PENENTUAN ZONA RESIKO BENCANA GEMPA BUMI

Oleh: NIKO IRJAYA DESMONDA

PERENCANAAN WILAYAH & KOTA - 3610100015

Indonesia terletak pada lempeng tektonik aktif Pulau Jawa memiliki

kerentanan yang lebih besar daripada pulau lain ditinjau dari kepadatan penduduk

Kab. Malang berpotensi terjadi gempa tektonik, karena berada pada pertemuan lempeng bumi dan dekat dengan gunung berapi status aktif

Kawasan rawan terjadi bencana gempa bumi di Kab. Malang : Kecamatan Gedangan, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Dampit, Kecamatan Tirtoyudo, dan Kecamatan Ampelgading. (RTRW Kabupaten Malang 2009-2029).

DELINIASI WILAYAH PENELITIAN

Beberapa kecamatan yang rawan akan terjadi bencana gempa bumi di Kab. Malang meliputi Kec. Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading. Daya dukung batuan pada jalur-jalur tersebut relatif lebih rendah dari sekitarnya, sehingga jalur-jalur tersebut bersifat

labil. (RTRW

Kabupaten Malang 2009-

RUMUSAN MASALAH PENELITIAN:

Variabel apa saja yang berpengaruh dalam menentukan zona risiko (risk) bencana gempa bumi tektonik pada wilayah penelitian?

TUJUAN : SASARAN :

1. Menentukan bobot prioritas variabel- variabel yang berpengaruh terhadap kerentanan (vulnerability) bencana gempa bumi

2. Menentukan zona kerentanan (vulnerability) bencana gempa bumi

3. Menentukan zona risiko (risk) bencana gempa bumi

Pemetaan

Logika

Risiko

Konsep

Bencana

Bancana

Algebra

Mitigasi

Gempa

Boolean

Bencana

Bumi

Multi Kriteria

Teori

Analisa

Bencana

No.

Sub-Indikator

Sub-Sub Indikator yang Akan Sumber

Penelitian

Diteliti

yang Akan Diteliti

1. Mengidentifikasi karakteristik kerentanan (vulnerability) Bencana Gempa Bumi  Undang-Undang

1.Slope (kemiringan) tanah Nomor 24 Tahun

 Kerentanan

2.Jenis penggunaan lahan (land use) 2007;

Lingkungan

3.Geologi (sifat fisik batuan)  Bakornas Penanggulangan Bencana (2007)

1.Rasio Jaringan Jalan  Peraturan Kepala

 Kerentanan Fisik

2.Kepadatan Bangunan BNPB Nomor 4

3.Jenis konstruksi permukiman Tahun 2008

 Kerentanan Sosial

1.Kepadatan Penduduk 2.Persentase Usia Tua- Balita 3.Persentase penduduk wanita 4.Persentase penduduk penyandang

cacat 5.Laju Pertumbuhan penduduk

 Kerentanan Ekonomi 1.Persentase rumah tangga miskin 2.Persentase penduduk yang bekerja

di sektor rentan (pertambangan)

2. Merumuskan Zonasi Risiko (risk) Bencana Gempa Bumi Panduan Pengenalan Bahaya (Hazard)

Peta Karakteristik Bahaya Bencana Karakteristik bencana

Gempa Bumi

dan Mitigasinya di

Peta Karakteristik Bahaya Bencana Indonesia, 2007

Kerentanan

(vulnerability)

Gempa Bumi

Sumber : Kajian Teori, 2013

Pendekatan Penelitian : Rasionalistik Populasi dan Sampel Penelitian : Purposive Sampling

Jenis Penelitian

: Deskriptif

Variabel

Definisi Operasional

Aspek Kerentanan Lingkungan

Kemiringan (slope) tanah Derajat kemiringan lahan terkait dengan landai atau curamnya permukaan tanah berdasarkan kondisi geografis suatu wilayah.

Jenis penggunaan lahan (land use) Jenis peruntukan fungsi di permukaan tanah yang didasari pada suatu aktifitas atau bentuk peruntukan lahan.

Jenis bebatuan (Geologi) Klasifikasi macam bebatuan yang berhubungan dengan indikasi kestabilan dan kekuatan batuan.

Aspek Kerentanan Fisik

Rasio jenis konstruksi permukiman Perbandingan jumlah jenis konstruksibangunan yang mudah rusak (semi permanen, dan non-permanen) terhadap jumlah total bangunan.

Rasio Jaringan Jalan Perbandingan antara jumlah panjang jalan yang rusak pada suatu wilayah dengan panjang total. Kepadatan Permukiman

Banyaknya unit rumah per luasan wilayah.

Aspek Kerentanan Sosial

Rasio Kepadatan Penduduk

Perbandingan antara jumlah penduduk per luasan wilayah.

Persentase Usia Tua-Balita Tingkat kerentanan terhadap keselamatan jiwa dan kesehatan penduduk berusia rentan (mulai dari umur 0-9 tahun dan lebih dari 59 tahun) apabila terjadi bencana.

Persentase jumlah penduduk jenis kelamin Tingkat kerentanan fisik terhadap keselamatan jiwa dan kesehatan penduduk wanita apabila ada bahaya. wanita

Laju Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan jumlah penduduk di suatu wilayah tiap tahunya, semakin besar laju pertumbuhan membuat semakin rentan terhadap adanya bencana.

Persentase Jumlah Penduduk penyandang Tingkat kerentanan terhadap keselamatan jiwa dan kesehatan penduduk penyandang cacat apabila ada cacat

bahaya.

Aspek Kerentanan Ekonomi

Presentase rumah tangga miskin Suatu kelompok penduduk yang minim pengetahuan dan kewaspadaan terhadap bencana. Pekerja yang bekerja di sektor rentan

Banyaknya penduduk atau komunitas yang bekerja di dalam bangunan.

Variabel

Parameter

Aspek Kerentanan Sosial

Rasio jumlah penduduk terhadap area per kecamatan. Kemiringan (slope) tanah

Aspek Kerentanan Lingkungan

Kepadatan Penduduk

Didapatkan dari pengolahan data SRTM, menggunakan reclassify tools di

Skor 1 : Kepadatan <10 jiwa/ha software ArcGIS 10.2 Skor 2 : Kepadatan 10-15 jiwa/ha Skor 3 : Kepadatan 15-20 jiwa/ha

Skor 1 : 0°-8° (datar)

Skor 4 : Kepadatan 20-25 jiwaha

Skor 2 : 8°-15° (landai)

Skor 5 : Kepadatan >25 jiwa/ha

Skor 3 : 15°-25° (miring)

(Dirjen Penataan Ruang, Pekerjan Umum)

Skor 4 : 25°-45° (curam)

Laju Pertumbuhan Penduduk

Skor 1 : 2,899-1.8572

Skor 2 : 1,8572-0,8154 (PERMEN PU No. 21/PRT/M/2007) Skor 3 : 0,8154-0,2264 Skor 4 : 0,2264-1,2682 Jenis penggunaan lahan (land use)

Skor 5 : >45° (terjal)

Skor 1 : Hutan, Tanah Kosong & Rawa

Skor 5 : 1,2682-2,31

Skor 2 : Kawasan wisata domestik

Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)

Skor 3 : Persawahan dan Tambak

Persentase Usia Balita

Skor 1 : 0% - 5%

Skor 4 : Permukiman dan Fasilitas Umum

Skor 2 : 5% - 10%

Skor 5 : Cagar Budaya, Industri, Kawasan Wisata Berdevisa, dan Jalan

Skor 3 : 11% - 15% Skor 4 : 16% - 20%

(PERMEN PU No. 21/PRT/M/2007)

Skor 5 : >20%

Jenis bebatuan (Geologi) Skor 1 : Jenis Andesit, Granit, Metamorf, dan Breksi Vulkanik. Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)

Persentase Usia Tua

Skor 1 : 0% - 5%

Skor 2 : Jenis Aglomerat, Breksi Sedimen, dan Konglomerat.

Skor 2 : 5% - 10%

Skor 3 : Jenis Batu Pasir, Batu Gamping, Tuf Kasar, dan Batu lanau

Skor 3 : 11% - 15%

Skor 4 : Jenis Pasir, Lanau, Tuf Halus, dan Serpih

Skor 4 : 16% - 20%

Skor 5 : Jenis Lempung, Gambut, Lumpur

Skor 5 : >20%

(PERMEN PU No. 21/PRT/M/2007) Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)

Persentase Jumlah Penduduk wanita

Skor 1 : 0% - 5%

Skor 2 : 5% - 10%

Jenis Bangunan Konstruksi Skor 3 : 11% - 15%

Aspek Kerentanan Fisik

Skor 1 : 15% - 30%

Skor 4 : 16% - 20%

Skor 2 : 30% - 45%

Skor 5 : >20%

Skor 3 : 45% - 55%

Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)

Skor 4 : 55% - 65%

Persentase Jumlah Penduduk

Skor 1 : 0% - 5%

Skor 5 : >65%

penyandang cacat

Skor 2 : 5% - 10%

Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)

Skor 3 : 11% - 15% Skor 4 : 16% - 20%

Rasio Jaringan Jalan

Skor 1 : 15% - 30%

Skor 5 : >20%

Skor 2 : 30% - 45%

Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)

Skor 3 : 45% - 55%

Aspek Kerentanan Ekonomi

Skor 4 : 55% - 65%

Presentase rumah tangga miskin

Skor 1 : 0-832 jiwa

Skor 2 : 832-1664 jiwa Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012) Skor 3 : 1664-2495 jiwa Skor 4 : 2495-3327 jiwa Kepadatan Permukiman

Skor 5 : >65%

Rasio kawasan terbangun terhadap area non terbangun.

Skor 5 : 3327-4159 jiwa

Skor 1 : Kepadatan <10 bangunan/ha

Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)

Skor 2 : Kepadatan 11-40 bangunan/ha

Pekerja yang bekerja di sektor rentan

Skor 1 : 26-140 jiwa

Skor 3 : Kepadatan 41-60 bangunan/ha

Skor 2 : 140-254 jiwa Skor 4 : Kepadatan 61-81 bangunan/ha Skor 3 : 254-369 jiwa Skor 4 : 369-483 jiwa

Skor 5 : Kepadatan >81 bangunan/ha

Skor 5 : 483-597 jiwa

(KEPMEN PU No. 378/KPTS/1987)

Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)

Variabel

Definisi Operasional

Ancaman Karakteristik ancaman bahaya bencana gempa bumi (peta dengan 5 Bahaya

klasifikasi ancaman bahaya bencana gumpi bumi)

(hazard) Kerentanan

Karakteristik kerentanan bahaya bencana gempa bumi (peta dengan 5 ( vulnerability)

klasifikasi kerentanan bencana gumpi bumi)

Sumber : Sintesa Tinjauan Teori, 2013

Akademisi

LPPM Universitas Memahami secara teoritis

Kelompok

Responden

Keterangan

Brawijaya,

mengenai berbagai

Stakeholders

Penelitian

karakteristik Pemerintah

Malang

Badan Perencanaan Menyusun berbagai

Gempa bumi dan berbagai (Government)

LPPM Institut

dan Pembangunan

kebijakan penataan

Teknologi

alternatif penanganannya,

Daerah (BAPPEDA) ruang wilayah,

Sepuluh

sehingga dapat memberi

Kabupaten Malang – terutama mengenai

Nopember,

masukan dalam perumusan

Bidang Fisik dan

ijin lokasi,

Surabaya

aturan pengendalian

Prasarana

pemanfaatan dan

pemanfaatan ruang kawasan

pengndalian ruang.

rawan bencana gempa bumi dari sisi akademisi.

Dinas Pekerjaan

Berkepentingan

Masyarakat Tokoh Masyarakat Paham masalah sekitar

Umum Cipta Karya pada konstruksi fisik

di Kecamatan

khususnya kejadian bencana

dan Tata Ruang

bangunan dan

Sumbermajing

gempa bumi. Tiga kecamatan

(DPUCKTR)

ini mewakili dari total lima dan Ampelgading. Kabupaten Malang - kecamatan di wilayah kawasan rawan penelitian. Pemilihan tersebut

permukiman pada

Wetan, Dampit,

Bidang Permukiman gempa bumi

berdasarkan pertimbangan kondisi geografis wilayahnya.

Badan

Memahami secara

Penanggulangan

teknis tentang

Swasta

PT Marmora

Berkepentingan sebagai sektor

Bencana Daerah

karakteristik gempa

(perusahaan

swasata yang berorientasikan

(BPBD) Kabupaten pada profit, sehingga jika bumi dan aksi

tambang pasir

Malang – Bidang terkena dampak gempa bumi, penanggulangan maka akan berpengaruh.

besi)

Penanganan dan

bencana.

Kesiapsiagaan

PERAN STAKEHOLDERS

1. Kecil/Tidak

1. Kecil/Tidak Penting

PROGRAM

KELOMPOK

STAKEHOLDERS terhadap

2. Agak Penting

2. Agak Penting

No.

terhadap kerentanan

TERHADAP

STAKEHOLDERS

kerentanan di wilayah

3. Penting

3. Penting

bencana gempa bumi di

penelitian

INTEREST

4. Sangat Penting

4. Sangat Penting

wilayah penelitian

(+) (0) (-)

5. Program sangat

5. Program sangat

bergantung

bergantung padanya

padanya

Pemerintah

 Mengkoordinasi di dalam pemanfaatan dan

Pelaksanaan penegdalian lahan kota perencanaan

BAPPEDA Kabupaten

 Mengambil kebijakan

5 5 Malang

1. pembangunan daerah

keputusan terhadap

bidang fisik dan kebijakan infrastruktur. prasaran  Kebijakan pemanfaatan

lahan dalam KSN Berkepentingan pada

 Membantu mengambil konstruksi fisik

Dinas Cipta Karya dan

kebijakan infrastruktur

bangunan dan

2. Tata Ruang Kabupaten

 Mengkoordinasikan

permukiman pada

Malang

kegiatan perencanaan

kawasan rawan gempa pembangunan bumi

Memahami secara

 Mengkoordinbencana

teknis tentang

terjadi

Badan

karakteristik gempa

 Memebrikan pengetahuan

Penanggulangan

bumi dan aksi

dan pengendalian ancaman

3. Bencana Daerah

penanggulangan

bahaya

(BPBD) Kabupaten

bencana.

 Membantu evakuasi dan

Malang

bantuan korban bencanaasikan kapan

Akademisi

Memahami secara teoritis mengenai berbagai

karakteristik  Memberikan ilmu Gempa bumi dan berbagai

pengetahuan tentang kawsan rentan terhadap gempa bumi

Lembaga Penelitian dan

alternatif penanganannya,

 Memberi masukan dalam

4. Pengabdian Masyarakat

4 4 (LPPM) ITS

sehingga dapat memberi

perumusan aturan

masukan dalam perumusan aturan pengendalian

pengendalian pemanfaatan

pemanfaatan ruang kawasan

ruang kawasan rawan bencana gempa bumi dari sisi

rawan bencana gempa bumi

akademisi.

dari sisi akademisi. Memahami secara teoritis

mengenai berbagai

 Memberikan ilmu

karakteristik

pengetahuan tentang kawsan

Gempa bumi dan berbagai

Lembaga Penelitian dan

rentan terhadap gempa bumi

Pengabdian Masyarakat  Memberi masukan dalam

alternatif penanganannya,

4 4 (LPPM) Universitas

5. sehingga dapat memberi

perumusan aturan

masukan dalam perumusan

pengendalian pemanfaatan

Brawijaya

aturan pengendalian

ruang kawasan rawan

pemanfaatan ruang kawasan

bencana gempa bumi dari sisi

rawan bencana gempa bumi

akademisi.

dari sisi akademisi.

Masyarakat

Paham masalah sekitar

 Berpengaruh terhadap usaha

khususnya kejadian bencana

partisipasi masyarakat dalam

gempa bumi. Tiga kecamatan

rangka menangani dan

Tokoh Masyarakat di

ini mewakili dari total liam

tanggap terhadap bencana

6. Kecamatan

kecamatan di wilayah

gempa bumi

Sumbermanjing Wetan,

4 4 Dampit, dan Ampelgading berdasarkan pertimbangan

penelitian. Pemilihan tersebut  Menjembatani program dari

pemerintah daerah dengan

kondisi geografis wilayahnya.

masyarakat, khususnya dalam hal penyuluhan dan simulasi penanggulangan bencana.

Swasta

Berkepentingan sebagai sektor swasata yang berorientasikan

7. PT Marmora (Tambang

3 3 Pasir Besi)

Melakukan usaha kerja tambang

pada profit, sehingga jika terkena dampak gempa bumi, di sekitar wilayah rawan longsor maka akan berpengaruh.

TINGKAT PERAN STAKEHOLDERS

TINGKAT Program Sangat PENGARUH

Tidak Penting

Agak Penting

Penting

Sangat Penting

Bergantung Padanya STAKEHOLDER

(5) Tidak Penting (1)

Agak Penting (2) Penting (3)

PT Marmora

LPPM ITS

LPPM UB

Sangat Penting (4)

Tokoh Masyarakat

BAPPEDA

ProgramSangat

Cipta Karya &

Bergantung

Tata Ruang

Padanya (5)

BPBD

Keterangan

: Stakeholder Kunci

DATA PRIMER

DATA SEKUNDER

Sumber

Instansi/Penyedia

No

Instansi/Penyedia

Jenis Data

Jenis Data

Sumber Data

Data Data Data

1. Kebijakan penataan ruang

RTRW Kabupaten Malang BAPPEDA Kab.

 Validitas tiap Informasi

 BAPPEDA Kab.

kawasan gempa bumi.

tahun 2009-2029.

Malang

 factor BPBD Kepanjen, dan Malang

2. Data terkait bencana gempa Rekapitulasi data

bumi

kebencanaan Kabupaten Kabupaten Malang

 Tingkat

pendapat

 Dinas Cipta Karya

Malang

 BMKG Tretes

pengaruh tiap dari

dan Tata Ruang

3. Data Fisik Kawasan

RTRW Kabupaten Malang  BAPPEDA Kab.

faktor Malang stakeholder Kab. Malang

- Topografi

tahun 2009-2029.

- Kelerangan

 BPS Kabupaten

 Tingkat

kunci, yaitu  BPBD Kabupaten

- Jenis tanah

Malang

prioritas tiap - Penggunaan Lahan pemerintah. Malang

4. Data Sarana dan prasarana

 RTRW Kabupaten

 BAPPEDA Kab.

faktor penentu

 LPPM ITS

- Kepadatan bangunan

Malang tahun 2009-

Malang

 kerentanan BPS Kabupaten  LPPM UB

- Jalan

- Jenis konstruksi bangunan  Kabupaten Malang

Malang

masayarakat

 Tokoh Masyarakat

Dalam Angka 2012

terhadap BPS Kabupaten (Kec. Sumbermajing

5. Data social dan ekonomi

 Kabupaten Malang

- Kepadatan penduduk

Dalam Angka 2012

Malang

gempa bumi

Wetan, Dampit

- Laju pertumbuhan

 Kecamatan Gedangan,

Ampelgading Sumbermanjing Wetan,

penduduk

- Penduduk usia balita-tua

Dampit, Ampelgading

- Penduduk wanita

& Tirtoyudo dalam

- Penduduk penyandang

Angka

cacat - Data jenis pekerjaan - Data jenis kemiskinan

6.  Peta dasar Kabupaten

Peta Bakosurtanal

 BPBD Kepanjen,

Malang

Kabupaten Malang

 Data titik kejadian gempa

 BMKG Tretes

(epicentrum)  Data Kedalaman pusat

Tujuan

Teknik

2. Penentuan

Mengetahui

Weighted Peta Zona

No. Sasaran

Hasil

Analisa

Analisa

zona

zona

Overlay kerentanan

1. Identifikasi Membanding Analisa

(vulnerabilit faktor-faktor kan antara

Faktor-

kerentanan

berdasarkan

Deskriptif

faktor

(vulnerability) tingkat

y) gempa

bumi yang

variabel, teori

yang

gempa bumi di kerentanan zona

wilayah

kerentanan

berpengaruh atau kondisi

berpengaru

penelitian

(vulnerability)

terhadap

eksisting

h terhadap

mulai dari yang

kerentanan dengan

kerentanan

terendah hingga

(vulnerabilit standard/para

(vulnerabil

tertinggi dengan

y) bencana

meter

ity)

cara meng-

gempa bumi sehingga

gempa

overlay peta

didapat

bumi

dari faktor-

faktor-faktor

faktor yang

yang

berpengaruh.

berpengaruh

3. Penentuan

Mengetahui

Peta Algebra Peta zonasi

(memakai alat terhadap risiko (risk)

zonasi risiko

zona

(risk) gempa

berdasarkan

analisa di gempa bumi

kerentanan

bumi di

tingkat risiko

software

(vulnerability

penelitian

(risk) mulai dari ArcGIS 10.2 :

) gempa bumi

yang terendah

Spatial Analyst

Menentukan Analytic

hingga tertinggi Tool “Raster

pembobotan Hierarchy

dengan cara

Calculator”)

pada setiap

Proccess

meng-overlay

faktor yang

(AHP)

peta dari factor-

berpengaruh

faktor yang

terhadap

berpengaruh.

kerentanan (vulnerability ) gempa bumi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah

4.1.1 Orientasi Wilayah Penelitian

Secara geografis, Kabupaten Malang terletak di wilayah dataran tinggi, dengan koordinat 112° 17’ 10.9” - 112° 57’0.0” Bujur Timur dan 70° 44” 55.11” - 80° 26’ 35.45” Lintang Selatan. Kabupaten Malang terdiri dari 33 kecamatan dengan luas wilayah sebesar 334.787 Ha. Bila dilihat dari letaknya, Kabupaten Malang terletak di antara ketinggian -1 mdpl hingga 3000 mdpl.

Wilayah yang digunakan dalam penelitian ini terletak di wilayah selatan Kabupaten Malang, yang meliputi 5 kecamatan. Dimulai dari sisi barat wilayah penelitian, yakni dari Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading. Secara administratif pada wilayah penelitian, dibatasi oleh :

Sisi Utara : Kecamatan Kalipare, Kecamatan Pagak, Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Turen, Kecamatan Wajak, Kecamatan Poncokusumo, dan Kodya Malang

Sisi Timur : Kabupaten Lumajang Sisi Selatan : Samudera Hindia Sisi Barat : Kecamatan Bantur, Kecamatan

Donomulyo, dan Kabupaten Blitar

Untuk dapat melihat lebih jelas mengenai nama kecamatan beserta luas wilayahnya telah pada Tabel 4.1, sedangkan untuk melihat lingkup wilayah penelitian secara visual, dapat dilihat pada Gambar 4.1

Tabel 4.1. Luas Wilayah Penelitian Per Desa

Luas Persentase Nama

Luas

Total Luas per Kecamatan

Wilayah Kecamatan

(Ha)

(Ha) (%)

Gedangan Gedangan

Sumbermanjing Sumbermanjing

Wetan Argotirto

Dampit Dampit

Majang tengah

Rembun

Luas Persentase Nama

Luas

Total Luas per Kecamatan

Wilayah Kecamatan

Tirtoyudo Gandungsari

Ampelgading Tirtomoyo

Sumber : RTRW Kabupaten Malang 2009-2029

Dari data tabel diatas, dapat diketahui bahwa luas wilayah penelitian ini sebesar 97.778,8 Ha, dimana Kecamatan Tirtoyudo merupakan wilayah yang terluas di wilayah penelitian ini, yaitu sebesar 28.969,94 Ha (29,62%) dari luas keseluruhan wilayah penelitian. Sedangkan, wilayah yang terkecil terletak di Kecamatan Dampit, yang mana memiliki luas sebesar 16.847,42 Ha (17,23%) dari jumlah luas keseluruhan di wilayah penelitian.

Gambar 4.1. Peta Orientasi Wilayah

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

4.1.2 Kondisi Fisik Dasar

4.1.2.1 Kondisi Topografi

Kondisi topografi pada wilayah penelitian merupakan perpaduan antara dataran tinggi dan dataran rendah. Wilayah yang masuk ke dalam dataran tinggi (ketinggian mulai dari 1000 mdpl hingga 3000 mdpl), berada di Kecamatan Ampelgading yang merupakan kaki gunung Mahameru, sedangkan wilayah yang masuk dataran rendah (ketinggian mulai -1 mdpl hingga 500 mdpl), yaitu berada dari Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, dan Tirtoyudo. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Sedangkan kondisi kemiringan tanah pada wilayah penelitian memiliki karakteristik yang beragam mulai dari kelerengan datar (0°-15°) hingga terjal (15°- >45°). Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Kondisi Kemiringan Tanah di Wilayah Penelitian

Derajat Luas Wilayah Lokasi Kemiringan

(Ha)

Terletak di sisi selatan 0°-8°

Kecamatan Sumbermanjing Wetan  Terletak di sepanjang

Pantai Sendang Biru.  Terletak di perbatasan antara

Kec. Tirtoyudo Sumbermanjing

8°-15°

Wetan  Terletak sebagian kecil wilayah Kec.

Ampelgading (sisi timur tepatnya)

 Terletak di sisi utara

Derajat Luas Wilayah Lokasi Kemiringan

(Ha)

Kec. Gedangan, Sumbermanjing Wetan,Sumbermanjin

g wetan, dan Dampit Terletak di pertengahan 15°-25°

wilayah sepanjang wilayah penelitian. Terletak di sisi selatan

25°-45°

Kec. Sumbermanjing Wetan dan Tirtoyudo Letaknya hampir merata di sisi selatan wilayah

penelitian dan sisi utara Kec. Ampelgading.

Jumlah

Sumber : RTRW Kabupaten Malang 2009-2029

Tabel 4.3. Kondisi Ketinggian Tanah di Wilayah Penelitian

Luas Wilayah Ketinggian

Lokasi

(Ha)

Tersebar di sepanjang -1 m dpl

44.4 pesisir wilayah penelitian  Tersebar di sepanjang

garis pantai Kecamatan Gedangan dan Sumbermanjing

0 m dpl

Wetan  Tersebar di bibir

teluk di Kecamatan Tirtoyudo

Tersebar merata dari 100 m dpl

ujung utara, barat

hingga selatan di wilayah penelitian Tersebar di sebagian Kecamatan

500 m dpl

Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading

1000 m dpl

Terletak di sebagian 1500 m dpl

lereng kaki Gunung 2000 m dpl

Mahameru 2500 m dpl

3000 m dpl

Sumber : RTRW Kabupaten Malang 2009-2029

4.1.2.2 Kondisi Geologi atau Jenis Batuan

Kondisi geologi atau bebatuan pada wilayah penelitian sebagian besar didominasi jenis batuan Breksi Vulkanik (34,6%) dan batuan Metamorf (26,8%). Kedua jenis batuan tersebut memiliki masing-masing luas 33.890 Ha dan 26.245 Ha. Jenis batuan Breksi Vulkanik terletak di bagian utara Kecamatan Ampelgading, Tirtoyudo dan Dampit. Sedangkan jenis batuan Metamorf mendominasi di sisi tengah wilayah penelitian. Dari kondisi ini jelas menunjukkan bahwa pada wilayah penelitian memiliki jenis batuan yang relative kompak, sehingga lebih stabil terhadap kemungkinan longsoran dan amblasan. Namun, tidak menutup kemun gkinan terjadi longsoran dan amblasan di wilayah lain pada wilayah penelitian. Untuk lebih jelas mengenai kondisi geologi di wilayah penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Kondisi Geologi di Wilayah Penelitian

Luas

Jenis Wilayah

Lokasi Batuan

(Ha)

Tersebar hampir merata dari sisi Batuan

tengah hingga ke selatan di Metamorf wilayah penelitian

 Memusat di sisi utara Batuan

Kecamatan Dampit, Tirtoyudo, Breksi

dan Ampelgading Vulkanik

 Sisi selatan Kecamatan Ampelgading Tersebar di sisi utara lereng kaki

Batuan

gunung Mahameru Kecamatan Granit Ampelgading

Batuan Tersebar di sepanjang bibir pantai

Andesit wilayah penelitian Tersebar di sisi utara dan selatan

Batuan Kecamatan Gedangan, sisi utara Breksi

Kecamatan Sumbermanjing wetan, Sedimen

dan di wilayah pesisir Kecamatan Tirtoyudo Memusat di sepanjang sisi utara

Batuan Tuf

Kecamatan Dampit dan Kasar Sumbermanjing Wetan.

 Mendominasi di Kecamatan Gedangan  Tersebar di sisi utara dan selatan Batuan

Kecamatan Sumbermanjing

Gamping

Wetan  Tersebar di sisi selatan Kecamatan Ampelgading dan Tirtoyudo

Jumlah 97778.8

Sumber : RTRW Kabupaten Malang 2009-2029

Gambar 4.2. Peta Kemiringan Lereng

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.3. Peta Ketinggian Tanah (Topografi)

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.4. Peta Jenis Batuan (Geologi)

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

4.1.3 Kondisi Kependudukan dan Sosial

4.1.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk pada wilayah penelitian pada tahun 2012 mencapai 391.455 jiwa dengan kepadatan penduduk yang mencapai 22,48 Ha. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Dampit, yakni sebanyak 116.228 jiwa pada tahun 2012 dan untuk kepadatan penduduk tertinggi berada pada Kecamatan Sumbermanjing Wetan yang mencapai 7,53 jiwa per hektar. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi jumlah dan kepadatan penduduk, serta laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada Tabel

4.5 dan Tabel 4.6. Jumlah penduduk dan kepadatan ini akan digunakan

untuk mengklasifikasikan besaran tingkat kepadatan penduduk yang diperlukan dalam tahapan penentuan zona tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Tabel 4.5 . Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2012

Jumlah

Jumlah

Kepadatan Nama

Jumlah

Penduduk No.

Nama

Luas Wilayah

Luas

Penduduk Kecamatan

(Jiwa/Ha)

(Ha)

(Jiwa)

1. Gedangan

Gedangan

Sumberrejo

Segaran

Tumpakrejo

Sindurejo

Gajahrejo

Sidodadi

Girimulyo

2. Smbermnjing

7.54 Wetan

Smbermnjing

Argotirto

Ringinsari

Sitiharjo

Tambakrejo

Kedungbanteng

Tambakasri

Tegalrejo

Kepadatan Nama

Jumlah

Penduduk No.

Nama

Luas Wilayah

Luas

Penduduk Kecamatan

(Jiwa/Ha)

Majang tengah

Rembun

Pojok

Jambangan

4. Tirtoyudo

Gandungsari

Kepadatan Nama

Jumlah

Penduduk No.

Nama

Luas Wilayah

Luas

Penduduk Kecamatan

(Jiwa/Ha)

5. Ampelgading Tirtomoyo

Tirtomarto

Tawangagung

Lebakharjo

Wirotaman

Kepadatan Nama

Jumlah

Penduduk No.

Nama

Luas Wilayah

Luas

Penduduk Kecamatan

(Jiwa/Ha)

Sumber : RTRW Kabupaten Malang 2009-2029

4.1.3.2 Jumlah Penduduk Wanita

Jumlah penduduk berdasarkan berjenis kelamin ini, berkaitan dengan kerentanan social. Dalam hal ini, penduduk yang berkaitan dengan kerentanan social ini adalah penduduk yang berjenis kelamin wanita. Dimana semakin tinggi proporsi jumlah penduduk berjenis kelamin wanita di suatu wilayah, maka kemingkinan jumlah timbulnya korban jiwa akibat bencana gempa bumi akan semakin besar. Hal ini dikarenakan pengaruh dari kondisi mental daripada kondisi fisiknya, sehingga dapat menyebabkan kemampuan dalam menghindar dari ancaman gempa bumi yang lebih rendah. Berikut ini telah tersaji pada Tabel 4.6 data mengenai jumlah penduduk jenis kelamin wanita pada wilayah penelitian pada tahun 2012.

Jumlah penduduk jenis kelamin wanita ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan besaran tingkat tingginya penduduk jenis kelamin wanita yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.

Tabel 4.6 . Jumlah Penduduk Wanita Tahun 2012

Jumlah Penduduk Wanita Kecamatan (Jiwa)

Gedangan 27.709 Sumbermanjing Wetan

Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013

4.1.3.3 Jumlah Penduduk Usia Rentan (Balita dan Tua)

Jumlah penduduk berdasarkan usia rentan, berkaitan dengan kerentanan sosial. Dalam hal ini, penduduk yang berkaitan dengan kerentanan social ini adalah penduduk

balita (<5 tahun) dan penduduk usia tua (>60 tahun). Dimana semakin tinggi proporsi jumlah penduduk balita dan tua di suatu wilayah, kemungkinan jumlah korban jiwa akibat bencana gempa bumi tektonik akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisiknya, sehingga dapat mempengaruhi kemampuanya dalam menghindar dari ancaman gempa bumi. Berikut ini telah tersaji data mengenai jumlah penduduk usia rentan balita pada wilayah penelitian tahun 2012 di Tabel 4.7, dan jumlah penduduk usia rentan tua pada Tabel 4.8.

Jumlah penduduk jenis kelamin wanita ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan besaran tingkat tingginya penduduk jenis kelamin wanita yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.

Tabel 4.7 . Jumlah Penduduk Usia Rentan Balita dan Tua

Tahun 2012

Kelompok Kelompok Kecamatan

Usia Balita Usia Tua

6.418 Sumbermanjing Wetan

Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013

4.1.3.4 Jumlah Penduduk Penyandang Cacat

Jumlah penduduk penyandang cacat berkaitan dengan kerentanan sosial. Dalam hal ini, penduduk yang berkaitan dengan kerentanan sosial ini adalah penduduk yang mengalami cacat tubuh, buta, tuna rungu, dan cacat mental. Dimana semakin tinggi proporsi jumlah penduduk

penyandang cacat di suatu wilayah, maka kemungkinan jumlah timbulnya korban jiwa akibat bencana gempa bumi akan semakin besar. Hal ini dikarenakan kondisi fisiknya dan kepekaanya terhadap datangnya bencana gempa bumi, sehingga dapat mempengaruhi kemampuanya dalam menghindar dari ancaman gempa bumi. Adapun jumlah penduduk cacat yang tertinggi di wilayah penelitian terdapat di Kecamatan Gedangan sebanyak 45 jiwa dan yang terendah terdapat di Kecamatan Tirtoyudo sebanyak 7 jiwa. Berikut ini telah tersaji data jumlah penduduk penyandang cacat pada wilayah penelitian pada tahun 2012 pada Tabel

4.8 . Jumlah penduduk penyandang cacat ini akan

digunakan untuk mengklasifikasikan besaran tingkat tingginya penduduk jenis kelamin wanita yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.

Tabel 4.8 . Jumlah Penduduk Penyandang Cacat Wilayah Penelitian Tahun 2012

Jumlah Penduduk Cacat Kecamatan (Jiwa)

Gedangan

45 Sumbermanjing Wetan

96 Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Malang, 2013

4.1.3.5 Jumlah Penduduk Miskin

Berdasarkan data dari Kabupaten Malang dalam Angka tahun 2012, di wilayah penelitian terdapat penduduk miskin sejumlah 22.707 jiwa. Jumlah penduduk miskin tertinggi berada di Kecamatan Dampit dengan jumlah 7.375

jiwa. Sedangkan, jumlah penduduk miskin terendah berada di Kecamatan Gedangan dengan jumlah 2.503 jiwa. Untuk lebih jelasnya data mengenai jumlah penduduk miskin tersaji pada Tabel 4.10.

Jumlah penduduk miskin ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan besaran tingginya persentase penduduk miskin yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.

Tabel 4.9. Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2012

Kecamatan Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)

Gedangan 2.503 Sumbermanjing Wtn

22.707 Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Malang, 2013

4.1.3.6 Jumlah Penduduk Bekerja di Pertambangan

Wilayah penelitian merupakan daerah yang memiliki beberapa sumber daya alam yang melimpah, khususnya di wilayah selatan yang dimanfaatkan penduduk sekitar sebagai sumber mata pencaharian. Sumber daya alam tersebut seperti pasir besi, emas, marmer, tanah urug, sirtu (pasir batu), dan mangan. Kondisi jumlah pekerja tambang yang tertinggi terletak di Kecamatan Tirtoyudo (3892 jiwa), sedangkan jumlah pekerja tambang yang terendah terletak di Kecamatan Dampit (549 jiwa). Adapun jumlah penduduk di wilayah penelitian yang bermata pencaharian di wilayah pertambangan tersaji pada Tabel 4.11.

Jumlah penduduk yang bekerja di sektor rentan (pertambangan)

digunakan untuk mengklasifikasikan besaran tingginya persentase penduduk

ini

akan

yang bekerja di sektor rentan (pertambangan) yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.

Tabel 4.10. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Pertambangan Tahun 2012

Kecamatan Jumlah Penambang (Jiwa)

Gedangan 2.475 Sumbermanjing Wetan

9.937 Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013

4.1.4 Kondisi Penggunaan Lahan

Kondisi penggunaan lahan pada wilayah penelitian lebih didominasi oleh perkebunan dengan luas 35.888 Ha (36,7%), diikuti oleh tegalan dengan luas 29.674 (30,44%), dan hutan lindung yang mencapai 19.645 (20%). Berikut ini jenis penggunaan lahan pada wilayah penlitian berdasarkan jenis penggunaan lindung dan budidaya yang tersaji pada Tabel 4.12 . Jenis penggunaan lahan ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan kelompok penggunaan lahan yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap bencana gempa bumi.

Tabel 4.11 . Jenis Penggunaan Lahan Wilayah Penelitian

Persentase Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%)

Hutan Lindung 557.3 0.569 Permukiman

11.1 Perkebunan

32.4 Tegalan

22.6 Hutan

Danau/Waduk 524.6

0.54 Sawah Irigasi

2.6 Sawah Tadah Hujan

0.15 Sungai Besar

97778,8 100 Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013

4.1.5 Kondisi Konstruksi Bangunan Fisik

Berdasarkan pada data dari Kabupaten Malang dalam Angka 2013, terdapat data mengenai kondisi fisik bangunan yang dilihat berdasarkan jenis konstruksinya. Hal ini penting untuk melihat dari segi ketahanan suatu bangunan jika terjadi gempa bumi. Dimana jika suatu konstruksi yang semakin kaku (stiff) maka bangunan tersebut akan semakin rentan terhadap kejadian gempa bumi, sehingga kerugian yang ditimbulkan akan semakin besar, lain halnya jika bangunan yang tidak permanen (bersifat elastis) dapat menyesuaikan getaran gempa dengan ambang batas lebih besar dibanding bangunan permanen. Sehingga jika terjadi gempa, maka kerugian yang ditimbulkan oleh gempa bumi terhadap bangunan non permanen tidak sebesar bangunan permanen.

Pada wilayah penelitian, jumlah jenis bangunan permanen lebih mendominasi, dibanding bangunan non permanen. Secara berurutan, sejumlah 79.104 bangunan permanen (86.29%) dan 12.559 bangunan tidak permanen (13.7%). Dilihat dari fakta tersebut, wilayah penelitian rentan terhadap bencana gempa bumi. Jenis konstruksi bangunan fisik permanen ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan tingginya persentase jenis konstruksi bangunan fisik yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.

Tabel 4.12 . Jumlah Bangunan Fisik berdasarkan Jenis Konstruksinya di Wilayah Penelitian

Jumlah Nama

Total Permanen Kecamatan

Tidak

Permanen

Fisik Bangunan

Gedangan

12.165 13.594 Sumbermanjing Wtn

79.104 91.663 Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013

4.1.6 Kepadatan Bangunan

Kondisi kepadatan bangunan pada wilayah penelitian berkisar antara 0.610 hingga 1.916 bangunan/Ha. Kepadatan bangunan yang paling padat terdapat di Kecamatan Sumbermanjing Wetan dengan kepadatan sebesar 1,916 bangunan/ha, lalu diikuti oleh Kecamatan Dampit sebesar 1.602 bangunan/ha. Sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan bangunan yang terendah terletak di Kecamatan Tirtoyudo sebesar 0.610 banguna/ha. Untuk dapat melihat lebih jelas, tersaji pada Tabel 4.14.

Kondisi kepadatan bangunan ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan tingginya kepadatan bangunan yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.

Tabel 4.13 . Jumlah Kepadatan Bangunan Fisik Wilayah

Penelitian

Kepadatan

Jumlah Bangunan Nama Kecamatan

Luas

wilayah Bangunan (bangunan/

(Ha)

Fisik Ha)

Gedangan

15720 0.773 Sumbermanjing Wtn

103070 5.858 Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013

4.1.7 Kondisi Jaringan Jalan

Kondisi jaringan jalan pada wilayah penelitian memiliki panjang jalan total sepanjang 140.1 km, yang mana terdiri dari 39.5 km jalan Arteri Sekunder, 86.2 km jalan Kolektor Primer, dan 14.4 km jalan Kolektor Sekunder. Jalan Arteri Sekunder yang terpanjang terletak di Kecamatan Sumbermanjing Wetan sepanjang 23.6 km, lalu untuk Jalan Kolektor Primer yang terpanjang terletak di Kecamatan Sumbermanjing Wetan sepanjang 43,6 km, sedangkan jenis Jalan Kolektor Sekunder hanya terletak di Kecamatan Sumbermanjing Wetan yakni sepanjang 14.4 km.

Dilihat dari kualitasnya saat ini, kondisi jalan di wilayah penelitian ada yang kondisinya baik dan rusak. Kondisi jalan ini berpengaruh terhadap upaya evakuasi yang dilakukan dan dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel

4.15 . Kondisi jaringan jalan yang rusak ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan jumlah panjang jaringan jalan

yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.

Tabel 4.14 . Kondisi Jaringan Jalan Wilayah Penelitian

Tipe Jalan

Lokasi

Panjang Jalan (km)

Arteri Sumbermanjing Wetan

23.6 Sekunder

Gedangan

11.1 39.5 Dampit

Kolektor Ampelgading

Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Gambar 4.5. Peta Jumlah Penduduk di Wilayah Penelitian

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.6. Peta Kepadatan Penduduk di Wilayah Penelitian

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.7. Peta Jumlah Penduduk Wanita di Wilayah Penelitian

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.8 Peta Jumlah Penduduk Usia Balita di Wilayah Penelitian

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.9 . Peta Jumlah Penduduk Usia Tua di Wilayah Penelitian

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.10 . Peta Jumlah Penduduk Penyandang Cacat di Wilayah Penelitian

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.11. Jumlah Penduduk Miskin di Wilayah Penelitian

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.12 . Penduduk Bekerja disektor Rentan (Pertambangan) di Wilayah Penelitian

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.13 . Jenis Penggunaan Lahan di Wilayah Penelitian

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.14 . Jenis Bangunan Konstruksi Permanen di Wilayah Penelitian

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.15 . Kepadatan Bangunan Fisik di Wilayah Penelitian

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Gambar 4.16 . Kondisi Jaringan Jalan di Wilayah Penelitian

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

4.2 Gambaran Umum Ancaman Bahaya (Hazard) Gempa Bumi di Wilayah Penelitian

Menurut Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, ESDM (2010), dalam melakukan penentuan zona bahaya wilayah yang rawan bencana gempabumi, melihat berdasarkan 4 parameter, yaitu dilihat dari kondisi geologi (batuan), skala intensitas gempa bumi yang pernah terjadi, kegempaan, lokasi patahan sesar, dan percepatan gempa bumi (PGA). Berdasarkan parameter-parameter tersebut dihasilkan 4 zona bahaya bencana gempa bumi, yang meliputi zona bahaya bencana gempa bumi tinggi, menengah, rendah, dan sangat rendah. Berdasarkan Peta Bahaya Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi pada wilayah penelitian, dapat diketahui bahwa pada wilayah penelitian masuk dalam kategori zona bahaya bencana gempa bumi tinggi (high earthquake hazard zone) yang masuk dalam skor (4), dimana wilayah penelitian merupakan wilayah yang berpotensi terlanda goncangan gempa bumi dengan intensitas lebih dari VII skala MMI (Modified Mercalli Intensity).

Wilayah ini berpotensi terjadi retakan tanah, pelulukan, longsoran pada tebing-tebing yang terjal, dan pergeseran tanah. Adapun percepatan gempa buminya lebih besar daripada 0.34 g. Berdasarkan kondisi geologi atau batuanya, daerah ini tersusun dari alluvium, endapan gunungapi,, dan batuan yang telah terlapukkan secara kua. Untuk mengetahui lebih detail dari kondisi geologi dapat dilihat pada subbab indikator kerentanan lingkungan pada bab 2.

Ancaman bahaya gempa bumi di wilayah penelitian dapat dilihat pada peta bahaya gempa bumi yang disajikan pada Gambar 4.19. Berikut ini beberapa data faktual pendukung mengenai ancaman bahaya gempa bumi pada wilayah penelitian :

4.2.1 Lokasi Patahan

Pada wilayah penelitian terdapat beberapa lokasi patahan pada wilayah studi terletak di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading. Lokasi patahan yang

paling panjang, terdapat di sisi utara Kecamatan Sumbermanjing Wetan dan Dampit yakni dengan panjang patahan sebesar 14.6 km, lalu lokasi patahan yang terpendek terdapat di sisi selatan Kecamatan Sumbermanjing Wetan, yakni sepanjang 2 km. Untuk lebih jelas mengenai persebaran patahan di wilayah penelitian, dapat dilihat pada Gambar 4.17.

4.2.2 Episentrum dan Kedalaman Titik Gempa Bumi

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangkates, mencatat disepanjang tahun 1975 hingga tahun 2013 pada wilayah penelitian, telah terjadi gempa bumi sebanyak 22 kali dengan berbagai tingkatan kekuatan. Tingkat kekuatan gempa bumi di wilayah penelitian mulai dari yang terkuat yakni sebesar 6 SR atau VII Skala MMI yang terletak di Kecamatan Ampelgading. Sedangkan tingkat kekuatan gempa bumi yang terendah yakni sebesar 1.2 SR atau I Skala MMI yang terletak di Kecamatan Gedangan.

Untuk lebih jelas mengenai persebaran titik episentrum gempa bumi di wilayah penelitian, dapat dilihat pada Gambar

Tabel 4.15 . Lokasi Titik Episentrum di Wilayah Penelitian

Depth

Kekuatan

Lintang Bujur Kecamatan

(km dpl) (SR / MMI)

Sumbermanjing Wtn -8.319 112.675

4.8 / IV

Sumbermanjing Wtn -8.298 112.798

5.2 / V

Dampit -8.327 112.913

10 4.8 / IV

Ampelgading -8.424 112.637

5.5 / VI

Gedangan -8.346 112.726

4.5 / IV

Sumbermanjing Wtn -8.351 112.640

4.6 / V

Gedangan -8.394 112.594

4.9 / V

Gedangan -8.360 112.849

91 4.9 / V

15 2.5 / III

Tirtoyudo

Lintang Bujur Kecamatan

(km dpl) (SR / MMI)

Ampelgading -8.209 112.869

40 1.5 / I

Ampelgading -8.344 112.863

39 3.2 / III

Ampelgading -8.395 112.567

12 6 / VII

Gedangan -8.268 112.636

1.2 / I

Gedangan -8.218 112.757

32 5.5 / VI

Dampit -8.302 112.731

4.4 / IV

Sumbermanjing Wtn -8.393 112.718

62 5.1 / VI

Sumbermanjing Wtn -8.161 112.858

75 5.3 / VI

Tirtoyudo -8.283 112.864

97 2.1 / II

Tirtoyudo -8.314 112.619

56 4.9 / V

Gedangan -8.255 112.828

5.8 / VI

Tirtoyudo Sumber : BMKG Karangkates, 2013

4.2 / IV

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Gambar 4.17. Peta Bahaya Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi di Wilayah Penelitian

180

“Halaman ini sengaja di kosongkan”

Nama Persentase No.

Luas Wilayah (Ha) Kecamatan

(%)

1. Gedangan 20.330,18 20,8 %

2. Sumbermanjing Wtn 12.957,34 13,25%

3. Dampit 16.847,42 17,23%

4. Tirtoyudo 28.969,94 29,62%

5. Ampelgading 18.673,91 19% Jumlah

97.778,8 100%

Depth

Kekuatan (SR /

Lintang Bujur

Kecamatan

(km dpl)

MMI)

4.8 / IV

Sumbermanjing Wtn

5.2 / V

Sumbermanjing Wtn

10 4.8 / IV

Dampit

5.5 / VI

Ampelgading

4.5 / IV

Gedangan

4.6 / V

Sumbermanjing Wtn

4.9 / V

Gedangan

91 4.9 / V

Gedangan

15 2.5 / III

Tirtoyudo

40 1.5 / I

Ampelgading

39 3.2 / III

Ampelgading

12 6 / VII

Ampelgading

1.2 / I

Gedangan

32 5.5 / VI

Gedangan

4.4 / IV

Dampit

62 5.1 / VI

Sumbermanjing Wtn

75 5.3 / VI

Sumbermanjing Wtn

97 2.1 / II

Tirtoyudo

56 4.9 / V

Tirtoyudo

5.8 / VI

Gedangan

Sumber : BMKG Karangkates, 2013

4.2 / IV

Tirtoyudo

Variabel

Data

Standard / Parameter

Pembahasan

Hasil Pembahasan

Faktor

Kerentanan Lingkungan Kemiringan Tanah

Pada wilayah penelitian, kondisi

Area dengan jenis kemiringan tanah Tingkat Kemiringan Tanah kemiringan tanah (slope) memiliki

Skor 1 : 0°-8° (datar)

Berdasarkan perbandingan data, teori,

merupakan area dengan tingkat karakteristik mulai dari datar (0°-8°)

Skor 2 : 8°-15° (landai)

dan standard, maka dapat diketahui

bahwa wilayah penelitian masuk dalam kerentanan dari rendah hingga tinggi. hingga terjal (>45°). (RTRW Kab. Malang

Skor 3 : 15°-25° (miring)

Tingkatan kemiringan tanah tersebut 2009-2029)

Skor 4 : 25°-45° (curam)

seluruh kategori kerentanan, dimana

Skor 5 : >45° (terjal)

jenis kemiringan tanah berpengaruh

menunjukkan kelompok kelerengan

(PERMEN PU No. 21/PRT/M/2007)

terhadap gempa bumi. Hal ini akan

yang bervariatif, mulai dari kemirinagn

berpengaruh terhadap kestabilan

datar yang lebih resisten terhadap

lereng saat terjadi gempa.

gempa dan lebih stabil terhadap kemungkinan longsoran dan amblasan, serta kemiringan yang curan, dimana sangat rentan akan timbulnya longsoran akibat gempa bumi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiringan tanah mempengaruhi kestabilan tanah..

Area dngan jenis penggunaan lahan Jenis Penggunaan Lahan Lahan

Jenis Penggunaan Kondisi penggunaan lahan pada wilayah

Skor 1 : Hutan, Tanah Kosong & Rawa

Berdasarkan perbandingan data, teori,

penelitian terdiri dari 2 jenis, yakni

yang terbangun lebih rentan terhadap penggunaan lahan budidaya dan lindung. Skor 3 : Persawahan dan Tambak

Skor 2 : Kawasan wisata domestik

dan standard, maka dapat diketahui

bahwa wilayah penelitian masuk dalam bencana gempa bumi, dibandingkan Jenis penggunaan lahan budidaya terdiri

seluruh kategori jenis penggunan lahan jenis penggunaan lahan pertanian dan dari Jalan, Permukiman, Sawah Irigasi,

Skor 4 : Permukiman dan Fasilitas Umum

yang rentan, dimana jenis penggunaan perkebunan dimana memiliki tingkat Sawah Tadah Hujan, Kebun, Tegalan, dan

Skor 5 : Cagar Budaya, Industri, Kawasan Wisata

kerentanan yang rendah. Tingkatan Waduk. Sedangkan jenis penggunaan

Berdevisa, dan Jalan

lahan berpengaruh terhadap gempa

jenis penggunaan lahan tersebut lahan budidaya yakni Hutan Lindung

(PERMEN PU No. 21/PRT/M/2007)

bumi Hal ini kemungkinan akan

berpengaruh terhadap kerugian dan

menunjukkan kelompok yang

yang terletak di kaki lereng Gunung

bervariatif. Hal ini dapat disimpulkan Mahameru dan di sisi selatan pesisir

korban jiwa saat terjadi gempa.

bahwa jenis penggunaan lahan

Kecamatan Ampelgading, Tirtoyudo dan mempengaruhi terhadap kerugian dan Dampit.

korban jiwa saat terjadi gempa. Geologi

Area dngan jenis batuan yang rendah Jenis batuan. wilayah penelitian didominasi oleh jenis

Kondisi geologi atau bebatuan pada

Skor 1 : Jenis Andesit, Granit, Metamorf, dan Breksi

Berdasarkan perbandingan data, teori,

Vulkanik.

dan standard, maka dapat diketahui

merupakan area dengan tingkat

bahwa wilayah penelitian masuk dalam kerentanan rendah. Tingkatan batuan Metamorf. Kedua jenis batuan tersebut

batuan Breksi Vulkanik dan batuan

Skor 2 : Jenis Aglomerat, Breksi Sedimen, dan

tersebut menunjukkan kelompok memiliki masing-masing luas 33.890 Ha

Konglomerat.

kategori sedikit rentan, berdasarkan

batuan yang relatif kompak, lebih dan 26.245 Ha. Jenis batuan Breksi

Skor 3 : Jenis Batu Pasir, Batu Gamping, Tuf Kasar, dan

jenis batuan yang didominasi oleh

resisten terhadap gempa dan lebih Vulkanik terletak di bagian utara

Batu lanau

batuan Breksi Vulkanik dan batuan

stabil terhadap kemungkinan longsoran Kecamatan Ampelgading, Tirtoyudo dan

Skor 4 : Jenis Pasir, Lanau, Tuf Halus, dan Serpih

Metamorf. Hal ini akan berpengaruh

Skor 5 : Jenis Lempung, Gambut, Lumpur

terhadap kestabilan lereng saat terjadi dan amblasan. Hal ini dapat

Dampit. Sedangkan jenis batuan

disimpulkan bahwa tingkat kerentanan Metamorf mendominasi di sisi tengah

(PERMEN PU No. 21/PRT/M/2007)

gempa.

geologi, dipengaruhi oleh jenis batuan. wilayah penelitian

Kerentanan Fisik Jenis Konstruksi

Persentase jenis konstruksi Bangunan

Di wilayah penelitian kondisi

Skor 1 : 15% - 30%

 Berdasarkan perbandingan

Area dengan kondisi jenis

permukiman dilihat dari bentuk Skor 2 : 30% - 45%

bangunan konstruksi merupakan bangunan konstruksinya ada 2 yaitu

data, teori, dan standard,

maka dapat diketahui bahwa area dengan tingkat kerentanan permanen mulai dari 69% di

Skor 3 : 45% - 55%

Skor 4 : 55% - 65%

wilayah penelitian masuk

sangat rentan, karena jenis

Kecamatan Tirtoyudo hingga

dalam kategori sangat rentan, konstruksi bangunan permanen, 99.8% di Kecamatan

Skor 5 : >65%

Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam

dimana jenis konstruksi

sangat berpotensi mengalami

Sumbermanjing Wetan. Lalu

Badar (2012)

bangunan permanen yang

kerusakan dampak negative

untuk jenis konstruksi yang tidak

terendah mencapai 69% dan akibat bencana gempa bumi,

permanen mulai dari 0.12% di

yang tertinggi 99.8%

dibanding jenis konstruksi

Kecamatan Sumbermanjing

bangunan non-permanen. Maka Wetan hingga 30.92% di

 Berdasarkan perbandingan

dapat disimpulkan bahwa factor kecamatan Tirtoyudo.

data, teori, dan standard,

maka dapat diketahui bahwa persentase jenis konstruksi wilayah penelitian masuk

bangunan memepengaruhi

dalam kategori tidak rentan kerentanan. dan sedikit rentan, dimana jenis konstruksi bangunan non permanen mencapai yang tidak rentan mencapai 0.12%, sedangkan yang sedikit rentan mencapai 30.92%

Kepadatan Di wilayah penelitian kondisi

Berdasarkan perbandingan data, Area dengan kepadatan bangunan Tingginya kepadatan bangunan

Rasio kawasan terbangun terhadap area non

kepadatan permukiman sebesar terbangun.

bangunan 5.55 bangunan/ha. Dimana yang Skor 1 : Kepadatan <10 bangunan/ha

teori, dan standard, maka dapat

yang rendah merupakan area

diketahui bahwa wilayah

dengan tingkat erentanan

tertinggi tingkat kepadatanya di

Skor 2 : Kepadatan 11-40 bangunan/ha

penelitian masuk dalam kategori rendah, karena banngunan

Kecamatan Dampit (1.7

diindkasikan melalui persentase Bangunan/Ha), sedangkan yang

Skor 3 : Kepadatan 41-60 bangunan/ha

tidak rentan, karena secara

Skor 4 : Kepadatan 61-81 bangunan/ha

keseluruhan kondisi kepadatan di area terbangun, berpotensi

terendah terdapat di Kecamatan Skor 5 : Kepadatan >81 bangunan/ha

wilayah penelitian sebesar 0.55

mengalami kerusakan dampak

Tirtoyudo (0.55 bangunan/ha)

(KEPMEN PU No. 378/KPTS/1987)

bangunan/ha masuk kategori

negative akibat bencana gempa

Reclassify :

Skor1

bumi. Maka dapat disimpulkan

Skor 1 : Kepadatan 0 - 0.61 bangunan/ha

bahwa factor tingginya kepadatan

Skor 2 : Kepadatan 0.62 - 0.77 bangunan/ha

bangunan memepengaruhi

Skor 3 : Kepadatan 0.78 -0.95 bangunan/ha

kerentanan, meskipun rendah.

Skor 4 : Kepadatan 0.96 -1.60 bangunan/ha Skor 5 : Kepadatan 1.61 – 1.92 bangunan/ha

Rasio Jaringan jalan Di wilayah penelitian, kondisi

Persentase panjang jalan panjang jalan mencapai panjang Skor 2 : 30% - 45%

Skor 1 : 15% - 30%

Berdasarkan perbandingan data

Berdasrkan hasil pembahasan,

dapat diketahui sebagian wilayah yang rusak di lokasi rawan 140.33 km. dimana jalan yang

yang ada dan

standard/parameter, maka dapat penelitian masuk dalam kategori gempa bumi mengalami kerusakan mencapai Skor 4 : 55% - 65%

Skor 3 : 45% - 55%

diketahui bahwa wilayah

rentan. Hal ini disebabkan oleh

38.7 km (27.6%). Hal ini

Skor 5 : >65%

penelitian merupakan wilayah

persentase panjang jalan yang

dikarenakan masih banyak jalan Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam dengan kondisi kerentanan dari rusak mengalami gangguan lalu yang rusak dan belum diperbaiki. Badar (2012)

rasio jarinangan jalan yang rusak lintas dan kerusakan akibat tergolong tidak rentan (skor 1),

bencana gempa bumi.

karena dimana hampir seluruh wilayahnya memilki rasio jaringan jalan yang rusak mencapai 27.6%.

Kerentanan Sosial Kepadatan Penduduk