BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Tradisi, Pernikahan, Mabang Handak, Suku, Kayu Agung, Ogan Komering Ilir. - 352014018 BAB I SAMPAI BAB TERAKHIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Tradisi, Pernikahan, Mabang Handak, Suku, Kayu Agung, Ogan Komering Ilir. Kajian pustaka adalah “Kegiatan yang meliputi mencari, membaca dan

  menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan”(Darmadi, 2011:45). Pengertian Tradisi, Pernikahan, Mabang Handak, Suku, Kayu Agung, Ogan Komering Ilir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini :

1. Pengertian Tradisi

  Menurut (Soekamto :1990), tradisi adalah “Kegiatan dilakukan oleh sekelompok masyarakat dengan secara langsung atau berulang- ulang”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

  “ Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat. Penilaian atau anggapan bahwa cara- cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar”. Sedangkan menurut, (Poerwadaminto : 1976) “ pengertian tradisi adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang kehidupan manusia didalam bermasyarakat yang dilakukan secara terus menerus, seperti adat, budaya, kebiasaan dan juga kepercayaan. Tradisi ini tergolong sebagai tindakan sosial yang dilakukan dalam sistem kebudayaan”. Dari pengertian diatas diketahui bahwa tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama.

2. Pengertian Pernikahan

  Menurut Bachtiar (2004) definisi pernikahan adalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam nauangan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan. Pernikahan itu merupakan ikatan yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi.

  Pernikahan adalah bentuk didalam sebuah perjanjian untuk membentuk ikatan antara laki-laki dengan seorang perempuan yang bersumpah sehidup semati didepan penghulu dalam ikatan pernikahan. (Widjayanto,2010:28)

  Pernikahan adalah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk membentuk ikatan antar laki-laki dan wanita untuk menghalalkan hubungan diantara kedua belah pihak, dengan dasar sukarela dan keridhaan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu kebahagian hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang dirindhai Allah (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke II, 1991:211).

  Kata perkawinan menurut istilah hukum islam sama dengan kata “nikah” dan Nikah mempunyai arti kiasan yakni “wathaa” yang berarti “setubuh” atau “akad” yang berati mengadakan perjanjian pernikahan dalam kehidupan sehari-hari nikah dalam arti kiasan lebih banyak , sedangkan di pakai dalam arti sebenarnya jarang sekali dipakai saat ini. Di dalam pernikahan tedapat berbagai tujuan.

  Berbicara mengenai tujuan pernikahan atau tujuan perkawinan, kedua belah pihak antara laki-laki dan perempuan melangsungkan pernikahan atau perkawinan betujuan untuk memperoleh keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tujuan pernikahan akan dibahas sebagai berikut.

  a. Tujuan Pernikahan Sakinah (tenang)

  Salah satu tujuan dari pernikahan atau perkawinan adalah untuk memperoleh keluarga yang sakinah. Sakinah artinya tenang, dalam hal ini seseorang yang melangsungkan pernikahan berkeinginan memliki keluarga yang tenang dan tentram. Dalam tafsirnya Al-alusi bahwa sakinah adalah merasa cenderung kepada pasangan. Kecenderungan ini disalurkan sesuai dengan aturan Islam maka yang tercapai adalah ketenangan dan ketentraman, karena makna lain dari sakinah adalah ketenangan.

  Ketenangan dan ketentraman ini yang menjadi salah satu dari tujuan pernikahan dan perkawinan. Karena pernikahan adalah sarana efektif untuk menjaga kesucian hati agar terhindar dari perzinaan.

  b. Tujuan Pernikahan Mawadah dan Rahmah

  Tujuan pernikahan yang selanjutnya adalah untuk memperoleh keluarga yang mawadah dan rahmah. Tujuan pernikahan mawadah yaitu untuk memiliki keluarga Tujuan pernikahan rahmah yaitu untuk memperoleh keluarga yang di dalamnya terdapat rasa kasih sayang, yakni yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat kerohanian. Mengenai pengertian mawadah menurut Imam Ibnu Katsir ialah al mahabbah (rasa cinta) sedangkan ar rahman adalah ar- ra’fah (kasih sayang). Mawaddah adalah makna kinayah dari nikah yaitu jima’ sebagai konsekuensi di langsungkannya pernikahan. Sedangkan ar rahmah adalah makna kinayah dari keturunan yaitu terlahirnya keturunan dari hasil suatu pernikahan. Ada juga yang mengatakan bahwa mawaddah hanya berlaku bagi orang yang masih muda sedangkan untuk ar rahmah bagi orang yang sudah tua. Implementasi dari tujuan pernikahan mawaddah wa rahmah ini adalah sikap saling menjaga, saling melindungi, saling membantu, saling memahami hak, dan kewaijban masing-masing. Pernikahan adalah lambang dari kehormatan dan kemuliaan. Fungsi pernikahan diibaratkan seperti fungsi pakaian, karena salah satu fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat. Aurat sendiri bermakna sesuatu yang memalukan, karena memalukan maka wajib di tutup. Dengan demikian seharusnya dalam hubungan suami istri, satu sama lainnya harus saling menutupi kekurangan pasangannya dan saling membantu untuk mempersembahkan yang terbaik.

3. Pengertian Mabang Handak

  Mabang Handak menurut Rois Leonard Arios (2014:83), adalah upacara

  perkawinan dalam tingkat keempat dinamakan oleh masyarakat hukum yang memiliki arti upacara adat yang penuh beradat. Perkawinan ini juga disebut oleh masyarakat adat dengan sebutan “begawai” atau “begorok” yaitu suatu pesta besar dalam upacara perkawinan.

  Berdasarkan penjelasan diatas, perkawinan atau pernikahan Mabang Handak adalah hubungan antara pria dan wanita yang diakui dalam masyarakat yang melibatkan hubungan seksual dalam ikatan hukum adat, atau agama dengan suatu pesta besar dalam upacaraaa pernikahan yang penuh beradat dan mereka saling memelihara hubungan tersebut agar berlangsung dalam waktu yang relatif lama.

4. Pengertian Suku

  Menurut Kamus Besar Edisi Ketiga (Depdiknas, 2007:1099) suku adalah “ golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan atau golongan orang yang sebagian keturunan”. Sedangkan menurut Wahyu (2010:41). “suku adalah suatu golongan yang terga bung dalam suatu kelompok etnis di dalam suatu lingkungan masyarakat”. Sedangkan menurut Irwanto (2010:27), “suku adalah suatu kelompok golongan orang yang memiliki perbedaan pandangan dalam suatu lingkungan masyarakat”.

  Dari pernyataan diatas, dapat penulis simpulkan bahwasanya suku adalah kelompok manusia tertentu yang bergabung dalam suatu lingkungan masyarakat yang mempunyai ikatan kekerabatan yang dekat, serta mempunyai adat istiadat sendiri dalam masyarakatnya.

  5. Pengertian Kayu Agung

  Kayu Agung merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir. Daerah yang termasuk dalam Kecamatan Kayu Agung meliputi sembilan kelurahan diantaranya, Kelurahan Sidakersa, Kelurahan Jua-jua, Kelurahan Mangunjaya, Kelurahan Sukadana, Kelurahan Cintaraja, Kelurahan Kotaraya, Kelurahan Perigi, Kelurahan Celikah , dan Kelurahan Kedaton. Ogan Komering Ilir merupakan wilayah dalam lingkungan Provinsi Sumatera Selatan, secara administratif wilayah Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Palembang di sebelah Utara, sebelah Selatan dengan Ogan Komering Ulu (OKU), dan provinsi lampung. Sebelah Timur dengan Selat Bangka dan Laut Jawa, sedangkan sebelah Barat dengan Kabupaten Muara Enim, secara topologi Ogan Komering Ilir merupakan daratan berawa-rawa dengan ketinggian rata-rata 10 meter dari permukaan laut (Berlian, 193:6)

  6. Pengertian Ogan Komering Ilir (OKI)

  Kabupaten adalah “Pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah Provinsi, yang di pimpin oleh seorang Bupati” (Saebani, 2012:23). Sedangkan menurut Daryanto, dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1997:165) mengatakan bahwa Kabupaten adalah “Daerah tingkat II yang dikepalai oleh seorang Bupati terdiri dari beberapa Kecamatan dan mempunyai batasan wilayah tertentu”.

  Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Kabupaten adalah daerah otonom yang diberi wewenang mengatur urusan pemerintahannya sendiri.

B. Tinjauan Terhadap Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI)

  Dalam tinjauan ini, penulis akan menguraikan Kondisi Alamiah, Tinjauan Topografi, Tinjauan Klimatogis, Tinjauan Sosiologis. Untuk lebih jelas dapat di lihat dari uraian dibawah ini :

1. Tinjauan Alamiah Kayu AgungKabupaten qOgan Komering Ilir (OKI)

  a. Letak Geografis Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI)

  Sebelum penulis menjelaskan keadaan geografis Kayu Agung, penulis akan menjelaskan dahulu pengertian geografis. Menurut Sukardi, (2013:442), “Geografis berasal dari kata geo dan grafis. Geo artinya cabang ilmu yang mempelajari tentang permukaan bumi, iklim, dan lain-lain. Sedangkan grafis artinya bersifat huruf dan statistik”. Kota Kayu Agung adalah sebuah kecamatan defenitif dan sekaligus merupakan ibukota Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan.Wilayah Kayu Agung Ogan Komering Ilir terletak di bagian timur Provinsi Sumatera Selatan Yaitu tepatnya antara 104º20’ dan 106º00’ Bujur Timur dan 2º30’ sampai 4º15’ Lintang Selatan, luas mencapai 19.023,47 Km² (Bapeda OKI, 2013:2).

  b. Letak Demografi Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir

  Menurut Sumatmadja, (1997:27) demografi adalah “ilmu yang mempelajari tentang susunan jumlah, situasi geografis, kapasitas mental, status sosial, penyebaran dan perkembangan penduduk, deskriftik statis penduduk dan ilmu penduduk”. Sedangkan menurut Budio no (2005:134) demografi adalah “ ilmu tentang susunan, jumlah dan perkembangan penduduk”.

  Dari segi demografi penduduk Kayu Agung Ogan Komering Ilir pada hasil sensus penduduk tahun 2017 adalah 62.964 jiwa terdiri dari atas 373.006 jiwa Laki- laki dan 310.042 jiwa perempuan memiliki penduduk setiap tahunnya sekitar 2,01 persen per tahun dan tingkat kepadatan penduduk sekitar 431 jiwa per Km².

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk

  Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Kayu Agung 373.006 310.042 62.964

  Sumber : Data Dokumentasi OKI 2017

  Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa demografi Kayu Agung Ogan Komering Ilir sangat berkembang.

c. Flora dan Fauna Flora dan fauna yang terdapat di daerah ini berupa tanaman dan binatang tropis.

  Binatang yang ada antara lain : Ayam, Sapi, Kerbau, Bebek, Angsa, Anjing, Kucing, Ular, Dan lai-lain. Tanaman hutan yang ada antara lain : Meranti, Merawan, Terentarang, Gelam, Pelawan dan petang. Tanaman perkebunan yang terkenal adalah karet, kelapa sawit, dan jambu mente, selain itu terdapat buah-buahan seperti Durian, Duku, Rambutan, Nangka, Jeruk, Semangka, Pisang, dan Pepaya. Tanaman pangan yang ada di daerah ini juga ada singkong, Padi, Palawija dan sayur-sayuran.

d. Mata Pencaharian

  Saat ini pada umumnya masyarakat masih menjadikan pertanian, perkebunan dan nelayan sebagai mata pencaharian utama sebagaimana telah diwarisi dari nenek moyangnya pada masa lampau. Perikanan darat yang memanfaatkan sungai, atau anak sungai, lebak di waktu air pasang serta lebung ketika air surut masih menjadi sumber perekonomian yang sangat penting bagi sebagaian laut yang memanfaat kawasan perairan pesisir timur di dekat selat bangka. Pertanian dan perkebunan juga masih menjadi andalan untuk menopang kehidupan masyarakat luas. Disamping itu, pengolahan bahan logam, kayu, rotan, tanah dan sebagainya juga menjadi tulang punggung perekonomian mereka ( Data Kantor Kecamatan Kab.OKI 2017)

  Di samping mengembangkan pertanian dan nelayan mereka mengembangkan pertanian dan nelayan mereka pula kerajinan, pertukangan dan jasa lainnya. Kerajinan pada umumnya dikembangkan dalam bentuk industri keluarga, yang meliputi usaha makanan dan minuman seperti es batu, es lilin, ikan asin, roti kue, mi bihun, kecap, kerupuk, kemplang, tahu tempe, dan lain-lain (Berlian, 2003:13).

Tabel 1.2 Mata Pencaharian Masyarakat Kayu Agung Ogan Komering Ilir

  (OKI) No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)

  1. Petani/Nelayan 685

  2. Pegawai Negeri Sipil 578

  3. Pedagang 798

  4. TNI/POLRI 120

  5. Karyawan Swasta 408

  6. Pensiunan 357 Jumlah 2,946

  Sumber : Data Kantor Kecamatan Kab.OKI 2017

  Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem mata pencaharian di Kayu Agung banyak memiliki untuk berdagang dan tidak jauh beda dengan petani/nelayan meskipun pegawai negeri sipil juga banyak yang menempati posisi pekerjaan itu.

e. Agama

  Secara etimologis pengertian agama dalam beberapa bahasa “kata agama” dalam bahasa Indonesia sama dengan “diin” (dari bahasa Arab) dalam bahasa Eropa disebut “religi”, religion (bahasa inggris) , “la religion” (bahasa perancis), “the

  

religie” (bahasa jerman). Kata “diin” dalam bahasa semit berarti undang-undang

  (hukum), sedangkan kata “diin” dalam bahasa arab berati menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “sistem yang mengatur tata keimanan (Kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya”.

Tabel 1.3 Agama atau Kepercayaan

  No. Agama Penganut (%)

  1. Islam 60%

  2. Buddha 15%

  3. Hindu 5%

  4. Kristen 10%

  5. Khatolik 5%

  6. Protestan 5%

  Berdasarkan tabel diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang banyak menganut atau memeluk agama yaitu Islam karna mayoritas agama di Kayu Agung memang menganut agama Islam, terlepas dari agama Islam ada juga yang sedikit menganut kepercayaan agama buddha dan lain sebagainya.

C. Kondisi Masyarakat Kayu Agung

a. Kondisi Ekonomi

  Menurut Yuwono (1994:132) ekonomi adalah “Ilmu yang mempelajari manu sia untuk memenuhi kebutuhannya untuk mencapai kemakmuran”. Sedangkan menurut Poerwadaminta (1976:220) ekonomi “sebagai pemanfaatan uang, tentang waktu yang berharga”.

  Untuk kondisi perekonomian masyarakat Kayu Agung mata pencarian umumnya bertani, berdagang dan membuat gerabah dari tanah liat, untuk pertanian kebanyakan bersawah tahunan kerena daerahnya rawa-rawa.

  Dan pemerintahan Kayu Agung berupaya menekankan angka kemiskinan, dengan program-program pemerintah yang menyentuh masyarakat bawah terutama bidang pertanian. Selain pertanian pemerintah juga mencanangkan program satu desa satu koperasi, dari segi pendidikan ada program satu desa satu paud untuk kesehatan pihaknya juga mencanangkan program satu desa satu poskesdes. Program-program tersebut adalah salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lebih layak.

  Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat Kayu Agung pada umumnya adalah petani/nelayan dan tidak sedikitpun penduduk Kayu Agung mengalami kemiskinan dan dari tahun ketahun kemiskinan masyarakat Kayu Agung semakin menurun.

b. Kondisi Budaya

  Kayu Agung memiliki khasanah budaya yang kuat dan kental. Kayu Agung selalu menjunjung tinggi adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari berbagi segi kehidupan seperti kelahiran bayi, pernikahan sampai kematian diatur dan dituntun oleh adat istiadat setempat. Midang (tradisi arak-arakan yang diiringi musik tradisional seperti tanjidor) merupakan agenda tradisional. Midang sendiri dalam perkembangannya sesuai dengan fungsi dan hakekatnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1). Midang Begorok yakni arak-arakan yang menjadi bagian prosesi pernikahan yang bersifat besar-besaran, termasuk juga sunatan, ataupun persedekahan lainnya. 2). Midang Bebuke (Midang lebaran Idul Fitri) yang disebut demikian karena di lakukan untuk memeriahkan hari Raya Idul Fitri tepatnya pada hari ketiga dan keempat hari Raya Idul Fitri. Midang Bebuke ini disebut juga Midang Morge Siwe (sembilan marga) karena diikuti oleh seluruh marga yang ada di wilayah Kayu Agung.

  Dan Kayu Agung juga memiliki budaya yang salah satunya adalah budaya pernikahan yang bermacam ragam dan memiliki adat dan tradisi sejarah yang cukup panjang yaitu seperti pernikahan Mabang Handak, Setinong-tinong, Sepinong-pinong

  Menurut uraian diatas kebudayaan yang ada di Kayu Agung sangatlah beragam dan sangat banyak peninggalan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan agar budaya yang ada di Kayu Agung berkembang dan tida dilupakan.

D. Sejarah Berdirinya Kota Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)

  Kayuagung sebuah kota yang terletak di lintas timur sumatera, Salah satu dari Kabupaten dari Provinsi Sumatera Selatan (Palembang), Kayuagung yang berjarak 65 KM dari pusat kota Palembang, Kayuagung merupakan Daerah Tingkat II di provinsi sumatera selatan. Kayuagung merupakan ibukota Kabupaten Ogan Komering Ilir

  

(OKI). Era penjajahan Belanda wilayah Ogan Komering Ilir termasuk ke dalam

  wilayah keresidenan Sumatera Selatan dan termasuk dalam Sub Keresidenan (Afdeeling) Palembang dan Tanah Datar dengan ibukota Palembang. Afdeeling ini di bagi dalam beberapa onder afdeeling, dan wilayah kabupaten Ogan Komering Ilir meliputi onder afdeeling Komering Ilir dan onder afdeeling Ogan Ilir. Di era kemerdekaan wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir termasuk dalam keresidenan Palembang meliputi 26 marga. Kemudian di era ORBA wilayah Kabupaten OKI menjadi bagian dari Propinsi Sumatera Selatan. Setelah adanya pembubaran marga, wilayah kabupaten OKI dibagi menjadi 12 Kecamatan defenitif dan 6 kecamatan perwakilan.

  Sebelum tahun 2000 Kabupaten OKI memiliki 14 kecamatan defenitif dan 4 kecamatan perwakilan. Keempat kecamatan perwakilan tersebut adalah kecamatan Rantau Alai dengan kecamatan Induk Tanjung Raja, Kecamatan Jejawi dengan kecamatan Induk Sirah Pulau Padang, Kecamatan Pematang Panggang dengan kecamatan Induk Mesuji dan Kecamatan Cengal dengan Kecamatan Induk Tulung Selapan. Namun semenjak tahun 2001, empat kecamatan tersebut disahkan menjadi kecamatan definitive sehingga jumlah kecamatan di Kabupaten OKI menjadi 18 kecamatan yang meliputi 434 desa dan 13 kelurahan.

  Dalam perjalanannya, berdasarkan KEPRES Nomor 37 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan KOmering Ilir dan Kabupaten Ogan Ilir di Propinsi Sumatera Selatan, Kabupaten OKI di mekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Ogan Ilir yang beribukota di Indralaya. Wilayah Kabupaten Ogan Ilir meliputi kecamatan Indralaya, Tanjung Raja, tanjung Batu, Muara Kuang, Rantau Alai dan kecamatan Pemulutan. Setelah pemekaran ini, wilayah Kabupaten OKI terdiri dari 12 kecamatan, yang meliputi 272 desa 11 kelurahan.

  Selanjutnya, berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2005, wilayah Kabupaten OKI kembali dimekarkan sehingga terbentuk 6 kecamatan baru, yaitu Kecamatan Pangkalan Lampam, Mesuji Makmur, Mesuji Raya, Lempuing Jaya, Teluk Gelam dan Kecamatan Pedamaran Timur. Setelah pemekaran ini Kabupaten OKI secara administrative meliputi 18 Kecamatan, 11 kelurahan dan 290 desa.

E. Sejarah Pernikahan Mabang Handak

  Menurut Puji Wiyandari (2004:4) mengatakan bahwa pernikahan sebagai bagi setiap manusia dalam kehidupannya. Pada umumnya pernikahan dipandang sebagai peristiwa sakral dalam hidup tiap individu karena terjadi perubahan status yakni dari yang lajang menuju kehidupan berumah tangga dan berkeluarga.

  Mabang Handak adalah upacaran pernikahan tingkat keempat dinamakan oleh masyarakat hukum adat yang memiliki arti upacara adat yang penuh beradat.

  Mabang Handak adalah prosesi perkawinan yang dilaksanakan secara besar-besaran, dalam upacara itu dilakukab besar-besaran menggunakan prosesi adat yang lengkap dan beratur.

  Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pernikahan mabang handak adalah hubungan antara pria dan wanita yang diakui oleh masyarakat yang melibatkan hubungan seksual dalam ikatan hukum adat, atau agama dengan suatu pesta besar dalam upacara perkawinan yang penuh beradat dan mereka saling memelihara hubungan tersebut agar berlangsung dalam waktu yang relatif lama.

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sebelum lebih jauh lagi membahas tentang metode akan penulis gunakan dalam

  penelitian ini, penulis akan mengemukakan tentang beberapa pengertian dari metodelogi dari para ahli. Metode berasal dari kata methodos yang artinyacepat untuk melakukan sesuatu dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Menurut Muhammad Arif metode sebagai “prosedur, proses atau tehnik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan bahan- bahan (objek) yang akan diteliti”

  (2010:30). Menurut Sjamsuddin (2007:12) yang dimaksud dengan metode pada umumnya ialah “1) suatu prosedur atau proses untuk mendapatkan suatu objek. 2) suatu prosedur tehnik atau cara melakukan penyelidikan sistemanis yang dipakai atau di sesuaikan untuk suatu ilmu, seni atau disiplin. 3) suatu rencana sistematis yang diikuti dalam menyajikan materi untuk pelajaran”.

  Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa, metode merupakan suatu cara atau strategi yang digunakan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai tujuan hasil belajar yang optimal, semakin tepat yang digunakan oleh seorang maka semakin baik proses belajar mengajar.

  Menurut Sjamsuddin (2007:43) “ penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data yang secara s istematis”. Sedangkan menurut

  Abdurahman (2011:103) penelitian adalah “ penyelidikan yang seksama dan teliti terhadap suatu subyek untuk menemukan fakta-fakta guna menghasilkan produk baru, memecahkan kesimpulan diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa penelitian adalah pengumpulan data sebagaiman dengan adanya penganalisian yang dilakukan secara bertahap dan sistematis yang ilmiah dan mencapai hasil yang diinginkan.

  Menurut Arikunto (2006) metode penelitian adalah “cara yang di gunakan oleh peneliti d alam mengumpulkan data penelitiannya”. Sedangkan menurut Sudjana

  (2005:116) metode penelitian adalah “cara yang di pergunakan untuk mengumpulkan data yang di perlukan dalam penelitian”.

  Menurut Sugiyono (2011:11) metode penelitian adalah “cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dikembangkan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat di pergunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sejarah. Menurut Abdurahman (1996:93) metode sejarah adalah “suatu penyelidikan dalam suatu masalah dengan mengaplikasikan pemecahan dan perspektif historis” dapat disimpulkan bahwa metode sejarah adalah suatu metode penelitian atau penulisan sejarah dengan menggunakan cara yang sistematis dalam melakukan suatu penelitian bertujuan untuk memperoleh hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan sejarah. Sedangkan metode Heoristik adalah “Metode penelitian deskriptif untuk memperoleh dan memaparkan data dari gejala-gejala yang ada serta menemukan keterengan factual tentang berbagai permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan” dalam pengamatan langsung terhadap suatu gejalah dalam populasi besar ataupun kecil.

  Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian sejarah adalah kegiatan mengkaji suatu masalah secara teliti dan teratur, dengan cara menyelesaikan permasalahan dalam suatu penelitian.

  Mengenai penelitian sejarah, menurut Kuntowijoyo dalam Arif (2011:41) terdapat lima tahapan yang dikerjakan dalam penelitian sejarah yaitu “(1) pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Verifikasi (kritik sejarah untuk menentukan keabsahan sumber, (4) interpresta si sejarah, dan (5) penulisan”. Dalam melakukan penelitian sejarah, penelitian terlebih dahulu harus menentukan topik yang di dasarkan atas tiga petimbangan, seperti penjelasan Arif berikut ini penentuan topik dalam sejarah hendaknya didasarkan atau tiga pertimbangan, yaitu adanya kedekatan emosional, kedekatan intelektual, dan rencana penelitian. Kedekatan emosional merupakan keterkaitan penelitian dengan tema menjadi objek penelitian. Kedekatan emosional akan membantu penelitian untuk mencari jawaban terhadap beberapa pertanyaan tentang siapa (who), apa (what), dimana (where), kapan (when), mengapa (why), dan bagaimana (how) suatu peristiwa sejarah bisa terjadi (Arif, 2011:40). Berdasarkan pengertian diatas maka, dapat disimpulkan bawa pengertin metode penelitian sejarah adalah suatu metode atau cara yang di gunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya dengan menempuh prosedur-prosedur sesuai dengan tahapan-tahapan penelitian yang telah tersusun rapi untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian seajarah.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

  

Agar pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan penulis tidak

  menyimpang dari pembahasan dan memiliki kaitan dengan judul ”Tradisi Pernikahan

  

Mabang Handak di Suku Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Pada

2000- 2018”. Maka dibawah ini menjelaskan lebih lanjut tentangan pendekat dan jenis penelitian.

1. Pendekatan Penelitian

  Pendekatan penelitian menurut Abdurahman (2007:22) adalah “upaya yang dilakukan oleh seorang peneliti oleh karena itu, gambar mengenai suatu peristiwa sangat ditentukan oleh pendekatan”. Sedangkan pendekatan penelitian menurut Susanto adalah sebagai berikut : pendekatan yang dipakai dalam menelah suatu masalah juga dapat menggunakan sudut pandang atau tinjauan dari beberapa cabang ilmu seperti, geografi, politik, ekonomi, psikologi, sosiologi dan agama. Dengan pendekatan berdasarkan ekonomi misalnya, maka ukuran ekonomilah yang digunakan untuk memilih berbagai masalah pertanyaan , data yang di akan dibahas mengenai suatu masalah (Susanto, 2011:52)

  Dari uraian di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa pendekatan adalah suatu upaya penyederhanaan untuk menyelesaikan masalah-masalah dengan berbagai proses yang di lakukan seorang peneliti. Dalam melakukan penelitian sejarah akan di peroleh hasil yang lebih baik apabila dengan pendekatan-pendekatan tertentu, terutama pendekatan dengan ilmu-ilmu social lainnya. Hal ini akan membantu dalam mendapatkan data yang akurat. Dalam tahap ini penulis menggunakan pendekatan: geografis, antropologi, dan ekonomi.

  a. Pendekatan Geografi

  Pendekatan geografis adalah “pendekatan yang mencakup bidang kewilayahan, seperti letak lokasi alam dan wilayah yang dapat digunakan untuk kepentingan manusia” (Abdurahman,2007:20). Sedangkan menurut Koentjaningrat, (2004:22) pendekatan geografis adalah pendekatan yang menekan pada segi-segi kewilay ahan pada suatu golongan manusia. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan geografis adalah pendekatan yang menekankan pada kewilayahan suatu lokasi yang dapat digunakan untuk kepentingan manusia.

  Dalam penelitian ini tinjauan geografis yang dimaksud adalah menela’ah tentang wilayah atau lokasi yang berhubungan dengan Tradisi Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI) Pada Tahun 2000-2008.

  b. Pendekatan Sosiologi

  Pendekatan sosiologi merupakan “pendekatan yang menekankan segi-segi sosial dari sesuatu ikatan peristiwa yang dikaji, individu dan golongan sosial mana yang berperan dan mana yang tidak berperan dan sebagainya. Dari tinjauan sosiologi atau diketahui peranan dan pengaruhnya masing-masing individu dan kelompok terhadap jalannya suatu peristiwa sejarah”. (Koenthjaraningrat, 2004:20). Sedangkan menurut Abdurahman (2007:22) pendekatan sosiologi adalah pendekatan yang mencakup suatu individu atau golongan untuk menekankan kehidupan sosial. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosiologi adalah pendekatan yang menekankan pada kehidupan sosial suatu individ atau golongan.

  Dalam penelitian ini, tinjauan sosiologi yang dimaksud adalah menela’ah tentang individu-individu dan kelompok-kelompok yang berperan sehubungan dengan

  

Tradisi Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI)

Pada Tahun 2000-2008.

  c. Pendekatan Ekonomi

  Pendekatan ekonomi menurut Abdurahman (2007:16) adalah pendekatan yang menekankan pada penghasilan kehidupan sehari- hari dalam lingkungan masyarakat”.

  Sedangkan menurut Koentjaningrat, (2004:25) pendekatan ekonomi adalah pendekatan yang menekankan pada pengetahuan suatu ilmu ekonomi. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan ekonomi adalah menekankan pada penghasilan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat.

  Dalam pendekatan ilmu ekonomi peneliti menitikberatkan pada pengaruh kehidupan ekonomi masyarakat sehubungan dengan Tradisi Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI) Pada Tahun 2000-2008.

  d. Pendekatan Antropologi Budaya

  Menurut Abdurahman (2007:29) pendekatan antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan aspek non fisik berupa kebudayaan dan berbagai corak kehidupan lainnya yang bermanfaat. Sedangkan menurut Djam’an Satori (2011:33) pendekatan antropologi adalah pendekatan yang menekankan pada aspek manusia dalam kebudayaan suatu corak hidup.

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan antropologi adalah pendekatan yang mempelajari tentang aspek manusia berupa kebudayaan dan corak hidup. Pendekatan antropologi dalam penelitian ini digunakan penulis untuk menela’ah kebudayaan dengan Tradisi Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI) Pada Tahun 2000-2018.

e. Pendekatan Historis

  Menurut Khodijah (2004:27) pendekatan historis atau sejarah adalah “pendekatan dalam merumuskan sebab-sebab, efek-efek atau kecendrungan- kecendrungan peristiwa masa lalu yang membantu untuk menjelaskan kejadian- kejadian saat ini atau mengantisipasi peristiwa-peri stiwa di masa yang akan datang”. Sedangkan menurut Darmadi, (2011:41) pendekatan historis adalah “seperangkat aturan dan prinsip yang sistematis yang digunakan untuk mengumpulkan sumber- sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, mengajukan sintesis dari hasil- hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis”.

  Dari penjelasan diatas maka dapat penulis disimpulkan bahwa pendekatan historis adalah pendekatan untuk merumuskan sebab-sebab yang membantu untuk menjelaskan kejadian-kejadian saat ini, dengan mengumpulkan sumber-sumber secara efektif dan hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.

  Penelitian yang berjudul Tradisi Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu

  

Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Pada Tahun 2000-2008, termasuk jenis

penelitian Deskriptif Kualitatif.

  Jenis penelitian yag digunakan adalah deskritif kualitatif. Djam’an Satori (2011:23) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat di kuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langka kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragamm karakteristik suatu barang dan jasa, gambar- gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya.

  Menurut sugiyono (2010:33) penelitian deskriptif kualitatif adalah “jenis penelitian yang dilakukan pada kondisi objek alami, peneliti sebagai instrumen, tehnik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, data yang di hasilkan bersifat deskritif dan analisis data di lakukan secara kualitatif.

  Sedangkan menurut Margono (2009:39) deskriptif kualitatif adalah “suatu proses dalam suatu penelitian yang datanya diperoleh kata-kata, gambar, perilaku, yang tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik (analisis nonstatistik) melainkan dalam bentuk kualitatif, dalam bentuk kualitatif mengungkapkan fakta-fakta dan jawaban tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana”. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang mengungkapkan tentang suatu proses penelitian dengan gambar dan dilakukan dengan

C. Lokasi Penelitian

  Untuk mendapatkan data tentang Tradisi Pernikahan Mabang Handak Di Suku Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Pada Tahun 2000-2018, penulis melakukan penelitian di Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Selain itu melengkapi data yang berhubungan dengan ruang lingkup skripsi ini, penulis mengadakan studi pustaka dengan cara mengunjungi beberapa pustaka, antara lain :

  1. Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Palembang

  2. Perpustakaan Universitas PGRI Palembang

  3. Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

  4. Perpustakaan Daerah Kabupaten OKI

  D. Kehadiran Peneliti

  Untuk memperoleh sumber data yang akurat, penulis mengumpulkan data dengan mengadakan kunjungan dan observasi Kewilayah Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir. Peneliti mengawali penelitian dari bulan oktober sampai akhir bulan november, berkenaan dengan itu peneliti mewawancarai dua nara sumber yaitu pertama mewawancarai Bapak Yuzrizal (62) dan Ibu Nila Maryati S.Pd. MM (27).

  E. Sumber Data

  Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah ketersediaan sumber data. Sumber data dalah sumber subyek dari tempat mana data didapatkan.

  Menurut Suhaidi (2010:112) “Sumber data adalah sebagai kenyataan yang ada berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang

  Dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan beberapa sumber primer maupun sumber sekunder.

  a. Sumber Data Primer

  Sumber data primer adalah “cerita atau penuturan, atau catatan dari para saksi mata tentang terjadinya suatu peristiwa, dokumen atau catatan yang ditulis oleh saksi mata berken aan dengan suatu peristiwa” (Nurul, 2005:56). Sedangkan menurut Effendi (2012:23) “ sumber primer adalah suatu dokumen atau sumber informasi yang di ceritakan pada sekitar waktu yang sedang terjadi, kata primer merujuk pada kenyataan bahwa sumber tersebut di dapat dari pelaku primer atau orang yang sedang mengalami langsung dalam suatu peristiwa”.

  Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber primer adalah data yang di peroleh langsung dari sumber asli dari hasil pengujian yang sesuai dengan peristiwa.

  b. Sumber Data Sekunder

  Sumber data sekunder adalah “cerita atau penuturan suatu peristiwa yang tidak di saksikan langsung oleh pelapor, melainkan semata-mata melaporkan apa yang dituturkan atau ditulis orang yang menyaksikan peristiwa tersebut” (Nurul, 2005:56). Sedangkan menuru t Effendi (2012:24) “ sumber sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublik asikan dan yang tidak dipublikasikan”. Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa data sekunder adalah catatan atau penuturan dari seseorang yang tidak menyaksikan suatu peristiwa secara langsung, berupa catatan, arsip atau buku.

  Adapun buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian yang dapat dijadikan sebagai sumber data yaitu :

  1. Buku Arsip data Masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) 2002

  2. Ahmad. R.A. 2002 Himpunan adat dan sistem upacara Morge Siwe. Kayu Agung : Pembina adat Kabupaten Ogan Komering Ilir

  3. Berlian, Saudi, 2003. OKI Ogan Komering Ilir dalam Lintas Sejarah. Kayuagung : Pemkab Ogan Komering Ilir

F. Prosedur Pengumpulan Data

  Dalam mengumpulkan data penelitian, maka peneliti melakukan tehnik pengumpulan data kualitatif yang memfokuskan pada penelaan terhadap kasus. Dalam kegiatan pengumpulan data sumber penelitian, peneliti menempuh metode observasi, wawacara, dan dokumentasi.

1. Observasi

  Observasi merupakan “suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai pengamatan dan ingatan” (Daryanto,2001:216). Sedangkan menurut

  Arikunto (2010:58), observasi adalah suatu jenis proses yang bertitik tolak pada pengamatan

  Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa observasi adalah suatu proses yang tersusun berdasarkan titik tolak pada pengamatan.

  2. Wawancara

  Menurut Nazir (2003:193) “Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan kajian penelitian dengan tanya jawab, tatap muka antara si penanya dan nara sumber”. Sedangkan menurut Kartodirjo (2004:160) metode wawancara adalah “suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada seseorang informan. Seseorang ahli atau berwewenang dalam suatu masalah”.

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu proses memperoleh keterangan berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada narasumber. Metode wawancara sengaja penulis lakukan untuk mengetahui Tradisi

  

Pernikahan Mabang Handak Di Suku Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI) Pada

Tahun 2000-2008. Dalam penulisan ini penulis mewawancarai Yuzrizal (62) Sebagai

  Pensiunan Seketaris Pembina Adat dan Budayawan. Dan kedua penulis melakukan wawancara dengan Nila Maryati S.Pd.MM (41) selaku Kabid Kebudayaan yang ada di dinas kebudayaan dan pariwisata.

  3. Dokumentasi

  Tehnik dokumentasi menurut menurut Priyadi (2012:112) adalah “suatu cara kongret yang dilakukan peneliti sebagai hasil nyata tetang fakta-fakta yang di selidiki, atau bukti dari catatan peristiwa yang sudah berlaku”. Sedangkan menurut sumber-sumber yang sudah tercatat. Jadi dapat disimpulkan bahwa dokumentasi adalah mencari data dengan berdasarkan buku-buku dan data-data lainnya.

  Dalam hal tehnik dokumentasi peneliti akan mengumpulkan data-data beserta foto-foto dan tempat-tempat yang berhubungan langsung dengan judul peneliti ini.

  Tujuan dari dokumentasi adalah untuk mencari kebenaran dari perjalanan suatu peristiwa.

G. Teknik Analisi Data

  Menurut Suryabrata (2001:26) tehnik anal isis data adalah “sebagai upaya mengelolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut mudah di pahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Kemudian dijelaskan oleh Sugiono (2011:17) tehnik analisis data adalah “cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga dapat menjawab masalah-masalah dalam suatu penelitian.

  Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan tehnik analisis data yaitu kegiatan dalam mengelolah data agar menjadi informasi yang mudah di pahami. Setelah penulis berhasil menemukan dan mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitian, penulis tidak begitu saja menerima apa yang tercantum dan tertulis pada sumber data tersebut.

  Namun terlebih dahulu penulis melakukan analisis data yang meliputi: Kritik sumber, Interprestasi, dan Historiografi.

1. Kritik Sumber

  Setelah semua sumber dan bukti sejarah diperoleh melalui pengumpulan data, maka tahap berikutnya adalah kritik sumber. Kritik sumber adalah usaha mempertanyakan apakah data-data yang diperoleh sesuai dengan ruang lingkup masalah peneliti (Abdurrahman, 2008:12). Sedangkan menurut Harnojoyo (2010) kritik sumber adalah usaha yang meliputi ruang lingkup suatu penelitian. Jadi dapat disimpulkan bahwa kritik sumber adalah usaha untuk memproleh data-data yang meliputi ruang lingkup suatu penelitian. Kritik sumber terbagi menjadi dua macam, antaranya :

a. Kritik Ekstern

  Menurut Harnojoyo (2010) Kritik ekstern adalah penelitian asli tidaknya satu dokumen, dan apakah sumber-sumber yang diperoleh tersebut otentik, artinya bukan sumber-sumber sejarah yang ragu, sehingga relevan dengan penelitian. Sedangkan menurut Sutarmi (2008:12) Kritik ekstern adalah penelitian yang berpacu pada suatu dokumen yang otentik. Jadi dapat disimpulkan bahwa kritik ekstern kritik yang berpacu pada satu sumber yang datanya otentiksehingga relevan dengan penelitian. Setelah melakukan penelitian terhadap data-data yang penulis peroleh adalah benar-benar asli dan otentik yaitu antara lain data-data tentang Tradisi Pernikahan Mabang Handak Di Suku Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Pada Tahun 2000-2008.

b. Kritik Intern

  Kritik intern adalah “Penentuan dapat tidaknya keterangan dalam dokumentasi digunakan sebagai fakta sejarah. Sedangkan kritik ekstern adalah penentuan asli atau tidaknya suatu dokumen” (Syair, 2006:63). Sedangkan menurut Sutarsemi (2008:13) Kritik intern adalah kritik yang berdasarkan fakta sejarah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kritik intern adalah penentuan dapat atau tidaknya suatu data berdasarkan sejarah. Kritik intern yang dilakukan oleh penulis adalah yang berkaitan dengan sumber yang di peroleh melalui wawancara yang berikatan dengan Tradisi Pernikhan Mabang

  Handak Di Suku Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

2. Interprestasi

  Menurut Louis Gottschalk dalam Abdurrahman (2007:73) menyatakan interprestasi adalah “penyusunan suatu data yang dapat di percaya, sehingga menjadi suatu kisah atau kajian berarti”. Sedangkan menurut Abdurrahman (2010) Interprestasi atau penafsiran data sejarah, merupakan usaha untuk mereka-reka atau merekontruksi jalan cerita sejarah dengan fakta-fakta dari sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan. Interprestasi atau penafsiran sejarah sering disebut juga dengan analisis, berarti menguraikan data secara terminologis berada dalam sintesis yang menyatukan analisis dari sintesis, hal ini dipandang sebagai metode utama dalam interprestasi.

  Dalam suatu penulisan, peneliti berusaha merangkai data-data yang diperoleh untuk di jadikan jalan ceritanya, sehingga mengandung arti atau makna.

3. Historigrafi

  Historigrafi merupakan tahap akhir dalam metode historis. Menurut Abdurrahma n (2007:67) Historigrafi adalah “cara penulisan laporan hasil penelitian sejarah yang sudah diadakan, dari penulisan itu akan memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian sejak awal sampai akhir”. Jadi pada tahap ini seluruh jalinan kisah sejarah disajikan secara utuh sesuai dengan waktu berlangsungnya peristiwa, adapun uraian singkat mengenai isi penelitian yang berjudul Tradisi Pernikahan Mabang Handak Di Suku Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Tahun 2000-2018. Adapun sistematika isi laporan penelitian adalah sebagai berikut:

  Bab Satu, merupakan bagian pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,

  rumusan masalah, pembatasan masalah,tujuan penelitian, kegunaan peneliti dan daftar istilah.

  Bab Dua, merupakan bagian dari kajian pustaka yang berisi tentang definisi

  Tradisi, Pernikahan, Mabang Handak, Suku¸Kayu Agung¸Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

  Bab tiga, merupakan bagian dari metode penelitian yang yang berisi tentang

  metode penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, dan tehnik analisis data dan tahap-tahap penelitian.

  Bab empat, merupakan pembahasan yang berisi latar belakang timbulnya handak di suku kayu agung, dan dampak dari adat pernikahan mabang handak di suku kayu agung.

  Bab lima, merupakan merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

H. Tahap-Tahap Penelitian

  Menurut Gottschalk dalam Abdurrahman (2007:164) ada empat tahap kegiatan penelitian, yaitu :