Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Prog ram Studi Bimbingan dan Konseling
STUDI TENTANG TINGKAT KEBIASAAN PROAKTIF MAHASISWA
SEMESTER III PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ANGKATAN TAHUN 2006
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Prog ram Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Novilia Puspitasari Iriani
NIM : 01 1114 033
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Tataplah hari ini...
Karena kemarin adalah mimpi dan esok
hanyalah bayangan.
Tetapi hari ini...
Yang dijalani dengan baik membuat setiap hari kemarin
menjadi impian kebahagiaan.
Dan setiap esok hari menjadi bayangan harapan.
Karena itu, tataplah hari ini untuk menjadi yang terbaik
dengan berani menerima kemungkinan terburuk
Dengan penuh cinta dan kerendahan hati k upersembahkan karya
ini untuk:v Papah dan Mamah tercinta untuk pemberiannya yang tak terbatas
v Adik-adikku untuk tawa, canda dan amarahnya v Sosok malaikat yang menjadi belahan jiwaku v Sahabat-sahabatku untuk kebersamaannyaPERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagimana layaknya karya
ilmiah.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Novilia Puspitasari IrianiNomor Mahasiswa : 011114033
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:STUDI TENTANG TINGKAT KEBIASAAN PROAKTIF MAHASISWA
SEMESTER III PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA ANGKATAN TAHUN 2006beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin
dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 21 April 2008Yang menyatakan
ABSTRAK
STUDI TENTANG TINGKAT KEBIASAAN PROAKTIF MAHASISWA
SEMESTER III PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGUNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ANGKATAN TAHUN 2006
Novilia Puspitasari Iriani
Universitas Sanata Dharma, 2008
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebiasaaan
proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006. Jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian ini
adalah mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 sebanyak 40
mahasiswa.Instrumen penelitian adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri.
Instrumen tersebut memuat tiga komponen kebiasaan proaktif, yaitu: (1)
mampu mengambil keputusan; (2) memilih nilai-nilai hidup yang positif; (3)
tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di
luar diri sendiri) ketika menghadapi suatu permasalahan. Teknik analisis data
yang digunakan adalah mengadaptasi teknik perhitungan skor dengan
menggunakan rumus Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Untuk
penggolongan kebiasaan proaktif yaitu: ”sangat tinggi”, ”tinggi”, ”cukup
tinggi”, ”rendah”, dan ”sangat rendah”.Hasil penelitian tidak ditemukan mahasiswa yang memiliki kebiasaan
proaktif yang ”sangat tinggi” (berada pada rentang 90%-100%), 18 mahasiswa
memiliki kebiasaan proaktif yang ”tinggi” (berada pada rentang 80%-89%),
21 mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”cukup tinggi” (berada pada
rentang 65% -79%), 1 mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”rendah”
(berada pada rentang 55%-64%) dan tidak ada mahasiswa memiliki kebiasaan
proaktif yang ”sangat rendah” (berada pada rentang dibawah 55%). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan proaktif sebagian besar
mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 kurang tinggi atau belum
ideal dan perlu ditingkatkan.
ABSTRACT
A STUDY ON THE THIRD SEMESTER STUDENTS’
PROACTIVE HABIT IN GUIDANCE COUNSELLING
SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA
ACADEMIC YEAR 2006
Novilia Puspitasari Iriani
Sanata Dharma University, 2008
The purpose of this research was to know the level of the third semesterstudents’ proactive habit in guidance and counseling, Sanata Dharma University
Yogyakarta academic year 2006. This research was a descriptive research with
survey method. This population was the third semester students’ proactive habit in
guidance and counseling, Sanata Dharma University of Yogyakarta academic year
2006 consistace of 40 students.The research instrument was a questioner compiled by researcher herself.
The instrument ha d three components of proactive habit, those were: (1) capable
to take a decision; (2) choose the values of life; (3) not blame the external sides
(others, situation and the outside things from ourselves) when to face a problem.
