Perencanaan dan Pemodelan Transportasi

  Ofyar Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Z. Perencanaan T amin Beberapa masalah transportasi di sejumlah kota besar telah berada pada tahap kritis, antara lain masalah kemacetan, tundaan, serta polusi suara dan udara. Selain &

  Pemodelan itu, permasalahan transportasi regional juga sudah membutuhkan perhatian serius.

  Perencanaan Untuk menanggulanginya, perlu dipelajari dan dipahami

  Transportasi pola keterkaitan antara berbagai faktor penyebabnya.

EDISI KEDUA EDISI KEDUA

  Buku Perencanaan dan pemodelan transportasi ini menjelaskan pola keterkaitan tersebut, masalah yang dihadapi, serta konsep perencanaan dan pemodelan transportasi yang berkembang sampai saat ini.

  Ofyar Z. Tamin Pemodelan yang dibahas dapat diterapkan pada moda transportasi darat, laut, dan udara dengan skala dan permasalahan yang berbeda-beda. Juga dijelaskan proses pemilihan model, pengembangan, adaptasi, dan penggunaannya untuk konteks yang berbeda.Setiap

  Jurusan Teknik Sipil Pemodelan Institut Teknologi Bandung pokok bahasan diterangkan secara terinci, mulai dari teori dasar dan asumsi, pengumpulan data spesifikasi model, proses pemikiran, pengabsahan, kalibrasi, aplikasi, dan dilengkapi dengan contoh soal.

  Isinya yang cukup lengkap membuat buku ini sangat berguna bagi para konsultan, perencanaan dan pengelola transportasi, pengembang wilayah, mahasiswa

  Transportasi dan dosen yang menangani mata kuliah perencanaan dan pemodelan transportasi, serta masyarakat yang berkecimpung dalam bidang ini.

  Penerbit ITB

PENERBIT ITB

  Jl. Ganesa 10 Bandung, Telp./Fax. (022) 2504257 e-mail: itbpress@bdg.centrin.net.id

EDISI KEDUA

  Isi

Prakata Edisi 2 19a

Prakata Edisi 1 21a

1 Pendahuluan

   1

  1.1 Perencanaan dan pemodelan transportasi 1

  1.1.1 Latar belakang 1

  1.1.2 Model dan peranannya 3

  1.2 Ciri permasalahan transportasi 5

  1.2.1 Ciri kebutuhan akan transportasi 5

  1.2.2 Ciri sistem prasarana transportasi 7

  1.2.3 Keseimbangan antara sistem prasarana transportasi dan kebutuhan akan transportasi 7

  1.3 Pemilihan pendekatan model

  9

  1.4 Faktor dalam pemodelan transportasi 11

  1.4.1 Spesifikasi model 11

  1.4.1.1 Struktur model 11

  1.4.1.2 Bentuk fungsional 11

  1.4.1.3 Spesifikasi peubah 11

  1.4.2 Kalibrasi dan pengabsahan model

  11

  1.4.3 Beberapa definisi dalam pemodelan 12

  1.5 Ciri dasar perencanaan transportasi 13

  1.5.1 Pendahuluan 13

  1.5.1.1 Multimoda

  13

  1.5.1.2 Multidisiplin 13

  1.5.1.3 Multisektoral 14

  1.5.1.4 Multimasalah 14

  1.5.2 Ciri pergerakan tidak-spasial 15

  1.5.2.1 Sebab terjadinya pergerakan 15

  1.5.2.2 Waktu terjadinya pergerakan

  15

  1.5.2.3 Jenis sarana angkutan yang digunakan

  17

  1.5.3 Ciri pergerakan spasial 18

  1.5.3.1 Pola perjalanan orang 19

  1.5.3.2 Pola perjalanan barang 20

  1.6 Campur tangan manusia pada sistem transportasi 20

  1.7 Perencanaan transportasi sebagai bentuk campur tangan manusia 22

  1.8 Pihak yang terlibat dalam perencanaan transportasi 23

  

KMKO Sipil Unhas

2 Pendekatan perencanaan transportasi

  2.5.6 Tingkat pelayanan 46

  2.5.1.3 Intensitas aktivitas tata guna lahan 42

  2.5.2 Sebaran pergerakan 42

  2.5.2.1 Umum 42

  2.5.2.2 Pemisahan ruang 43

  2.5.2.3 Intensitas tata guna lahan 43

  2.5.2.4 Pemisahan ruang dan intensitas tata guna lahan 43

  2.5.3 Bangkitan dan sebaran pergerakan 44

  2.5.4 Pemilihan moda transportasi dan rute 44

  2.5.4.1 Pemilihan moda transportasi 44

  2.5.4.2 Pemilihan rute 45

  2.5.5 Arus lalulintas dinamis (arus pada jaringan jalan) 45

  2.5.6.1 Tingkat pelayanan (tergantung-arus) 46

  2.5.1.2 Jenis tata guna lahan

  2.5.6.2 Tingkat pelayanan (tergantung-fasilitas)

  47

  2.5.7 Hubungan arus lalulintas dengan waktu tempuh 48

  2.5.8 Penentuan indeks tingkat pelayanan (ITP)

  50

  2.5.8.1 Pendekatan linear 50

  2.5.8.2 Pendekatan tidak-linear 51

  2.5.8.3 Pendekatan rata-rata 53

  2.5.9 Penentuan nilai

  T

  53

  2.5.10 Ringkasan konsep dasar 57

  41

   25

  2.1 Umum 25

  2.4.4 Aksesibilitas dalam model perkotaan 36

  2.2 Pendekatan sistem untuk perencanaan transportasi 26

  2.2.1 Pengertian sistem 26

  2.2.2 Sistem transportasi makro

  27

  2.2.3 Sistem tata guna lahan − transportasi 30

  2.3 Analisis interaksi sistem kegiatan dengan sistem jaringan 31

  2.4 Aksesibilitas dan mobilitas

  32

  2.4.1 Apakah aksesibilitas dan mobilitas itu? 32

  2.4.2 Hubungan transportasi 33

  2.4.3 Aksesibilitas berdasarkan tujuan dan kelompok sosial 35

  2.4.5 Pengukuran aksesibilitas di daerah perkotaan 36

  2.5.1 Bangkitan dan tarikan pergerakan 40

  2.4.5.1 Ukuran grafis aksesibilitas 36

  2.4.5.2 Ukuran fisik aksesibilitas

  36

  2.4.5.3 Aksesibilitas perumahan sebagai fungsi tersedianya fasilitas transportasi

  37

  2.4.6 Aksesibilitas dan perilaku perjalanan 37

  2.4.7 Contoh penggunaan aksesibilitas

  37

  2.4.8 Ringkasan

  39

  2.5 Konsep perencanaan transportasi

  40

  2.5.1.1 Umum 40

  2.6 Perhitungan kapasitas ruas jalan dan persimpangan 62

  2.6.1 Perhitungan kapasitas ruas jalan

  62

  2.6.1.1 Kapasitas dasar C

  62

  2.6.1.2 Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah (FC SP ) 62

  2.6.1.3 Faktor koreksi kapasitas akibat lebar jalan (FC W ) 63

  2.6.1.4 Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping (FC SF ) 63

  2.6.1.5 Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (FC CS ) 65

  2.6.2 Pengaruh parkir pada kapasitas ruas jalan 67

  2.6.3 Perhitungan kapasitas persimpangan 69

  2.6.3.1 Persimpangan tidak berlampu lalulintas 69

  2.6.3.2 Persimpangan berlampu lalulintas 69

  2.7 Contoh sederhana model interaksi 70

  2.7.1 Pendahuluan 70

  2.7.1.1 Bangkitan pergerakan 71

  2.7.1.2 Sebaran pergerakan 71

  2.7.1.3 Pemilihan moda transportasi dan rute 72

  2.7.2 Contoh penerapan sederhana

  72

  2.7.2.1 Cara analitis

  73

  2.7.2.2 Cara grafis 77

3 Konsep pemodelan 82

  3.1 Pemodelan sistem 82

  3.2 Model sistem kegiatan dan sistem jaringan 83

  3.3 Penggunaan model sistem kegiatan sistem jaringan 86

  −

  3.4 Pencerminan sistem kegiatan dan sistem jaringan 87

  3.4.1 Daerah kajian 87

  3.4.2 Zona 90

  3.4.3 Ruas jalan 93

  3.4.4 Konsep biaya gabungan

  96

  3.4.4.1 Biaya operasi kendaraan (BOK)

  97

  3.4.4.2 Nilai waktu 99

  3.5 Galat dalam pemodelan dan peramalan 100

  3.5.1 Galat pengukuran 101

  3.5.2 Galat sampel 102

  3.5.3 Galat perhitungan 102

  3.5.4 Galat spesifikasi 102

  3.5.5 Galat transfer 103

  3.5.6 Galat pengelompokan 103

  3.5.6.1 Pengelompokan data 103

  3.5.6.2 Pengelompokan alternatif 104

  3.5.6.3 Pengelompokan model 104

  3.6 Kompleksitas model atau ketepatan data 104

  3.7 Pengumpulan data 107

  3.7.1 Pertimbangan praktis 107

  3.7.2 Jenis survei 108

  3.7.2.1 Sistem prasarana transportasi 108

  3.7.2.2 Sistem tata guna lahan 109

4 Model bangkitan pergerakan 111

  4.1 Pendahuluan 111

  4.1.1 Definisi dasar 112

  4.1.2 Klasifikasi pergerakan 114

  4.1.2.1 Berdasarkan tujuan pergerakan 114

  4.1.2.2 Berdasarkan waktu 114

  4.1.2.3 Berdasarkan jenis orang 115

  4.1.3 Faktor yang mempengaruhi 115

  4.1.4 Model faktor pertumbuhan 116

  4.2 Analisis regresi 117

  4.2.1 Model analisis regresi-linear 117

  4.2.1.1 Pendahuluan 117 2

  4.2.1.2 Koefisien determinasi (R ) 118

  4.2.1.3 Regresi-linear-berganda 119

  4.2.2 Model regresi berbasis zona 121

  4.2.2.1 Model berbasis zona 121

  4.2.2.2 Peranan intersep 121

  4.2.2.3 Zona kosong 122

  4.2.2.4 Total zona vs rata-rata zona 122

  4.2.3 Contoh pemodelan 123

  4.2.3.1 Bangkitan pergerakan 123

  4.2.3.2 Tarikan pergerakan (untuk pergerakan berbasis rumah) 124

  4.2.4 Tahapan uji statistik dalam model analisis-regresi berbasis zona 124

  4.2.4.1 Uji kecukupan data 124

  4.2.4.2 Uji korelasi 125

  4.2.4.3 Uji linearitas 125

  4.2.4.4 Uji kesesuaian 125

  4.2.5 Proses model analisis-regresi berbasis zona 126

  4.2.5.1 Metode analisis langkah-demi-langkah tipe 1 126

  4.2.5.2 Metode analisis langkah-demi-langkah tipe 2 126

  4.2.5.3 Metode coba-coba 127

  4.2.5.4 Penerapan di Propinsi Jawa Barat 127

  4.2.6 Kajian empiris yang menggunakan model analisis- regresi 130

  4.2.6.1 Kajian lalulintas di kota Detroit 130

  4.2.6.2 Kajian pengembangan jaringan jalan di Pulau Jawa 133

  4.2.6.3 Kajian standarisasi bangkitan dan tarikan lalulintas di zona Bandung Raya 134

  4.2.7 Model regresi berbasis rumah tangga 135

  4.2.8 Masalah ketidaklinearan 139

  4.2.9 Mendapatkan nilai zona keseluruhan 141

  4.2.10 Mencocokkan hasil bangkitan pergerakan dengan tarikan pergerakan 142

  4.3 Analisis klasifikasi silang atau analisis kategori 143

  4.3.1 Model klasik 143

  4.3.1.1 Pendahuluan 143

  4.3.1.2 Definisi peubah dan spesifikasi model 143

  4.3.1.3 Penerapan model pada tingkat agregat 145

  4.3.1.4 Tahapan perhitungan 146

  4.3.1.5 Contoh sederhana 148

  4.3.1.6 Komentar tentang pendekatan analisis kategori 149

  4.3.2 Perbaikan model dasar 149

  4.3.2.1 Analisis klasifikasi ganda (Multiple Classification Analysis/MCA) 149

  4.3.2.2 Analisis regresi untuk tingkat rumah tangga 150

  4.3.3 Pendekatan kategori-orang 151

  4.3.3.1 Pendahuluan 151

  4.3.3.2 Definisi peubah dan spesifikasi model 151

  4.4 Peramalan peubah dalam analisis bangkitan pergerakan 151

5 Model sebaran pergerakan 154

  5.1 Pendahuluan 155

  5.2 Kegunaan matriks pergerakan 155

  5.3 Definisi dan notasi 157

  5.4 Metode konvensional 161

  5.4.1 Metode langsung 161

  5.4.1.1 Wawancara di tepi jalan 161

  5.4.1.2 Wawancara di rumah 162

  5.4.1.3 Metode menggunakan bendera 162

  5.4.1.4 Metode foto udara 163

  5.4.1.5 Metode mengikuti-mobil 163

  5.4.2 Metode tidak langsung 163

  5.5 Metode analogi 164

  5.5.1 Metode tanpa-batasan 165

  5.5.2 Metode dengan-satu-batasan 166

  5.5.2.1 Metode dengan-batasan-bangkitan 166

  5.5.2.2 Metode dengan-batasan-tarikan 167

  5.5.3 Metode dengan-dua-batasan 167

  5.5.3.1 Metode rata-rata 168

  5.5.3.2 Metode Fratar 169

  5.5.3.3 Metode Detroit 170

  5.5.3.4 Metode Furness 171

  5.5.4 Keuntungan dan kerugian 173

  5.6 Metode sintetis 175

  5.7 Model gravity (GR) 176

  5.7.1 Analogi 176

  5.7.2 Fungsi hambatan 178

  5.7.3 Sebaran panjang pergerakan 179

  5.7.4 Jenis model gravity 180

  5.7.4.1 Model UCGR 180

  5.7.4.2 Model PCGR 182

  5.7.4.3 Model ACGR 183

  5.7.4.4 Model DCGR 184

  5.7.5 Saat penggunaan model gravity 185

  5.7.6 Kalibrasi model gravity 186

  5.7.6.1 Metode sederhana 187

  5.7.6.2 Metode Hyman 187

  5.7.6.3 Metode analisis regresi-linear 188

  5.7.6.4 Metode penaksiran kuadrat-terkecil (KT) 190

  5.7.6.5 Metode penaksiran kemiripan-maksimum (KM) 191

  5.7.6.6 Metode penaksiran inferensi-bayes (IB) 195

  5.7.6.7 Metode penaksiran entropi-maksimum (EM) 201

  5.7.6.8 Metode lain 203

  5.7.6.9 Penggunaan data MAT parsial 204

  5.7.6.10 Metode kalibrasi Newton − Raphson 205

  5.7.6.11 Program komputer dan prosedur kalibrasi 206

  5.7.7 Penurunan model gravity dengan pendekatan entropi- maksimum 207

  5.7.8 Beberapa perilaku model gravity 209

  5.8 Model intervening-opportunity (IO) 210

  5.9 Model gravity-opportunity (GO) 212

  5.9.1 Latar belakang 212

  5.9.2 Definisi 215

  5.9.2.1 MAT terurut 215

  5.9.2.2 Normalisasi 215

  5.9.2.3 Transformasi 216

  5.9.3 Spesifikasi fungsi kesempatan 216

  5.9.4 Struktur faktor proporsi 217

  5.9.5 Aksioma IIA dan model GO 220

  5.9.6 Model GO yang diusulkan 221

  5.10 Beberapa permasalahan praktis 221

  5.10.1 Penanganan zona eksternal 221

  5.10.2 Pergerakan intrazona internal 222

  5.10.3 Tujuan pergerakan 223

  5.10.4 Matriks yang mempunyai banyak sel kosong 223

  5.10.5 Bangkitan tarikan dan asal tujuan 224

  

− −

  5.10.6 Faktor ‘K’ 224

  5.11 Ketelitian MAT yang dihasilkan oleh metode konvensional 225

  

6 Model pemilihan moda 227

  6.10 Contoh penggunaan model logit-biner 262

  6.7 Model kebutuhan-langsung 250

  6.7.1 Pendahuluan 250

  6.7.2 Model abstrak dan model kebutuhan-langsung 250

  6.7.3 Model simultan 253

  6.8 Model pemilihan diskret 256

  6.8.1 Pertimbangan umum 256

  6.8.2 Kerangka teori 259

  6.9 Model logit-multinomial (LM) 261

  6.10.1 Model logit-biner-selisih 263

  6.6.3.4 Model logit-biner-nisbah 247

  6.10.2 Model logit-biner-nisbah 265

  6.10.3 Analisis uji kepekaan 267

  

7 Model pemilihan rute 270

  7.1 Konsep dasar 270

  7.1.1 Pendahuluan 270

  7.1.2 Definisi dan notasi 274

  7.1.3 Kurva kecepatan − arus dan biaya − arus 274

  7.2 Metode pemilihan rute 281

  7.2.1 Pendahuluan 281

  6.6.4 Kalibrasi model pemilihan moda berhierarki 248

  6.6.3.3 Model logit-biner-selisih 246

  6.1 Pendahuluan 227

  6.5.5 Beberapa komentar tentang model pemilihan moda 236

  6.2 Faktor yang mempengaruhi pemilihan moda 228

  6.3 Model pemilihan moda ujung-perjalanan 230

  6.4 Model pemilihan moda pertukaran-perjalanan 230

  6.5 Model pemilihan moda dan kaitannya dengan model lain 231

  6.5.1 Model jenis I 232

  6.5.2 Model jenis II 232

  6.5.3 Model jenis III 233

  6.5.4 Model jenis IV 234

  6.5.5.1 Biaya 236

  6.6.3.2 Metode penaksiran regresi-linear 245

  6.5.5.2 Angkutan umum captive 236

  6.5.5.3 Lebih dari dua moda 236

  6.6 Model sintetis 238

  6.6.1 Model kombinasi sebaran pergerakan

  −

  pemilihan moda 238

  6.6.2 Model pemilihan multimoda 240

  6.6.3 Model logit-biner 242

  6.6.3.1 Metode penaksiran kemiripan-maksimum (KM) 243

  7.2.2 Proses pemilihan rute 282

  7.2.3 Pembentukan pohon 286

  7.2.3.1 Inisialisasi 286

  7.2.3.2 Prosedur 286

  7.2.4 Alasan pemilihan rute 287

  7.2.4.1 Pembebanan all-or-nothing 288

  7.2.4.2 Pembebanan banyak-ruas 288

  7.2.4.3 Pembebanan berpeluang 288

  7.2.5 Faktor penentu utama 288

  7.2.5.1 Waktu tempuh 288

  7.2.5.2 Nilai waktu 288

  7.2.5.3 Biaya perjalanan 288

  7.2.5.4 Biaya operasi kendaraan 289

  7.3 Model all-or-nothing 290

  7.3.1 Umum 290

  7.3.2 Algoritma 291

  7.3.2.1 Pendekatan pasangan-demi-pasangan 291

  7.3.2.2 Pendekatan sekaligus 291

  7.4 Model stokastik 294

  7.4.1 Model Burrell 294

  7.4.2 Model Sakarovitch 296

  7.4.3 Model stokastik-proporsional 296

  7.4.4 Model perilaku-kebutuhan-akan-transportasi 300

  7.5 Model batasan-kapasitas 302

  7.5.1 Metode all-or-nothing-berulang 304

  7.5.2 Metode pembebanan-bertahap 305

  7.5.3 Metode pembebanan stokastik dengan batasan-kapasitas 310

  7.5.4 Metode pembebanan-berulang 310

  7.5.5 Metode pembebanan-kuantal 312

  7.5.6 Metode pembebanan-banyak-rute 313

  7.5.7 Metode pembebanan-berpeluang 313

  7.6 Model keseimbangan 314

  7.6.1 Pendekatan pemrograman-matematika 315

  7.6.2 Algoritma Frank Wolfe 320

  −

  7.6.2.1 Algoritma 320

  7.6.2.2 Kriteria konvergensi 322

  7.6.3 Pembebanan keseimbangan-sosial (KS) 323

  7.6.4 Pembebanan keseimbangan-pengguna-stokastik (KPS) 324

  7.7 Pembebanan keseimbangan lanjut 326

  7.7.1 Batasan metode klasik 326

  7.7.2 Metode interaksi persimpangan 329

  7.7.3 Pengaruh tingkat resolusi sistem jaringan 330

  7.7.3.1 Pendahuluan 330

  7.7.3.2 Kebutuhan data 331

  7.7.3.3 Tingkat resolusi 332

  7.7.3.4 Prosedur analisis 333

  7.7.3.5 Analisis jaringan 334

  7.7.3.6 Hasil analisis 335

  7.7.3.7 Kesimpulan 341

  7.8 Keseimbangan sistem transportasi 342

  7.8.1 Pendahuluan 342

  7.8.2 Kombinasi pemilihan moda dengan pembebanan 343

  7.8.3 Moda, tujuan, dan metode pemilihan rute pada kondisi keseimbangan 346

  7.8.3.1 Kombinasi sebaran dan pembebanan 346

  7.8.3.2 Kombinasi sebaran, pembebanan, dan pemilihan moda 346

  7.8.3.3 Kombinasi bangkitan, sebaran, pembebanan, dan pemilihan moda 348

  7.9 Model kurva diversi 349

  7.9.1 Model JICA 352

  7.9.1.1 Model I 352

  7.9.1.2 Model II 352

  7.9.2 Model logit-binomial dan regresi-pengali 353

