3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Sebagai Arahan Spasial RPI2- JM - DOCRPIJM 1501484463BAB III ARAHAN STRATEGI NASIONAL BIDANG CK

RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2015

BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CK KABUPATEN/KOTA

3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Sebagai Arahan Spasial RPI2- JM

  Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

  a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

  f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan Penataan ruang Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut: a.

   Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

  Kriteria: i. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

  Kriteria: i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN, ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

  Kriteria: internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga, iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: i. Pertahanan dan keamanan,

  a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional, b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau c) merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. ii. Pertumbuhan ekonomi,

  a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

  b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, c) memiliki potensi ekspor,

  d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi, f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. iii. Sosial dan budaya

  a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat

  b) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa, c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

  e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

  b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

  c) memiliki sumber daya alam strategis nasional

  d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  a) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

  b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

  c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

  f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup g) rawan bencana alam nasional mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

3.1.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Strategis Nasional (RTRW KSN)

  Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN.

  Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa: b. i. Ekonomi ii. Lingkungan Hidup iii. Sosial Budaya iv. Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi v. Pertahanan dan Keamanan Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang c. mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

  a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

  b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH. ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase iii. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya. Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

  Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;

  c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

  Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar; Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo; e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;

  f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

3.1.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau (RTRW Pulau)

  Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

  a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

  b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

  c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll. Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:

  a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi;

  b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali

  Sesuai dengan arahan yang terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali, Kabupaten merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Di dalam PP No 28 Tahun 2012 Kabupaten Purworejo merupakan Kabupaten yang memiliki dampak terhadap pembangunan wilayah disekitarnya, yaitu Yogyakarta, Kebumen, Magelang dan Cilacap. Di dalam Perda No 6 Tahun 2010 Tentang RTRWP Jawa Tengah, Kabupaten Purworejo termasuk dalam sistem perkotaan PKL ( Pusat Kegiatan Lokal ). Sesuai dengan Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, penyusunan RPI2-JM di Kota harus mempertimbangkan beberapa hal terkait dengan RTR Pulau sebagai landasan dalam pengembangan wilayahnya.

  Berikut adalah arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang, strategi operasionalisasi pola ruang dan struktur ruang, serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang RTR Pulau Jawa-Bali terhadap Kabupaten Purworejo: a.

   Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang

   Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan antarkota di Pulau Jawa yang menghubungkan Cilacap – Yogyakarta  Pemantapan jaringan jalur kereta api lintas utara-selatan (pengumpan) Pulau Jawa pada lintas Purworejo - Kutoarjo b.

   Strategi Operasionalisasi Struktur Ruang dan Pola Ruang

   Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai  Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan sungai meliputi

  Sungai Bogowonto, Sungai Cokroyasan, Sungai Wawar di WS Serayu

  • – Bogowonto

   Pengembangan pengelolaan guna melestarikan kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam kawasan karst Kabupaten Purworejo  Penetapan zona-zona rawan bencana alam geologi Kawasan rawan gempa bumi, Kawasan rawan gerakan tanah dan Kawasan rawan tsunami  Pemertahanan luas lahan pertanian berkelanjutan  Pengembangan kawasan peruntukan pertanian  Pengembangan sentra pertanian tangkap, sentra perikanan budidaya  Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan minertal logam  Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan pertambangan pada kawasan permukiman  Pengembangan kegiatan industri di dalam kawasan peruntukan industri dan mendorong relokasi kegiatan industri menuju kawasan industri, meningkatkan kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri, peningkatan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri, dan peningkatan kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan  Rehabilitasi dan pengembangan kawasan bahari dan ekowisata c.

   Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

  1. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan nasional  pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan pemantapan jaringan jalan nasional guna meningkatkan keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional dan mendorong daya saing perekonomian di Pulau Jawa - Bali;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan pemantapan jaringan jalan nasional untuk meningkatkan aksesibilitas tampung lingkungan hidup, serta karakteristik, jenis, dan potensi ancaman bencana;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan pemantapan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan jalur kereta api nasional dan pelabuhan penyeberangan;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan pemantapan jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan pelabuhan dan/atau bandar udara;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan pemantapan jaringan jalan bebas hambatan serta pengendalian pembangunan pintu masuk/pintu keluar jalan bebas hambatan dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana;  pengendalian perkembangan permukiman di sepanjang jaringan jalan nasional yang mengindikasikan terjadinya gejala perkotaan yang menjalar (urban sprawl);  pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan nasional dengan tingkat intensitas menengah dan tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;  penerapan ketentuan mengenai pelarangan alih fungsi kawasan pertanian pangan dan lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan nasional; dan  penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan nasional yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.

  2. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api nasional  pemanfaatan ruang untuk pengembangan atau pemantapan jaringan jalur kereta api antarkota yang melayani kawasan perkotaan nasional;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan jaringan jalur kereta antarkawasan perkotaan nasional dan meningkatkan daya saing perekonomian Pulau Jawa;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan pemantapan jaringan jalur kereta api perkotaan untuk mendukung pergerakan orang dan barang secara massal, cepat, aman, dan efisien;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan jaringan jalur kereta api yang terpadu dengan jaringan jalan nasional, pelabuhan penyeberangan, pelabuhan, dan bandar udara untuk meningkatkan daya saing perekonomian Pulau Jawa-Bali;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan jaringan jalur kereta api interkoneksi yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan jaringan jalur kereta api dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana;  pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dilakukan dengan tingkat intensitas menengah dan tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;  pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api;  pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api dan jalan;  penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api dengan memperhatikan dampak lingkungan serta kebutuhan pengembangan dan pemantapan jaringan jalur kereta api; dan  penerapan ketentuan mengenai pelarangan pemanfaatan ruang manfaat dan ruang pengawasan jalur kereta api yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan transportasi perkeretaapian.

   pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan pantai dengan menggunakan teknologi lingkungan;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan struktur alami berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di sempadan pantai untuk mencegah abrasi atau daya rusak air;  pemanfaatan ruang untuk penyediaan RTH;  pemanfaatan ruang untuk pendirian bangunan yang menunjang kegiatan rekreasi pantai dan pemantauan bencana;  penerapan ketentuan mengenai pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf d; dan  penerapan ketentuan mengenai pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan.

  4. Indikasi arahan peraturan zonasi sempadan sungai  pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan sungai yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan sungai dengan menggunakan teknologi lingkungan;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan struktur alami berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di sempadan sungai untuk mencegah daya rusak air;  pemanfaatan ruang untuk penyediaan RTH;  pemanfaatan ruang untuk pendirian bangunan yang menunjang fungsi taman rekreasi dan pemantauan bencana;  penerapan ketentuan mengenai pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air, pemanfaatan air, dan/atau prasarana penanggulangan daya rusak air;  penerapan ketentuan mengenai pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai

   penetapan lebar sempadan sesuai karakteristik sungai dan fungsional kawasan yang dilintasi sesuai

  5. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor  pemanfaatan ruang untuk penetapan zona-zona rawan bencana tanah longsor dan gelombang pasang;  pemanfaatan ruang untuk penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana;  pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana tanah longsor dan gelombang pasang;  penerapan ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;  pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;  pemanfaatan ruang untuk pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan umum;  penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan dan pendirian bangunan yang memicu terjadinya bencana tanah longsor dan gelombang pasang; dan  penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan dan pendirian bangunan yang mengganggu fungsi lokasi dan jalur evakuasi serta bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana, struktur alami dan struktur buatan yang dapat mengurangi dampak bencana tanah longsor dan gelombang pasang.

  6. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir  pemanfaatan ruang untuk penetapan zona-zona rawan bencana banjir;  pemanfaatan ruang untuk penyelenggaraan upaya mitigasi dan

   lokasi dan jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana;  pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana banjir;  penerapan ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;  pemanfaatan ruang pada dataran banjir untuk RTH dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah;  penerapan ketentuan mengenai penetapan dataran banjir;  penerapan ketentuan mengenai pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya terutama rumah sakit umum, gedung perkantoran, kawasan industri, dan pusat kegiatan ekonomi;  penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan dan pendirian bangunan yang memicu terjadinya bencana banjir; dan penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan dan pendirian bangunan yang mengganggu fungsi lokasi dan jalur evakuasi serta bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana, struktur alami dan struktur buatan yang dapat mengurangi dampak bencana banjir.

  7. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan keunikan bentang alam  pemanfaatan ruang untuk pengembangan pengelolaan guna melestarikan kawasan keunikan bentang alam;  pengendalian perkembangan kawasan budi daya terbangun di sekitar kawasan keunikan bentang alam; dan  pemanfaatan ruang untuk perlindungan bentang alam yang memiliki ciri langka dan/atau bersifat indahuntuk pengembangan ilmu pengetahuan, budaya, dan/atau pariwisata.

  8. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana

   pemanfaatan ruang untuk penetapan zona-zona rawan bencana alam geologi;  pemanfaatan ruang untuk penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana;  pengendalian perkembangan kawasan budi daya terbangun yang berpotensi terjadinya bencana;  penerapan ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;  pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;  pemanfaatan ruang untuk pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum;  penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan dan pendirian bangunan yang memicu terjadinya bencana alam geologi; dan  penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan dan pendirian bangunan yang mengganggu fungsi lokasi dan jalur evakuasi serta bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana, struktur alami dan struktur buatan yang dapat mengurangi dampak bencana alam geologi.

  9. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian  pemanfaatan ruang untuk pemertahanan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan pertanian tanaman pangan untuk ketahanan pangan nasional;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan perkebunan berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana dengan

   pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan hortikultura guna meningkatkan daya saing pertanian hortikultura;  pengendalian perkembangan kegiatan budi daya pada kawasan pertanian pangan berkelanjutan terutama di sisi kiri dan sisi kanan jalan;  pemanfaatan ruang untuk permukiman petani terbatas dengan kepadatan rendah; dan  penerapan ketentuan mengenai pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budi daya non pertaniankecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama.

  10. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan  pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan perikanan tangkap sesuai potensi lestari;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan perikanan budi daya dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat;  penerapan ketentuan mengenai pengendalian kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung;  pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan dengan kepadatan rendah; dan  pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk hijau.

  11. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertambangan  pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi

   pengendalian perkembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang berpotensi merusak fungsi kawasan lindung dan mengubah bentang alam;  pengendalian perkembangan kawasan peruntukan pertambangan pada kawasan peruntukan permukiman;  penerapan ketentuan mengenai pendirian bangunan agar tidak mengganggu fungsi alur pelayaran yang ditetapkan peraturan perundang-undangan;  penerapan ketentuan mengenai pengaturan kawasan pertambangan dengan memperhatikan keseimbangan antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara risiko dan manfaat; dan  penerapan ketentuan mengenai pelarangan bangunan lain di sekitar instalasi dan peralatan kegiatan

  12. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri  pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan industri di dalam kawasan peruntukan industri dan relokasi kegiatan industri menuju kawasan industri;  pemanfaatan ruang untuk peningkatan kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri;  pemanfaatan ruang untuk peningkatan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri;  pemanfaatan ruang untuk peningkatan kegiatan industri yang bernilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan; dan  penerapan ketentuan mengenai pembatasan pembangunan perumahan baru di sekitar kawasan  peruntukan industri dan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan fungsinya di kawasan peruntukan industri. Sebagaimana ditetapkan di dalam Perda No 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah. Rencana pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah terdapat dua rencana pengembangan yaitu sistem perkotaan dan sistem perwilayahan. Di dalam rencana pengembangan sistem perkotaan Kabupaten Purworejo termasuk dalam kota

   pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan ilmu  pengetahuan yang didukung prasarana dan sarana pariwisata;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan peruntukan pariwisata bahari yang didukung prasarana dan sarana pariwisata;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan peruntukan ekowisata yang didukung prasarana dan sarana pariwisata;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran yang didukung ketersediaan prasarana dan sarana pariwisata;  pemanfaatan ruang untuk pengembangan pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata dengan menggunakan teknologi lingkungan dan berbasis kerja sama antardaerah;  pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;  pemanfaatan ruang untuk perlindungan situs peninggalan kebudayaan masa lampau;  penerapan ketentuan mengenai pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata; dan  penerapan ketentuan mengenai pelarangan pendirian bangunan

3.1.4 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Tengah PERDA No 6 Tahun 2010

a) Rencana Struktur Ruang Wilayah

  • – kota dengan
Bobotsari, Sokaraja, Banjarnegara, Klampok, Gombong, Karanganyar Kebumen, Prembun, Kutoarjo, Purworejo, Mungkid, Muntilan, Mertoyudan, Borobudur, Secang, Ampel, Sukoharjo, Kartasura, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Jaten, Delanggu, Prambanan, Tawangmangu, Blora, Purwodadi, Mranggen, Ungaran, Ambarawa, Temanggung, Parakan, Kendal, Boja, Kaliwungu, Weleri, Sukorejo, Batang, Kajen, Wiradesa, Comal, Pemalang, Slawi-Adiwerna, Ketanggungan-Kersana, Bumiayu, Brebes.

  Dalam sistem perwilayahan Provinsi Jawa tengah Kabupaten Purworejo termasuk dalam dalam satuan wilayah Purwomagung. Purwomanggung meliputi Kota dan Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Temanggung dan

  Purworejo, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan

  Provinsi. Untuk skala provinsi, pengembangan fasilitas diarahkan pada fasilitas perhubungan udara (Bandara), laut (Pelabuhan), dan darat (Terminal), kawasan industri dan pergudangan, jasa-jasa keuangan (perbankan) dan simpul pariwisata. Di bidang prasarana wilayah,arahan pengembangan prasarana wilayah di Kabupaten Purworejo adalah sebagai berikut

   Rencana pengembangan jalan strategis nasional : jalan sisi pantai selatan dari Cilacap (Slarang

  • – Ayah), Kebumen – Purworejo – Perbatasan Yogyakarta  Rencana pengembangan jalan tol sepanjang Ciamis – Cilacap -

  Yogyakarta  Rencana Pengembangan terminal penumpang jalan Tipe A (Kabupaten Purworejo )  Rencana Pengembangan kereta api regional : pengembangan Rel Ganda meliputi jalur Solo – Yogyakarta – Kutoarjo  Rencana pengembangan kereta api komuter jalur Sragen – Solo – Klaten – Yogyakarta – Kutoarjo

  • jalur Purwokerto - Kutoarjo

   Jaringan transmisi listrik meliputi Jalur selatan terhubung Tasikmalaya

  • – Cilacap – Kebumen – Purworejo – Klaten – Pedan – Wonogiri – Kediri  Pengembangan prasarana persampahan : Tempat Pengolahan Akhir Regional dirancang di Metropolitan Purwomagung Secara spasial rencana struktur ruang Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa Tengah dibawah.

  III - 20

KEGIATAN

RPI2

– JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN

PURWOREJO

3.1.4.1. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah

  Arahan pola ruang di wilayah Provinsi Jawa Tengah secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu rencana pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan budidaya.

  a. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya  Kawasan lindung yang dikelola masyarakat  Kawasan Resan air

  b. Kawasan perlindungan setempat  Kawasan sempadan pantai

  c. Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya  Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

  d. Kawasan Rawan Bencana  Kawasan rawan banjir  Kawasan rawan tanah longsor  Kawasan rawasan gempa bumi  Kawasan rawan gelombang pasang  Kawasan rawan tsunami  Kawasan rawan kekeringan

  e. Kawasan lindung geologi  Kawasan imbuhan air Cekungan Kebumen - Purworejo

  f. Kawasan lindung lainnya  Kawasan perlindungan Plasma nutfah di daratan

2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

  a. Kawasan hutan produksi  Kawasan hutan produksi tetap  Kawasan hutan produksi terbatas

  b. Kawasan hutan rakyat

  c. Kawasan perutukan pertanian

   Kawasan pertanian lahan basah  Kawasan pertanian lahan kering

  d. Kawasan peruntukan perkebunan

  e. Kawasan peruntukan peternakan  Kawasan peruntukan peternakan besar dan kecil  Kawasan Peternakan unggas

  f. Kawasan peruntukan perikanan  Lahan pertanian budidaya air payau, perikanan budidaya air tawar, dan perikanan budidaya air laut

  g. Kawasan peruntukan Pertambangan  Kawasan pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan dan batubara  Kawasan pertambangan minyak dan gas

  h. Kawasan perutukan industri  Kawasan Peruntukan industri  Kawasan industri i. Kawasan peruntukan Pariwisata  Kawasan pengembangan pariwisata D Koridor Cilacap – Kebumen - Purworejo j. Kawasan peruntukan permukiman

  Secara spasial rencana pola ruang Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Tengah dibawah.

  III - 23

KEGIATAN

RPI2

– JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN

PURWOREJO

3.1.4.2. Rencana Kawasan Strategis Provinsi

   Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi di

  Kabupaten Purworejo terdiri dari Kawasan Perkotaan Purworejo-Kutoarjo -

  Secara spasial rencana Kawasan Strategis Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Peta Kawasan Strategis Provinsi Jawa Tengah dibawah.

  III - 25

3.1.5 Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Purworejo 2011-2031

  Beberapa hal penting yang termuat dalam RTRWP Jawa Tengah dan harus diperhatikan dalam Penyusunan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Purworejoantara lain :

3.1.5.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah

  1. Rencana Sistem Pusat Kegiatan Rencana sistem pusat kegiatan terdiri atas:

   Rencana sistem perkotaan terdiri atas:

   Rencana Sistem Perkotaan;

  a) Pengembangan PKL meliputi:

  Kawasan Perkotaan Purworejo;

  b) Pengembangan PKLp meliputi:Kawasan Perkotaan Kemiri; dan Kawasan Perkotaan Purwodadi.

  c) Pengembangan PPK meliputi : Kawasan Perkotaan Bener; Kawasan Perkotaan Gebang; Kawasan Perkotaan Banyuurip; Kawasan Perkotaan Bayan; Kawasan Perkotaan Pituruh; Kawasan Perkotaan Butuh; Kawasan Perkotaan Loano; Kawasan Perkotaan Bagelen; Kawasan Perkotaan Bruno; Kawasan Perkotaan Ngombol;Kawasan Perkotaan Grabag; dan Kawasan Perkotaan Kaligesing.

   Rencana Sistem Perdesaan Pengembangan PPL meliputi: Desa Nambangan di Kecamatan Grabag; Desa Wonoroto di Kecamatan Ngombol; Desa Geparang di Kecamatan Purwodadi; Desa Soko di Kecamatan Bagelen; Desa Pandanrejo di Kecamatan Kaligesing; Desa Sidomulyo di Kecamatan Purworejo; Desa Tanjunganom di Kecamatan Banyuurip; Desa Krandegan di Kecamatan Bayan; Desa Suren di Kecamatan Kutoarjo; Desa Sruwohrejo di Kecamatan Butuh; Desa

   Rencana Sistem Perdesaan.

  Brengkol di Kecamatan Pituruh; Desa Kedung Pomahankulon di Kecamatan Kemiri ; Desa Tegalsari di Kecamatan Bruno; Desa Seren di Kecamatan Gebang; Desa Maron di Kecamatan Loano; dan Desa Kedungpucang di Kecamatan Bener.

   Pengembangan kawasan kota tani agropolitan Bagelen meliputi: Pengembangan kota tani utama di Desa Krendetan Kecamatan Bagelen; Pengembangan kota tani meliputi : Desa Purwodadi di Kecamatan Purwodadi; Desa Somongari di Kecamatan Kaligesing; dan Desa Ngombol di Kecamatan Ngombol.

   Pengembangan kawasan kota tani agropolitan Kuto Bumi Baru meliputi: Pengembangan kota tani utama di Desa Wirun Kecamatan Kutoarjo; Pengembangan kota tani meliputi: Desa Klepu di Kecamatan Butuh; Desa Winong di Kecamatan Kemiri; Desa Kalikotes di Kecamatan Pituruh; Desa Cepedak di Kecamatan Bruno; dan Desa Grabag di Kecamatan Grabag.

3.1.5.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Sistem jaringan transportasi darat

   Sistem jaringan transportasi darat berupa jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, terdiri atas:

  a) sistem jaringan jalan dan jembatan; Jaringan jalan nasional pada wilayah Kabupaten terdiri atas:  jaringan jalan nasional bukan jalan tol dengan fungsi jalan arteri primer meliputi:

  • pengembangan jalan ruas Prembun (batas Kabupaten Kebumen)-

  Kutoarjo melalui Kecamatan Butuh-Kecamatan Kutoarjo;

  • pengembangan jalan ruas Kutoarjo-batas kota Purworejo sepanjang kurang lebih 7 (tujuh) kilometer melalui Kecamatan Kutoarjo-Kecamatan Bayan-Kecamatan Banyuurip;
  • peningkatan jalan ruas Tentara Pelajar sepanjang kurang lebih 3

  Purworejo;

  • peningkatan jalan ruas Jalan Sudirman sepanjang kurang lebih 1

  (satu) kilometer melalui Kecamatan Purworejo;

  • peningkatan jalan ruas batas kota Purworejo-Karangnongko (batas

  Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) sepanjang kurang lebih 17 (tujuh belas) kilometer melalui Kecamatan Banyuurip-Kecamatan Purwodadi

  • – Kecamatan Bagelen; dan
    • peningkatan Jalan Brigjen Katamso sepanjang kurang lebih 3 (tiga) kilometer melalui Kecamatan Purworejo;

   Jaringan jalan nasional jalan tol berupa pembangunan jalan bebas hambatan ruas Cilacap – Yogyakarta melalui Kecamatan Grabag – Kecamatan Ngombol

  • – Kecamatan Purwodadi;

   jaringan jalan strategis nasional berupa pengembangan ruas jalan di sisi pantai Selatan sepanjang kurang lebih 21 (dua puluh satu) kilometer yang melalui Kecamatan Grabag – Kecamatan Ngombol – Kecamatan Purwodadi; dan

   jaringan jalan strategis nasional rencana meliputi:

  • pengembangan ruas Jalan Lingkar Barat Purworejo, sepanjang kurang lebih 5 (lima) kilometer yang melalui Kecamatan Banyuurip – Kecamatan Bayan;
  • pengembangan ruas Jalan Lingkar Utara Purworejo sepanjang kurang lebih 4 (empat) kilometer yang melalui Kecamatan Gebang – Kecamatan Purworejo;

  • peningkatan Jalan Kyai Brengkel sepanjang kurang lebih 1 (satu) kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo;
  • peningkatan Jalan Veteran sepanjang kurang lebih 1 (satu) kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo;
  • peningkatan Jalan Urip Sumoharjo sepanjang kurang lebih 2 (dua) kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo; dan
  • pengembangan ruas Jalan Lingkar Selatan Purworejo sepanjang kurang lebih 4 (empat) kilometer yang melalui Kecamatan Banyuurip.

   Jaringan jalan provinsi pada wilayah Kabupaten berupa jaringan jalan kolektor 2 primer meliputi:

  • pengembangan jalan ruas Kutoarjo – perbatasan Wonosobo, sepanjang kurang lebih 33 (tiga puluh tiga) kilometer yang melalui Kecamatan Kutoarjo – Kecamatan Kemiri – Kecamatan Bruno;
  • pengembangan jalan ruas Maron – Kemiri sepanjang kurang lebih
    • – 10 (sepuluh) kilometer yang melalui Kecamatan Loano Kecamatan Kemiri; jalan ruas Kemiri - pengembangan
    • – perbatasan Wonosobo sepanjang kurang lebih 9 (sembilan) kilometer yang melalui Kecamatan Kemiri;

  • pengembangan jalan ruas perbatasan Magelang – Bener sepanjang kurang lebih 8 (delapan) kilometer yang melalui Kecamatan Bener;
  • pengembangan jalan ruas Bener – Purworejo sepanjang kurang
    • – lebih 12 (dua belas) kilometer yang melalui Kecamatan Bener Kecamatan Loano – Kecamatan Purworejo;

    >peningkatan Jalan Urip Sumoharjo sepanjang kurang lebih 2 (dua) kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo;
  • peningkatan Jalan Kyai Brengkel sepanjang kurang lebih 1 (satu) kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo;

  • pengembangan jalan ruas Purworejo – batas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sepanjang kurang lebih 18 (delapan belas) kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo – Kecamatan Kaligesing;
  • peningkatan Jalan Pahlawan sepanjang kurang lebih 1 (satu) kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo;
  • peningkatan Jalan WR Supratman sepanjang kurang lebih 1 (satu) kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo; dan
  • pengembangan jalan ruas Grabag – Kutoarjo sepanjang kurang
    • – lebih 12 (dua belas) kilometer yang melalui Kecamatan Grabag Kecamatan Kutoarjo.

   Jaringan jalan Kabupaten meliputi:

  • pengembangan jalan baru Lingkar Timur Purworejo sepanjang kurang lebih 9 (sembilan) kilometer melalui Kecamatan Purworejo; dan
  • peningkatan serta pemeliharaan jalan Kabupaten yang tersebar di seluruh kecamatan.

   Jalan khusus berupajalan dinas BUMN pengelola kawasan hutan meliputi:

  • pengembangan jalan ruas Kompleks Gunung Krikil ke Desa Kaliurip di Kecamatan Kemiri sepanjang kurang lebih 1 (satu) kilometer;
  • pengembangan jalan ruas Desa Prumben ke Desa Mlaran melalui

  Desa Kragilan di Kecamatan Gebang sepanjang kurang lebih 2 (dua) kilometer;

  • pengembangan jalan ruas Desa Mlaran ke Desa Winong Lor di

  Kecamatan Gebang sepanjang kurang lebih 3 (tiga) kilometer; dan

  • pengembangan jalan ruas Desa Prumben di Kecamatan Gebang sepanjang kurang lebih 1 (satu) kilometer.
b) sistem jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan  pengembangan terminal penumpang tipe A di Kecamatan Banyuurip;  pengembangan terminal penumpang tipe C meliputi:Kecamatan

  Purworejo; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Purwodadi; Kecamatan Grabag; dan Kecamatan Kemiri.  pengembangan terminal angkutan barang meliputi: Kecamatan Bagelen; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Butuh; dan Kecamatan Purwodadi.

   jembatan timbang meliputi:

  • pengembangan Jembatan timbang pada ruas jalan Prembun (batas Kabupaten Kebumen)
    • –Kutoarjo di Kecamatan Butuh; dan

  • pembangunan Jembatan timbang pada ruas jalan lintas Selatan di Kecamatan Purwodadi.

  c) sistem jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan.

  Sistem jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan terdiri atas: Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP); Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP); Angkutan Perdesaan; dan Angkutan Perbatasan.

  d) sistem jaringan transportasi perkeretaapian  Prasarana kereta api meliputi:

  • pengembangan jalur Selatan yang menghubungkan Kutoarjo-

  Bandung, Kutoarjo-Jakarta, Kutoarjo-Malang, dan Kutoarjo- Surabaya;

  • pengembangan jalur rel ganda yang menghubungkan Kutoarjo-

  Yogyakarta-Solo dan Kutoarjo - Kroya; dan  pengembangan sistem kereta api komuter meliputi:

  • Jalur Palur – Solo–Klaten- Yogyakarta – Jenar – Kutoarjo; dan - Jalur Purwokerto-Kroya–Kutoarjo.

   Sarana kereta api meliputi:

  • pengembangan stasiun Kutoarjo di Kecamatan Kutoarjo;
  • pengembangan stasiun Jenar di Kecamatan Purwodadi;
  • pengembangan stasiun Purworejo di Kecamatan Purworejo;
  • revitalisasi stasiun Butuh di Kecamatan Butuh;
  • revitalisasi stasiun Montelan di Kecamatan Banyuurip;
  • revitalisasi stasiun Wojo di Kecamatan Bagelen; dan
  • pengembangan palang pintu pada perlintasan sebidang meliputi:

  Kecamatan Butuh; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Bayan; Kecamatan Banyuurip; Kecamatan Purwodadi; dan Kecamatan Bagelen.

  Berikut struktur ruang Kabupaten Purworejo secara spasial :

  • – JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN PURWOREJO

  III - 33

KEGIATAN

RPI2

3.1.5.3 Rencana Pola Ruang Wilayah

  1. Kawasan Lindung

  

kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

   a) kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat; dan

  8.964 (delapan ribu sembilan ratus enam puluh empat) hektar meliputi : Kecamatan Bruno; Kecamatan Pituruh; Kecamatan Gebang; Kecamatan Bener; Kecamatan Loano; Kecamatan Kemiri; dan Kecamatan Kaligesing.

  b) kawasan resapan air.

  Kawasan resapan air kurang lebih 10.989 (sepuluh ribu sembilan ratus delapan puluh sembilan) hektar meliputi: Kecamatan Pituruh; Kecamatan Bruno; Kecamatan Gebang; Kecamatan Bener; Kecamatan Loano; Kecamatan Kaligesing; dan Kecamatan Bagelen.

   a) Sempadan pantai; Kawasan sempadan pantai terletak di sepanjang pesisir pantai Selatan Kabupaten berupa daratan sepanjang tepian laut dengan jarak 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat meliputi: Kecamatan Grabag; Kecamatan Ngombol; dan Kecamatan Purwodadi.

   kawasan perlindungan setempat;

  b) Sempadan sungai dan saluran irigasi;  Sempadan Sungai Bogowonto beserta anak sungainya meliputi:

  Kecamatan Bener; Kecamatan Gebang; Kecamatan Loano; Kecamatan Purworejo; Kecamatan Kaligesing; Kecamatan Banyuurip; Kecamatan Bagelen; dan Kecamatan Purwodadi.

   Sempadan Sungai Cokroyasan beserta anak sungainya meliputi: Kecamatan Bruno; Kecamatan Kemiri; Kecamatan Gebang; Kecamatan Bayan; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Grabag; dan Kecamatan Ngombol.

   Sempadan Sungai Wawar beserta anak sungainya meliputi: Kecamatan Bruno; Kecamatan Kemiri; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Pituruh; Kecamatan Butuh; dan Kecamatan Grabag.

   Kawasan sekitar waduk dan embung;

  • kawasan sekitar waduk seluas kurang lebih 58 (lima puluh delapan) hektar meliputi: Kecamatan Bener; dan Kecamatan Gebang.
  • kawasan sekitar embung seluas kurang lebih 290 (dua ratus sembilan puluh) hektar meliputi: Kecamatan Pituruh; Kecamatan Bruno; Kecamatan Bagelen; Kecamatan Kaligesing; Kecamatan Kemiri; Kecamatan Gebang; Kecamatan Loano; Kecamatan Purworejo; Kecamatan Grabag; Kecamatan Purwodadi; Kecamatan Ngombol; dan Kecamatan Bener.

   kawasan sekitar mata air; Kawasan sekitar mata air seluas kurang lebih 2.361 (dua ribu tiga ratus enam puluh satu) hektar tersebar di seluruh kecamatan.

  c) RTH perkotaan.

  RTH perkotaan seluas kurang lebih 3.996 (tiga ribu sembilan ratus sembilan puluh enam) atau kurang lebih 34,13% (tiga puluh empat koma tiga belas persen) dari luas kawasan perkotaan terdiri atas:  RTH perkotaan seluas kurang lebih 3.984 (tiga ribu sembilan ratus delapan puluh empat) hektar tersebar di kawasan perkotaan di seluruh kecamatan; dan  Hutan kota seluas kurang lebih 12 (dua belas) hektar meliputi:

  kawasan perkotaan Purworejo; dan kawasan perkotaan Kutoarjo.

  Untuk pengembangan kawasan perumahan harus memenuhi pemenuhan RTH minimal 30%.

   kawasan pelestarian alam dan cagar budaya; a) Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan pantai berhutan bakau; dan kawasan cagar budaya.

  b) Kawasan pantai berhutan bakau seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) hektar meliputi: Kecamatan Purwodadi; Kecamatan Ngombol;

   kawasan rawan bencana alam;

  a) Kawasan rawan bencana tanah longsor meliputi: Kecamatan Loano; Kecamatan Bruno; Kecamatan Bener; Kecamatan Kaligesing; Kecamatan Gebang; Kecamatan Bagelen; Kecamatan Purworejo; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Pituruh; dan Kecamatan Kemiri.

  b) Kawasan rawan bencana banjir meliputi: Kecamatan Grabag; Kecamatan Butuh; Kecamatan Bagelen; Kecamatan Ngombol; Kecamatan Purwodadi; Kecamatan Kutoarjo; dan Kecamatan Pituruh.

  c) Kawasan rawan bencana gelombang pasang meliputi: Kecamatan Purwodadi; Kecamatan Ngombol; dan Kecamatan Grabag.

  d) Kawasan rawan bencana kekeringan meliputi: Kecamatan Bruno; Kecamatan Pituruh; Kecamatan Kemiri; Kecamatan Gebang; Kecamatan Bener; Kecamatan Loano; Kecamatan Bagelen; Kecamatan Kaligesing; Kecamatan Grabag; Kecamatan Ngombol; dan Kecamatan Purwodadi.

   kawasan lindung geologi; dan