Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Ijin Gangguan di Kota Palembang Berbasis Web dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra

  

Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Ijin Gangguan

di Kota Palembang Berbasis Web

dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra

  

Alimin (daeng.aming@yahoo.co.id), Riko Fransisco (rico.fransisco89@gmail.com)

Inayatullah (inayatullah@stmik-mdp.net)

Jurusan Teknik Informatika

STMIK GI MDP

  

Abstrak : Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Kota Palembang merupakan instansi

pemerintah yang mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan

administrasi di bidang perijinan secara terpadu. Salah satu perijinan yang dilayani adalah ijin

gangguan. Tujuan pembuatan aplikasi ini yaitu membantu pengawasan tempat usaha di Kota

Palembang yang akan atau habis masa berlaku ijin gangguannya berdasarkan warna mark dan

menentukan rute terdekat menuju lokasi ijin gangguan menggunkakan Google Maps dengan proses

pencarian menggunakan algoritma Dijkstra. Algoritma Dijkstra adalah sebuah algoritma untuk

memecahkan permasalahan jalur terpendek (shortest path problem) pada sebuah graf berarah (directed

graf ) atau graf tidak berarah (undirected graf) dengan bobot-bobot sisi (edge weights) yang bernilai

tidak negatif. Bila node dari sebuah graf melambangkan tempat usaha dan bobot sisi (edge weights)

melambangkan jalan antara KPPT dan tempat usaha tersebut, maka algoritma Dijkstra dapat digunakan

untuk menemukan jalur terpendek antara keduanya.

  Kata Kunci : Algoritma Dijkstra, Ijin Gangguan, KPPT, Kota Palembang

Abstract : Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Palembang is a government agency that has

the principal task of coordinating and organizing administrative services in the field of integrated

licensing. One served license is permission disorder. The purpose of making this application that helps

control a place of business in the city of Palembang will or expired permit interference by the color

mark and determine the shortest route to the location permit menggunkakan interference with the

process of searching Google Maps using Dijkstra's algorithm. Dijkstra's algorithm is an algorithm for

solving the shortest path problem on a directed graph or undirected graph with edge weights are not

worth the negative. When the nodes of a graph represents the place of business and edge weights

symbolizes the path between KPPT and place of business, then Dijkstra's algorithm can be used to find

the shortest path between the two.

  Keywords : Dijkstra's algorithm, Disturbance Permit, KPPT, City of Palembang

  Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Kota Palembang yang resmi beroperasi pada tanggal 15 Juli 2010 merupakan unsur pendukung tugas Walikota di bidang pelayanan perijinan, berdasarkan kewenangan yang dimiliki Pemerintah Kota sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Dipimpin oleh Kepala Kantor yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan secara terpadu, dengan prinsip koordinasi integrasi, sinkronisasi, simplifikasi dan keamanan.

  Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Kota Palembang meliputi 32 (tiga puluh dua) jenis pelayanan perijinan dan non perijinan, salah satunya adalah ijin gangguan.

  Banyaknya penggunaan tempat usaha di Kota Palembang saat ini dapat dilihat dari jumlah ijin gangguan yang telah diterbitkan yaitu Juli-Desember 2010 sebanyak 2.432, tahun 2011 sebanyak 8.077, tahun 2012 sebanyak 8.009. Dari data perijinan tersebut dapat disimpulkan bahwa ijin gangguan adalah salah satu perijinan yang banyak diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perijinan Kota Palembang.

  Dengan banyaknya wajib retribusi yang menggunakan lokasi sebagai tempat usaha, maka banyak pula permasalahan yang timbul, masalah ini tentunya suatu hal yang harus dihadapi oleh pihak Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu, contohnya tempat usaha yang belum memiliki ijin gangguan, tempat usaha yang tetap beoperasi padahal masa berlaku ijinnya telah berakhir dan tempat usaha yang ketentuannya.

  Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan suatu rancang bangun sistem informasi geografis (SIG) dalam bentuk aplikasi berbasis web. Maka dari itu kami mengambil judul “Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis (SIG) Ijin Gangguan di Kota Palembang Berbasis Web dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra”. Dari judul tersebut diharapkan dapat memberikan informasi tentang ijin gangguan di Kota Palembang.

  2. LANDASAN TEORI

  2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG)

  Pada dasarnya, istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan dari tiga unsur pokok : sistem, informasi, dan geografis. Dengan demikian, pengertian terhadap ketiga unsur-unsur pokok ini akan sangat membantu dalam memahami terhadap SIG. Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah satu sistem informasi, seperti yang telah dibahas di muka, dengan tambahan unsur “Geografis”. SIG meru- pakan suatu sistem yang menekankan pada unsur “informasi geografis”.