  7.9.2.1 Model logit-binomial 353

  7.9.2.2 Model regresi-pengali 354

  7.10 Masalah pembebanan-berlebih 355

  7.10.1 Metode pembebanan keseimbangan-elastis 356

  7.10.1.1 Prinsip dasar 356

  7.10.1.2 Algoritma 356

  7.10.1.3 Kriteria konvergensi 359

  7.10.1.4 Fungsi permintaan pergerakan dan fungsi biaya 360

  7.10.1.5 Contoh penerapan 362

  7.10.2 Metode pemangkasan matriks pergerakan 363

  7.10.2.1 Prosedur pemangkasan 363

  7.10.2.2 Struktur metode pemangkasan matriks 365

  7.10.2.3 Prosedur pemangkasan matriks pergerakan 366

  7.10.2.4 Contoh penerapan 368

8 Model transportasi berdasarkan data arus lalulintas 369

  8.1 Pendahuluan 369

  8.2 Pemikiran dasar 371

  8.3 Penelitian yang telah dilakukan 372

  8.3.1 Pendekatan penaksiran model kebutuhan-akan- transportasi 372

  8.3.1.1 Penaksiran model gravity 372

  8.3.1.2 Penaksiran model kebutuhan-langsung 373

  8.3.1.3 Penaksiran model gravity-opportunity (GO) 375

  8.3.2 Pendekatan penaksiran keseimbangan-jaringan 376

  8.3.3 Pendekatan penaksiran teori informasi 378

  8.3.3.1 Model-estimasi-matriks-entropi-maksimum (EMEM) 378

  8.3.3.2 Model minimum-informasi (MI) 385

  8.3.3.3 Model Bayes 386

  8.3.3.4 Model kemiripan-maksimum (KM) 387

  8.11.3.1 Hukum kemiripan 407

  8.11 Metode penaksiran kemiripan-maksimum (KM) 405

  8.11.1 Pendahuluan 405

  8.11.2 Definisi 406

  8.11.2.1 Kemiripan 406

  8.11.2.2 Nisbah kemiripan 406

  8.11.2.3 Dukungan 407

  8.11.3 Aksioma kemungkinan 407

  8.11.3.2 Prinsip kemiripan 407

  8.10.1 Metode penaksiran kuadrat-terkecil-linear (KTL) 403

  8.11.3.3 Aksioma kemiripan 407

  8.11.4 Tafsiran kemiripan 408

  8.11.5 Kemiripan sampel multinomial 408

  8.11.6 Kerangka metode penaksiran kemiripan-maksimum jenis I (KM1) 409

  8.11.7 Kerangka metode penaksiran kemiripan-maksimum jenis II (KM2) 411

  8.12 Metode penaksiran inferensi-bayes (IB) 413

  8.12.1 Dasar pendekatan 413

  8.12.2 Penerapan metode IB 414

  8.10.2 Metode penaksiran kuadrat-terkecil-tidak-linear (KTTL) 404

  8.10 Metode penaksiran kuadrat-terkecil (KT) 402

  8.3.3.5 Model MODCOST 389

  8.7 Model transportasi berdasarkan data arus lalulintas 395

  8.4 Kesimpulan 390

  8.5 Keuntungan penggunaan data arus lalulintas 390

  8.6 Permasalahan dalam penggunaan data arus lalulintas 392

  8.6.1 Masalah perhitungan arus lalulintas 392

  8.6.1.1 Ketergantungan 393

  8.6.1.2 Ketidakkonsistenan 393

  8.6.2 Masalah kurang-terspesifikasi 393

  8.7.1 Prinsip dasar 395

  8.9 Metode penaksiran 401

  8.7.2 Beberapa metode pembebanan rute 396

  8.7.3 Konsep dasar 397

  8.8 Penaksiran model kombinasi SPPM dengan data arus penumpang 398

  8.8.1 Prinsip dasar 398

  8.8.2 Model kombinasi sebaran pergerakan − pemilihan moda (SPPM) 399

  8.8.2.1 Model gravity sebagai model transportasi 399

  8.8.2.2 Model logit-multinomial (LM) sebagai model pemilihan moda 400

  8.8.2.3 Persamaan dasar 400

  8.13 Metode penaksiran entropi-maksimum (EM) 416

  8.14 Penggunaan data MAT parsial 418

  8.14.1 Pendahuluan 418

  8.14.2 Solusi yang diusulkan 419

  8.15 Pemecahan metode penaksiran 420

  8.15.1 Pendahuluan 420

  8.15.2 Beberapa metode kalibrasi 421

  8.15.2.1 Perbandingan beberapa metode kalibrasi 421

  8.15.2.2 Metode kalibrasi hibrid 421

  8.15.3 Metode Newton − Raphson 422

  8.15.3.1 Kasus satu-tujuan-perjalanan 422

  8.15.3.2 Kasus K-tujuan-perjalanan 423

  8.15.4 Teknik eliminasi matriks Gauss Jordan 425

  −

  8.16 Program komputer dan prosedur kalibrasi 426

  8.16.1 Pendahuluan 426

  8.16.2 Paket program MOTORS 428

  8.16.2.1 Representasi jaringan 428

  8.16.2.2 Simpul dan ruas 428

  8.16.2.3 Ruas jalan berbasis satu-arah 429

  8.16.3 Program komputer 429

  8.17 Indikator uji statistik untuk membandingkan MAT 432

  8.17.1 Pendahuluan 432

  8.17.2 Root Mean Square Error (RMSE) dan Standard Deviasi (SD) 432

  8.17.3 Mean Absolute Error (MAE) 433 2

  8.17.4 Koefisien Determinasi (R ) 433

  8.17.5 Normalised Mean Absolute Error (NMAE) 433

  8.18 Beberapa penerapan yang telah dilakukan 434

  8.18.1 Pemodelan pergerakan kendaraan perkotaan di kota Ripon (Inggris) 434

  8.18.2 Pemodelan pergerakan angkutan barang di pulau Bali 439

  8.18.2.1 Beberapa uji kepekaan dan keabsahan 439

  8.18.2.2 Kesimpulan 441

  8.18.3 Uji kedalaman tingkat resolusi sistem zona dan jaringan terhadap akurasi MAT 442

  8.18.3.1 Penomoran titik simpul, kodefikasi zona dan penghubung pusat zona 442

  8.18.3.2 Pengolahan data 444

  8.18.3.3 Hasil analisis 450

  8.18.3.4 Kesimpulan 459

  8.18.4 Pemodelan kebutuhan akan angkutan umum di Jakarta 460

  8.18.5 Pemodelan transportasi regional di propinsi Jawa Timur 463

  8.18.5.1 Umum 463

  8.18.5.2 Pendekatan model 464

  8.18.5.3 Analisis kebutuhan akan pergerakan 467

  8.18.5.4 Penerapan di Propinsi Jawa Timur 468

  8.18.6 Aplikasi lain 473

  8.20 Pemanfaatan data arus lalulintas (IRMS) untuk mendapatkan informasi MAT regional 480

   8.20.2.5 Uji keabsahan 488

   8.20.2.4 Pusat pengolahan keluaran (PPK) 487

   8.20.2.3 Pusat pengolahan data (PPD) 486

   8.20.2.2 Sistem transfer data (STD) 485

  8.20.2.1 Konfigurasi dasar 482

  8.20.2 Pengembangan sistem informasi transportasi (SIT) 482

  8.20.1 Latar belakang 480

  8.19.2 Pengembangan sistem 477

  8.18.7 Saran untuk penelitian lanjutan 474

  8.19.1 Latar belakang 476

  8.19 Pemanfaatan data arus lalulintas (ATCS) untuk mendapatkan informasi MAT di daerah perkotaan 476

  8.18.7.5 Simplifikasi algoritma untuk jaringan luas 476

  8.18.7.4 Penelitian lanjutan dengan model transportasi lain 475

  8.18.7.3 Memasukkan parameter ε dan µ dalam proses kalibrasi 475

  8.18.7.2 Pengembangan dengan metode pembebanan-keseimbangan 474

  8.18.7.1 Nilai awal untuk metode Newton − Raphson 474

  8.20.3 Potensi penggunaan dalam pengembangan sistem jaringan jalan 488

9 Permasalahan transportasi di negara sedang berkembang 490

  9.2 Permasalahan transportasi regional 495

  9.4.1 Umum 504

  9.6.2 Kebutuhan akan transportasi di perkotaan 513

  9.6.1 Kondisi sistem transportasi di perkotaan 511

  9.6 Aspek permasalahan 510

  9.5 Kebijaksanaan pengembangan sistem transportasi perkotaan 508

  9.4.4 Peranan peti kemas dalam usaha menunjang perekonomian 506

  9.4.3 Tempat pertukaran moda 505

  9.4.2 Waktu tempuh dan biaya transit sebagai kendala utama 504

  9.4 Sistem integrasi transportasi antarmoda terpadu 504

  9.2.1 Pentingnya sistem transportasi regional propinsi 495

  9.3.2 Keterkaitan tata ruang dengan transportasi 503

  9.3.1 Umum 500

  9.3 Pendekatan sistem transportasi 500

  9.2.5 Sistem transportasi regional propinsi 499

  9.2.4 Sistem transportasi nasional (Sistranas) 498

  9.2.3 Rencana tata ruang wilayah propinsi (RTRWP) 497

  9.2.2 Rencana tata ruang wilayah nasional (RTRWN) 496

  9.1 Permasalahan transportasi perkotaan 490

  9.6.3 Organisasi dan kelembagaan 514

  9.6.4 Peraturan pelaksanaan 514

  9.6.5 Undang-undang dan peraturan 515

  9.6.6 Analisis permasalahan 515

  9.6.6.1 Aspek organisasi 516

  9.6.6.2 Peraturan pelaksanaan 516

  9.6.6.3 Aspek transportasi 517

  9.6.6.4 Undang-undang dan peraturan 518

  9.7 Alternatif pemecahan masalah 518

  9.7.1 Umum 518

  9.7.2 Kebutuhan akan transportasi 520

  9.7.3 Prasarana transportasi 520

  9.7.3.1 Pembangunan jalan baru 520

  9.7.3.2 Peningkatan kapasitas prasarana 521

  9.7.4 Rekayasa dan manajemen lalulintas 523

  9.7.4.1 Perbaikan sistem lampu lalulintas dan sistem jaringan jalan 523

  9.7.4.2 Kebijakan perparkiran 523

  9.7.4.3 Prioritas angkutan umum 525

  9.7.5 Permasalahan 526

  9.7.6 Hal lain yang dapat dilakukan 527

  9.7.6.1 Pelatihan transportasi perkotaan bagi staf pemerintah daerah 527

  9.7.6.2 Analisis Dampak Lalulintas (Andall) 527

  9.7.6.3 Sosialisasi peraturan dan penegakan hukum 528

  9.8 Konsep manajemen kebutuhan akan transportasi (MKT) 528

  9.8.1 Pendahuluan 528

  9.8.2 Pengembangan konsep 529

  9.8.2.1 Pergeseran waktu 531

  9.8.2.2 Pergeseran rute atau lokasi 531

  9.8.2.3 Pergeseran moda 531

  9.8.2.4 Pergeseran lokasi tujuan 533

  9.9 Analisis dampak lalulintas (Andall) 533

  9.9.1 Pendahuluan 533

  9.9.2 Metode analisis dampak lalulintas 534

  9.9.2.1 Tahap penyajian informasi awal 534

  9.9.2.2 Tahapan andall 536

  9.9.2.3 Tahapan penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan 539

  9.9.3 Analisis ruas jalan dan persimpangan 540

  9.9.3.1 Kinerja lalulintas di ruas jalan dan persimpangan 540

  9.9.3.2 Kinerja ruas jalan 540

  9.9.3.3 Kondisi persimpangan 543

  9.9.3.4 Nilai bobot 545

  9.9.3.5 Pemeringkatan permasalahan 545

  9.9.4 Bangkitan lalulintas 546

  9.9.4.1 Umum 546

  9.11 Sistem angkutan umum transportasi perkotaan terpadu (SAUTPT) 554

  Notasi 559 Singkatan 562

  

Notasi dan singkatan 559

  9.12.2 Saran 558

  9.12.1 Kesimpulan 556

  9.12 Kesimpulan dan saran 555

  9.11.2 Kasus Kotamadya Bandung 555

  9.11.1 Kasus DKI-Jakarta 554

  9.10.2 Kendala yang dihadapi 553

  9.9.4.2 Tingkat bangkitan lalulintas 547

  9.10.1 Permasalahan 550

  9.10 Sistem angkutan umum massa (SAUM) 550

  9.9.5.3 R3: Pembangunan jalan baru 549

  9.9.5.2 R2: Peningkatan ruas jalan 549

  9.9.5.1 R1: Manajemen lalulintas 549

  9.9.5 Analisis penanganan masalah 548

  9.9.4.4 Sebaran bangkitan lalulintas 548

  9.9.4.3 Bangkitan lalulintas 548

  

Padanan kata InggrisIndonesia 567

Padanan kata IndonesiaInggris 576

Pustaka 585

Penjurus 615

  Prakata edisi 2

  Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan berkah- Nya, akhirnya buku Perencanaan dan Pemodelan Transportasi edisi ke-2 ini dapat diselesaikan. Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku edisi ke-1 yang telah diterbitkan pada tahun 1997. Banyak sekali hal yang ditambahkan pada edisi ini khususnya mengenai penurunan rumus secara lebih rinci, contoh penerapan, contoh soal, pengembangan konsep dan teknik mutakhir, serta hasil-hasil penelitian terbaru yang telah dilakukan oleh penulis dan rekan-rekan peneliti di Sub-Jurusan Rekayasa Transportasi, Jurusan Teknik Sipil, ITB, selama 2 tahun terakhir ini; yang secara keseluruhan membuat buku ini menjadi jauh lebih lengkap dan lebih sempurna dibandingkan dengan edisi sebelumnya.

  Buku ini juga berisikan koreksi atas kesalahan khususnya editorial yang ditemukan pada edisi ke-1 dan juga berisikan penyempurnaan sebagai jawaban atas komentar, saran, dan kritik atas buku edisi ke-1 yang diterima dari teman sejawat dan para ahli.

  Bab 2 pada buku edisi ke-1, mengenai Persyaratan Matematika, terpaksa kami hilangkan pada edisi ke-2 ini dengan alasan karena isi bab tersebut merupakan pengetahuan dasar matematika yang secara umum harus sudah diketahui oleh setiap pembaca, dan sekaligus juga untuk mengurangi halaman buku edisi ke-2 ini. Sehingga, bab 3 pada edisi ke-1 menjadi bab 2 pada edisi ke-2, dan seterusnya. Bab 8 dan 9 buku edisi ke-1 digabung menjadi bab 7 pada edisi ke-2, sehingga jumlah bab pada edisi ke-1 yang semulanya sebanyak 11 bab menjadi hanya 9 bab pada edisi ke-2.

  Pada buku edisi ke-2 ini, beberapa hal yang ditambahkan adalah sebagai berikut:

  • Bab 2.5: Tingkat Pelayanan, Hubungan Arus Lalulintas dengan Waktu .

  Tempuh, Penentuan Indeks Tingkat Pelayanan (ITP), dan Penentuan Nilai T

  • Bab 2.6: Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan dan Persimpangan, Pengaruh Parkir pada Kapasitas Ruas Jalan, dan Contoh Sederhana Model Interaksi (Cara Analitis dan Cara Grafis).
  • Bab 3: Konsep Biaya Gabungan dan Metoda Pengumpulan Data
  • Bab 4: Tahapan Uji Statistik Dalam Model Analisis-Regresi Berbasis Zona, Proses Model Analisis-Regresi Berbasis Zona, dan Kajian Empiris Yang Menggunakan Model Analisis-Regresi.
  • Bab 5: Metode Penaksiran Entropi-Maksimum (EM) dan Beberapa Permasalahan Praktis.
  • Bab 6: Metode Penaksiran Kemiripan-Maksimum (KM) dan Regresi-Linear, model Logit-Biner-Selisih dan Logit-Biner-Nisbah, Model Simultan, serta Contoh Penggunaan Model Logit-Biner termasuk analisis uji kepekaan.
  • Bab 7: Pengaruh tingkat resolusi sistem jaringan terhadap pembebanan, metode pembebanan-kuantal dan masalah Pembebanan Berlebih yang terdiri dari Metode Pembebanan Keseimbangan-Elastis dan Metode Pemangkasan Matriks Pergerakan.

  • Bab 8: Metode Penaksiran Inferensi-Bayes (IB), Metode Penaksiran Entropi- Maksimum (EM), Indikator Uji Statistik untuk membandingkan Matriks Asal − Tujuan (MAT), penerapan model di Propinsi Jawa Timur, uji kedalaman tingkat resolusi sistem zona dan jaringan terhadap akurasi MAT, pemanfaatan data arus lalulintas (ATCS) untuk mendapatkan informasi MAT di daerah perkotaan, dan pemanfaatan data arus lalulintas (IRMS) untuk mendapatkan informasi MAT regional.
  • Bab 9: Permasalahan transportasi perkotaan dan transportasi regional, Sistem Integrasi Transportasi Antarmoda Terpadu, Kebijaksanaan pengembangan sistem transportasi perkotaan, Konsep Manajemen Kebutuhan akan Transportasi (MKT), dan Analisis Dampak Lalulintas (Andall).

  Sekali lagi, buku edisi ke-2 ini tidak akan pernah terwujud jika tidak ada dorongan penuh dari seluruh keluarga khususnya Mami, Ekha dan Yozzi. Sekali lagi, penulis mempersembahkan buku ini buat mereka. Secara khusus, penulis juga mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dra. Sofia Niksolihin atas bantuannya menyunting buku edisi ke-2 ini dan kepada saudara Ir. Wiradat Anindito, Ir. Ricky Kusmawan, dan Suhendin, Dadi Sumardi yang telah membantu membuat gambar, tabel, dan grafik. Tulisan manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan komentar, kritik, dan saran yang membangun dari teman sejawat dan para ahli untuk sekali lagi menyempurnakan buku edisi ke-2 ini.

  Prakata edisi 1

  Permasalahan transportasi berupa kemacetan, tundaan, serta polusi suara dan udara yang sering kita temui setiap hari di beberapa kota besar di Indonesia ada yang sudah berada pada tahap yang sangat kritis. Sebelum dapat ditentukan cara pemecahan yang terbaik, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mempelajari dan mengerti secara terinci pola keterkaitan antarfaktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan tersebut dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif (terukur). Perencanaan dan pemodelan transportasi adalah media yang paling efektif dan efisien yang dapat menggabungkan semua faktor tersebut dan keluarannya dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan transportasi baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang.