Sejarah Nusantara (1942-1945) docx

Sejarah Nusantara (1942-1945)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini bagian dari seri

Sejarah Indonesia

Lihat pula:
Garis waktu sejarah Indonesia
Sejarah Nusantara
Prasejarah

Kerajaan Hindu-Buddha
Kutai (abad ke-4)
Tarumanagara (358–669)
Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7)
Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13)
Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)
Kerajaan Medang (752–1006)
Kerajaan Kahuripan (1006–1045)

Kerajaan Sunda (932–1579)
Kediri (1045–1221)
Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)
Singhasari (1222–1292)
Majapahit (1293–1500)
Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)

Kerajaan Islam
Penyebaran Islam (1200-1600)

Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)
Kesultanan Ternate (1257–sekarang)
Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)
Kesultanan Malaka (1400–1511)
Kerajaan Inderapura (1500-1792)
Kesultanan Demak (1475–1548)
Kesultanan Aceh (1496–1903)
Kesultanan Banten (1527–1813)
Kesultanan Cirebon (1552 - 1677)
Kesultanan Mataram (1588—1681)

Kesultanan Siak (1723-1945)

Kerajaan Kristen
Kerajaan Larantuka (1600-1904)

Kolonialisme bangsa Eropa
Portugis (1512–1850)
VOC (1602-1800)
Belanda (1800–1942)

Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional (1899-1942)
Pendudukan Jepang (1942–1945)
Revolusi nasional (1945–1950)

Indonesia Merdeka
Orde Lama (1950–1959)
Demokrasi Terpimpin (1959–1965)
Masa Transisi (1965–1966)
Orde Baru (1966–1998)

Era Reformasi (1998–sekarang)



l



b



s

Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal
17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M.
Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda
mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika
Serikat dan Inggris. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan

bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di
bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang
untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir
dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan
membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer
Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada
tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi,
tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di
daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat
perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya.
Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam
penguasaan Jepang. Jepang membentuk persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau 独立準備調査会
(Dokuritsu junbi chōsa-kai?) dalam bahasa Jepang. Badan ini bertugas membentuk
persiapan-persiapan pra-kemerdekaan dan membuat dasar negara dan digantikan oleh PPKI
yang bertugas menyiapkan kemerdekaan.

Daftar isi



1 Latar Belakang



2 Organisasi yang diprakarsai oleh Jepang



3 Sosial Budaya
o 3.1 Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang
o 3.2 Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern



4 Perlawanan rakyat terhadap Jepang



5 Garis waktu

o 5.1 1941

o 5.2 1942


5.2.1 Januari



5.2.2 Februari



5.2.3 Maret



5.2.4 April




5.2.5 Mei



5.2.6 Juni



5.2.7 Juli



5.2.8 Agustus, September, Oktober



5.2.9 November, Desember

o 5.3 1943

o 5.4 1944
o 5.5 1945


5.5.1 Januari-April



5.5.2 Mei



5.5.3 Juni



5.5.4 Juli




6 Periode menjelang Kemerdekaan RI



7 Pasca-Kemerdekaan



8 Sekutu



9 Dampak Pendudukan Jepang Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Bangsa Indonesia
o 9.1 Aspek Politik
o 9.2 Aspek Ekonomi dan Sosial
o 9.3 Aspek Kehidupan Militer



10 Dampak Positif dan Negatif Pendudukan Jepang di Indonesia

o 10.1 Dampak Positif Pendudukan Jepang
o 10.2 Dampak Negatif Pendudukan Jepang



11 Referensi



12 Pranala luar

Latar Belakang
Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe Fumimaro sebagai Perdana
Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak
menghendaki melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941
mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus,
apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah
Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk
industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi

perang yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua
operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut
pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah ringan, 4
kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274 pesawat
tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih
dari 1.400 pesawat tempur, tanggal 7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak
basis Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan
kekuatan kedua, sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan
Darat dalam Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang
akan dilanjutkan ke Jawa. Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi
Infantri yang didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur. Seluruh operasi
direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo memimpin armada yang
ditugaskan menyerang Pearl Harbor.
Hari minggu pagi tanggal 7 Desember 1941, 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom
pembawa torpedo serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang.
Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar serta
merusak 6 kapal perang lain. Selain itu pemboman Jepang tesebut juga menghancurkan 180
pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika tewas dan lebih dari 1.140
lainnya luka-luka. Namun tiga kapal induk Amerika selamat, karena pada saat itu tidak
berada di Pearl Harbor. Tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan
perang terhadap Jepang.
Perang Pasifik ini berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia
Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia-Belanda adalah
untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi
perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi
seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.

Organisasi yang diprakarsai oleh Jepang


Pembela Tanah Air (Peta)



Gakukotai (laskar pelajar)



Heiho (barisan cadangan prajurit)



Seinendan (barisan pemuda)



Fujinkai (barisan wanita)



Putera (Pusat Tenaga Rakyat)



Jawa Hokokai



Keibodan (barisan pembantu polisi)



Jibakutai (pasukan berani mati)



Kempetai (barisan polisi rahasia)

Sosial Budaya
Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang
Sistem stratifikasi sosial pada zaman Jepang menempatkan golongan bumiputera di atas
golongan Eropa maupun golongan Timur Asing, kecuali Jepang. Hal ini disebabkan oleh
Jepang ingin yang mengambil hati rakyat Indonesia untuk membantu mereka dalam perang
Asia Timur Raya.

Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern
Saat ini, industrialisasi modern tentu membawa dampak yang jauh lebih luas daripada
industrialisasi pada masa Kolonial Belanda. Di perkotaan, terdapat pergeseran struktur
pekerjaan dan angkatan kerja. Misalnya, sekarang muncul jenis-jenis pekerjaan baru yang
dahulu tidak ada, yaitu jasa konsultan, advokasi, dan lembaga bantuan hukum. Angkatan
kerja juga mengalami pergeseran, terutama dalam hal gender. Dahulu, tenaga kerja sangat
dimonopoli kaum laki-laki. Namun saat ini, kaum perempuan telah berperan di segala bidang
pekerjaan.
Berdasarkan hal tersebut, penentuan kelas sosial tidak lagi hanya ditentukan oleh aspek
ekonomi semata, tetapi juga ditentukan oleh aspek lain, seperti faktor kelangkaan dan
profesionalitas seseorang. Hal ini disebabkan oleh masyarakat industri yang memang sangat
mengahrgai kreativitas yang mampu memberi nilai tambah dalam pekerjaan. Akibatnya,
orang yang berpendidikan tinggi sangat dihargai oleh masyarakat industri. Sebaliknya, orang
yang berpendidikan rendah ditempatkan pada strata bawah.

Perlawanan rakyat terhadap Jepang
Artikel ini tidak memiliki referensi sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa
diverifikasi.
Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak.
Artikel yang tidak dapat diverifikasikan dapat dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
Tag ini diberikan tanggal Februari 2010

Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10 November 1942
Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot
Plieng, Lhokseumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak berhasil, sehingga
Jepang melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan
salat Subuh. Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan
berhasil memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Begitu juga
dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga)
Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil)
berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang salat.
Peristiwa Singaparna
Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya, Jawa Barat di
bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa, tahun 1943. Beliau menolak dengan tegas ajaran yang
berbau Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi
penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari
terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam Indonesia karena
termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu beliaupun tidak tahan melihat
penderitaan rakyat akibat tanam paksa.
Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah mempersiapkan para
santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk mengepung dan mengeroyok tentara
Jepang, yang akhirnya mundur ke Tasikmalaya.
Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk mengakhiri
pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari 1944, terjadilah
pertempuran sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang setelah salat Jumat.
Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, namun KH. Zainal Mustafa
berhasil juga ditangkap dan dibawa ke Tasikmalaya kemudian dibawa ke Jakarta
untuk menerima hukuman mati dan dimakamkan di Ancol.
Peristiwa Indramayu, April 1944
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban
menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah
mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa Karang
Ampel, Sindang, Kabupaten Indramayu.
Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener
dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman
yang dilakukan pada setiap pemberontakan.
Pemberontakan Teuku Hamid

Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton pasukannya
melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini terjadi pada bulan November 1944.
Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan
membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut
memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat
ditumpas.
Di daerah Aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di Kabupaten
Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu oleh satu regu Giyugun
(perwira tentara sukarela), namun semua berakhir dengan kondisi yang sama yakni
berhasil ditumpas oleh kekuatan militer Jepang dengan sangat kejam.
Pemberontakan Peta


Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945)

Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail.
Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho
yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat para
pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para pelatih militer
Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar
merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan tipu muslihat Jepang melalui
Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu dengan purapura diajak berunding. Empat perwira PETA dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai
mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi berhasil meloloskan diri.


Perlawanan PETA di Meureudu-Pidie, Aceh (November 1944)

Perlawanan ini dipimpin oleh Perwira Gyugun Teuku Hamid. Latar belakang perlawanan ini
karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit
Indonesia pada khususnya.


Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945)

Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco), Kusaeri bersama rekan-rekannya.
Perlawanan yang direncanakan dimulai tanggal 21 April 1945 diketahui Jepang sehingga
Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri divonis hukuman mati tetapi tidak
terlaksana karena Jepang terdesak oleh Sekutu.
Perlawanan Pang Suma
Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pang Suma berkobar di Kalimantan Selatan. Pang
Suma adalah pemimpin suku Dayak yang besar pengaruhnya di kalangan suku-suku di daerah
Tayan dan Meliau. Perlawanan ini bersifat gerilya untuk mengganggu aktivitas Jepang di
Kalimantan.
Momentum perlawanan Pang Suma diawali dengan pemukulan seorang tenaga kerja
Dayak oleh pengawas Jepang, satu di antara sekitar 130 pekerja pada sebuah
perusahaan kayu Jepang. Kejadian ini kemudian memulai sebuah rangkaian
perlawanan yang mencapai puncak dalam sebuah serangan balasan Dayak yang
dikenal dengan Perang Majang Desa, dari April hingga Agustus 1944 di daerah

Tayan-Meliau-Batang Tarang (Kab. Sanggau). Sekitar 600 pejuang kemerdekaan
dibunuh oleh Jepang, termasuk Pang Suma.
Perlawanan Koreri di Biakdi Irian Barat tahun 1943
Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan Koreri yang berpusat di
Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai
budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat banyak jatuh korban,
tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau Biak.
Perlawanan di Pulau Yapen Selatan
Perlawanan ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu sudah mendekat maka memberi
bantuan senjata kepada pejuang sehingga perlawanan semakin seru. Nimrod dihukum
pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat. Tetapi rakyat tidak takut dan muncullah
seorang pemimpin gerilya yakni S. Papare.
Perlawanan di Tanah Besar Papua
Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat di Papua, terjadi hubungan
kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu sehingga rakyat mendapatkan
modal senjata dari Sekutu.
Gerakan bawah tanah
Sebenarnya bentuk perlawanan terhadap pemerintah Jepang yang dilakukan rakyat Indonesia
tidak hanya terbatas pada bentuk perlawanan fisik saja tetapi Anda dapat pula melihat betnuk
perlawanan lain/gerakan bawah tanah seperti yang dilakukan oleh:


Kelompok Sutan Syahrir di daerah Jakarta dan Jawa Barat dengan cara menyamar
sebagai pedagang nanas di Sindanglaya.



Kelompok Sukarni, Adam Malik dan Pandu Wiguna. Mereka berhasil menyusup
sebagai pegawai kantor pusat propaganda Jepang Sendenbu (sekarang kantor berita
Antara).



Kelompok Syarif Thayeb, Eri Sudewo dan Chairul Saleh. Mereka adalah kelompok
mahasiswa dan pelajar.



Kelompok Mr. Achmad Subardjo, Sudiro dan Wikana. Mereka adalah kelompok
gerakan Kaigun (AL) Jepang.
Mereka yang tergabung dalam kelompok di bawah tanah, berusaha untuk mencari
informasi dan peluang untuk bisa melihat kelemahan pasukan militer Jepang dan
usaha mereka akan dapat Anda lihat hasilnya pada saat Jepang telah kalah dari
Sekutu, kelompok pemudalah yang lebih cepat dapat informasi tersebut serta
merekalah yang akhirnya mendesak golongan tua untuk secepatnya melakukn
proklamasi.
Demikianlah gambaran tentang aktifitas pergerakan Nasional yang dilakukan oleh
kelompok organisasi maupun gerakan sosial pada masa pemerintah pendudukan
Jepang, tentu Anda dapat memahami sebab-sebab kegagalan dan mengapa para tokoh

pergerakan lebih memilih sikap kooperatif menghadapi pemerintahan militer Jepang
yang sangat ganas/kejam.

Garis waktu
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Garis waktu sejarah Indonesia

1941


6 Januari, Belanda menangkap Thamrin, Douwes Dekker dan beberapa tokoh
nasionalis lain. Thamrin meninggal di tahanan lima hari kemudian. Douwes Dekker
diasingkan ke Suriname.



11 Januari - Tim perundingan Jepang yang baru dan lebih agresif di bawah Yoshizawa
tiba di Batavia.



Februari - Tekanan Jepang yang kian meningkat terhadap pemerintah Hindia Belanda
untuk "bergabung dengan Wilayah Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya" ditolak
Van Mook.



14 Mei - Jepang mengirimkan sebuah ultimatum kepada pemerintah Hindia Belanda,
menuntut agar pengaruh dan kehadiran Jepang dibiarkan di wilayah ini.



6 Juni - Perundingan antara Belanda dan Jepang gagal. Pemerintah Hindia Belanda
menjawab bahwa tidak akan ada konsesi yang akan diberikan kepada Jepang, dan
bahwa semua produk strategis (termasuk minyak dan karet) telah dikontrakkan untuk
dikapalkan ke Inggris dan Amerika Serikat.



11 Juli - Volksraad membentuk sebuah milisi Indonesia.



25 Juli - Jepang mengumumkan pembentukan sebuah "protektorat" atas Indochina.



26 Juli - Semua asset Jepang di Hindia Belanda dibekukan.



30 Juli - Pemerintah Belanda di pembuangan menjanjikan untuk mengadakan
konferensi tentang Indonesia setelah perang.



30 November - Angkatan Laut Belanda di Hindia mulai dimobilisasi.



5 Desember - Pemerintah Hindia Belanda mengirim permintaan kepada Australia
untuk mengirimkan pasukannya ke Ambon dan Timor. Pesawat-pesawat Angkatan
Udara Australia dan personilnya tiba pada 7 Desember.



8 Desember - Jepang menyerang Malaya, mendarat di ujung selatan Thailand dan
utara Malaya. Jepang mulai menyerang Filipina. Belanda, di antara bangsa-bangsa
lainnya, perang terhadap Jepang.



10 Desember - Kapal-kapal perang Inggris, Prince of Wales dan Repulse
ditenggelamkan dalam perbedaan beberapa jam saja satu sama lain di lepas pantai
Malaya.



16 Desember - Orang-orang Aceh yang anti Belanda mengadakan hubungan dengan
pasukan-pasukan Jepang di Malaya.



17 Desember – Pasukan yang dipimpin oleh Australia mendarat di Timor Portugis.
Diktator Portugal Salazar memprotes.



17 Desember - Jepang melakukan serangan udara atas Ternate.



Jepang mendarat di Sarawak.



22 Desember – Pasukan invasi utama Jepang mendarat di Filipina.



Hatta menulis sebuah artikel surat kabar yang menyerukan agar bangsa Indonesia
melawan Jepang.



24 Desember - Jepang menyerang pasukan-pasukan Inggris di Kuching, