EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MATERI PENGUKURAN DAN PENGGUNAAN ALAT UKUR PANJANG PADA SISWA SLB B (TUNARUNGU) KELAS D2 (SETARA KELAS 2 SD) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

  

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MATERI

PENGUKURAN DAN PENGGUNAAN ALAT UKUR PANJANG

PADA SISWA SLB B (TUNARUNGU) KELAS D2 (SETARA KELAS 2 SD)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

  

Oleh:

Caecilia Shinta Siwi Januarini

NIM. 031414031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Dengan tanganMu, aku dapat menyelesaikan semuanya Dalam rencanaMu, Kau buat segalanya indah tepat pada waktunya

  Sungguh, tak ada yang sesetia Engkau Menemaniku dalam segala suasana Menopangku dalam keraguanku Hingga aku yakin pada kemampuanku

  Dan percaya, cintaMu adalah kekuatanku Skripsi ini ku persembahkan kepada: Jesus Christ dan Bunda Maria Bapak, ibu dan adikku tersayang Kekasihku Dony Istiawan Almamater

  

ABSTRAK

Caecilia Shinta Siwi Januarini. 2007. Efektifitas Penggunaan Alat Peraga

dalam Pembelajaran Matematika untuk Materi Pengukuran dan Penggunaan Alat

Ukur Panjang pada Siswa SLB B (Tunarungu) Kelas D2 (Setara Kelas 2 SD) .

  Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta

  Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana keterlibatan siswa SLB B dan hasil yang dicapai siswa SLB B dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga untuk materi pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang? (2) Apakah penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika untuk materi pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang dapat meningkatkan minat siswa SLB B untuk mempelajari matematika? Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika untuk materi pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang dapat meningkatkan keterlibatan siswa SLB B dalam kegiatan pembelajaran matematika dan bagaimana hasil yang dicapai siswa SLB B dalam pembelajaran, serta untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika untuk materi pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan minat siswa SLB B. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi: (1) Guru, (2) Siswa, (3) Mahasiswa, khususnya mahasiswa pendidikan, (4) Penulis.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk mendeskripsikan kejadian dengan cara mengamati dan mengumpulkan data kualitatif, yaitu data dalam bentuk apa adanya atau data yang tidak mengalami kuantifikasi dan manipulasi. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara: (1) Mengamati tingkah laku dan respon siswa SLB B selama pembelajaran berlangsung. (2) Mengisi lembar observasi tentang kegiatan siswa, minat dan keterlibatan yang diisi oleh guru/pengamat. (3) Memberikan soal-soal yang berhubungan dengan pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang. (4) Wawancara dengan guru, dilakukan setelah pembelajaran berakhir.

  Penelitian dilaksanakan pada akhir bulan Februari 2007 sampai dengan awal Maret 2007. Subjek penelitian adalah tiga siswa SLB B kelas D2, SLB B YAAT Klaten tahun ajaran 2006/2007. Penulis mengadakan penelitian dengan alat peraga berupa: (1) Manik-manik, (2) Senar, (3) Meteran penjahit, (4) Penggaris, (5) Benda-benda yang ada di dalam kelas dan (6) Kartu bilangan. Alat peraga tersebut digunakan dalam melakukan kegiatan pembelajaran matematika untuk materi pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang. Alat peraga digunakan untuk membantu proses abstraksi siswa dan agar siswa dapat membangun sendiri konsep tentang pengukuran.

  Hasil penelitian berupa: (1) Peningkatan keterlibatan siswa SLB B dalam bersosialisasi dengan siswa lain, (4) Peningkatan hasil belajar siswa, (5) Siswa lebih cepat dalam memahami materi yang disampaikan, (6) Peningkatan minat siswa untuk belajar matematika, (7) Siswa semakin tertarik dengan kegiatan pembelajaran matematika, (8) Siswa tidak meninggalkan kelas. Penelitian ini mengindikasikan bahwa ada peningkatan keterlibatan, hasil belajar dan minat siswa SLB B dalam kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga. Secara umum, siswa menunjukkan peningkatan keterlibatan, hasil belajar dan minat dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga.

  Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: (1) Penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk semua kasus karena penelitian ini merupakan studi kasus. (2) Bagi pembaca yang ingin memperdalam penelitian ini, disarankan untuk mencari sekolahan yang mempunyai siswa dengan kehadiran yang tetap (masuk sekolah terus).

  

ABSTRACT

Caecilia Shinta Siwi Januarini. 2007. The Effectiveness of Teaching Aids

Used in Learning Mathematics for The Measurement Material and The Use of

Length Instrument for SLB B Students (Hard of Hearing) D2 Grade (Equal

Second Grade in Elementary School). Study Program of Mathematics Education,

  Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University: Yogyakarta Research problem were formulated: (1) How SL B B students are involved and the result which is reached by them in learning mathematic using the teaching aids for the measurement material and the use of length instrument? (2) Could the teaching aids used for the measurement material and the use of length instrument increase the SLB B students interest to study mathematic? This research is intended to know how far the teaching aids in learning mathematic for length material and the use of length instrument is able to increase SLB B students involvement in learning mathematic and how the result is reached by SLB B students in learning it, and to know could the mathematic learning for the measurement material and the use of length instrument by using the teaching aids increase SLB B students interest. This research is benefit for: (1) The teachers, (2) The students, (3) Students of university, especially education students, (4) Writer.

  This researcher uses descriptive qualitative method, in this research the researcher tries to describ the fact/phenomena by observing and collecting qualitative data, it is the real data/data which is not kuantifikasi and manipulation. Collecting data in this research by: (1) Observing SLB B students behaviour and respon during the learning process. (2) Completing the observation sheet about the students activities, interest and their involvement which is done by the teacher/observer. (3) Giving the questions related to the measurement and the use of length instrument. (4) Interviewing the teacher, done after the class activities end.

  The research was performed by the end of February 2007 up to early of March 2007. The subject of this research were three students of SLB B in D2 grade, SLB B YAAT Klaten for the academic year of 2006/2007. The writer observes by using the teaching aids such as: (1) Bead, (2) Senar, (3) Tailor gauge, (4) Ruller, (5) The things in the class room and (6) Number card. They are used in mathematic learning process for the measurement material and the use of length instrument. They are used to help the process of students abstraction so that the students are able to develop the concept of measurement.

  The result of the research are: (1) The increasing of SLB B students involvement in learning mathematics, (2) The increasing of students bravery in expressing their ideas, (3) The students wish to cooperate and have socialization with the others, (4) The increasing result of the students learn, (5) It is faster for the students to understand the material given, (6) The increasing of the students interest to learn mathematics, (7) The students prefer in learning mathematics, (8) learning by using the teaching aids. Generally, the students show the increase of involvement, the result of learning and interest in mathematic learning by using the teaching aids.

  Based on the result above, the researcher are able to give suggestion as follow: (1) This research is not able to be generalized for all cases since this research is case study. (2) For the readers who want to obtain deep this research, suggested to seek the shool having the fixed students attendance (enter the shool non-stoped).

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, kekuatan, cinta dan semua yang telah dianugerahkanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektifitas Penggunaan Alat Peraga

  

dalam Pembelajaran Matematika untuk Materi Pengukuran dan

Penggunaan Alat Ukur Panjang pada Siswa SLB B (Tunarungu) Kelas D2

(Setara Kelas 2 SD)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

  Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bp. Dr. Y. Marpaung, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, semangat, dan dukungan dari awal perencanaan penelitian, saat penelitian sampai penyusunan skripsi ini selesai.

  2. Bp. M. Andy Rudhito, S.Pd., M.Si dan Bp. Hongki Julie, S.Pd., M.Si, selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun.

  3. Bp. Narjo dan Bp. Sugeng, karyawan sekretariat Pendidikan Matematika yang memberikan bantuan dan kemudahan dalam mengurus surat-surat penelitian.

  4. Bp. Wardoyo, Kepala Sekolah SLB B YAAT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SLB B YAAT

  5. Ibu Triningsih, selaku guru kelas D2 SLB B yang telah membantu penulis, memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama penelitian.

  6. Bapakku (M. Sunarto), Ibuku (Ch. Eni. D.A), dan adikku (Leonardo Sony. A) tersayang yang tak pernah henti memberikan kasih sayang, doa, perhatian, dan segala kebutuhan dalam penyusunan skripsi ini.

  7. Kekasihku tercinta, Dony Istiawan yang dengan sabar dan tak pernah jenuh memberikan kekuatan cinta, kasih sayang, doa, semangat dan segala bantuan.

  8. Liyox, Androx dan Upil, sahabat sejatiku. Terima kasih atas semuanya.

  9. Si Berat (Androx, Gendut, Oneng dan Ba) and Jajax, terima kasih atas persahabatan yang indah dan penuh warna yang telah kalian hadirkan.

  10. Nano, Anggey, Opang, Meta, Agung, Tanti, Widi dan Win yang selalu memberikan doa, semangat, bantuan dan keceriaan.

  11. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2003. Terima kasih atas segala yang telah kalian berikan.

  12. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... v ABSTRAK ................................................................................................... vi

  ABSTRACT .................................................................................................... viii

  KATA PENGANTAR ................................................................................. x DAFTAR ISI................................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .........................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................

  3 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................

  4 D. Pembatasan Masalah ..............................................................................

  4 E. Pembatasan Istilah .................................................................................

  5 1. Siswa SLB B .............................................................................. ........

  5 2. Pembelajaran matematika ...................................................................

  5

  4. Keterlibatan ......................................................................... ...............

  5 5. Hasil yang dicapai siswa .....................................................................

  5

  6. Minat .................................................................................................. 6 7. Efektifitas............................................................................................

  6 F. Manfaat Penelitian .................................................................................

  6 BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................

  7 A. Makna Belajar .........................................................................................

  7 B. Pengertian Matematika............................................................................

  7 C. Alat Peraga .............................................................................................

  10 D. Tunarungu ..............................................................................................

  11 1. Pengertian Anak Tunarungu ................................................................

  11 2. Klasifikasi dan Jenis Ketunarunguan ..................................................

  13 3. Penyebab Ketunarunguan .....................................................................

  14 4. Karakteristik Anak Tunarungu .............................................................

  15 5. Pendidikan Anak Tunarungu ..............................................................

  17 6. Komunikasi Bagi Anak Tunarungu ....................................................

  23 E. Hakekat Pengukuran................................................................................

  24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................

  27 A. Jenis Penelitian........................................................................................

  27 B. Subjek Penelitian.....................................................................................

  27 C. Jenis Data ...............................................................................................

  27 D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................

  28

  2. Wawancara ......................................................................................... 29 3. Dokumentasi .......................................................................... ............

  29 E. Keabsahan Data.......................................................................................

  30 F. Instrumen Penelitian ...............................................................................

  30 1. Lembar Pengamatan ............................................................................

  30 2. Lembar Wawancara ...................................................................... .....

  30 G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ...............................................................

  30 1. Tahap Persiapan .................................................................................

  30 2. Rencana Kegiatan ...............................................................................

  31 3. Alat Peraga yang Digunakan...............................................................

  32 4. Evaluasi Pembelajaran Siswa..............................................................

  35

  5. Rencana Pelaksanaan ......................................................................... 36 H. Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan ...............................................

  36 BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN DAN HASIL OBSERVASI.....

  39 A. Pelaksanaan Penelitian ...........................................................................

  39 1. Observasi Sebelum Pembelajaran ......................................................

  40 2. Observasi Pada Waktu Pembelajaran .................................................

  42 a. Pertemuan pertama...........................................................................

  42 b. Pembahasan pertemuan pertama......................................................

  49 c. Pertemuan kedua .............................................................................

  50 d. Pembahasan pertemuan kedua ........................................................

  61 e. Pertemuan ketiga..............................................................................

  62

  g. Pertemuan keempat..........................................................................

  70 h. Pembahasan pertemuan keempat ....................................................

  83 i. Pertemuan kelima .............................................................................

  85 j. Pembahasan pertemuan kelima ........................................................ 116 k. Pembahasan secara keseluruhan ..................................................... 119

  B. Hambatan yang Terjadi .......................................................................... 123

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 124 A. Kesimpulan ............................................................................................. 124 B. Saran........................................................................................................ 125 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 126 LAMPIRAN.................................................................................................. 127 BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 189

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Gambar-gambar Pertemuan Pertama ....................................... 127 Gambar 2. Gambar-gambar Pertemuam Kedua ........................................ 128 Gambar 3. Gambar-gambar Pertemuan Ketiga.......................................... 129 Gambar 4. Gambar-gambar Pertemuan Keempat ..................................... 130 Gambar 5. Gambar-gambar Pertemuam Kelima ....................................... 131

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat keterangan telah melakukan penelitian di SLB B YAAT Klaten ..................................................................................... 132

  Lampiran 2. Rencana pembelajaran (untuk pertemuan pertama) ............... 133 Lampiran 3. Rencana pembelajaran (untuk pertemuan kedua).................... 135 Lampiran 4. Rencana pembelajaran (untuk pertemuan ketiga) ................... 137 Lampiran 5. Rencana pembelajaran (untuk pertemuan keempat)................ 139 Lampiran 6. Rencana pembelajaran (untuk pertemuan kelima) ................ 141 Lampiran 7. Instrumen observasi aktivitas siswa di kelas (pada pertemuan pertama) .................................................................................. 143 Lampiran 8. Instrumen observasi keterlibatan siswa dalam pembelajaran

  (pada pertemuan pertama) ...................................................... 144 Lampiran 9. Instrumen observasi minat siswa dalam pembelajaran (pada pertemuan pertama) .............................................................. 145 Lampiran 10. Instrumen observasi aktivitas siswa di kelas (pada pertemuan kedua) ................................................................................... 146 Lampiran 11. Instrumen observasi keterlibatan siswa dalam pembelajaran

  (pada pertemuan kedua) ....................................................... 147 Lampiran 12. Instrumen observasi minat siswa dalam pembelajaran (pada pertemuan kedua) ................................................................. 148 Lampiran 13. Instrumen observasi aktivitas siswa di kelas (pada pertemuan

  Lampiran 14. Instrumen observasi keterlibatan siswa dalam pembelajaran (pada pertemuan ketiga) ....................................................... 150

  Lampiran 15. Instrumen observasi minat siswa dalam pembelajaran (pada pertemuan ketiga) ................................................................. 151 Lampiran 16. Instrumen observasi aktivitas siswa di kelas (pada pertemuan keempat) ............................................................................... 152 Lampiran 17. Instrumen observasi keterlibatan siswa dalam pembelajaran

  (pada pertemuan keempat) ................................................... 153 Lampiran 18. Instrumen observasi minat siswa dalam pembelajaran (pada pertemuan keempat) ............................................................ 154 Lampiran 19. Instrumen observasi aktivitas siswa di kelas (pada pertemuan kelima) .................................................................................. 155 Lampiran 20. Instrumen observasi keterlibatan siswa dalam pembelajaran

  (pada pertemuan kelima) ...................................................... 156 Lampiran 21. Instrumen observasi minat siswa dalam pembelajaran (pada pertemuan kelima) ................................................................ 157 Lampiran 22. Transkrip wawancara............................................................. 158 Lampiran 23. Catatan kelas.......................................................................... 166 Lampiran 24. Data hasil belajar siswa ........................................................ 168 Lampiran 25. Lembar jawaban Wahyu........................................................ 169 Lampiran 26. Lembar jawaban Lia ............................................................. 170 Lampiran 27. Lembar jawaban Wahyu........................................................ 171

  Lampiran 29. Lembar jawaban Vera............................................................ 173 Lampiran 30. Lembar jawaban Wahyu......................................................... 174 Lampiran 31. Lembar jawaban Lia ............................................................. 175 Lampiran 32. Lembar jawaban Vera............................................................ 176 Lampiran 33. Lembar jawaban Vera............................................................ 177 Lampiran 34. Lembar jawaban Vera............................................................ 178 Lampiran 35. Lembar jawaban Vera............................................................ 179 Lampiran 36. Lembar jawaban Lia ............................................................. 180 Lampiran 37. Lembar jawaban Vera............................................................ 181 Lampiran 38. Lembar jawaban Lia ............................................................. 182 Lampiran 39. Lembar jawaban tes formatif Vera ....................................... 183 Lampiran 40. Lembar jawaban tes formatif Lia........................................... 185 Lampiran 41. Lembar corat-coret Vera........................................................ 187 Lampiran 42. Lembar corat-coret Lia ......................................................... 188

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini, pembelajaran dengan menggunakan alat peraga

  sedang dilakukan di beberapa sekolah di Yogyakarta dan Klaten. Sekolah- sekolah di kota-kota itu mencoba untuk menggunakan pendekatan tersebut dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Diharapkan, penggunaan alat peraga ini dapat menarik minat siswa dalam belajar matematika, agar siswa semakin bersemangat untuk melaksanakan pembelajaran matematika yang selama ini dianggap sebagai momok oleh para siswa. Pembelajaran menggunakan alat peraga juga bertujuan untuk menciptakan model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan melatih siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

  Pada umumnya, sasaran dari metode-metode baru yang bermunculan akhir-akhir ini adalah sekolah formal. Seminar dan penyuluhan dilakukan untuk mengenalkan metode ini. Namun masyarakat kurang menyadari bahwa masih ada sekolah yang perlu mendapat perhatian, Sekolah Luar Biasa misalnya. Masyarakat kurang menyadari bahwa bukan hanya anak normal saja yang memerlukan pendidikan yang layak, tetapi anak yang mempunyai kelainan juga memerlukan pendidikan yang layak untuk kelangsungan hidup mereka, agar mereka dapat hidup mandiri, dan dapat tersebut adalah tunarungu. Anak tunarungu juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan sama seperti anak normal, termasuk pembelajaran dengan menggunakan metode-metode baru yang bermunculan akhir-akhir ini.

  Sebagian besar anak tunarungu mengikuti pendidikan luar biasa. Sekolah Luar Biasa bagian B atau sering disingkat dengan SLB B, merupakan sekolah bagi anak-anak tunarungu. Kurikulum dan materi yang dipakai di sekolah ini, sama seperti sekolah pada umumnya. Pembelajaran di sekolah luar biasa disesuaikan dengan kemampuan dan ketidakmampuan yang dimiliki anak tunarungu. Pada umumnya metode yang dipakai dalam melaksanakan pembelajaran adalah metode driil dan ceramah dengan pendekatan individual. Pendekatan individual adalah pendekatan di mana dalam pembelajaran tersebut, siswa belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Sedangkan metode driil adalah pembelajaran dengan cara mengulang materi yang dibahas dan mengulang kata-kata pada waktu penyampaian materi sampai siswa benar- benar mengerti. Metode ini digunakan karena anak tunarungu belum bisa mengerti apa yang dikatakan dan dimaksudkan guru hanya dengan satu kali guru berbicara. Alat peraga juga digunakan dalam pembelajaran pada anak tunarungu, khususnya untuk pelajaran matematika. Hal ini dilakukan untuk membantu anak dalam mengabstraksi. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika bagi anak tunarungu masih sebatas pengembangan penggunaan alat peraga untuk membuat minat anak dalam belajar matematika semakin meningkat dan melatih anak untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

  Dengan latar belakang seperti ini, penulis mencoba untuk melakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga pada Sekolah Luar Biasa bagian B (SLB B). Metode ini diharapkan dapat meningkatkan minat siswa SLB B dalam mempelajari matematika dan siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan, tetapi aktif dalam pembelajaran, sehingga tidak kalah bersaing dengan siswa normal.

B. Rumusan Masalah

  Penulis tertarik untuk merumuskan masalah-masalah yang terkait dalam bidang ini, yaitu:

  1. Bagaimana keterlibatan siswa SLB B dan hasil yang dicapai siswa SLB B dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga untuk materi pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang?

  2. Apakah penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika untuk materi pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang dapat meningkatkan minat siswa SLB B untuk mempelajari matematika?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dalam penelitian ini adalah:

  1. Mengetahui keterlibatan siswa SLB B dan hasil yang dicapai siswa SLB B dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga untuk materi pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang.

  2. Mengetahui minat siswa SLB B dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga untuk materi pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang.

  D. Pembatasan Masalah

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Metode ini dipilih oleh peneliti karena dirasa tepat untuk siswa SLB B, mengingat siswa SLB B mengalami kesulitan dalam mengabstraksi suatu benda. Dengan pembelajaran ini, peneliti ingin mengetahui keterlibatan siswa, minat siswa dan hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar ini dilakukan untuk materi pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang. Peneliti memilih materi pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang karena materi ini sebagai dasar untuk belajar menjahit pada siswa SLB B. Menjahit merupakan salah satu keterampilan yang diberikan pada siswa SLB B, supaya pada akhirnya keterampilan ini dapat digunakan siswa SLB B untuk hidup mandiri.

E. Pembatasan Istilah

  1. Siswa SLB B Siswa SLB B adalah siswa sekolah dasar yang mengalami kelainan fisik yaitu tunarungu sehingga mereka mendapat pendidikan secara khusus.

  2. Pembelajaran matematika Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar dalam bidang matematika.

  3. Alat peraga pembelajaran matematika Alat peraga matematika merupakan suatu media dalam pembelajaran matematika yang digunakan untuk membuat pembelajaran lebih menarik, untuk memotivasi siswa, membantu siswa dalam proses abstraksi dan melatih siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

  4. Keterlibatan Keterlibatan dalam hal ini diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran selama penelitian berlangsung.

  5. Hasil yang dicapai siswa Hasil yang dicapai siswa dalam hal ini meliputi hasil yang bersifat kuantitatif (seperti kemajuan dalam prestasi) dan hasil yang bersifat kualitatif, seperti keberanian menyatakan ide, kemampuan bernalar atau berargumentasi, perubahan sikap, kemandirian dan sebagainya.

  6. Minat Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap pada pada diri siswa untuk berprilaku tertentu terhadap suatu objek, yaitu siswa merasa tertarik untuk belajar matematika.

  7. Efektifitas Efektifitas adalah suatu keberhasilan yang diharapkan dalam suatu kegiatan. Jika semakin tinggi efektifitasnya maka semakin tinggi keberhasilan suatu kegiatan itu.

F. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Guru SLB B Guru dapat menemukan metode yang cocok untuk membuat pembelajaran matematika lebih menarik.

  2. Bagi Universitas Untuk menambah kepustakaan dan untuk acuan dalam penelitian sejenis; untuk melihat sisi lain dari dunia pendidikan yang selama ini belum tersentuh.

  3. Bagi Mahasiswa Sebagai bahan perbandingan antara teori dengan keadaan yang sesungguhnya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Makna Belajar Suharyo Sumowidagdo mengatakan bahwa belajar merupakan

  proses kontinu/berkesinambungan yang merupakan kombinasi antara : proses untuk menguasai sesuatu yang baru, menggunakan sesuatu yang sudah dikuasai, dan mengajarkan sesuatu yang sudah dikuasai pada orang lain. (Tips dan Makna Belajar Secara Umum , pada 8 Oktober 2006).

  Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), serta nilai dan sikap (afektif).

B. Pengertian Matematika

  Hingga saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para matematikawan tentang apa yang disebut matematika. Sedangkan sasaran penelaahan matematika itu sendiri sebagaimana kita tahu, tidaklah konkrit . melainkan abstrak Pengertian matematika sangat beragam tergantung pada siapa yang mengutarakan pengertian tersebut. Berikut ini adalah

  Dienes (dalam Ruseffendi, 1988: 160) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. (Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme, . Diakses pada 8 Oktober 2006).

  Bourne (dalam Romberg, 1992: 752) memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu siswa dipandang sebagai mahluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing that yang dianut oleh kaum absolutis, di mana siswa dipandang sebagai mahluk yang pasif dan dapat diisi informasi (Dewey dalam Romberg, 1992: 752). (Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme, . Diakses pada 8 Oktober 2006).

  Ruseffendi (dalam Erman, 2001: 21) mengatakan bahwa matematika terbentuk dari hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.

  Johnson dan Rising (dalam Erman, 2001: 22) mengutarakan bahwa yang logik. Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat.

  Menurut Marpaung (dalam penelitian tindakan, 1995: 23), matematika adalah suatu ilmu yang objeknya bersifat abstrak, tidak dapat diamati dengan indera manusia. Objek-objeknya hanya ada dalam pikiran. Konsep-konsep matematika semuanya merupakan hasil rekayasa mental (mental construct) yang terjadi melalui proses abstraksi, generalisasi, idealisasi, deduksi, dan representasi objek matematika yang dapat diamati.

  Misalnya, kita tidak pernah melihat bilangan; yang dapat kita lihat adalah angka yang mempresentasikan secara simbolis bilangan itu.

  Perkembangan inteligensi manusia oleh Piaget dibagi dalam tahapan-tahapan yang berjenjang sebagai berikut:

  1. Tahap sensori-motor: pada umur 0-2 tahun;

  2. Tahap pre-operasi: pada umur 2-7 tahun;

  3. Tahap operasi konkrit: pada umur 8-11 tahun; 4. Tahap operasi formal: pada umur lebih dari 11 tahun.

  Siswa-siswa sekolah dasar (termasuk siswa SLB B), menurut klasifikasi Piaget tersebut diatas, berada pada tahap perkembangan kognitif ketiga, yang ditandai dengan kemampuan berfikir logis tetapi terkait dengan hal-hal konkrit. Oleh karena itu cara yang dirasa tepat untuk melaksanakan pembelajaran matematika pada siswa ini adalah dengan merepresentasikan matematika sedemikian rupa sehingga dapat konkrit; salah satu cara adalah dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.

C. Alat Peraga

  Alat peraga merupakan alat bantu yang menjadi bagian integral dari keseluruhan kegiatan belajar mengajar yang ikut menentukan keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Alat peraga sangat berperan penting dalam pembelajaran karena dengan penggunaan alat peraga, siswa terbantu dalam proses abstraksi, selain itu alat peraga dapat menarik perhatian dan meningkatkan minat siswa untuk belajar.

  Berikut ini adalah manfaat lain yang didapat dengan penggunaan alat peraga, yaitu: (Bab VI; Tim MKPBM)

  1. Proses belajar mengajar termotivasi, baik murid maupun guru.

  Terutama murid, minatnya akan timbul. Ia akan senang, tertarik dan karena itu ia akan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.

  2. Konsep abstrak matematika disajikan dalam bentuk konkrit, karena itu lebih mudah dipahami dan dimengerti dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.

  3. Hubungan antara konsep-konsep abstrak dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dimengerti.

  4. Konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru bertambah banyak.

  Bila kita akan membuat alat peraga, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: (Bab VI; Tim MKPBM)

  1. Tahan lama (dibuat dari bahan yang cukup kuat).

  2. Bentuk dan warna menarik.

  3. Sederhana dan mudah diolah (tidak rumit).

  4. Ukuran sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak.

  5. Dapat disajikan (dalam bentuk riil, gambar atau diagram) konsep matematika.

  6. Sesuai dengan konsep.

  7. Dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas.

  8. Peragaan itu supaya merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak.

  9. Jika kita mengharapkan agar siswa belajar aktif, alat peraga itu supaya dimanipulasi, yaitu dapat diraba, dipegang, dipindahkan, diotak-atik atau dipasang dan dicopot.

  10. Bila mungkin dapat berfaedah lipat (banyak).

D. Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu

  Istilah tunarungu diambil dari kata “Tuna” dan “Rungu”. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau anak mampu mendengar suara. (Ortopedagogik Anak Tunarungu, 1995: 26) Secara umum, pengertian tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik secara sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks. (Ortopedagogik Anak Tunarungu, 1995: 27)

  Dampak terhadap kehidupannya secara kompleks mengandung arti bahwa akibat ketunarunguan maka perkembangan anak menjadi terhambat, sehingga menghambat perkembangan kepribadian secara keseluruhan seperti perkembangan inteligensi, emosi, dan sosial.

  Hal yang perlu diperhatikan akibat dari ketunarunguan adalah hambatan dalam berkomunikasi, sedangkan komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan bahwa anak tunarungu tidak dapat mendengar membuatnya mengalami kesulitan untuk memahami bahasa yang diucapkan oleh orang lain dan karena mereka tidak dapat mengerti bahasa secara lisan atau oral maka mereka tidak dapat bicara jika mereka tidak dilatih bicara.

  Akibat kurang berfungsinya pendengaran, anak tunarungu mengalihkan pengamatannya melalui mata, maka anak tunarungu mencoba memahami bahasa lisan atau oral. Selain melihat gerakan dan ekspresi wajah lawan bicaranya, mata anak tunarungu juga digunakan untuk membaca gerak bibir orang yang berbicara. Pada anak tunarungu pengamatan melalui mata sangat penting, yaitu untuk dapat memahami bahasa orang lain. Dengan alasan tersebut, anak tunarungu lebih banyak membutuhkan waktu untuk memahami bahasa orang lain dan untuk berbicara. Waktu yang dibutuhkan tergantung pada masing-masing individu serta bantuan dari orang-orang di sekelilingnya.

2. Klasifikasi dan Jenis Ketunarunguan

  Pada umumnya anak tunarungu dapat dibagi atas dua golongan atau kelompok besar, yaitu tuli dan kurang dengar. Orang tuli adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik dengan memakai ataupun tidak memakai alat bantu mendengar. Orang kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, akan tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan pemakaian alat bantu mendengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses informasi bahasa melalui pendengaran.

  Jenis kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan anatomi fisiologis, yaitu: (Ortopedagogik Anak a. Tunarungu Hantaran (Konduksi) Tunarungu hantaran (konduksi) adalah ketunarunguan yang disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat penghantar getaran suara pada telinga bagian tengah.

  b. Tunarungu Syaraf (Sensorineural) Tunarungu syaraf (sensorineural) adalah tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan (tidak berfungsinya) alat-alat pendengaran bagian dalam syaraf pendengaran yang menyalurkan getaran ke pusat pendengaran pada Lobus temporalis.

  c. Tunarungu Campuran Tunarungu campuran adalah tunarungu yang mempunyai kelainan pendengaran yang disebabkan kerusakan pada penghantar suara dan kerusakan pada syaraf pendengaran.

3. Penyebab Ketunarunguan

  Secara umum faktor ketunarunguan dapat terjadi sebelum lahir (prenatal), ketika lahir (natal), dan sesudah lahir (post natal). Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor penyebab ketunarunguan dapat dikelompokkan sebagai berikut: (Ortopedagogik Anak Tunarungu, 1995: 33, 34)

  a. Faktor dalam diri anak Ada beberapa hal dari dalam diri anak yang bisa menyebabkan ketunarunguan, antara lain:

  1) Disebabkan oleh faktor keturunan dari salah satu atau kedua orang tuanya yang mengalami ketunarunguan.

  2) Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit Campak Jerman (Rubella).

  3) Ibu yang sedang mengandung menderita keracunan darah atau Toxaminia.

  b. Faktor luar diri anak 1) Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan atau kelahiran.

  2) Meningitis atau radang selaput otak. 3) Otitis Media (radang telinga bagian tengah). 4) Penyakit lain atau kecelakaan yang menyebabkan kerusakan alat pendengaran bagian tengah dan dalam.

4. Karakteristik Anak Tunarungu

  a. Karakteristik dalam segi inteligensi Pada umumnya anak tunarungu memiliki kemampuan inteligensi normal atau rata-rata, akan tetapi karena perkembangan inteligensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, maka anak tunarungu akan menampakkan inteligensi yang lebih rendah yang disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa. Perkembangan inteligensi anak tunarungu tidak sama dengan mereka yang mendengar. Anak yang mendengar belajar banyak dari apa yang didengarnya, sedangkan hal tersebut tidak terjadi pada anak b. Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara Kemampuan berbicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan anak yang mendengar, hal ini disebabkan perkembangan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Perkembangan bahasa dan bicara pada anak tunarungu memerlukan pembinaan secara intensif, sesuai dengan taraf ketunarunguan dan kemampuan-kemampuan yang lain. Karena anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, kemampuan berbahasanya tidak akan berkembang bila ia tidak dididik atau dilatih secara khusus. Akibat dari ketidakmampuannya dibandingkan dengan anak lain yang mendengar dengan usia sama, maka perkembangan bahasanya akan jauh tertinggal.

  (Ortopedagogik Anak Tunarungu, 1995: 36)

  c. Karakteristik dalam segi psikologi, emosi dan sosial Ketunarunguan dapat menyebabkan terasing dari pergaulan sehari-hari, yang berarti mereka terasing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat di mana ia hidup. Keadaan ini menghambat perkembangan kepribadian anak menuju kedewasaan. Akibat ketunarunguan dapat menimbulkan efek-efek negatif pada psikologi anak, seperti: 1) Egosentrisme yang melebihi anak normal.

  2) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas.

  4) Perhatian mereka lebih sukar dialihkan. 5) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung.

  (Ortopedagogik Anak Tunarungu, 1995: 36) 5.

   Pendidikan Anak Tunarungu

  Pendidikan bagi anak tunarungu menggunakan beberapa sistem pendidikan, yaitu: a. Sistem pendidikan segregasi

  Sistem pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang terpisah dari pendidikan anak normal. Pendidikan anak tunarungu melalui sistem pendidikan segregasi maksudnya adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Dalam hal ini anak tunarungu diberikan layanan pendidikan khusus untuk anak luar biasa seperti Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB).

  Berikut ini adalah bentuk-bentuk sistem pendidikan segregasi: 1) Sekolah Luar Biasa untuk Anak Tunarungu (SLB/B)

  Pada umumnya struktur organisasi SLB/B berbentuk unit pendidikan, artinya penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu sekolah dengan seorang kepala sekolah. Dalam unit ini terdapat pengaturan jenjang kelas, yaitu:

  a) Tingkat persiapan dengan lama pendidikan 3 tahun Tingkat persiapan pada SLB ini setaraf dengan taman kanak-kanak biasa. Pada tingkat persiapan, anak tunarungu lebih banyak menerima kegiatan berbahasa daripada pada taman kanak-kanak biasa. Pada tingkat ini latihan gerak irama juga sangat dipentingkan. Kegiatan lainnya hampir sama.

  b) Tingkat dasar dengan lama pendidikan 8 tahun Tingkat dasar merupakan lanjutan dari tingkat persiapan. Pada tingkat ini program pengajarannya hampir sama dengan program pengajaran pada SD biasa kecuali pelajaran menyanyi. Pada program pengajaran dewasa ini, ada mata pelajaran khas pada sekolah bagi anak tunarungu, yaitu membaca ujaran (speech reading) dan pelajaran artikulasi/berbicara.

  Bagi anak tunarungu yang telah menyelesaikan pendidikannya pada tingkat SD dengan prestasi yang baik terutama dalam kemampuan bahasanya, diperbolehkan melanjutkan sekolahnya ke Sekolah Menengah Umum atau sekolah biasa pola tingkat SLTP. Dengan kata lain anak tersebut dapat berintegrasi pada sekolah biasa dan bisa berintegrasi pada sekolah biasa dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat lanjutan/kejuruan.