
keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta
sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya
maksimal untuk mencegah gangguan yang berat terhadap kehamilan dan
keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya salah satunya seperti
hiperemesis gravidarum.Hiperemisis gravidarum merupakan kejadian mual dan muntah yang
berlebihan sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil, hal ini sering terjadi pada
awal kehamilan antara umur 8 sampai 12 minggu. Hiperemisis gravidarum
apabila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan
kematian ibu dan janin. Prevalensi hiperemisis gravidarum antara 1 sampai 3%
atau 5 sampai 20 kasus per 1000 kehamilan (Simpson, 2013).Perasaan mual disebabkan oleh meningkatnya kadar hormon estrogen.
Sedangkan akibat kekurangan cairan karena muntah akan memicu terjadinya
dehidrasi yang akan menimbulkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang dan membuat frekuensi muntah semakin berlebihan
(Prawirohardjo, 2013).2
toleransi yang tinggi dari lingkungan sosial di sekitar ibu hamil, sehingga akan
membantu seorang ibu hamil untuk belajar menyesuaikan diri selama kehamilan
yang dapat diwujudkan dengan kemampuan mengurangi tekanan dan frustasi serta
mampu mengembangkan mekanisme psikologi yang sesuai serta mengembangkan
prilaku yang bermanfaat selama kehamilan berlangsung.Dukungan dan peran serta suami selama kehamilan dapat meningkatkan
kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan persalinan bahkan dapat
memicu produksi ASI. Tugas suami yaitu memberikan perhatian dan membina
hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap masalah yang
dialaminya selama kehamilan, keberhasilan seorang istri dalam mencukupi
kebutuhan ASI untuk bayinya kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran
dan keterlibatan suami dalam masa kehamilan (Allina, 2011).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan dalam
Wiknjosastro (2011) umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20
sampai dengan 35 tahun. kehamilan di usia kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun
dapat menyebabkan hiperemisis gravidarum. Kejadian hiperemisis gravidarum
lebih sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan
dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama, Ibu
primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan khorionik
gonadotropin . Peningkatan hormon ini membuat kadar asam lambung meningkat,
sehingga muncullah keluhan seperti rasa mual.Kira-kira 0,3 sampai dengan 2,0% dari total populasi ibu hamil di
3
perawatan di RS setiap tahunnya. Walaupun gejala yang paling sering biasanya
dirasakan pada trimester pertama, gejala bisa berlanjut dan menetap hampir
diseluruh usia kehamilan. Itulah mengapa diagnosa yang cepat dan tatalaksana
yang adekuat sangat diperlukan untuk mencegah risiko yang terjadi baik pada ibu
maupun janin di dalam kandungan (Santoso, 2010).Demikian pula halnya dengan Provinsi Aceh, prevalensi hiperemisis
gravidarum adalah 0,2% dari seluruh ibu hamil (Riskesdas, 2007). Sementara itu
menurut Profil Dinas Kesehatan Aceh Barat tahun 2011, jumlah ibu hamil dengan
risiko tinggi termasuk hiperemisis gravidarum berjumlah 772 orang dari 3861 ibu
hamil atau sekitar 19,9% dan dari jumlah tersebut yang ditangani sebanyak 105
ibu hamil atau sekitar 13,6%.Puskesmas Cot Seumereung adalah salah satu Puskesmas yang terletak
di Kecamatan Samatiga yang terdiri dari 32 Desa. Dimana Puskesmas ini
memberikan perawatan jalan bagi pasiennya. Kemudian data yang diperoleh dari
Puskesmas Cot Seumeureng dengan jumlah ibu hamil terhitung dari bulan januari
sampai dengan bulan desember pada tahun 2012 berjumlah 283 orang yang
mengalami Hiperemisis sebanyak 50 orang. Kemudian jumlah ibu hamil di
Puskesmas Cot Seumereng terhitung dari bulan januari sampai dengan bulan juli
pada tahun 2013 adalah 115 orang dan yang mengalami hiperemesis sebanyak 30
orang.Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 10 orang
ibu hamil selama 3 hari terhitung dari tanggal 25 mei tahun 2013 diperoleh
4
mendampingi istrinya memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas hal itu
disebabkan karena jarak tempuh tempat suami bekerja jauh, sibuk dengan
pekerjaan dan suami menganggap hal itu hanya menjadi tanggung jawab istri.Dari latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Gambaran Sikap Dan Tindakan Suami Dalam Menghadapi Istri Dengan
Hiperemisis Gravidarum Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang di atas maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Sikap Dan Tindakan Suami
Dalam Menghadapi Istri Dengan Hiperemisis Gravidarum Di Kecamatan
Samatiga Kabupaten Aceh Barat.1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Gambaran Sikap Dan Tindakan Suami Dalam Menghadapi Istri Dengan
Hiperemisis Gravidarum Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran tentang sikap suami dalam menghadapi istri dengan hiperemisis gravidarum.
2. Untuk mengetahui gambaran tentang tindakan suami dalam menghadapi istri dengan hiperemisis gravidarum.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah sumber literatur dan kepustakaan
kepada pembaca serta memberkan informasi yang nyata tentang perilaku suami
dalam menghadapi isteri yang mengalami hiperemisis gravidarum.1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa agar lebih memahami tentang mual muntah di masa kehamilan.
2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian yang sejenis dan lebih mendalam lagi.
3. Bagi Masyarakat Sebagai masukan bagi masyarakat di Kecamatan Samatiga khususnya pada suami yang memiliki istri yang mual muntah diharapkan agar lebih memahami kondisi istrinya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian
Kehamilan (pregnancy) adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,
kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender Internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam
12 minggu, trimester kedua dalam 15 minggu (minggu ke-13 sampai minggu ke-
27), dan trimester ketiga dalam 13 minggu (minggu ke-28 sampai minggu ke-40),
(Prawirohardjo, 2009).Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai
dengan 42 minggu dan ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal.
Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan
yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu disebut sebagai post term atau
kehamilan lewat waktu (Wikojosastro, 2011).Proses kehamilan merupakan mata rantai yang saling
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi
7
konsepsi sampai aterm. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono, 2006).2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan
Menurut Wibisono dan Dewi (2009) ada dua jenis tanda-tanda kehamilan sebagai berikut:
1. Tanda-tanda mengarah ke kehamilan, tetapi tidak pasti hamil.
a. Tes kemih menggunakan alat celup menunjukkan hasil positif.
b. Terlambat menstruasi.
c. Terasa mual dan muntah.
d. Perut terasa membesar.
e. Payudara terasa membesar dan kencang.
2. Tanda-tanda kehamilan yang pasti.
a. Terlihat buah kehamilan dengan USG (ultra sonografi).
b. Terlihat melalui foto sinar X. Namun perlu diperhatikan, alat ini tidak boleh dipakai selama kehamilan.
c. Terasa ada gerakan anak oleh pemeriksa.
2.1.3 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Oleh Ibu Hamil
Menurut BKKBN (2008) ada dua hal yang harus diperhatikan oleh ibu hamil ketika akan hamil dan selama masa kehamilannya yaitu :
1. Mengatur jarak kehamilan sesuai dengan kurun reproduksi sehat.
2. Memperhatikan hal-hal penting selama kehamilan meliputi : tanda-tanda awal
8 kehamilan, tanda-tanda bahaya kehamilan, serta pemeliharaan dan perawatan kehamilan.
2.1.4 Pemeriksaan Kehamilan
Untuk mengetahui kondisi ibu hamil dan janin yang sedang
dikandungnya perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan meliputi frekuensi dan
manfaatnya yaitu (BKKBN, 2008) :
1. Frekuensi untuk memeriksaan kehamilan sekurang-kurangnya empat kali
dalam masa kehamilan, dengan awal pemeriksaan segera, kesulitan dalam kehamilan dan keterlambat datang haid.
2. Manfaat memeriksakan kehamilan secara teratur adalah untuk
mempertahankan ibu hamil tetap sehat, deteksi dini kelainan, mendapatkan tablet tambah darah dan imunisasi TT 2 kali selama kehamilan, serta konseling oleh tenaga kesehatan.2.2 Hiperemisis Gravidarum
2.2.1 Pengertian
Menurut Manuaba (2008) hiperemisis gravidarum adalah mual atau
muntah yang berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari
bahkan dapat membahayakan hidup ibu hamil. Hiperemisis gravidarum adalah
gejala klinis yang memerlukan perawatan, seperti muntah yang berlebihan yang
dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi dan berat badan menurun. adalah perasaan mual dan muntah yangHiperemisis gravidarum
9
2.2.2 Etiologi Hiperemisis Gravidarum
Penyebab hiperemisis grafidarum belum diketahui secara pasti,
perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf
disebabkan kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Menurut
Manuaba (2008) faktor-faktor penyebab hiperimisis gravidarium yang ditemukan
antara lain :
1. Faktor predisposisi, sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa,
diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadrotopin dibentuk berlebihan.
2. Faktor organik, masuknya vili khorialis dalam siklus marternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari ibu.3. Faktor alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan.
4. Faktor psikologis, faktor ini memegang peranan penting pada hiperemisis
gravidarum walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemisis gravidarum belum diketahui secara pasti.2.2.3 Patofisiologi Hiperemisis Gravidarum
Patofisologi hiperemisis gravidarum menurut Manuaba (2008) diawali
dengan muntah yang berleebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan
darah turun dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi kejaringan,
10
perubahan elektrolit sehingga PH darah menjadi lebih tinggi. Dampak dari semua
masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi alat vital sebagai berikut :
1. Hepar, dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O 2 menurun, gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus, terjadi pendarahan pada liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi umum.
2. Ginjal, dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun,
terjadi pendarahan dan nekrosis sel ginjal, sistem saraf pusat (terjadi nikrosis dan pendarahan otak diantaranya pendarahan ventrikel).2.2.4 Gejala dan Tingkat Hiperemisis Gravidarum
Menurut Manuaba (2008) gejala dan tingkat hiperemisis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi 3 tingkat :
1. Hiperemisis gravidarum grade I dengan gejala mual dan muntah terus
menerus, dehidrasi, turgor kulit berkurang, lidah kering, tekanan darah turun dan suhu tubuh naik.2. Hiperemisis gravidarum grade II dengan gejala dehidrasi semakin berat,
turgor kulit semakin berkurang, lidah kering dan kotor, mata cekung, tekanan darah turun dan nadi meningkat, urine berkurang.
3. Hiperemisis gravidarum grade III dengan gejala dehidrasi semakin berat, mual
dan muntah berhenti, terjadi pendarahan dari esafagus, lambung dan retina, gangguan fungsi hati bertambah dan gangguan kesadaran (somnolen sampai koma ).11
2.2.5 Dampak Hiperemisis Gravidarum Dampak hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat
menyebabkan kekurangan makanan dan cairan dalam tubuh ibu hamil, hal
tersebut dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan juga biasanya
menyebabkan dehidrasi pada ibu hamil sehingga pengobatan perlu segera
diberikan (Prawirohardjo, 2009).2.2.6 Pencegahan Hiperemisis Gravidarum Prinsip pencegahan menurut Mansjoer (2010) adalah dengan
memberikan informasi dan edukasi bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
proses fisiologis, juga tentang diet ibu hamil yaitu makan sedikit-sedikit tetapi
sering, memberikan makanan selingan seperti biskuit, roti kering dengan teh
hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Menghindari makanan yang
berminyak dan berbau dan makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau sangat
dingin, defekasi hendaknya diusahakan teratur.2.2.7 Penatalaksanaan Hiperemisis Gravidarum
a. Obat-obatan sedative Phenobarbital Vitamin yang dianjurkan B1 dan B6, Antihistamin seperti dramin, avion , Antiemetika seperti disklomin hidrokloride / khlor promazin.
b. Isolasi Penderita disendirikan di dalam kamar tenang tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik, catat cairan yang keluar dan masuk, hanya dokter dan
12
penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama 24
jam, kadang isolasi gejala-gejala berkurang atau hilang tanpa pengobatan.c. Terapi Perlu di yakinkan kepada penderita bahwa penyakit ini dapat disembuhkan.
d. Cairan parenteral Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2–3 liter bila
perlu ditambah kalium dan vit C dan bila ada kekurangan protein dapat diberikan
asam amino secara IV (Manuaba, 2008).2.3 Sikap
2.3.1 Definisi Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek sikap secara
nyata menunjukkan kondisi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadapa stimulus sosial.Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara
merasakan, jalan pikiran dan perilaku. Sikap adalah kondisi mental yang kompleks
yang melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan
cara tertentu (Notoatmodjo, 2007).13
2.3.2 Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang :
a. Komponen kognitif, merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu.b. Komponen afektif, merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap seseorang.
c. Komponen konatif, merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan cara tertentu (Wawan, 2010).2.3.3. Tingkatan Sikap
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmodjo, 2007) :
a. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding) memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
14
c. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan dan
mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi dari sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.2.3.4 Sifat Sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif yaitu
Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu. Sedangkan sikap negatif, terdapat kecenderungan
untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu (Wawan,
2010).2.3.5 Ciri-ciri Sikap Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu sikap bukan dibawa sejak
lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan individu dalam
hubungan dengan objek sikap, sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat
dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan dan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain, sikap tidak
berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu
objek, objek sikap merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut., sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi
perasaan, yaitu sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan
atau pengetahuan yang dimiliki seseorang ((Notoadmojo, 2007).15
2.3.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Menurut wawan (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap
yaitu Pengalaman pribadi, merupakan apa yang telah dan sedang kita alami akan
ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial
dan tanggapan akan menjadi salah-satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat
mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman
yang berkaitan dengan objek psikologis, apakah penghayatan itu kemudian akan
membentuk sikap positif ataukah negative.Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan salah-satu
diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap, seseorang yang
diharapkan akan menjadi persetujuan pada setiap gerak dan tingkah laku serta
akan memberikan pendapat pada kita adalah seseorang yang berarti khusus bagi
kita.Pengaruh kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam
budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan, sangat mungkin kita
akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan.
Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan
berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap
kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.Media masa sebagai sarana komunikasi terhadap berbagai bentuk media
masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah mempunyai pengaruh besar
16
pembentukan sikap, peran media masa tidak kecil artinya. Karena itu salah-satu
bentuk informasi sugestif dalam media masa.Lembaga pendidikan dan lembaga agama, merupakan suatu sistem yang
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pahaman
akan baik dan buruk garis pemisah antara sesuatu yang boleh dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran-ajarannya.Pengaruh faktor emosi, tidak semua sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, Kadang-kadang suatu bentuk
sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Sikap demikan dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih konsisten
dan bertahan lama. Suatu contoh sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah
prasangka, Prasangka seringkali merupakan bentuk sikap negatif yang didasari
oleh kelainan kepribadian pada orang-orang yang frustasi (Wawan 2010).2.3.7 Cara Mengukur Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
17 Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu
mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi
atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya
bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap, pernyataan ini disebut
dengan pernyataan favorable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi
hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun
kontra terhadap objek sikap, pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan
unfavorable . Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas
pernyataan favorable dan unvaforable dalam jumlah yang seimbang.2.3.8 Skala Pengukuran Sikap
Skala Thrustone merupakan metode ini mencoba menempatkan sikap
seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorable sehingga sangat
favorable terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut
sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajat favorabilitasnya (Wawan,
2010).Untuk menghitung nilai skala dengan memilih pertanyaan sikap,
pembuat skala perlu membuat sampel pertanyaan sikap sekitar 100 buah atau
lebih. Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian diberikan kepada seorang penilai.
Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitasnya masing-masing
pertanyaan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik skala yang
18 Skala Likert mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih
sederhana dibandingkan dengan skala Thrustone. Dalam metode Likert, masing-
masing responden diminta menandai (agreement) untuk masing-masing aitem
dalam skala yang terdiri dari 5 point (Sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, sangat tidak setuju). Untuk pernyataan yang favorable nilai skala diubah
menjadi angka yaitu sangat setuju nilainya 5, setuju 4, ragu-ragu 3, tidak setuju 2
dan sangat tidak setuju 1. Sebaliknya untuk pernyataan tidak favorable sangat
setuju nilainya 1, setuju nilainya 2, ragu-ragu 3, tidak setuju 4 dan sangat tidak
setuju 5 (Wawan, 2010).2.4 Sikap Suami Terhadap Istri Dengan Hiperemisis Gravidarum
Sikap suami adalah harapan atau standar perilaku yang telah diterima
oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang
ditetapkan melalui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir. Peran diri adalah pola
sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
masyarakat (Kurniawan, 2008).Menurut Kurniawan 2008 sikap suami terhadap istri yang mengalami
hiperemisis adalah suami harus menunjukkan sikap positif seperti sikap-sikap
penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif, ikut
membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-
anak serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karir atau
pekerjaan istrinya. Serta suami harus bisa berperan seperti suami siaga. Sikap
suami terhadap istri yang hiperemisis gravidarum adalah sebagai berikut :19 a. Menyimak Informasi tentang kehamilan Menyimak informasi tentang kehamilan dapat membantu suami dalam
mengontrol perubahan fisik dan psikologis ibu selama hamil. Jika suami
menginginkan jenis perawatan yang diinginkan selama hamil, suami perlu
mencari informasi dan mendiskusikan kehamilan dengan tenaga kesehatan.
Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah, koran,
tabloid , tenaga kesehatan, atau situs kehamilan di internet. Dengan mengetahui
akar masalah yang terjadi maka ibu bisa lebih tenang dalam menjalani kehamilan
yang sehat. Ibu jadi tahu mana yang sesuai dengan kondisinya atau tidak.
Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu tentang kehamilan, tidak mustahil
akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu kondisi
psikis (Nolan, 2008).b. Kontrol Kontrol bisa dilakukan pada dokter atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa
menanyakan tentang kondisi dirinya dan bayi dalam kandungan. Biasanya, bila
ibu perlu penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu untuk
menemui psikolog atau psikiater yang dapat membantu kestabilan emosi.
Mengantar ibu kontrol ke dokter, ini penting karena suami harus tahu apa yang
terjadi pada istri. Kalau ada keluhan-keluhan dan informasi-informasi penting
seputar kehamilan suami juga harus tahu, agar lebih memahami apa yang
dirasakan oleh sang istri. Antenatal care merupakan salah satu tindakan screening
pada ibu hamil untuk mencegah komplikasi selama kehamilan dan persalinan
20 c. Perhatian Suami Perhatian yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan emosi
ibu. Misalnya, ibu bisa saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke
dokter atau bidan agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan.
Suami dapat memberikan perhatian terhadap keluhan-keluhan yang dirasakan oleh
ibu hamil. Perhatian suami dapat dilihat dari membantu ibu dalam menyelesaikan
pekerjaan rumah tangga, mengelus dan memijat punggung ibu. Mengelus perut
yang menunjukkan perhatian pada ibu dan bayi yang dapat membangun
kestabilan emosi (Yohana, 2008).d. Menjalin Komunikasi Komunikasi sangat dibutuhkan untuk membantu hubungan dengan ibu
hamil. Komunikasi yang baik yaitu dengan dua arah dimana suami tidak
mendominan semua pembicaraan. Setiap ada masalah suami meminta pendapat
ibu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jangan pernah menutupi perubahan
dan keluhan yang terjadi pada saat kehamilan, tetapi komunikasikan dengan
suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa berempati dan mampu memberi
dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan, terutama
suami, sangat berpengaruh terhadap kekhawatiran ibu dalam menjalani
kehamilan. Sebaliknya, perasaan ibu yang dipendam sendiri tidak akan membawa
perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu jadi berkepanjangan (Nolan,
2008).e. Perhatikan Kesehatan
21
dan memperhatikan asupan gizi. Suami siaga harus siap ketika sewaktu-waktu
istri mengalami keluhan sehubungan dengan kehamilannya. Suami yang tenang
bisa membuat istri jadi ikut tenang. Suami siaga harus lebih perhatian
mengingatkan dan membantu istrinya untuk kontrol teratur, mengingatkan waktu
untuk kunjungan ulang (Yohana, 2008).2.5 Tindakan
2.5.1 Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2007) tindakan adalah mekanisme dari suatu
pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk
mewujudkan suatu tindakan. Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk
dilaksanakan atau dipraktekkan. Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain.
Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :
1. Presepsi
Mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
2. Respon Terpimpin Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.
3. Mekanisme Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah
22
4. Adopsi Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu telah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut.
2.6 Landasan Teoritis
Kerangka teori disusun berdasarkan landasan teori yang telah
dikemukakan Bloom dalam Notoatmodjo (2007) perilaku manusia dapat dibagi
menjadi tiga domain yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (affective), tindakan
(psychomotor).Pengetahuan Sikap Perilaku Tindakan
Gambar 2.1 Landasan Teoritis23
2.7 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini mengacu pada landasan teori di atas yaitu :
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Sikap SuamiTindakan Suami Hiperemisis Gravidarum
23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, penelitian deskriptif
adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
mengetahui gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif
(Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Gambaran Sikap Dan Tindakan Suami Dalam Menghadapi Istri
Dengan Hiperemisis Gravidarum Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat pada tanggal 11 Oktober sampai dengan 17 Oktober tahun 2013.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami dari ibu hamil yang mengalami
hiperemisis gravidarum di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat, terhitung
mulai bulan januari sampai dengan maret yang berjumlah 30 orang.3.3.2 Sampel Sampel merupakan perwakilan dari populasi yang akan diteliti. Jumlah
25
populasi, Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil seluruh populasi
menjadi sampel penelitian yaitu sebanyak 30 orang atau lebih dikenal dengan
metode totaly population.3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari responden
melalui pengisian kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
yang berisikan pernyataan yang berbentuk pernyataan dan esayy mengenai
Gambaran Sikap Dan Tindakan Suami Dalam Menghadapi Istri Dengan
Hiperemisis Gravidarum Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat dengan
jumlah pertanyaan pada masing-masing variabel sebanyak 10 pertanyaan.3.4.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang berasal dari selain responden yaitu
data-data yang ada di UPTD Puskesmas Cot seumereng, Dinas Kesehatan Aceh
Barat dan literatur-literatur lainnya.
26
3.5. Defenisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi OperasionalNo Variabel Keterangan
1 Sikap Suami Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Respon yang konsisten dari suami dalam menghadapi istri dengan hiperemisis gravidarum
Wawancara Kuesioner
1. Positif
2. Negatif Ordinal
2 Tindakan Suami Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Tindakan yang konsisten dari suami dalam menghadapi istri dengan hiperemisis gravidarum
Wawancara Kuesioner
1. Baik
2. Kurang Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran Variabel Sikap suami dapat di ukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu setiap pernyataan terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu :
- Sangat setuju (SS) skornya : 4
- Setuju (S) skornya : 3
- Tidak setuju (TS) skornya : 2
- Sangat tidak setuju (STS) skornya : 1 Untuk menentukan rentang antar kategori digunakan rumus : (Notoatmodjo, 2007).
27 Keterangan : I : Interval
H : Tinggi L : Rendah K : Katagori
34 - 16
I =
2
I = 25 Sehingga didapatkan : a. Kategori positif apabila skor yang diperoleh 26 - 34b. Kategori negatif apabila skor yang diperoleh 16 - 25 Variabel Tindakan
10 - 0 I =
2 I = 5 Sehingga didapatkan : Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5 Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5
3.7 Metode Analisa Data
Metode statistik untuk analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat yaitu bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karateristik
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian UPTD Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga terletak di
Kabupaten Aceh Barat dengan luas wilayah Kecamatan 14 Km x 8 Km
(112Km2). Wilayah Samatiga merupakan Daerah dataran rendah yang meliputi
area pemukiman, pertanian dan perkebunan.UPTD Puskesmas Cot Seumeureung
merupakan Puskesmas perawatan yang terletak di Desa Cot Seumeureung, dengan
wilayah kerja 32 desa. Dengan jumlah penduduk sekitar 14.798 jiwa, terdiri dari
4006 KK, 7560 laki-laki, dan 7238 perempuan.Adapun batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureung,
disebelah utara berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Bubon, Sebelah
Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, Sebelah Timur berbatasan dengan
Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Sebelah Barat berbatasan dengan
Wilayah Kerja Puskesmas Arongan Lambalek.4.1.2 Hasil Analisa Univariat
4.1.2.1 Sikap
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013No Sikap f %
1. Positif
24
80
2. Negatif
6
20 Total 30 100
29
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui mayoritas sikap responden berada pada kategori positif sebanyak 24 orang (80%).
4.1.2.2. Tindakan
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013No Tindakan F %
1. Baik