  Geographic Information System

  (GIS) Sesungguhnya merupakan salah satu jenis DSS, itulah sebabnya sering kali GIS disebut sebagai Spatial Decision Support

  System / SDSS (Martin, 2002) dalam buku

  Abdul Kadir (2003 h.134). Hal ini bertujuan untuk menangkap, menyimpan, mengecek, mengintegrasikan, memanipu- lasi, dan mendisplay data dengan peta.

  2.2 Google Maps

  Google Maps adalah sebuah jasa peta globe virtual gratis dan online disediakan oleh Google. Google Maps gunakan untuk melihat suatu daerah (Yusro, 2013). Ia menawarkan peta yang dapat diseret dan gambar satelit untuk seluruh dunia dan baru-baru ini, bulan, dan juga menawarkan perencana rute dan pencari letak bisnis di U.S., Kanada, Jepang, Hong Kong, Cina, UK, Irlandia (hanya pusat kota) dan beberapa bagian Eropa. Google Maps masih berada dalam tahap beta.

2.3 Metodologi Pengembangan Sistem

  Hasil yang diharapkan dari tahap ini adalah memenuhi Lifecycle Objective

  Jika pada akhir tahap ini target yang diinginkan tidak dicapai maka dapat dibatalkan atau diulang kembali setelah dirancang ulang agar criteria yang diiginkan dapat dicapai. Batas/tonggak objektif digunakan untuk mendeteksi apakah sebuah kebutuhan akan system dapat diimplementasikan atau tidak.

  5. Membangun garis dasar dengan membandingkan perencanaan aktual dengan perencanaan yang direncanakan.

  4. Ruang lingkup purwarupa (prototype) yang akan dikembangkan.

  3. Kredibilitas dari perkiraan biaya, perkiraan jadwal, penentuan skala prioritas, risiko, dan proses pengembangan.

  2. Kebutuhan dimengerti dengan pasti (dapat dibuktikan) dan sejalan dengan kasus primer yang dibutuhkan.

  1. Umpan balik dari pendefinisian ruang lingkup , perkiraan biaya, dan perkiraan jadwal.

  siklus) dengan criteria berikut :

  Milestone (batas atau tonggak objektif dari

  Metodologi yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah metodologi RUP (Rational Unified Process). RUP menggunakan konsep object oriented, dengan aktifitas yang berfokus pada pengembangan model dengan menggunakan Unified Model Languange (UML).

  1. Pengertian Rational Unified Process (RUP)

  1. Memahami ruang lingkup dari proyek (termasuk pada waktu,kebutuhan biaya, resiko dan lain sebagainya).

  akan system yang akan dibuat (requirements). Berikut adalah tahap yang dibutuhkan pada tahap ini :

  modeling ) dan mendefinisikan kebutuhan

  Tahap ini lebih pada memodelkan proses bisnis yang dibutuhkan (business

  a. Permulaan (Inception)

  RUP memiliki empat buah tahap atau fase yang dapat dilakukan secara fase pada RUP :

  2. Tahapan atau Fase RUP

  RUP adalah pendekatan pengembangan perangkat lunak yang dilakukan berulang-ulang (iterative), focus pada arsitektur (architecture- centric), lebih diarahkan berdasarkan penggunaan kasus (use case driven). RUP merupakan proses rekayasa perangkat lunak dengan pendefinisian yang baik (well defined). RUP menyediakan pendefinisian struktur yang baik untuk alur hidup proyek perangkat lunak. RUP adalah sebuah produk proses perangkat lunak yang dikembangkan oleh Rational Software yang diakuisisi oleh IBM di bulan Februari 2003 (Rosa A.S dan M. Salahuddin, 2011).

  2. Membangun kasus bisnis yang dibutuhkan. Tahap ini lebih difokuskan pada perencanaan arsitektur sistem. Tahap ini juga dapat mendeteksi apakah aristektur sistem yang diinginkan dapat dibuat atau tidak. Mendeteksi resiko yang mungkin terjadi dari arsitektur yang dibuat. Tahap ini lebih pada analisis dan desain sistem serta implementasi sistem yang focus pada purwarupa sistem (prototype).

  Hasil yang diharapkan dari tahap ini adalah memenuhi Lifecycle Architecture

  Tahap ini menghasilkan produk perangkat lunak dimana menjadi syarat dari Initial Operational Capability

  peluncuran produk) dan pengembangan perangkat lunak selesai dilakukan.

  Release Milestone (batas/tonggak

  Produk perangkat lunak juga disesuaikan dengan kebutuhan yang didefinisikan pada tahap inception. Jika semua criteria objektif terpenuhi maka dianggap sudah memenuhi Produck

  operasional awal. Aktifitas pada tahap ini termasuk pada pelatihan user, pemeliharaan dan pengujian sistem apakah sudah memenuhi harapan user.

  Milestone atau batas/tonggak kemampuan

  Tahap ini lebih pada deployment atau instalasi sistem agar dapat dimengerti oleh user. Tahap ini mengasilkan produk perangkat lunak dimana menjadi syarat dari Initial Operational Capability

  d. Transisi (Transition)

  Milestone atau batas/tonggak kemampuan operasional awal.

  Tahap ini focus pada pengembangan komponen dan fitur-fitur sistem. Tahap ini lebih pada implemntasi dan pengujian sistem yang focus pada implementasi perangkat lunak pada kode program.

  Milestone (batas/tonggak arsitektur dari

  Jika pada akhir tahap ini taget yang diinginkan tidak dicapai maka dapat dibatalkan atau diulang kembali. Batas/tonggak arsitektur digunakan untuk mendeteksi apakah sebuah kebutuhan akan sistem dapat diimplementasikan atau tidak melalui pembuatan arsitektur.

  6. Purwarupa (prototype) yang dapat didemonstrasikan untuk mengurangi setiap resiko teknis yang diidentifikasi.

  5. Recana pengembangan untuk seluruh proyek telah dibuat.

  4. Kasus bisnis atau proses bisnis dan daftar risiko yang sudah mengalami perbaikan (revisi)telah dibuat.

  3. Rancangan aristektur yang dapat diimplementasikan dan mengimplementasikan use case.

  2. Deskripsi dari arsitektur perangkat lunak dari proses pengembangan sistem perangkat lunak telah dibuat.

  1. Model kasus yang digunakan (use case) dimana kasus dan aktor yang terlibat telah diidentifikasi dan sebagian besar kasus harus dikembangkan. Model use case harus 80 persen lengkap dibuat.

  siklus) dengan kriteria berikut:

  Akhir dari keempat fase ini adalah produk perangkat lunak yang sudah lengkap. Keempat fase pada RUP dijalankan secara berurutan dan iterative di mana setiap iterasi dapat digunakan untuk memperbaiki iterasi berikutnya

  1. Sejarah Algoritma Dijkstra

  3. Masukkan VI ke open list.

  3.1 Analisis Masalah

  3. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

  Algoritma dijkstra digunakan untuk pencarian jalur terpendek sari suatu graf, sehingga akan didapatkan jalur yang akan ditempuh.

  9. Lintasan terpendek ditemukan bersama bobotnya.

  8. Dalam closed list cari V2, telusuri jalur berdasarkan node induk sampai mengacu ke node asal (VI), dan balikkan urutan node.

  7. Apakah data dalam open list kosong ? jika belum ulagi langkah 4.

  6. Apabila dalam open list terdapat node yang sudah ada bandingkan, lalu cari yang terkecil, dan perbaharui. Bila ternyata jumlah bobotnya sama dalam node yang sama, maka abaikan.

  5. Cari node yang bertetangga langsung dari node sebelumnya, yang masuk terakhir dalam closed list. Tambahkan bobot dengan node yang terkait, apabila sudah ada dalam closed list abaikan.

  open list, tambahkan kedalam closed list .

  4. Pilih I node dengan bobot terkecil pada

  kosong dan formatnya {node, bobot, node induk}.

  Algoritma Dijkstra ditemukan oleh seorang ilmuwan asal Belanda, Edger Wybe Dijkstra. Algoritma ini digunakan untuk mencari lintasan terpendek pada graf berarah, tetapi algoritma ini juga bisa diterapkan pada graf tak berarah.

  list . Keduanya tidak ada data atau

  2. Buat 2 buah list, open list dan closed

  Langkah-langkah dalam menentukan lintasan terpendek pada algoritma Dijkstra yaitu : (VI) dan node tujuan (VI).

  Algoritma ini mencari panjang lintasan terpendek dari node asal ke node tujuan dalam sebuah graf.

  2. Cara Kerja Algoritma Dijkstra

  Dalam menentukan jalur terpendek dari suatu graf oleh algoritma dijkstra akan didapatkan jalur yang terbaik karena pada waktu penentuan jalur yang akan dipilih, akan dianalisis bobot dari node yang belum terpilih, lalu dipilih node dengan bobot yang terkecil.Jika ternyata ada bobot yang lebih kecil melalui node tertentu maka bobot akan dapat berubah. Algoritma dijkstra akan berhenti ketika semua node sudah terpilih. Sehingga akan ditentukan jalur terpendek dari seluruh node, tidak hanya untuk node dari asal dan node tujuan tertentu saja.

  (Rinaldi Munir, 2010). Bila node dari sebuah graf melambangkan kota-kota dan bobot sisi (edge weights) melambangkan jalur antara kota-kota tersebut, makan algoritma Dijkstra dapat digunakan untuk menemukan jalur antara dua kota.

  weights ) yang bernilai tidak negatif

  ) dengan bobot-bobot sisi (edge

  path problem ) pada sebuah graf (directed graf ) atau graf tidak berarah (undirected graf

  Algoritma Dijkstra adalah sebuah algoritma untuk memecahkan permasalahan jalur terpendek (shortest

  Berdasarkan observasi dan interview dengan pihak Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) kota Palembang, didapatkan kesimpulan permasalahan dalam sistem informasi pelayanan perijinan yaitu tentang pengawasan terhadap ijin gangguan yang telah ditetapkan oleh Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu permasalahan yang telah diuraikan maka case . perlu dibangunnya sistem informasi geografis untuk memaksimalkan pelayanan ijin gangguan di kota Palembang.

  Pada sub bab ini akan dilakukan identifikasi masalah yaitu tempat-tempat usaha mana saja yang masa berlakunya akan habis atau sudah habis. Palembang memiliki berbagai macam jenis pelayanan perijinan salah satunya ijin gangguan yang sudah cukup tertata dengan baik. Tetapi masih banyak tempat-tempat usaha yang ijin gangguan sudah habis masa berlakunya.

  Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan suatu rancang bangun sistem

  Gambar 1 : Diagram Model Use Case

  informasi geografis (SIG) dalam bentuk aplikasi berbasis web. Maka dari itu kami

  4. IMPLEMENTASI DAN PERAN-

  mengambil judul “Rancang Bangun Sistem

CANGAN SISTEM

  Informasi Geografis (SIG) Ijin Gangguan di Kota Palembang Berbasis Web dengan

  4.1 Implementasi Antarmuka

  Menggunakan Algoritma Dijkstra”. Dari judul tersebut diharapkan dapat Berikut ini adalah implementasi memberikan informasi tentang ijin antarmuka aplikasi Sistem Informasi gangguan di Kota Palembang. Sistem Geografis Ijin Gangguan Kota Palembang bersifat terbuka, sehingga masyarakat yang akan dibuat. dapat mengakses informasi secara bebas. Terdapat administrator sebagai pengatur

  1. Halaman Utama User

  pemberian layanan informasi, yaitu bertugas menambah, mengubah, dan Halaman utama user adalah halaman menghapus data ijin gangguan. yang akan ditampilkan pertama kali ketika

  Untuk membuat sistem informasi user mengakses sistem. Antarmuka geografis di Palembang diperlukan terlebih halaman utama user Sistem Informasi dahulu informasi-informasi terlengkap Geografis Ijin Gangguan Kota Palembang. yang berkaitan dengan ijin gangguan yang terdapat di kota Palembang.

3.2 Analisis Kebutuhan

  Tahap analisis kebutuhan bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan dari sistem yang dikembangkan. Dalam menganalisis kebutuhan sistem yang akan dikembangkan, maka dalam penelitian ini

  Gambar 2 : Halaman Utama Web gangguan Kota Palembang. Informasi ijin gangguan adalah halaman yang akan ditampilkan ketika pengguna mengakses fitur map. Antarmuka halaman informasi Sistem Informasi Geografis Ijin Gangguan Kota Palembang.

  Gambar 5 : Tampilan Pencarian Rute Lokasi Ijin Gangguan

  5. Tampilan Keterangan

  Keterangan adalah halaman yang akan

  Gambar 3 : Tampilan Informasi Ijin

  ditampilkan ketika pengguna mengakses

  Gangguan fitur map.

  3. Tampilan Pencarian Database Ijin Gangguan

  Pencarian Database ijin gangguan adalah halaman yang akan ditampilkan ketika pengguna mengakses fitur map. Antarmuka halaman pencarian database berdasarkan nama usaha atau nama pimpinan pada Sistem Informasi Geografis

  Gambar 6 : Tampilan Keterangan Ijin Gangguan Kota Palembang.

  6. Halaman Login Admin

  Berikut adalah tampilan screenshot ketika admin memasukkan username dan

  password di halaman login untuk dapat

  masuk ke halaman tambah, ubah, dan hapus data.

  Gambar 4 : Tampilan Pencarian Database Ijin Gangguan

  4. Tampilan Pencarian Rute

  Informasi yang akan ditampilkan ketika user mengakses fitur map,

  Gambar 7 : Halaman Login Admin

  antarmuka halaman informasi untuk

  Halaman utama admin adalah halaman yang akan ditampilkan pertama kali ketika admin mengakes sistem setelah melakukan

  login. Antarmuka halaman utama admin

  Sistem Informasi Geografis Ijin Gangguan KPPT Kota Palembang.

  Gambar 8 : Halaman Utama Admin Gambar 11 : Halaman Ubah Data Ijin

  8. Halaman Tambah Data Ijin Gangguan Gangguan

  5. PENUTUP

  5.1 Kesimpulan

  Dari hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa telah dihasilkan suatu Sistem Informasi Geografis Berbasis Web untuk Ijin Gangguan di Kota Palembang yang dapat membantu Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Palembang untuk menginformasikan masa berlaku ijin gangguan kepada wajib retribusi secara efektif dan efisien melalui

  Gambar 9 : Halaman Tambah Data Ijin

  visualisasi warna pada mark yang terlihat

  Gangguan pada tampilan Google Map.

  9. Konfirmasi Hapus Data Ijin Gangguan

  5.2. Saran

  Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan sistem ini selanjutnya adalah sebagai berikut :

  1. Untuk pengenbangan aplikasi ini sebaiknya menggunakan Google Maps

  Gambar 10 : Konfirmasi Hapus Data API versi terbaru. Ijin Gangguan menjadi lebih animatif dengan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota menambahkan flash agar dapat lebih Palembang, Pemkot Palembang. menarik.

  3. Untuk pengembangan selanjutnya akan [7] Pemkot Palembang 2010, Peraturan sangat baik jika seluruh ijin dan non ijin Walikota Palembang No.31 tahun yang ada di KPPT Kota Palembang 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi ditampilkan dalam aplikasi ini. dan Uraian Tugas Kantor Pelayanan

  Perijinan Terpadu Kota Palembang, DAFTAR PUSTAKA Pemkot Palembang.

  [1] Eddy Prahasta 2006, Membangun [8] Pemkot Palembang 2010, Peraturan

  Aplikasi Web-bases GIS dengan Walikota Palembang No.32 tahun MapServer, Informatika, Bandung. 2010 tentang Pedoman Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Palembang, [2] Fathansyah 2004, , Pemkot Palembang. Basis Data Informatika, Bandung.

  [9] Peranginangin, Kasiman 2006, [3] Kadir Abdul 2002, Pengenalan Aplikasi WEB dengan PHP dan Sistem Informasi , Andi, Yogyakarta. MySQL , Andi, Yogyakarta.

  [4] Nugroho,Bunafit 2004, Aplikasi [10] Riyanto, Prilnali Eka Putra, Hendi

  Pemrograman Web Dinamis dengan Indelarko 2009, Pengembangan PHP dan MySQL (Studi Kasus, Aplikasi Sistem Informasi Geografis Membuat Sistem Informasi Berbasis Desktop dan Web , Gava Pengolahan Data Buku ), Gava Media, Yogyakarta.

  Media, Yogyakarta.

  [11] Riyanto 2010, Sistem Informasi [5] Pemkot Palembang 2011, Peraturan Geografis Berbasis Mobile , Gava Daerah Kota Palembang Nomor 18 Media, Yogyakarta.

  Tahun 2011 tentang Pembinaan dan Retribusi Ijin Gangguan, Pemkot [12] Rosa A.S, Shalahuddin, M, 2010,

  Palembang. Rekayasa Perangkat Lunak

  (Terstruktur dan Berorientasi Objek), [6] Pemkot Palembang 2010, Peraturan Modula, Bandung. Walikota Palembang No.30 tahun 2010 tentang Pelimpahan sebagian [13] Sutanta, Edhy 2004, Sistem Basis

Kewenangan di Bidang Perijinan dan Data , Graha Ilmu, Yogyakarta.