The technique of data analysis was adapting score calculation technique by using
assessment formula of directive reference (PAP) type I. For the classifications of
proactive habit, those are, "very high", "high", "high enough", "low", and “very
low".The result of the research showed that there was no student having
proactive habit "very high" (stays at spread of 90% -100%), 18 students had "high"
proactive habit (stays at spread 80%-89%), 21 students had "high enough"
proactive habit (stays at spread 65%-79%), 1 student ha d "low" proactive habit
(stays at spread 55%-64%) and there was no student ha d "very low" proactive
habit (stays at spread below 55%). From the result of this research it was
concluded that proactive habit of most students in third semester in guidance and
counseling, Sanata Dharma University of Yogyakarta academic year 2006, was
not high enough or not ideal yet and need to be improved.KATA PENGANTAR
Puji syukur yang berlimpah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaan kasih dan rahmatNya sejak awal hingga akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma .
Kasih dan rahmat Tuhan yang penulis terima terwujud dalam kehadiran dan perhatian banyak pihak. Untuk itu penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada:
1. Drs. R. H. Dj. Sinurat, M.A., sebagai dosen pembimbing I yang penuh kesabaran dan kasih memberikan pikiran ,tenaga, semangat serta perhatian untuk membimbing dan mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
2. Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si., sebagai dosen pembimbing II yang banyak memberikan sumbangan pikiran dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
3. Dra. C. L. Milburga, CB., M.Ed. selaku dosen penguji telah membantu dan memberikan sumbangan pikiran dalam menyempurnakan skripsi ini.
4. A. Setyandari, S. Pd.,Psi.,M.A. yang bersedia bertukar pikiran dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. A. Cruse Haryanto. Mardiraharjo, dosen kateketik Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Santa Dharma Yogyakarta yang bersedia memberi sumbangan pikiran kepada penulis.
6. Papah dan Mamah tercinta yang memberikan cinta tak terbatas dan materi demi membesarkan, mendampingi, membimbing dan mendoakan sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Ganang Anggara Bayu Wicaksono dan Junior Cesar Sielvals, kedua jagoanku yang setia menghiasi hari-hariku dengan tawa, canda dan pastinya berantem, sehingga kejenuhan tiada pernah singgah dalam
8. Keluarga besar Lay Moen Hong: (Bude Shanty, Pakde Djiong, Bude
Chen, Pakde Fredy, Pakde Ady (Alm), Tante Nancy, Pakde Jhony, Om
Theo, Mas Ary, Mas Richard, Mas Andy, Mas Franky, Mas Ricky, Mbak
Riena, Mas Henry, Koko Jufri, Mbak Bq, Mas Joko, Elleyen, Jacson,
Nyssa, Alvin) yang nambahin uang jajanku, setia mendoakan dan memberi
perhatian bagiku.9. Keluarga besar Aximin Siswowerdjoyo yang mendewasakan diriku. Mbah
utie yang tidak lagi ku dapati raganya namun masih ku rasakan
kehadirannya.10. Michael, Jessica, Melvin, Vallen, Ryan, Marcello, Josua, Adit, Afsar,
Keke, keponakan-keponakan tercinta yang membuatku rindu masa kanak-
kanakku.11. Keluarga besar Ponco Jati dan Kweni 19 (Pakde Kadaryanto(Alm))&Bude
Yanto, Mas ‘ndoko, Mas Inu, Mas Rudi, Mbak Mira, Mbak Rina) yang
sedia membantu dan memberikan nasihat untuk hari-hariku ke depan.12. Pakde+Bude Bakat, Pakde+Bude Zen, Pakde (Alm)+Bude Marsono, Pakde+Bude Bardiman yang menjadi orangtua keduaku.
13. Didik Wisudantoro, kakak tercinta yang memberikan modul trainingnya
dan menjadi idolaku dengan kasihnya tak pernah berubah memperlakukan
aku.14. Chriscensia Intan Kurniyanti yang menjadi belahan jiwaku, Abang Ferry,
Mas Adit, Mbak Tinuk, Mas Bayu, Mbak Nawang, Ida , Mbak Susi, Mbak
Mexsy, untuk perhatiannya dalam wujud moral maupun moril kepadaku.
15. Teman-teman sejak di TK Bhayangkari Angkasapura, SD Inpres Angkasapura, SMPN 1 Jayapura, SMUNDA Jayapura dan akhirnya teman-teman alumni AVUGASA, STERO yang membuatku mengerti dunia kaum hawa.
16. Teman-teman BK angkatan 01 yang membuat kita bisa saling kenal dan
hidup bersama selama belajar. Semoga masih ada waktu untuk kita
bertemu walau dengan keadaan yang berbeda.17. Aa Tjockro, Muhammad Fawzi Habibie, Ade, Mirmo Bayu Aji, Emil
Bardian Iqbal, Eka Chandra, Catur, Satria Denny Irawan, Mas Aric, Pak
Suroto dengan kafe tiga ceretnya, Mas Dahlar, Aa Wicko, Surya, Stella
Gracia Ininda Larasati yang setia membantuku mencapai yang terbaik
dalam hidup.18. Kakak dan Adik tingkat BK USD (Sr Date (alm) menjadi kenangan
terindah untuk kebersamaan yang pernah tercipta antara kita, Mas Arint,
Mbak Nita yang bolehin mengembangkan skripsinya, Br. Teguh, Gugun,
Sari, Uning, Ema, Yala, Paula) yang bersedia berbagi banyak hal selama
studi di BK USD.19. Muhammad Ikhwa dan Fransisco Fachmy Hasry kedua sosok sahabat dan
kakak super bocor yang memberikan perhatian dengan canda tawa serta
sindiran agar aku bisa mengikuti jejak mereka menjadi eksekutif muda.Siti Nurliah Indah Purwanti sahabat super heboh sejak dalam perut sampe
segede ini yang setia peduli dengan suara kehidupanku.20. Johan Sangkar, Faizal Arbi Abba dan Simeon Abiyagsa Ticoalu yang pernah menoreh kisah uniq dalam hidupku.
21. Sonny Marcofussano yang tak pernah berhenti menjadi selimut hatiku
dahulu, kini dan untuk selamanya. Ivan yang memberi tempat terindah
untuk batinku. Muhammad Sagihel Magadan Al-ydrus yang selalu ada di
saat-saat genting.22. Hartono untuk kehadiranmu yang mampu membuatku merasa nyaman, karena engkaulah yang terpilih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Namun penulis berharap, semoga skripsi ini barmanfaat bagi para
pembaca dan dapat memberikan sumbangan bagi para pembaca yang
berminat terhadap proaktivitas.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...……………………….... ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………....... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………...... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………… vi
ABSTRAK……………………………………………………………...….. vii
ABSTRAC ……..……………………………………………………...…...... viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………... xi
DAFTAR ISI…………………………………………………………...….. xii
DAFTAR GAMBAR dan TABEL………………………………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………….
1 B. Perumusan Masalah…………………………………………….
5 C. Tujuan Penelitian……………………………………………….
6 D. Manfaat Penelitian……………………………………………...
6 E. Definisi Operasional……………………………………………
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kebiasaan Proaktif…………………………………
8 B. Komponen-Komponen Kebiasaan Proaktif……………………
16 C. Ciri-Ciri Orang Yang Proaktif…………………………………
20 D. Manfaat Kebiasaan Proaktif……………………………………
24 E. Upaya Mengembangkan Kebiasaan Proaktif…………………..
25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…………………………………………………
27 B. Subjek Penelitian……………………………………………….
27 C. Instrumen Penelitian……………………………………………
28 1. Alat Pengumpulan Data…………………………………….
28 2. Uji Coba Alat……………………………………………….
33 3. Validitas dan Reliabilitas…………………………………...
33 4. Prosedur Pengumpulan Data……………………………….
37 5. Teknik Analisis Data……………………………………….
