TINJAUAN TENTANG ALASAN PERUBAHAN KEBIASAAN NYIRIH MENJADI MEROKOK DI KALANGAN IBU-IBU DI DUSUN TRIMO HARJO II KELURAHAN BUMI HARJO KECAMATAN BUAY BAHUGA KABUPATEN WAY KANAN

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN TENTANG ALASAN PERUBAHAN KEBIASAAN

NYIRIH MENJADI MEROKOK DI KALANGAN IBU-IBU DI

DUSUN TRIMO HARJO II KELURAHAN BUMI HARJO

KECAMATAN BUAY BAHUGA

KABUPATEN WAY KANAN

Oleh

DEBI CINTIA SALMA

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penyebab perubahan kebiasaan nyirih menjadi merokok dikalangan ibu-ibu di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. penelitian ini adalah penelitian populasi karena yang diteliti adalah seluruh populasi sebanyak 26 ibu-ibu yang merokok di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, teknik dokumentasi, studi kepustakaan dan wawancara.

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data menunjukkan bahwa indikator alasan perubahan dari dalam diri adalah 17 responden (65,4%) masuk dalam kategori kategori mau berubah. Sedangkan indikator alasan perubahan dari luar diri adalah 17 responden (65,4%) masuk dalam kategori mau berubah. Kemudian indikator sulit tidaknya mendapatkan bahan-bahan untuk nyirih adalah 15 responden (57,7%) masuk dalam kategori mau berubah. serta indikator bersifat praktis atau simpel adalah 20 responden (76,9%) masuk dalam kategori mau berubah.

Dengan demikian, ibu-ibu yang dahulu menyirih beralih ke merokok di sebabkan oleh adanya pengaruh-pengaruh dari dalam diri karena adanya rasa bosan, pengaruh dari luar diri karena pengaruh dari orang-orang sekitar, dari sulitnya mereka mendapatkan bahan-bahan nyirih dan dengan mudahnya saat ini mendapatkan rokok.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia dalam hidupnya pasti mengalami suatu perubahan. Perubahan merupakan hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan pada kehidupan manusia tersebut merupakan hal yang wajar terjadi karena manusia mempunyai kepentingan yang tak terbatas. Perubahan akan nampak setelah tatanan kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan kehidupan masyarakat yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi bisa merupakan suatu kemunduran atau suatu kemajuan. Hal-hal yang dapat mengalami perubahan yaitu mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan, stratifikasi sosial, kekuasaan, tanggung jawab, kepemimpinan, dan sebagainya.

Perubahan sosial ini memiliki kekurangan dan kelebihannya tergantung aspek yang berubah. Kelebihannya yaitu dapat merubah yang kurang baik menjadi baik jika memang aspek yang berubah mengacu pada hal yang baik misalnya menjadi masyarakat yang lebih saling menghargai satu sama lain, meningkatnya kerjasama antar sesama ataupun dapat memajukan daerahnya. Sebaliknya, kekurangan dari perubahan sosial ini yaitu dapat merubah yang


(3)

baik menjadi kurang baik jika mengacu pada hal buruk misalnya menjadi masyarakat yang individualis, kurang bersosialisasi dengan yang lain karena sibuk atau terlalu ketergantungan dengan alat teknologi.

Perubahan- perubahan pada dewasa ini nampak sangat cepat, ini terlihat dalam masyarakat yang terdorong dan termotivasi oleh suatu keinginan untuk merubah pola hidupnya sehingga semakin sulit untuk mengetahui bidang-bidang manakah yang akan berubah terlebih dahulu dalam kehidupan masyarakat. Namun, perubahan-perubahan itu bersifat berantai dan saling berhubungan antara satu unsur dengan unsur kemasyarakatan yang lainya.

Kebutuhan maupun kepentingan masyarakat berkembang terus menerus sehingga diperlukan perubahan agar kebutuhan dan kepentingan tersebut dapat terpenuhi. Perubahan yang terjadi tidak selalu merupakan ganguan bagi masyarakat yang bersangkutan. Hal yang terpenting dalam perubahan ini adalah adanya keserasian antara sumber daya manusia dengan sumber daya alam sehingga dapat berpengaruh dalam melaksanakan hal-hal yang di inginkan oleh masyarakat.

Salah satu contoh perubahan yang terjadi dalam masyarakat adalah adat tradisi kebiasaan nyirih yang telah ada sejak zaman dahulu. Nyirih sudah sangat jarang sekali di temui sekarang ini, dimana kebersihan dan kesehatan sudah menjadi kebutuhan sehari-hari yang mudah di temui alat-alatnya atau bahan-bahannya di supermarket dan minimarket dekat rumah. Hanya jika melakukan perjalanan ke pelosok desa-desa melihat ke pasar-pasar


(4)

tradisionalnya, maka lihatlah di sekitar tempat mungkin ada tanah yang terlihat noda-noda merah, itu adalah sisa tanda (ludah yang mengering) dari orang yang nyirih.

Masyarakat meyakini, tradisi ini memberikan manfaat bagi kesehatan gigi dan mulut. Meski belum banyak penelitian tentang dugaan tersebut, kebanyakan penyirih memang memiliki mulut yang sehat serta gigi yang kuat meski berwarna agak kekuningan. Mengingat pada waktu itu belum ada pasta gigi modern dan sikat gigi yang praktis. Selain nyirih, duhulu juga biasa membersihkan gigi dengan serbuk dari baru bata merah. Tetapi menurut mereka hal ini akan lebih merusak gigi walaupun gigi terlihat lebih putih dan bersih. Dan pada kenyataannya memang serbuk dari batu bata yang merupakan tanah liat yang telah melalui pemanasan dan oksidasi dapat dengan mudah mengikis lapisan email gigi. Sehingga bagi orang zaman dulu menyadari hal itu akan memilih nyirih dari pada serbuk batu bata merah. Karena kandungan sirih, rempah dan kalsium dari kapur yang diracik dari bahan-bahannya membuat orang zaman dulu yang menggemari nyirih memiliki gigi yang awet dan utuh hingga lanjut usianya.

Tradisi nyirih awalnya bersifat kultural dibanding pengobatan dan sebagai bagian interaksi sosial dalam pergaulan sebelum diperkenalkan kebisaan merokok. Tradisi nyirih memiliki dimensi pengobatan yang bersifat integratif dan mengutamakan pencegahan dibanding penyembuhan. Bahan-bahan dari nyirih yaitu, daun sirih, serbuk kapur, biji pinang/jambe dan gambir. Ada juga yang mencampur tembakau.


(5)

Tradisi atau adat yang menggunakan sirih pinang antara lain:

1. Hidangan penghormatan

Hal ini tergambar dalam kebiasaan-kebiasaan menginang bersama, hidangan penghormatan untuk tamu, hidangan atau sarana pengantar bicara dan lain-lain. Kebiasaan ini terjadi dalam masyarakat dahulu hingga sampai saat ini pada masyarakat kota dan pedalaman tidak meninggalkan budaya ini dalam kehidupan mereka.

2. Acara-acara adat

Dalam upacara-upacara adat juga sirih pinang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan masyarakatnya. Kebiasaan tersebut tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan masyarakat. Ini digunakan untuk mempererat tali persaudaraan masyarakatnya. Bahkan sirih pinang juga selalu ada pada setiap sesaji yang diberikan bagi arwah-arwah nenek moyang.

3. Acara pertunangan atau perkawinan

Sebelum perkawinan ada upacara yang dikenal dengan pertukaran cincin (pertunangan). Menyiapkan perlengkapan sirih dan pinang dan perlengkapan lainnya merupakan suatu kewajiban dan harus ada bagi para tamu dan undangan yang hadir. Ini merupakan waktu-waktu yang spesial untuk makan sirih dan pinang secara bersama-sama. Begitu juga pada saat perkawinan tiba hal tersebut merupakan makanan wajib yang harus ada disiapkan untuk para tamu.


(6)

Seperti penjelasan di atas, pasti ada perubahan dalam masyarakat. Saat ini, orang-orang yang nyirih sudah jarang kita temui. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kebiasaan lain yang telah menggantikan nyirih, yaitu kebiasaan merokok. Merokok sendiri bukanlah hal yang dianggap tabu oleh masyarakat, meskipun yang melakukannya adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah. Hal ini sangat memprihatinkan, karena sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam rokok terdapat banyak zat beracun yang nantinya akan mengganggu kesehatan tubuh kita. Pada kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang di akui orang sebagai suatu kebiasaan buruk.

Merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan dijumpai orang yang sedang merokok., bahkan dilingkungan pendidikan yang seharusnya bebas dari asap rokok.

Keberadaan rokok di Indonesia, di satu sisi industri rokok diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan bagi pemerintah karena cukai rokok diakui mempunyai peranan penting dalam pendapatan negara, selain sebagai motor penggerak ekonomi juga menyerap banyak tenaga kerja. Di sisi lain adanya kampanye anti rokok karena alasan kesehatan, rokok merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan, sehingga rokok dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Bahaya rokok yang dapat di


(7)

timbulkan yaitu: rambut dan nafas berbau rokok, kekurangan oksigen ke otak dan paru-paru, tekanan darah meningkat, tingginya angka “sudden death” (kematian mendadak) pada perokok aktif, terutama pria berusia < 50 tahun, gangguan peredaran darah otak (stroke) dan kepikunan, dan lainnya. Sedangkan seseorang menjadi perokok secara umum disebabkan oleh faktor-faktor: merokok untuk menyendiri, sebagian orang akan merasakan kenikmatan merokok seorang diri yang jauh dari pandangan orang lain, merokok sebagai pengganti makanan, karena merokok dapat mengurangi nafsu makan perokok sehingga konsumsi makanannya berkurang, dan lainnya.

Faktor lain yang berperanan dalam peningkatan jumlah perokok, diantaranya adalah iklan industri rokok yang menggambarkan bahwa perokok adalah seorang individu yang sukses dan memiliki gaya hidup glamor, atau bahkan melambangkan kejantanan, harga produk tembakau yang relatif rendah, tekanan dari teman sebaya memainkan peranan penting, adanya anggota keluarga atau bahkan orang tua yang juga merokok, khusus untuk wanita merokok belakangan ini menjadi trend karena dianggap bisa menurunkan nafsu makan sehingga dapat membantu program diet mereka, anggapan ini benar-benar menyesatkan dan tidak benar.

Kebiasaan merokok memang banyak didominasi oleh kaum pria, hal ini terbukti dengan banyaknya kaum pria yang sering di jumpai saat sedang merokok. Namun kaum wanita pun tidak mau ketinggalan. Ketika para wanita perokok sekadarnya saja menunjukkan perilakunya. Tentu tidak ada


(8)

pandangan negatif lagi terhadap wanita perokok. Sebab, merokok merupakan perilaku yang wajar dilakukan oleh siapa saja. Sekarang ini di kota-kota besar banyak kita jumpai wanita yang juga merokok. Dari kalangan pelajar perempuan hingga wanita dewasa. Hal ini terjadi karena pengaruh modernisasi yang begitu cepat masuk di kota-kota besar. Masyarakat kota lebih cepat menerima suatu perubahan dari pada masyarakat di desa. Tidak hanya wanita di masyarakat kota yang saat ini merokok, melainkan juga di desa. Dahulu memang banyak wanita yang nyirih, namun berjalannya waktu wanita pun berubah menjadi merokok. Hal ini dapat di jumpai di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan. Di desa ini masih ada beberapa masyarakat yang nyirih, namun kebiasaan nyirih telah tergantikan oleh merokok. Bukti ini di dapat saat melakukan survey di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan. Berikut adalah tabel ibu-ibu yang merokok.

Tabel 1.1responden Ibu-Ibu Merokok Berdasarkan Usia

no Usia (tahun) Frekuensi %

1 30-39 6 23

2 40-49 10 39

3 50-59 8 30

4 60 >> 2 8

Jumlah 26 100


(9)

Karakteristik ibu-ibu merokok berdasarkan usia, dalam usia 30-39 tahun ada 6 orang (23%), usia 40-49 tahun ada 10 orang (39%), usia 50-59 ada 8 orang (30%), dan usia 60-69 ada 2 orang (8%). Dari hasil observasi di atas responden yang paling banyak yaitu antara usia 40-49 tahun.

Seiring berkembangnya zaman, kebiasaan nyirih sudah banyak ditinggalkan banyak orang-orang khususnya ibu-ibu yang beralih ke merokok. Berdasarkan bukti uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin meneliti “Tinjauan Tentang Alasan Perubahan Kebiasaan Nyirih Menjadi Merokok Dikalangan Ibu-ibu Di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat identifikasi masalah yaitu :

1. Penyebab kebiasaan nyirih dikalangan ibu-ibu di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan.

2. Penyebab ibu-ibu merokok di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan.

3. Perubahan kebiasaan nyirih menjadi merokok dikalangan ibu-ibu di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan.


(10)

4. Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu-ibu tentang bahaya merokok di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan.

5. Alasan perubahan pada seseorang dari dalam dan luar diri seseorang.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilihat dari identifikasi masalah ini yaitu :

Perubahan kebiasaan nyirih menjadi merokok dikalangan ibu-ibu di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan.

1.4 Rumusan Masalah

Bagaimanakah perubahan kebiasaan nyirih menjadi merokok dikalangan ibu-ibu di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan?

1.5 Tujuan Penelitan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan penyebab perubahan kebiasaan nyirih menjadi merokok dikalangan ibu-ibu di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan.


(11)

1.6 Kegunaan Teoritis dan Praktis

a. Kegunaan secara teoritis

Penelitian ini tentang tinjauan tentang alasan perubahan kebiasaan nyirih menjadi merokok dikalangan ibu-ibu. Secara teori penelitian ini berguna untuk menerapkan konsep, teori, dan prosedur ilmu pendidikan kewarganegaraan dalam kajian pendidikan nilai moral Pancasila untuk menumbuhkan pengetahuan dan watak/karakter warga negara.

b. Kegunaan secara praktis

Secara praktis penelitian ini berguna untuk:

1. Bagi Masyarakat

Memberi pengetahuan kepada masyarakat luas tentang dampak positif dan negatif dalam kandungan rokok, khususnya bagi perokok.

2. Bagi Individu

Untuk lebih menyadari arti penting kesehatan bagi tubuh dan lebih mencintai tubuh masing-masing individu.


(12)

1.7 Ruang Lingkup penelitian

a. Ruang Lingkup Ilmu

Ilmu dalam penelitian adalah ilmu pendidikan khususnya ilmu pendidikan kewarganegaraan dalam kajian pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai moral Pancasila.

b. Ruang Lingkup Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang merokok di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan.

c. Ruang Lingkup Objek

Objek dalam penelitian ini adalah perubahan kebiasaan nyirih menjadi merokok di kalangan ibu-ibu di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan.

d. Ruang Lingkup Tempat

Lokasi penelitian ini di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan.

e. Ruang Lingkup Waktu


(13)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Deskripsi Teori

2.1.1 Perubahan Sosial

Kingsley Davis (2009:262): mengartikan “perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbul pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebakan perubahan-perubahan dan organisasi”.

Menurut Selo Soemardjan (2009:263): “Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definisi ini terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, yang kemudian mempengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya”. Samuel Koenig (2007:3), mengatakan bahwa “perubahan menunjuk pada modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi terjadi karena sebab-sebab intern dan ekstern”.


(14)

Perubahan sosial adalah perubahan yang pasti terjadi dalam unsur-unsur kehidupan sosial mayarakat karena tidak ada satu pun masyarakat yang bersifat statis.

1. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial

Menurut Taufig Rohman (2007:5) menyatakan bentuk-bentuk perubahan sosial adalah:

a. Perubahan evolusi (lambat)

Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu.

b. Perubahan revolusi (cepat)

Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara


(15)

sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.

Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain adalah:

1) Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.

2) Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.

3) Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.

4) Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak, misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.


(16)

5) Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.

c. Perubahan Direncanakan

Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Oleh karena itu, suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent of change. Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) atau untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga berencana (KB).

d. Perubahan yang tidak direncanakan

Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki oleh masyarakat. Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang


(17)

memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi.

e. Perubahan Berpengaruh Besar

Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.

f. Perubahan berpengaruh kecil

Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan yang terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contoh, perubahan model pakaian dan model rambut. Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan.


(18)

2. Faktor-faktor perubahan sosial

Menurut Soerjono Soekamto (2009:275) menyatakan faktor-faktor perubahan sosial adalah:

a. Perubahan Penduduk

Perubahan penduduk berarti bertambah atau berkurangnya penduduk dalam suatu masyarakat. Hal itu bisa disebabkan oleh adanya kelahiran dan kematian, namun juga bisa karena adanya perpindahan penduduk, baik transmigrasi maupun urbanisasi. Transmigrasi dan urbanisasi dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk daerah yang dituju, serta berkurangnya jumlah penduduk daerah yang ditinggalkan. Akibatnya terjadi perubahan dalam struktur masyarakat, seperti munculnya berbagai profesi dan kelas sosial.

b. Penemuan-Penemuan Baru

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan barang dan jasa semakin bertambah kompleks. Oleh karena itu berbagai penemuan baru diciptakan oleh manusia untuk membantu atau memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada masyarakat meliputi proses discovery, invention, dan inovasi.


(19)

1) Discovery , yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh individu atau kelompok dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu dapat berupa alat-alat baru atau pun ide-ide baru.

2) Invention, yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga penemuan baru itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau difungsikan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru ini dalam kehidupan nyata di masyarakat.

3) Inovasi atau proses pembaruan, yaitu proses panjang yang meliputi suatu penemuan unsur baru serta jalannya unsur baru dari diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai oleh sebagian besar warga masyarakat.

Suatu penemuan baru, baik kebudayaan rohaniah (imaterial) maupun jasmaniah (material) mempunyai pengaruh bermacam-macam. Biasanya pengaruh itu mempunyai pola sebagai berikut:

1) Suatu penemuan baru menyebabkan perubahan dalam bidang tertentu, namun akibatnya memancar ke bidang lainnya. Contohnya penemuan handphone yang menyebabkan perubahan di bidang komunikasi, interaksi sosial, status sosial, dan lain-lain.

2) Suatu penemuan baru menyebabkan perubahan yang menjalar dari satu lembaga ke lembaga yang lain. Contohnya penemuan internet


(20)

yang membawa akibat pada perubahan terhadap pengetahuan, pola pikir, dan tindakan masyarakat.

3) Beberapa jenis penemuan baru dapat mengakibatkan satu jenis perubahan. Contohnya penemuan internet, e-mail, televisi, dan radio menyebabkan perubahan pada bidang informasi dan komunikasi. 4) Penemuan baru dalam hal kebudayaan rohaniah (ideologi,

kepercayaan, sistem hukum, dan sebagainya) berpengaruh terhadap lembaga kemasyarakatan, adat istiadat, maupun pola perilaku sosial. Contohnya pemahaman dan kesadaran akan nasionalisme oleh orang-orang Indonesia yang belajar di luar negeri pada awal abad ke-20, mendorong lahirnya gerakan-gerakan yang menginginkan kemerdekaan politik dan lembagalembaga sosial baru yang bersifat nasional.

c. Faktor Alam yang Ada di Sekitar Masyarakat Berubah

Bagi manusia, alam mempunyai makna yang sangat penting bagi kehidupannya. Misalnya alam mempunyai nilai estetika yang mendorong manusia untuk cinta pada alam, alam sebagai sumber penyediaan bahan-bahan makanan dan pakaian, serta alam menjadi sumber kesehatan, keindahan, dan hiburan atau rekreasi.

Mengingat pentingnya alam bagi kehidupan manusia, maka sudah seharusnya menjalin keserasian hubungan dengan alam yang ada di sekitar kita agar tetap terjaga kelestariannya. Tidak jarang tindakan manusia justru mengakibatkan munculnya kerusakan alam. Misalnya


(21)

tindakan manusia menebang hutan secara liar. Tindakan tersebut dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor pada musim penghujan karena terjadinya pengikisan tanah oleh air hujan (erosi). Akibatnya banyak masyarakat yang kehilangan tempat tinggal, keluarga, dan sarana umum lainnya.

d. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain

Terjadinya pengaruh kebudayaan masyarakat lain adalah sebagai berikut.

a. Apabila terjadi hubungan primer, maka akan terjadi pengaruh timbal balik. Di samping dipengaruhi, suatu masyarakat akan memengaruhi masyarakat lain.

b. Apabila kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komunikasi massa seperti radio, televisi, majalah atau surat kabar. Dalam hal ini pengaruh kebudayaan hanya terjadi sepihak, yaitu pengaruh dari masyarakat yang menguasai sarana komunikasi massa tersebut.

c. Apabila dua masyarakat yang mengalami kontak kebudayaan mempunyai taraf kebudayaan yang sama, terkadang yang terjadi justru cultural animosity, yaitu keadaan di mana dua masyarakat yang meskipun berkebudayaan berbeda dan saling hidup berdampingan itu saling menolak pengaruh kebudayaan satu terhadap yang lain. Biasanya terjadi antara dua masyarakat yang pada masa lalunya mempunyai konflik fisik ataupun nonfisik.

d. Apabila dua kebudayaan bertemu salah satunya mempunyai taraf yang lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi (peniruan)


(22)

unsur-unsur kebudayaan masyarakat yang telah maju oleh kebudayaan yang masih rendah.

3. Proses-Proses Perubahan Sosial

Menurut Soerjono Soekamto (2009:288) menyatakan proses-proses perubahan sosial adalah:

a. Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan

Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, masyarakat dapat menolaknya atau mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatannya dengan maksud menerima unsur yang baru.

Adakala unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga masyarakat. Itu berarti adanya gangguan yang terjadi terus-menerus terhadap keserasian masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa ketegangan-ketegangan serta kekecewaan di antara para warga tidak mempunyai saluran pemecahan. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan, keadaan tersebut dinamakan penyesuaian


(23)

(adjusment). Bila sebaliknya yang terjadi, maka dinamakan ketidakpenyesuaian sosial (maladjustment).

1. Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan

Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (channel of change) merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama dan seterusnya. Lembaga kemasyarakat yang menjadi titik tolak perubahan tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa tertentu. Lembaga kemasyarakatan yang pada suatu waktu mendapat penilaian tertinggi dari masyarakat cenderung menjadi saluran utama perubahan sosial dan kebudayaan.

2. Disorganisasi (disintegrasi) dan reorganisasi (reintegrasi)

Disorganisasi adalah proses berpudarnya norma norma dan nilai dalam masyarakat dikarenakan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan. Reorganisasi adalah proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai yang baru agar sesuai dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan. Reorganisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga (institusionalized)


(24)

dalam diri warga, berhasil tidaknya proses pelembagaan tersebut dalam masyarakat.

Adapun gejala-gejala yang menyebabkan disintegrasi sosial adalah sebagai berikut:

a. Tidak adanya persepsi atau persamaan pandangan di antara anggota masyarakat yang semula dijadikan pedoman oleh anggota masyarakat.

b. Norma-norma masyarakat tidak berfungsi dengan baik. c. Ada pertentangan norma-norma dalam masyarakat. d. Tidak ada sanksi yang tepat bagi pelanggar norma.

e. Tindakan-tindakan dalam masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma-norma masyarakat.

f. Interaksi sosial yang terjadi ditandai dengan proses sosial yang disosiatif.

Tahap reorganisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga dalam diri warga masyarakat. Berhasil atau tidaknya proses pelembagaan tersebut dalam masyarakat. Efektifitas menanam merupakan hasil positif penggunaan tenaga manusia, alat, organisasi dan metode di dalam menanamkan lembaga baru. Semakin besar kemampuan tenaga manusia, alat-alat yang dipakai dan sistem penanaman sesuai dengan kebudayaan masyarakat makin besar pula hasil yang dapat dicapai oleh usaha penanaman lembaga baru.


(25)

b. Menurut Alvin L. Bertrand (2007:9) proses perubahan sosial adalah sebagai berikut:

1. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu satu kepada individu lain atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Masuknya unsur baru ke dalam suatu masyarakat melalui :

a. Perembesan damai (penetration pacifique), yaitu masuknya unsur baru ke dalam masyarakat tanpa kekerasan dan paksaan. b. Perembesan dengan kekerasan (penetration violente), yaitu

masuknya unsur baru ke dalam masyarakat dengan kekerasan dan paksaan sehingga kadang kala merusak kebudayaan masyarakat yang menerima.

c. Simbiotik, yaitu masuknya unsur-unsur kebudayaan ke atau dari dalam masyarakat yang hidup berdampingan

2. Akulturasi atau kontak kebudayaan merupakan proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing sehingga unsur kebudayaan tadi lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan mereka tanpa meninggalkan sifat khas kepribadian budaya aslinya.

3. Asimilasi adalah proses sosial tingkat lanjut yang timbul apabila suatu masyarakat dengan latar kebudayaan yang berbeda saling


(26)

berinteraksi dan bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang lama sehingga kebudayaannya berubah sifat dari yang khas menjadi kebudayaan yang baru dan berbeda dari aslinya

4. Akomodasi dapat berarti keadaan atau proses. Sebagai keadaan, menunjuk kepada adanya keseimbangan dalam interaksi antara individu dan kelompok sehubungan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku. Sebagai proses, menunjuk kepada usaha-usaha manusia untuk meredakan pertentangan-pertentangan. Akomodasi diperlukan bila dalam proses perubahan sosial terjadi konflik.

2.2.1 Nyirih

a. Pengertian Sirih

Sirih (Piper betle) termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang. Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan kasar serta berkerut-kerut. Daun sirih disamping untuk keperluan ramuan obat-obatan juga masih sering digunakan oleh ibu-ibu generasi tua untuk kelengkapan 'nginang' (Jawa). Biasanya kelengkapan untuk 'nginang' tersebut adalah daun sirih, kapur sirih, pinang, gambir, dan tembakau.


(27)

b. Komposisi Menyirih

Berdasarkan kandungan utamanya, campuran sirih adalah kombinasi dari daun sirih, biji pinang dan kapur, tembakau dan gambir.

1. Sirih (Piper Betle)

Sirih adalah nama sejenis tumbuhan merambat, di mana daun dan buahnya dikunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Tanaman merambat ini dapat mencapai tinggi 15 m, batang sirih berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5-8 cm dan lebar 2-5 cm. Bahan-bahan yang terdapat dalam daun sirih ialah kalsium nitrat, sedikit gula dan tannin. Adanya minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betelphenol), pati, diatase, gula, zat samak dan chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan anti jamur (fungisida). Sirih juga bermanfaat untuk menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan pendarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan pencernaan.

2. Gambir (Uncaria Gambir)

Gambir dibudidayakan pada lahan ketinggian 200-800 m diatas permukaan laut. Mulai dari topografi yang agak datar sampai di lereng


(28)

bukit. Biasanya ditanam sebagai tanaman perkebunan di pekarangan atau kebun di pinggir hutan. Budidaya biasanya semi intensif, jarang diberi pupuk dan hanya dilakukan pembersihan dan pemangkasan saja. Gambir pada umumnya digunakan untuk menyirih. Gambir memiliki daun berbentuk lonjong dan permukaannya licin. Bunganya berwarna kelabu.

Gambir merupakan ekstrak dari daun dan ranting tanaman gambir, yang disedimentasikan kemudian dicetak dan dikeringkan. Hampir 95% produksi dibuat menjadi produk ini, yang biasanya dinamakan betel bite. Bentuk cetakan biasanya silinder, menyerupai gula merah. Warnanya coklat kehitaman. Bentuk lainnya adalah bubuk atau biskuit. Nama lainnya adalah catechu, gutta gambir, catechu pallidum (pale catechu).

Kegunaan utama adalah sebagai komponen menyirih. Manfaat gambir dalam bidang kesehatan sebagai campuran obat seperti obat luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, kumur-kumur, sariawan, sakit kulit, dan obat luar untuk merawat kulit (astragensia).

3. Pinang

Pinang umumnya ditanam dipekarangan, di taman-taman atau dibudidayakan. Sebagian tumbuh liar di tepi sungai dan tempat-tempat lain. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10-30 m, diameter 15-20 cm. Buahnya berdiameter 3,5-7 cm, dinding buah


(29)

berserabut, bila telah masak pinang berwarna orange. Alkaloid dalam pinang adalah arekolin, arekaidin, arekain, guvacin, arekolidin, guvakolin, isoguvakolin dan kolin. Arekolin yang toksik, bertindak sebagai nikotin ke dalam sistem saraf. Dapat menyebabkan sawan yang berakhir dengan kelumpuhan. Arekolin digunakan sebagai obat parasit dan cacing serta bertindak seperti asetil kolin. Manfaat lain pinang, abu pinang digunakan untuk membersihkan gigi, tetapi dapat merusak gigi jika digunakan terlalu belebihan.

4. Tembakau (Nicotiana)

Tembakau adalah tumbuhan herbal semusim yang ditanam untuk mendapatkan daunnya. Daun dari tembakau sering digunakan sebagai bahan baku rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun digulung dalam bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyah atau dikulum, dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau melalui hidung. Tembakau mengandung zat alkaloid nikotin (sejenis neurotoksin) yang berbahaya.

5. Kapur

Kapur berwarna putih likat seperti krim yang dihasilkan dari cangkang siput laut yang dibakar. Hasil dari debu cangkang tersebut perlu dicampurkan air supaya memudahkan untuk disapukan ke daun sirih bila diperlukan. Terdapat juga beberapa jenis kapur yang tidak sesuai


(30)

digunakan untuk makan sirih diantaranya kapur yang digunakan dalam pembangunan sejak zaman dulu untuk bahan pengikat.

c. Upacara-upacara yang berkaitan dengan bahan-bahan untuk nyirih (sirih pinang)

1. Adat Istiadat Daerah Istimewa Aceh

Menurut Bambang Suwondo (1979:119) menyatakan fungsi sirih dalam masyarakat adat Daerah Istimewa Aceh adalah:

Sirih memegang peranan penting dalam masyarakat adat aceh. Sirih merupakan lambang perkenalan persahabatan dan persaudaraan. Seorang tamu yang berkunjung ke sebuah rumah denga sesuatu hajat atau maksud tertentu. Biasanya tidak segera menyampaikan maksud tersebut sebeluk tamu tersebut sampai pada saat yang baik untuk menyatakan maksud kedatangannya. mereka mengobrol sambil memakan sirih terlebih dahulu. Pemilih sirih perantaraan dalam masyarakat adat aceh dewasa ini, sudah mulai berkurang, khususnya kedudukan sirih ini telah digantikan oleh rokok atau suguhan-suguhan lain oleh tuan rumah.

Fungsi sirih atau penggantinya memegang peranan penting dalam masyarakat aceh. Demikianlah maksudnya teulangke (utusan dari pihak laki-laki) yang datang kerumah orang tua si gadis dengan maksud untuk melamar membawa sirih dan penganan lainnya. Sirih disini sebagai lambing perkenalan, persahabatan, dan persaudaraan.


(31)

2. Adat Istiadat Daerah Sulawesi Tengah

Menurut Bambang Suwondo (1977:90) menyatakan dalam upacara pada waktu menanam bibit adalah:

Upacara di daerah Sulawesi Tengah sirih pinang di jadikan sesajen (pakava), yaitu seperti pinang, kapur, sirih, gambir, tembakau, nasi, dan lain-lainnya diletakkan di sawah/ladang yang akan ditanami, yaitu di tempat permulaan masuknya air (khususnya untuk sawah).

3. Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara

Menurut Bambang Suwondo (1985:86) menyatakan dalam upacara pungutan dan upacara mopoahuta adalah:

a. Upacara tradisioal di Minahasa, upacara pungutan.

Pungutan adalah salah satu upacara tradisional di Minahasa setelah panen. Istilah pungutan asal katanya pungut artinya mengambil sesuatu yang ada di tanah. Istilah sebenarnya (bahasa daerah Minahasa) adalah “mupuk” yang pengertiannya panen. Disebabkan istilah pungutan lebih dominan dipergunakan di Minahasa dibandingkan dengan mupuk maka didalam pelaksanaan atau pengungkapan di saat upacara, sehingga istilah pungutan itu hingga kini tetap dipergunakan dan dikenal. Dalam lambang-lambang dan makna yang terkandung dalam unsur-unsur upacara ini, hal yang penting adalah sajian berupa seperangkat


(32)

sirih pinang (sirih, pinang, kapur, gambir dan tembakau). Seperangkat makan sirih ini menurut masyarakat Minahasa yang mana bahan tersebut digunakan oleh opo-opo (makhluk halus) setelah selesai makan.

b. Upacara tradisinal di Gorontalo, upacara Mopoahuta (kesuburan tanah)

Nama upacara disebut mopoahuta artinya memberi makan kepada penjaga tanah pertanian agar tanaman memberikan hasil banyak. Biasanya mopoahuta dilakukan bilamana hasil penen mengalami kegagalan atau produksinya sangat kurang. Upacara mopoahuta ini biasa juga dinamakan mopoalati, artinya member makan kepada penjaga tanah yaitu setan. Dalam pelaksanaan upacara ini menggunakan sirih pinang (tembe wau luhuto), yang disajikan mengandung unsur magis sakral. Menjadi santapan para setan penjaga tanah, tetapi juga sebagai lambang penghormatan dan penghargaan kepada tamu agung atau yang dimuliakan. Para setan ini merupakan makhluk gaib yang sangat dimuliakan dan dihormati oleh manusia, sebab mereka memberikan kebahagiaan hidup bagi manusia. Menurut anggapan umum sirih pinang ini mengandung makna sebagai lambang penghormatan yang disajikan pada berbagai upacara adat (kematian, perkawinan, penobatan dan sebagainya).


(33)

4. Adat Istiadat Daerah Jawa Barat

Menurut Bambang Suwondo (1979:119) menyatakan dalam upacara Ngeuyeuk adalah:

Kembali seureuh (sirih) di sini mengambil peranan penting, berhubung memang sehari-harinya sangat penting di masyarakat. Makan nasi hanya dua kali sehari, tetapi makan sirih dari pagi sampai malam, berulang kali. Hampir sama dengan merokok. Dirasakan masyarakat bahwa menahan keinginan makan sirih lebih berat dari pada menahan keinginan makan nasi. Makan nasi bisa digantikan dengan makanan yang lainnya, sedangkan makan sirih ada pengertian:

a. Sama dengan mengatur atau mengurus atau mengerjakan misalnya: ngaheuyeuk negara artinya mengurus negara, ngeuyeuk pare artinya mengerjakan padi supaya butirnya lepas dari bulirnya b. Mempunyai arti berpegang-pengang atau berkait-kaitan misalnya :

paheuyeuk-heuyeuk leungen artinya berpegang-pengangan tangan dalam mengerjakan sesuatu peerjaan artinya bekerja sama, ngeuyeuk seureuh artinya mengerjakan dan mengatur sirih serta mengkait-kaitkannya.


(34)

5. Tradisi Menyambut Maulid Nabi Muhammad saw di Solo Jawa Tengah

Laporan Ganuk. 2009: (http://www.indosiar.com/ragam/tradisi -mengunyah-sirih_84695.html) menyatakan budaya menyambut maulid nabi tradisi mengunyah sirih adalah:

Budaya menyambut Maulid Nabi Muhammad saw digelar di Keraton Kasunanan Surakarta Solo, Jawa Tengah. Tradisi nyirih biasa dilakukan para leluhur utuk mecegah kantuk saat menerima ajaran islam yang di ajarkan wali. Seni mengunyah sirih (nginang) identik dengan masyarakat jawa pada zaman dahulu. Namun seiring perkembangan aman, tradisi nyirih ini semakin hilang dan sudah jarang sekali ditemukan. Sebagai lembaga pelestari budaya Keraton Kasunanan Surakarta menggelar tradisi nyirih untuk menyambut gangsa sekaten atau datangnya Maulid Nabi Muhammad saw. Dalam budaya jawa tradisi nyirih ini mempunyai makna filosofi “enange” atau menjadi saksi pada zaman dahulu masyarakat mendengarkan ajaran agama islam sambil mengunyah sirih agar lebih konsentrasi. Selain itu nyirih juga menjadikan tubuh sehat dan panjang umur.


(35)

2.3.1 Merokok

a. Pengertian rokok

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2003 (2010:11), diketahui bahwa “rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus, termasuk cerutu ataupun bentuk lainya yang dhasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya, atau sintetisnya yang mengandung nikotina, dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan”.

“Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh kemudian menghembuskan kembali keluar” (Armstrong, 2000). Pendapat lain menyatakan bahwa “perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang – orang disekitarnya” (Levy,2004).

“Rokok berisi daun – daun tembakau yang telah dicacah, ditambah sedikit racikan seperti cengkeh, saus rokok, serta racikan lainnya. Untuk menikmati sebatang rokok perlu dilakukan pembakaran pada salah satu ujungnya agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung yang lain” (Sukendro, 2007).

“Rokok mengandung zat psikoaktif yaitu nikotin yang memberikan perasaan nikmat, rasa nyaman, fit dan meningkatkan produktivitas. Perokok akan menjadi ketagihan karena nikotin bersifat adikif. Bila


(36)

kebiasaan merokok dihentikan dalam waktu tertentu, perokok akan mengalami withdrawal effect atau sakau, sebab rokok adalah narkoba” (Partodiharjo, 2007).

Rokok adalah suatu benda yang mengandung zat-zat kimia, benda ini di konsumsi oleh manusia dengan cara di bakar dan di hisap asapnya.

b. Jenis rokok

Menurut Suryo Sukendro (2007) menyatakan jenis-jenis rokok adalah:

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.

1. Rokok berdasarkan bahan pembungkus.

a. Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.

b. Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.

c. Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.

d. Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

2. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.

a. Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.


(37)

b. Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3. Rokok berdasarkan proses pembuatannya.

a. Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.

b. Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak.


(38)

4. Rokok berdasarkan penggunaan filter.

a. Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.

b. Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

c. Kandungan rokok

Menurut Lisa Ellizabet Aula (2010:29) kandungan yang terdapat pada rokok sebagai berikut:

1. Nikotin

Nikotin merupakan racun saraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida. Nikotin memiliki daya karsinogenik terbatas yang menjadi penghambat kemampuan tubuh untuk melawan sel-sel kanker, akan tetapi nikotin tidak menyebabkan perkembangan sel-sel sehat menjadi sel-sel kanker. Nikotin yang dihirup hanya memerlukan waktu singkat untuk mencapai peredaran darah di otak. Nikotin dalam otak akan menstimulasi berbagai senyawa kimia neurotransmiter dan hormon yang bertanggung jawab terhadap semua efek “penenang” bagi perokok. Senyawa ini akan terus-menerus dihasilkan selama terdapat nikotin di dalam peredaran darah otak. Akibatnya, bila kadar nikotin menurun, otak akan mengirim pesan “butuh” nikotin kembali.


(39)

2. Karbon monoksida

Karbon monoksida mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibanding oksigen. Tubuh yang kekurangan oksigen akan mengecilkan pembuluh darah. Bila proses tersebut berlangsung lama, maka pembuluh darah akan menyempit. Penyempitan pembuluh darah bisa terjadi di otak, paru, ginjal, saluran kandungan, ari-ari pada janin, dan di mana-mana.

3. Tar

Tar digunakan untuk melapisi jalan atau aspal. Pada rokok atau cerutu, tar adalah partikel penyebab tumbuhnya sel kanker. Sebagian lainnya berupa penumpukan zat kapur, nitrosmine dan B-naphthylamine, serta cadmium dan nikel. Tar mengandung bahan kimia yang beracun, yang dapat merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Tar bukanlah zat tunggal, namun terdiri atas ratusan bahan kimia gelap dan lengket, dan tergolong sebagai racun pembuat kanker.

4. arsenic

Sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga terdiri dari unsur-unsur berikut:

a) Nitrogen oksida, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu saluran pernapasan, bahkan merangsang terjadinya kerusakan dan perubahan kulit tubuh.


(40)

b) Amonium karbonat, yakni zat yang bisa membentuk plak kuning pada permukaan lidah, serta mengganggu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat pada permukaan lidah.

5. Amonia

Amonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada amoniak sehingga memgakibatkan seseorang pingsan atau koma jika masuk ke dalam peredaran darah.

6. Asam Format (Format Acid)

Asam format merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas. Cairan ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut.

7. Akrolin (Acrolein )

Akrolin merupakan zat cair yang tidak berwarna dan agak banyak mengandung kadar alkohol. Artinya, akrolein ini adalah alkohol yang cairannya telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.

8. Hidrogen sianida (hydrogen Cyanide)

Hidrogen sianida merupakan zat yang mudah terbakar dan paling ampuh untuk menghalangi ataupun merusak saluran pernapasan.


(41)

Walaupun hanya sedikit, apabila sianida dikomsumsi orang secara langsung, maka manusia tersebut bisa meninggal.

9. Nitrous Oksida ( Nitrous Oxid )

Nitrous oksida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit. Nitrous oksida ini adalah sejenis zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai pembius waktu melakukan operasi oleh dokter.

10. Formaldehyde

Formaldehyde adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau tajam. Gas ini tergolong sebagai pengawet (formalin) dan pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun keras terhadap semua organisme hidup.

11. Fhenol

Fhenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.

12. Acetol

Asetol adalah hasil pemanasan aldhehyde (sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.


(42)

13. Hidrogen sulfida (hyidrogen Sulfide)

Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).

14. Pyridin

Pyridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.

15. Methyl Chloride

Methyl chloride adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu, yang unsur-unsur utamanya berupa hidrogen dan karbon. Zat ini merupakan compound organic yang dapat beracun.

16. Methanol

Methanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.


(43)

d. Dampak dari merokok

1. Dampak terhadap paru-paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.

2. Dampak terhadap jantung

Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri maju, WHO (World Health Organization) melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama). Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak.


(44)

3. Penyakit jantung koroner

Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain.

e. Sejarah rokok di Indonesia

Menurut Lisa Ellizabet Aula (2010:130) sejarah rokok di Indonesia sebagai berikut:

Riwayat kretek bermula di kota Kudus. Rokok jenis ini menjadi dagangan paling memikat di tangan pengusaha buta huruf, tetapi asal-usulnya masih belum jelas. Menurut kisah yang dituturkan oleh para pekerja rokok, riwayat kretek bermula dari penemuan Haji Djamari pada kurun waktu sekitar 1870-1880-an. Awalnya, penduduk asli Kudus ini merasa sakit pada bagian dada. Lantas, ia mengoleskan minyak cengkeh, dan akhirnya sakitnya reda. Kemudian, Djamari bereksperimen merajang cengkeh dan mencampurnya dengan tembakau untuk dilinting menjadi rokok.

Kala itu, melinting rokok sudah menjadi kebiasaan kaum pria. Djamari melakukan modifikasi dengan mencampur cengkeh. Setelah rutin menhisap rokok ciptaannya, Djamari merasa sakinya menghilang. Ia


(45)

mewartakan penemuannya ini kepada kerabat dekatnya, dan berita tersebut pun menyebar secara cepat, sehingga permintaan “rokok obat” itu terus mengalir.

Djamari melayani banyak permintaan rokok cengkeh. Rokok temuan Djamari ini dikenal dengan “rokok kretek”. Sebab, ketika diisap, cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi “kemeretek”. Semula, kretek itu dibungkus “klobot” atau daun jagung kering. Kretek ini pun di jual per ikat, dan setiap ikat terdiri dari 10 buah rokok tanpa selubung kemasan.

Rokok kretek kian dikenal, namun tidak demikian halnya dengan penemunya. Djamari diketahui meninggal pada tahun 1890. Mengenai jati dirinya yang sebenarnya tidaklah diketahui secara pasti. Hanya temuannya itulah yang terus berkembang. Sepuluh tahun kemudian, penemuan Djamari menjadi dagangan memikat di tangan Nitisemito, perintis industri rokok di Kudus.

Bisnis rokok dimulai Nitisemito pada tahun 1906 dan 1908. Usahanya resmi terdaftar dengan merek “Tjap Bal Tiga”. Terkait itu, bisa dikatakan bahwa langkah Nitisemito menjadi tonggak tumbuhnya industri rokok kretek di Indonesia,

Beberapa abad legenda yang beredar di Jawa, rokok sudah dikenal sejak lama, bahkan sebelum Haji Djamari dan Nitisemito merintisnya. Tercatat dalam Kisah Roro Mendut, yang menggambarkan seorang putri dari Pati yang dijadikan istri oleh Tumenggung Wirogumo, salah seorang panglima


(46)

perang kepercayaan Sultan Agung, ternyata menjual rokok “klobot” (rokok kretek dengan bungkus daun jagung kering) yang disukai pembeli, terutama kaum laki-laki karena rokok itu direkatkan dengan ludahnya.

Sebenarnya, Nitisemito ialah seseorang yang buta huruf, yang dilahirkan dari rahim Ibu Markanah di desa Janggalan dengan nama kecil Rusdi. Ayahnya Haji Sulaiman, adalah kepala desa Janggalan. Pada usia 17 tahun, ia mengubah namanya menjadi Nitisemito. Pada usia ini, ia merantau ke Malang, Jawa Timur, untuk bekerja sebagai buruh jahit pakaian. Usaha tersebut berkembang sehingga ia mampu menjadi pengusaha konveksi. Namun, beberapa tahun kemudian, usaha ini kandas karena terlilit utang. Nitisemito pulang kampung dan memulai usahanya membuat minyak kelapa, serta berdagang kerbau, namum gagal. Lalu, ia bekerja menjadi kusir dokar sambil berdagang tembakau. Saat itulah, ia berkenalan dengan Mbok Nasilah, pedagang rokok klobot di Kudus.

Mbok Nasilah, juga di anggap sebagai penemu pertama rokok kretek, menggantikan kebiasaan “nginang” pada tahun 1870 dengan rokok tersebut. Di warungnya, yang kini menjadi toko kain Fahrida di Jalan Sunan Kudus, Mbok Nasilah menyuguhkan rokok temuannya kepada para kusir yang sering kali mengunjungi warungnnya. Kebiasaan nyirih yang sering dilakukan oleh para kusir membuat warung Mbok Nasilah menjadi kotor. Makanya, ia menyuguhkan rokok untuk menjaga kebersihan warungnya.


(47)

Pada awalnya, ia mencoba meracik rokok. Salah satunya dengan cara menambahkan cengkeh ke tembakau. Campuran ini di bungkus dengan klobot yang diikat dengan benang. Rokok tersebut disukai oleh para kusir dokar dan pedagang keliling. Salah satu penggemarnya adalah Nitisemito. Yang saat itu menjadi kusir.

Nitisemito lantas menikahi Nasilah dan mengembangkan usaha rokok kreteknya menjadi mata pencaharian utama. Usaha ini maju pesat. Nitisemito memberi label rokoknya “Rokok Tjap Kodok Mangan Ulo” (Rokok Cap Kodok Makan Ular). Nama tersebut tidak membawa hoki, malahan menjadi bahan tertawaan. Akhirnya, Nitisemito mengganti label menjadi “Tjap Bulatan Tiga”. Lantaran gambaran bulatan dalam kemasan mirip bola, merek ini kerap kali disebut “Bal Tiga”. Julukan itu menjadi

merek resmi dengan tambahan Nitisemito, “Tjap Bal Tiga H.M

Nitisemito”.

“Bal Tiga” resmi berdiri pada tahun 1914 didesa Jati, Kudus. Setelah 10 tahun beroperasi, Nitisemito mampu membangun pabrik besar di atas lahan 6 hektar di desa Jati, Kudus. Ketika itu, di Kudus telah berdiri 12 perusahaan rokok besar, 16 perusahaan rokok menengah, dan 7 pabrik rokok kecil (gurem). Di antara pabrik besar itu adalah milik M. Atmowidjojo (merek Goenoeng Kedoe), H.M Muslich (merek Delima), H. Ali Asikin (merek Djangkar), Tjoa Khang Hay ( merek Trio), dan M. Sirin (merek Garbis dan Manggis).


(48)

Sejarah mencatat bahwa Nitisemito mampu mengomandani 10.000 pekerja dan memproduksi 10 juta batang rokok per hari pada tahun 1938. Kemudian, untuk mengembangkan usahanya, ia menyewa tenaga pembukuan asal Belanda. Pasaran produknya cukup luas, yang mencakup kota-kota besar di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, bahkan negeri Belanda. Ia kreatif memasarkan produknya, misalnya dengan cara menyewa pesawat terbang Fokker seharga 200 gulden saat itu dem mempromosikan rokoknya ke Bandung dan Jakarta.

Kini, hampir semua pabrik tersebut telah tutup. Bal Tiga ambruk karena perselisihan antara para ahli warisnya. Munculnya perusahaan rokok lainnya, seperti Nojorono (1940), Djamboe Bol (1937), Djarum (1950), dan Sukun, semakin mempersempit pasar Bal Tiga, apalagi ditambah dengan pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1042 di Pasifik dan masuknya tentara Jepang. Semuanya itulah yang turut memperburuk usaha Nitisemito. Banyak aset perusahaan yang disita. Pada tahun 1955, sisa kerajaan kretek Nitisemito dibagi rata kepada ahli warisnya.

Dengan ambruknya pasaran Bal Tiga mungkin dikarenakan berdirinya rokok Minak Djinggo pada tahun 1930. Pemilik rokok itu Kho Djie Siong, adalah mantan agen Bal Tiga di Pati, Jawa Tengah. Sewaktu masih bekerja pada Nitisemito, Kho Djie Siong banyak menarik informasi rahasia racikan dan strategi dagang Bal Tiga dari M. Karmaen, kawan sekolahnya di Semarang, yang bertindak sebagai menantu Nitisemito.


(49)

Pada tahun 1932, Minak Djinggo, yang penjualannya melesat cepat memindahkan markasnya ke Kudus. Untuk memperluas pasar, Kho Djie Siong meluncurkan produk baru, yakni Nojorono. Setelah Minak Djinggo, muncullah beberapa perusahan rokok lain yang mampu bertahan hingga kini, seperti Djamboe Bol milik H.A, Ma’roef, rokok Sukun milik M. Wartono, dan Djarum yang didirikan oleh Oei Wie Gwan.

Perusahaan rokok kretek Djarum berdiri pada 25 Agustus 1950 dengan 10 pekerja. Oei Wie Gwan mengawali bisnisnya dengan memasok rokok untuk Dinas Pembekalan Angkatan Darat. Pada tahun 1955, Djarum mulai memperluas produksi dan pemasarannya. Produksinya semakin besar setelah menggunakan mesin pelinting dan pengolah tembakau pada tahun 1967.

Pada era keemasan Minak Djinggo dan ujung masa suram Tiga Bal, aroma bisnis kretek menjalar hingga ke luar Kudus. Banyak juragan dan agen rokok bermunculan. Di Magelang,Solo, dan Yogyakarta, kebanyakan pabrik kretek membuat jenis rokok klembak. Rokok ini berupa oplosan tembakau, cengkeh dan kemenyan.

Kretek juga merambah ke Jawa Barat. Di daerah ini, pasaran rokok kretek dirintis dengan keberadaan “rokok kawung”, yakni kretek dengan pembungkus daun aren. Untuk pertama kalinya, rokok tersebut muncul di Bandung pada tahun 1905, lalu berkembang ke Garut dan Tasikmalaya. Rokok jenis ini meredup ketika kretek Kudus menyusup melalui


(50)

Majalengka pada tahun 1930-an, meskipun sempat muncul pabrik rokok kawung di ciledug Wetan.

Di Jawa Timur, industri rokok dimulai dari rumah tangga pada tahun 1910, yang dikenal dengan PT HM. Sampoerna. Tonggak perkembangan kretek dimulai saat pabrik-pabrik besar menggunakan mesin pelinting. Tercatat bahwa PT Bentoel di Malang yang berdiri pada tahun 1931, ternyata memakai mesin pada tahun1968, serta mampu menghasilkan 6.000 batang rokok per menit. PT Gudang Garam , Kediri dan PT HM. Sampoerna pun tidak mau ketinggalan. Demikian halnya dengan PT Djarum, Djamboe Bol, Nojorono, dan Sukun di Kudus.

Kini, terdapat empat kota penting yang menggeliatkan industri kretek di Indonesia, seperti Kudus, Kediri, Surabaya, dan Malang. Industri rokok di kota ini, baik kelas kakap maupun kelas gurem memiliki mangsa pasar masing-masing. Semua pabrik rokok besar telah mencatatkan sejarahnya sendiri. Begitu pula dengan Haji Djamari, sang penemu kretek. Namun riwayat penemu kretek ini masih belum jelas. Dan, kisahnya hanya diketahui oleh kalangan pekerja pabrik di Kudus.

f. Peraturan Tentang Rokok

Menurut Lisa Ellizabet Aula (2010:175) peraturan tentang rokok sebagai berikut:

Untuk melindungi generasi muda Indonesia yang masa sekarang dan mendatang dari bahaya rokok, pemerintah sedang mempersiapkan


(51)

Rancangan Undang-undang (RUU) tentang Pengesahan FCTC (Framework Conventation on Tobacco Control). Tujuan FCTC adalah melindungi generasi sekarang dan mendatang terhadap kerusakan kesehatan, konsekuensi sosial, lingkungan, dan ekonomi karena konsumsi tembakau dan paparan asap tembakau. FCTC telah disepakati secara aklamasi dalam Sidang Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly-WHA) pada bulan Mei 2003. FCTC dinyatakan efektif apabila telah ada mnimall 40 negara yang meratifikasinya.

FCTC adalah konvensi atau treaty, yaitu bentuk hukum internasional dalam mengendalikan masalah tembakau atau rokok yang mempunyai kekuatan mengikat secara hukum bagi negara-negara yang meratifikasinya. Kelima langkah yang harus dilalui sampai FCTC menjadi perangkat hukum internasional adalah sebagai berikut:

1. Adopsi oleh Mejelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly-WHA)

pada bulan Mei 2003.

2. Penandatanganan FCTC, yang dimulai 16 Juni 2003 sampai 29 Juni

2004. Pada akhir Februari 2004, 95 negara, termasuk European Community, telah menandatangani FCTC.

3. Setelah batas akhir penandatangana, negara yang belum menandatangani FCTF masih bisa mengikat diri pada perjajian tersebut melalui prosedur accession atau aksesi atau pengesahan tanpa harus


(52)

didahului dengan penandataganan. Negara yang melakukan harus segera melaksanakannya.

4. Protokol merupakan pengaturan khusus untuk melaksanakan konvensi. 5. Sembilan puluh hari setelah FCTC diratifikasi oleh sedikitnya empat

puluh negara, maka ia menjadi hukum internasional.

Dengan mengaksesi atau pengesahan FCTC, kelak Indonesia terikat pada perjanjian internasional dan diberikan tenggang waktu lima tahun setelah konvensi berlaku bagi negara bersangkutan agar negara tersebut melakukan upaya legislatif, eksekutif, administratif, atau upaya lainnya yang efektif.

Hingga kini, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Pasifik yang belum menandatangani FCTC (Framework Conventation on Tobacco Control), sebuah traktat internasional didalamnya terdapat upaya pengendalian bahaya tembakau. Walaupu pemerintah Indonesia berperan aktif dalam forum Internaional Governmental Negotiating Body di Geneva, namun Indonesia mengingkari komitmennya dengan tidak meratifikasi FCTC. Pengendalian bahaya tembakau memiliki prioritas rendah dalam agenda kesehatan masyarakat Indonesia.

Pada dasarnya, aturan yang sudah ada di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1999 tentang pengamanan Rokok bagi Kesehatan, yakni peraturan perundangan-undangan untuk membantu pelaksanaan upaya pengendalian tembakau. Pasal didalamnya mengatur iklan rokok, peringatan kesehatan, pembattasa kadar tar dan nikotin,


(53)

penyampaian kepada masyarakat tentang isi produk tembakau, sanksi dan hukuman, pengaturan otoritas, serta peran masyarakat terhadap kawasan bebas asap rokok.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pengaman Rokok Bagi Kesehatan merupakan revisi dari Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1999, yang berkaitan dengan iklan rokok dan memperpanjang batas waktu bagi industri rokok untuk mengikuti peraturan baru ini menjadi 5-7 tahun setelah dinyatakan berlaku, yang tergantung jenis industrinya.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan merupakan peraturan pemerintah pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2000, yang mencakup aspek yang berkaitan dengan ukuran dan jenis peringatan kesehatan, pembatasan waktu bagi iklan rokok di media elektronik, serta pengujian kadar tar dan nikotin.

Adapun Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan memiliki beberapa tujuan. Pertama, melindungi kesehatan dari bahaya akibat merokok. Kedua, membudayakan hidup sehat. Ketiga, menekan perokok pemula. Keempat, melindungi perokok pasif.

Selain itu, ada juga peraturan terkait larangan merokok, yakni Peraturan Daerah Nomor 75 Tahun 2005. Perda tersebut merupakan larangan merokok di wilayah DKI Jakarta. Sebenarnya, hal itu tidak hanya ada di Jakarta,


(54)

karena berbagai daerah lainnya pun memiliki peraturan yang sama. Hanya saja, publikasinya belum terdengar secara luas.

Meskipun tingkatannya adalah provinsi, Peraturan Daerah Nomor 75 Tahun 2005 cukup banyak dikenal oleh publik. Dalam kawasan larangan merokok. Kawasan larangan merokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk merokok. Berdasarkan Peratura Daerah Nomor 75 Tahun 2005, ada tujuh tempat yang dilarang merokok, yaitu :

1. Tempat umum, yaitu sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta, ataupun perorangan yang digunakan secara umum untuk kegiatan bagi masyarakat, termasuk tempak umum milik Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, gedung perkantoran, tempat pelayanan umun (terminal, bandara, pusat perbelanjaan dan lainnya).

2. Tempat kerja, yaitu ruangan tertutup yang bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau tempat yang sering kali dimasuki oleh tenaga kerja dan tempat sumber-sumber bahaya, termasuk kawasan pabrik, perkantoran, ruang rapat, ruang sidang atau seminar, dan lainnya. 3. Angkutan umum, yaitu alat angkutan bagi masyarakat yang dapat

berupa kendaraan darat, air, dan udara.

4. Tempat ibadah, yaitu tempat yang digunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti masjid, gereja, pura, wihara, kelenteng, dan lainnya. 5. Arena kegiatan anak-anak adalah tempak atau arena yag diperuntukkan bagi kegiatan anak-anak, seperti tempat penitipan anak (TPA), tempat pengasuhan anak, arena bermain anak-anak, dan lainnya.


(55)

6. Tempat proses belajar mengajar, yaitu tempat proses belajar mengajar atau pendidikan dan pelatihan.

7. Tempat pelayanan kesehatan adalah tempat yag digunakan untuk menyelengarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas dan lainnya.

2.2 Kerangka pikir

Kerangka pikir bertujuan untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai alur penelitian atau dengan kata lain menggambarkan tentang variabel-variabel yang diamati. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka untuk memperjelas gambaran dalam penelitian ini, penulis menggambarkannya dalam diagram kerangka pikir sebagai berikut:

Variabel (X) Variabel (Y)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Alasan perubahan

1. Dalam diri

- Adanya rasa bosan - Pola pikir manusia 2. Luar diri

- Pengaruh orang tua - Pengaruh teman - Pengaruh modernisasi - Keuangan

Perubahan dari nyirih menjadi merokok

1. Sulit tidaknya mendapatkan bahan-bahan untuk nyirih 2. Bersifat praktis atau


(56)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode dalam suatu penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode sangat diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini berguna untuk memperoleh keakuratan data dan pengembangan pengetahuan serta untuk menguji suatu kebenaran di dalam pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu setiap penelitian diperlukan adanya metode atau cara untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan oleh seseorang.

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena penelitian ini bertujuan mengkaji tentang kondisi aktual. Maka penggunaan metode deskriptif ini sangat cocok dalam penelitian ini karena sasaran kaitan penelitian ini berupa tinjauan tentang perubahan kebiasaan nyirih menjadi merokok dikalangan ibu-ibu di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan.


(57)

3.2 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang merokok di Dusun Trimo Harjo II. Jumlah keseluruhan penduduk perempuan adalah 185 jiwa yang terdiri dari anak-anak perempuan dengan jumlah 83 jiwa dan ibu-ibu dengan jumlah 102 jiwa. Sedangkan jumlah ibu-ibu yang merokok adalah 26 jiwa. Berikut tabel ibu-ibu yang merokok:

Tabel 3.1RESPONDEN IBU-IBU MEROKOK BERDASARKAN USIA

No Usia (tahun) Frekuensi %

1 30-39 6 23

2 40-49 10 39

3 50-59 8 30

4 60 >> 2 8

Jumlah 26 100

Sumber: Hasil observasi penelitian di Dusun Trimo Harjo II

berdasarkan tabel di atas, penelitian ini adalah penelitian populasi, karena populasi di dalam penelitian ini kurang dari 100 orang. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:107) ”menyatakan apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.


(58)

3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal dengan variabel bebas (x) sebagai variabel yang mempengaruhi dan variabel terikat (y) sebagai variabel yang dipengaruhi yaitu:

1. Perubahan kebiasaan nyirih sebagai variabel bebas (x) 2. Merokok dikalangan ibu-ibu sebagai variabel terikat (y)

3.4Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual dibuat agar dapat memberikan gambaran secara lebih jelas tentang jenis-jenis variabel. Jenis-jenis variabel ini dapat dijelaskan secara lebih lanjut.

Adapun definisi konseptual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Alasan perubahan dari dalam diri adalah perubahan yang ada di dalam diri yang tidak tampak, yaitu pola pikir dan cara pandang seseorang. b. Alasan perubahan dari luar diri adalah perubahan yang terjadi karena

pengaruh lingkungan sekitar seseorang dan menyesuaikan diri dengan kehidupan yang terus mengalami perubahan dan perkembangan.

c. Perubahan adalah proses pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif,


(59)

sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.

d. Nyirih adalah mengunyah daun sirih yang biasanya ditambah kapur, biji pinang/jambe, gambir. Kemudian juga untuk membersihkan giginya pakai tembakau dengan cara digosok-gosokan.

e. Merokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rostica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa tambahan.

2. Definisi Operasional Variabel dan Indikator

Definisi operasional merupakan suatu petunjuk tentang bagaimana suatu variabel dapat diukur. Untuk memahami objek permasalahan dalam penelitian ini secara jelas, maka diperlukan pendefinisian variabel secara operasional. Untuk mempermudah pengukuran di lapangan, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel x

a. Alasan perubahan dari dalam diri adalah adanya rasa ingin berubah dari dalam diri seseorang, seperti adanya rasa bosan sehingga seseorang tersebut mencoba sesuatu hal yang baru.

1) Adanya rasa bosan 2) Pola pikir manusia


(60)

b. Alasan perubahan dari luar diri adalah adanya rasa ingin berubah dari luar diri seseorang, seperti adanya pengaruh dari lingkungan sekitarnya.

1) Pengaruh orang tua 2) Pengaruh teman 3) Pengaruh modernisasi 4) Keuangan

2. Variabel y

Perubahan dari nyirih menjadi merokok adalah perubahan yang terjadi pada seseorang yang dahulu menyirih menjadi merokok dengan berbagai alasan perubahan, misalnya dahulu nyirih dipercaya memberikan manfaat bagi kesehatan gigi, namun perkembangan alat kesehatan sekarang ini sudah bisa memenuhi kebutuhan.

a. Sulit tidaknya mendapatkan bahan-bahan untuk nyirih b. Bersifat praktis atau simpel

3.5Rencana Pengukuran Variabel

Variabel yang diukur adalah bagaimana perubahan dari nyirih menjadi merokok dikalangan ibu-ibu. Indikator dalam penelitian ini adalah:

1. Perubahan dari dalam diri


(61)

2. Perubahan dari luar diri

- Pengaruh orang tua - Pengaruh teman - Pengaruh modernisasi - Keuangan

3.6Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pokok

a. Angket

Teknik pengumpulan data melalui angket dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data lansung responden yang ditujukan untuk ibu-ibu yang merokok serta untuk mengetahui tentang perubahan kebiasaan nyirih menjadi merokok di kalangan ibu-ibu.

2. Teknik Penunjang

a. Wawancara

Teknik pengumpulan data melalui wawacara dalam penelitian ini dengan memberikan pertanyaan lisan secara langsung kepada ibu-ibu yang merokok di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan sebagai data pendukung dalam penelitian ini.


(62)

b. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi dalam penelitian ini unuk mengkaji isi dokumen-dokumen yang ada untuk memperkuat perolehan data dan informasi dilapangan sesuai dengan tujuan penelitian.

3.7 Instrumen Penelitian ( kalibrasi instrument )

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini untuk menentukan validitas item soal dilakukan kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator yang dipakai. Validitas yang digunakan yaitu logical validity dengan cara judgment yaitu dengan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing yang ada dilingkungan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Uji Reliabilitas Angket

Reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2002:154) menunjukkan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Menyebarkan angket atau mengujicobakan kepada 10 orang diluar responden.


(63)

2. Untuk menguji reliabilitas angket, digunakan teknik belah dua atau genap dan ganjil.

3. Kemudian mengkorelasikan kelompok ganjil genap dengan teknik korelasi product moment, yaitu :

   

 

2 2

2

 

2

Y

y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

r

xy

Keterangan: xy

r

= Koefisien korelasi antara gejala x dan y

X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat

N = Jumlah sampel

XY = Jumlah responden

(Sutrisno Hadi, 1989:318)

1. Kemudian dicari reliabititasnya dengan menggunakan spearman brown (Sutrisno Hadi, 1986:37), agar diketahui koefisien seluruh item, yaitu:

 

 

xy

xy gg

r

r

r

1

.

2


(64)

Keterangan :

rxy : Koefisien reliabilitas x dan y

rgg : Koefisien item ganjil dan genap

1& 2 : Angka tetap

2. Mengkonsultasikan dengan kriteria reliabel sebagai berikut:

0,90 – 100 : reliabilitas baik

0,50 – 0,89 : reliabilitas cukup

0,00 – 0,49 : reliabilitas rendah

(Manase Malo, 1985:139)

3. Teknik analisis data

Untuk mengetahui perubahan bebiasaan nyirih menjadi merokok di kalanan ibu-ibu, digunakan rumus sebagai berikut:

Menentukan klasifikasi skor menggunakan rumus interval, yaitu:

K NR NT

I  

Keterangan :

I : Interval


(65)

NR : Nilai terendah

K : Kategori

(Sutrisno Hadi, 1986 : 12)

Penentuan tingkat presentase di gunakan rumus:

Keterangan:

P = besarnya persentase

F = jumlah alternative seluruh item

N = jumlah perkalian antar item dan responden

Untuk menafsirkan hasil persentase diperoleh kriteria sebagai berikut :

76% - 100% = Baik 56% - 75% = Cukup 40% - 55% = Kurang Baik 0% - 39% = Tidak Baik


(1)

K : Kategori

(Sutrisno Hadi, 1986 : 12)

Penentuan tingkat presentase di gunakan rumus:

Keterangan:

P = besarnya persentase

F = jumlah alternative seluruh item

N = jumlah perkalian antar item dan responden

Untuk menafsirkan hasil persentase diperoleh kriteria sebagai berikut :

76% - 100% = Baik 56% - 75% = Cukup 40% - 55% = Kurang Baik 0% - 39% = Tidak Baik


(2)

104

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai tinjauan tentang perubahan kebiasaan nyirih menjadi merokok dikalangan ibu-ibu di Dusun Trimo Harjo II Kelurahan Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan, maka dapat peneliti simpulkan bahwa:

1. Berdasarkan indikator alasan perubahan dari dalam diri dominan masuk dalam katagori telah berubah, kebanyakan dari mereka berubah dari kebiasaan nyirih menjadi merokok karena adanya dorongan dari dalam diri mereka. Mereka merasa bosan terhadap perilaku dan rasa dari nyirih. Bagi mereka lebih menikmati kegiatan merokok tersebut.

2. Berdasarkan indikator alasan perubahan dari luar diri dominan masuk dalam katagori telah berubah, kebanyakan dari mereka mau berubah dari kebiasaan nyirih menjadi merokok karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi mereka dari luar diri, yaitu faktor-faktor dari lingkungan sekitar mereka. Mereka menganggap nyirih sudah banyak ditinggalkan dan lebih memilih untuk merokok.


(3)

nyirih dominan masuk dalam katagori telah berubah, Kebanyakan dari mereka mau berubah dari kebiasaan nyirih menjadi merokok karena saat ini sudah sulit untuk mendapatkan bahan-bahan nyirih. Mereka sudah jarang melihat daun sirih yang tumbuh dihalam rumah sekitar. Mereka lebih mudah mendapatkan atau lebih sering melihat rokok yang dijual diwarung-warung walaupun terjadi sedikit pemborosan dalam masalah keuangan mereka.

4. Berdasarkan indikator bersifat praktis atau simpel dominan masuk dalam katagori telah berubah, Kebanyakan dari mereka mau berubah dari kebiasaan nyirih menjadi merokok karena saat ini sudah jarang ditemui orang-orang yang nyirih, mereka lebih memilih membawa rokok disaku mereka. Saat ini rokok banyak diminati orang dari berbagai kalangan serta mereka tidak berpikir untuk berhenti merokok karena adanya faktor ketergantungan.

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Kepada ibu-ibu yang merokok agar dapat berhenti atau mengurangi kegiatan merokok karena tidak baik bagi kesehatan.

2. Kepada para suami dan keluarga lainnya untuk mencegah atau mengurangi kebiasaan merokok dirumah. Bila para suami dan anaknya (anak laki-laki) juga merokok hendaklah segera memikirkan untuk berhenti merokok,


(4)

106

sehingga dapat membantu masalah keuangan keluarga dengan memenuhi keperluan lainnya.

3. Kepada tokoh masyarakat, dalam bidang keagamaan dapat memberi penjelasan bahwa dalam ajaran Islam melarang perbuatan yang dapat membahayakan diri dan orang lain, yaitu rokok yang tidak baik untuk kesehatan bagi orang yang merokok dan asapnya juga berbahaya bagi perokok pasif.

4. Kepada pemerintah kiranya memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya dan dampak negatif dari rokok, agar masyarakat menyadari bila rokok itu sangat merugikan bagi kesehatan. Dan bagi masyarakat yang belum atau tidak merokok, maka jauhilah rokok.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Auli, Lisa.E. 2010. Stop Merokok (sekarang atau tidak sama sekali). Jogjakarta: Garailmu.

Elly, dkk. 2006. ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Soekamto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sukendro, Suryo. 2007. Filosofi Rokok. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. Suryabrata, Sumadi. 2000. Metodelogi Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta Suwondo, Bambang. 1985. Upacara Tradisional yang Berkaita dengan Peristiwa

Alam dan Kepercayaan Daerah Sulawesi Utara. Jakarta: Balai Pustaka. ---. 1978. Adat Istiadat Daerah Sulawesi Tengah. Jakarta: Balai

Pustaka.

---. 1979. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Barat. Jakarta: Balai Pustaka.

---. 1979. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Istimewa Aceh. Jakarta: Balai Pustaka.

Taufig. 2007. Sosiologi Pengantar Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Yusuf, Dede. 2010. Katakan Tidak pada Narkoba. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Sumber lain:

Baltyra.2010.Nginang. http://baltyra.com/2010/01/13/nginang/ di akses 5 januari 2013

Ganuk.2009. Budaya Menyambut Maulid Nabi Tradisi Mengunyang Sirih. http://www.indosiar.com/ragam/tradisi-mengunyah-sirih_84695.html di akses 06 Maret 2013


(6)

Suro. 2012. Budaya Makan Sirih dan Pinang.

http://senibudaya12.blogspot.com/search?q=budaya+makan+sirih+dan+pina ng di akses 24 Januari 2012