38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tingkat Kebiasaan Proaktif Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan Tahun
40 2006................................................................
42 B. Pembahasan................................................................................
BAB V PENUTUP
49 A. Ringkasan………………………………………………………
51 B. Kesimpulan……………………………………………………..
51 C. Saran……………………………………………………………
53 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR dan TABEL
9 Gambar 1 : Model Proaktivitas……………………………………….
12 Gambar 2 : Fokus Proaktif dan Reaktif……………………………….
15 Gambar 3 : Bahasa Proaktif dan Reaktif……………………………...
Tabel 1 : Distribusi Item Kuesioner Kebiasaan Proaktif
29 (Sebelum Uji Coba)............................................................
35 Tabel 2 : Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas...........................
Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner Kebiasaan Proaktif
37 (Sesudah Uji Coba).............................................................
39 Tabel 4 : Penggolongan Kebiasaan Proaktif Berdasarkan PAP.........
Tabel 5 : Penggolongan Tingkat Kebiasaan Proaktif Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
41 angkatan tahun 2006...........................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Uji Coba Kebiasaan Proaktif…………………… Lampiran 2 : Tabulasi Skor Uji Coba Kebiasaan Proaktif………………..
Lampiran 3 : Kuesioner Kebiasaan Proaktif……………………………… Lampiran 4 : Tabulasi Skor Kebiasaan Proaktif………………………….
Lampiran 5 : Tabel Kategori Tingkat Kebiasaan Proaktif………………... Lampiran 6 : Tabel r………………………………………………………
55
64
73
80
86
88
BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan salah satu institusi yang mempersiapkan
sumber daya manusia (mahasiswa) melalu i kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berdaya guna perlu suasana akademis yang kondusif. Suasana akademis yang dimaksud yaitu: (1) adanya persaingan ketat, bersih, dan terbuka dalam penerapan dan pengembangan ilmu, (2) adanya berbagai jenis pertemuan ilmiah, seperti lokakarya, seminar, simposium, diskusi, (3) penerbitan ilmiah terselenggara secara baik dalam bentuk bulletin ilmiah, jurnal ilmiah atau majalah ilmiah, (4) perpustakaan dengan koleksi bahan pustaka relatif lengkap, (5) adanya dukungan administrasi yang baik dan birokrasi yang luwes, dan (6) pergaulan intens yang dapat membangun wawasan pengetahuan para mahasiswa agar memiliki sikap proaktif terhadap kondisi lingkungannya.
Apabila mahasiswa tidak memiliki sikap yang proaktif terhadap lingkungan sekitarnya, maka ia akan dengan mudah bersikap reaktif. Sikap reaktif timbul karena perkembangan teknologi informasi dewasa ini semakin
dengan berbagai cara tanpa mengindahkan nilai-nilai moral yang seharusnya
dipatuhi. Akibatnya banyak tata nilai lama tertantang atau tergoyahkan dan
membuat orang termasuk mahasiswa semakin didesak ke arah pola kehidupan
yang semakin modern dan penuh dengan persaingan. Misalnya nilai
kesopanan dalam berpakaian menjadi goyah karena adaptasi budaya barat,
seperti model pakaian yang terbuka dan seronok, gaya hidup anak muda
zaman sekarang yang bebas dan tidak mau bekerja keras. Mahasiswa
diharapkan dapat mengatur kehidupannya sendiri secara bebas dan
bertanggung jawab, mampu untuk mengambil inisiatif dalam memilih/
menentukan (merespon) apa pun yang dihadapinya sejalan dengan nilai-nilai
hidupnya yaitu sejalan dengan hal-hal yang dianggap penting atau berharga
dalam hidupnya (Covey, 1997: 113-119).Hasil penelitian Pusat Penelitian Sosial Lembaga Penelitian UII pada
tahun 2003 meneguhkan sinyalemen bahwa kehidupan mahasiswa sekarang
cenderung eksklusif dan apatis terhadap kehidupan masyarakat sekitar
(Kedaulatan Rakyat, Juni 2003). Sinyalemen kehidupan mahasiswa yang
cenderung eksklusif dan apatis terhadap kehidupan masyarakat sekitar
diperkuat dalam kehidupan sehari-hari; setiap individu memiliki kebiasaan-
kebiasaan yang berbeda -beda. Kebiasaan dapat menunjang dan menghambat
perkembangan kepribadian. Kebiasaan adalah perpaduan antar pengetahuan,
keterampilan dan keinginan. Pengetahuan berarti memahami hal-hal yang
akan dilakukan dan alasan melakukan hal-hal yang bersangkutan;
mudah; keinginan adalah motivasi untuk melakukannya (Covey ,1986, 1996,
1998: 4).Menurut Covey (1997: 94), seorang individu lebih kuat dari kebiasaan-
kebiasaannya, sehingga orang yang bersangkutan bisa merubah kebiasaan-
kebiasaannya ke arah yang lebih positif. Lorayne (2004: 124) mengatakan
bahwa kebiasaan ibarat seutas kabel; setiap hari orang memintal benang untuk
dijadikan kabel dan akhirnya orang yang bersangkutan tidak dapat
memutuskannya. Kebiasaan tidak mudah untuk dihilangkan. Kebiasaan
terbentuk selangkah demi selangkah dan berulang-ulang dilakukan sampai
tidak sadar (Lorayne, 2004: 129).Berdasar uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa agar mahasiswa
mampu mengendalikan dirinya dari tekanan dan kebiasaan yang cenderung
eksklusif dan apatis, mahasiswa harus memiliki kebiasaan proaktif. Kebiasaan
proaktif adalah prinsip dasar manusia yang merupakan salah satu kebiasaan
yang paling mendasar yang tidak terbentuk secara alamiah. Kebiasaan proaktif
tidak dapat dikembangkan hanya dengan membaca berbagai referensi.
Kebiasaan proaktif harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan dan pemahaman tentang kebiasaan proaktif tidak otomatis
membuat orang menjadi proaktif. Keberanian dan kemauan untuk terus
berlatih dan bertanggungjawab atas pilihan sendirilah yang dapat membuat
orang menjadi proaktif. Kebiasaan yang buruk sudah tentu berpengaruh
terhadap pengembangan kepribadian mahasiswa, termasuk mahasiswa
Seperti yang dikatakan Covey (1997: 94) kebiasaan tidak lebih kuat dari diri
orangnya. Karena itu orang yang bersangkutan dapat memperbaiki
kebiasaannya. Pada titik mahasiswa merasa jenuh tidak berhasil seperti orang
lain, ia akan berusaha mencari kompensasi, misalnya minum miras, narkoba,
merokok. Mahasiswa yang bersangkutan akan terus lari dari kenyataan dengan
kompensasi yang menjadi suatu kebiasaan ketika berada di titik jenuh. Dengan
menguasai kebiasaan proaktif, mahasiswa akan terbantu dalam mencapai
sukses hidupnya. Setiap orang dapat menjadi proaktif karena proaktivitas
merupakan kebiasaan yang dapat dipelajari dan dilatih. Kebiasaan proaktif
dapat menjadi bagian dari hidup dengan jalan berlatih. Kebiasaan proaktif
diharapkan tercermin antara lain dengan mengenal diri sendiri, menumbuhkan
kepercayaan diri.Fenomena mahasiswa yang eksklusif dan apatis membuat prihatin
banyak pihak, terutama kalangan pendidik di perguruan tinggi dan peneliti
mendapat kesan bahwa mahasiswa kurang proaktif. Kesan ini timbul dari
pengalaman sewaktu berinteraksi dengan adik tingkat; peneliti mendengar
keluhan yang menyalahkan faktor eksternal saat menghadapi suatu
permasalahan. Padahal mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
pada masa orientasi kampus sudah pernah mendapatkan materi pelatihan
pengembangan kepribadian tentang Tujuh Kebiasaan Remaja yang Sangat
Efektif ; salah satu topiknya adalah "Jadilah Proaktif".Peneliti semakin tertantang untuk mengetahui tingkat kebiasaan proaktif Sanata Dharma yang memperoleh pelatihan tentang proaktivitas yang dipersiapkan untuk menjadi calon-calon konselor yang diharapkan proaktif
dan ke lak mampu memberikan pelatihan tentang kebiasaan yang proaktif.
Pelatihan kebiasaan proaktif diharapkan dapat membantu mahasiswa agar antara lain:
1. Meningkatkan keberhasilannya dalam memimpin diri sendiri.
2. Meningkatkan keberhasilannya dalam menjalin hubungan dengan orang- orang di lingkungan sekitarnya .
3. Meningkatkan kebiasaan bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihannya.
4. Meningkatkan rasa percaya diri karena memiliki sikap “Aku bisa”.
Penulis tertarik untuk mengetahui tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 karena dengan mengetahuinya bisa dipikirkan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kebiasaan proaktif maha siswa.
B. Perumusan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006. Secara spesifik, pertanyaan yang dijawab dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimanakah tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III P rogram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006?” C.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi program studi
Bimbingan dan Konseling tentang kebiasaan proaktif mahasiswanya.
2. Peneliti Peneliti memperoleh pengalaman dalam mengungkap kebiasaan proaktif sebagai bekal kehidupan di masa yang akan datang.
3. Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi atau bahan pembanding apabila peneliti lain ingin melakukan penelitian di seputar obyek yang sama.
E. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman tentang penelitian ini, berikut ini dijelaskan beberapa istilah:
1. Kebiasaan adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, dan keinginan yang dilakukan berulang-ulang. Pengetahuan berarti memahami hal-hal yang akan dilakukan dan alasan melakukan hal-hal yang bersangkutan; keterampilan berarti kemampuan melakukan sesuatu secara tepat, cepat, dan mudah; keinginan adalah motivasi untuk melakukannya.
2. Proaktif adalah mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai hidup tanpa menyalahkan faktor -faktor eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal lain di luar diri sendiri), seperti yang dimaksudkan dengan butir- butir kuesioner.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini disajikan uraian tentang pengertian kebiasaan proaktif, ciri-
ciri orang yang proaktif, komponen-komponen kebiasaan proaktif, manfaat kebiasaan proaktif dan upaya mengembangkan kebiasaan proaktif.
A. Pengertian Kebiasaan Proaktif
Kata proaktif lazim digunakan dalam literatur manajemen. Namun
masih banyak definisi menyimpang tentang proaktif. Menurut Covey, (1997: 60) dalam bukunya "The Seven Habits Of Highly Effective People " (7 Kebiasaan Pokok Orang Yang Sangat Efektif), kata proaktif pertama kali dipopulerkan oleh Viktor Franklin. Ia seorang ahli yang menemukan prinsip dasar sifat manusia yang menggambarkan sebuah peta diri yang akurat dan darimana ia mulai mengembangkan ke biasaan pertama yang paling mendasar dari manusia yang sangat efektif pada lingkungan apa pun, yaitu kebiasaan proaktif.
Kata proaktif mengandung makna mengambil inisiatif dan bertanggung
jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi (Covey,1997:61). Proaktif berarti dapat membedakan mana yang dalam kendalinya, mana yang dalam kendali orang lain, dan mana yang dalam kendali Tuhan Yang Maha Esa.
Covey (1997) memaparkan bahwa proaktivitas adalah kebebasan
nilai hidup tanpa menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan
hal-hal di luar diri sendiri). Misalnya seorang mahasiswa menerima kritik dari
teman sekelasnya. Kalau dia proaktif, dia memiliki pertimbangan untuk
menerima atau tidak menerima kritik dari teman sekelasnya. Dia sadar akan
kecenderungannya dan dapat memberikan respon yang tepat.Menurut Covey (1997) dalam kebebasan memilih terkandung empat
anugerah manusiawi, yaitu: self-awareness (kesadaran diri), imagination
(imajinasi), conscience (kata hati), independen t will (kehendak bebas). Secara
skematis model proaktivitas dari Covey dapat dilihat dalam gambar 1.
STIMULUS KEBEBASAN UNTUK RESPON
MEMILIH Suara Hati/Kesadaran Diri Imajinasi Kehendak Bebas
Kata Hati Gambar 1.
Model Proaktivitas (diadaptasi dari Covey, 1997 )
Menurut Covey (1997:61), empat anugerah manusiawi membuat
manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan tujuan hidupnya
sendiri, yaitu: Pertama adalah self-awareness (kesadaran diri), yaitu
kemampuan untuk melihat, memikirkan, merenungkan, dan menilai diri
manusia , melainkan sekaligus mempengaruhi cara pandangnya terhadap
sesuatu di luar dirinya. Contohnya, “Saya uring-uringan, karena saya tidak
cukup tidur tadi malam,” atau “Saya bilang begitu hanya karena saya kesal.”Kedua adalah imagination (imajinasi), yaitu kemampuan untuk
membayangkan sesuatu melampaui realitas empiris, yang memungkinkan
orang untuk menciptakan sesuatu dalam pikirannya yang tidak dibatasi oleh
dunia nyata. Menurut Covey (1986, 1996, 1998: 47): Jika kita hidup dengan ingatan kita, kita terikat denganmasa lalu dan dengan hal-hal yang terbatas. Apabila kita hidup
dengan imajinasi kita, kita mengikat diri pada hal-hal yang tak
terbatas. Imajinasi memungkinkan orang meloloskan diri dari keadaan yangsekarang dan menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru dalam benaknya.
Imajinasi memberi peluang untuk membayangkan masa depan dan
memimpikan menjadi apa kelak nantinya. Contohnya, “Saya merasa kesulitan
untuk membayar uang SPP, maka saya akan mencari pekerjaan paruh waktu.”
Ketiga adalah conscience (kata hati), yaitu kesadaran batin yang
mendalam tentang benar-salah, baik-buruk, yang diharapkan-tidak
diharapkan, sebagai prinsip hidup yang mengatur perilaku manusia sehingga
ia dapat menyelaraskan pikiran, perasaan dan tindakannya. Contohnya, “Saya
harus berusaha lebih keras untuk bergaul dengan sahabat saya. Ia penting
artinya bagi saya.”Keempat adalah independen t will (kehendak bebas), yaitu kemampuan
untuk menentukan pilihan berdasarkan kesadaran dirinya dan bebas dari
sendiri, menguasai emosi-emosi, dan mengatasi kebiasaan serta nalurinya.
Orang yang berkehendak bebas memiliki tanggung jawab dan moral. Orang
yang proaktif tidak pernah merasa dan menggunakan kata terpaksa. Karena
orang proaktif telah mencoret dari kamus perbendaharaan bahasanya kata
"terpaksa" dan menggantikannya dengan kata "memilih". Contohnya: “Saya
tidak mungkin mengendalikan siapa orangtua saya, bera pa biaya kuliah
semester berikutnya atau bagaimana orang-orang memperlakukan diri saya.
Tetapi sayalah yang memilih bagaimana mengendalikan reaksi saya terhadap
apa yang terjadi pada diri saya” atau “Meskipun ia menyebar gosip tentang
saya, saya akan bersikap baik dan tak akan membicarakannya di belakang
dia.” Dalam lingkungan keluarga misalnya bisa terbentuk pola -pola yang tidak
sehat, berbahaya, kasar, dan patut disesali. Orang yang proaktif memiliki
kemauan dan kekuatan keras secara sadar mematahkan perilaku yang tidak
sehat, berbahaya, kasar dan patut disesali dengan menggantikannya dengan
kebaikan, kasih sayang, empati, keakraban, pengertian dan perilaku suka
menolong.Kebiasaan proaktif merupakan sumber pendorong untuk berpikir tepat,
jelas dan efekt if dalam menentukan sikap dan tindakan. Orang menjadi
semakin proaktif atau sebaliknya menjadi semakin reaktif tergantung dari
sikap orang terhadap yang terjadi pada dirinya, dengan apa yang dilihat,
didengar, disentuh (Covey, 1997). Orang yang proaktif memiliki sikap dalam
membuat pilihan di kala mendapat rangsangan atau dengan kata lain mampu respon. Pada saat jeda tersebut orang yang proaktif dapat membuat pilihan dan mengambil respon yang dipandang terbaik bagi dirinya.
Kebiasaan proaktif berarti memilih dan menentukan sikap dan tindakan atas apa yang terjadi sesuai dengan nilai-nilai hidup, sehingga keadaan lingkungan tidak dapat mengendalikan atau menentukan apa yang akan terjadi.
Orang yang memiliki kebiasaan proaktif memfokuskan perhatiannya pada peristiwa-peristiwa dan kondisi lingkungan yang bisa dikendalikan atau dipengaruhinya. Covey (1997:71) menggolongkan peristiwa-peristiwa dan kondisi lingkungan menjadi dua macam, seperti yang dilukiskan dalam gambar 2.
FOKUS PROAKTIF FOKUS REAKTIF Lingkaran Lingkaran Pengaruh Pengaru h Gambar 2. Fokus Proaktif dan Reaktif Gambar 2 menjelaskan: 1) Orang proaktif berfokus pada ha l-hal yang bisa dipengaruhinya, baik langsung maupun tidak langsung. Sehingga Lingkaran Pengaruhnya (Inner Circle of Influence) semakin besar.
2) Orang yang reaktif atau tidak proaktif lebih berfokus pada ha l-hal yang sama sekali tidak bisa dipengaruhi, sehingga Lingkaran Kepeduliannya (Outer Circle of Concern) semakin kecil. Orang yang mempunyai kebiasaan proaktif mampu mengendalikan
sikap serta perbuatannya sendiri. Sejalan dengan nilai-nilai hidupnyalah dia
mempengaruhi orang dan hal-hal lain dalam hidupnya. Bila orang proaktif,
maka ia memfokuskan energi pada “Lingkaran Pengaruh". Lingkaran
P engaruh mencakup segala hal yang secara langsung dapat dipengaruhi untuk
memperoleh hasil yang diharapkan. Lingkaran P engaruh ibarat otot yang
semakin kekar dan lentur bila dilatih, tetapi menjadi lemah apabila jarang
dipakai. Jika seseorang memusatkan perhatian pada hal-hal yang dapat
dipengaruhi misalnya kesehatan diri sendiri, maka orang yang bersangkutan
memperluas pengetahuan dan pengalamannya dan menumbuhkan sifat layak
dipercaya. Sebagai hasilnya, Lingkaran Pengaruhnya berkembang, semakin
besar.Sebaliknya, bila seseorang bersikap reaktif, ia akan tertarik membuat
dalih atau alasan bukan hasil nyata, karena orang reaktif berfokus pada hal-hal
yang tak dapat dikendalikan; waktu dan energinya akan semakin sedikit yang
Pengaruhnya menciut. Dalam hal inilah Lingkaran Kepedulian menjadi
semakin luas dan dapat dijadikan dalih mengapa tidak menghasilkan kar ya
apa pun. Lingkaran Kepedulian meliputi berbagai peristiwa yang tidak dapat
dikendalikan, misalnya seorang mahasiswa yang selalu mengeluh mengenai
biaya kuliah semester berikutnya (sesuatu yang tidak bisa dikendalikan
mahasiswa yang bersangkutan). Terus mengeluh tentang biaya kuliah adalah
sesuatu hal yang tidak ada gunanya karena hanya membuat dia kehabisan
waktu untuk memikirkan hal tersebut, padahal ada hal lain yang dapat ia
pikirkan untuk dike rjakan.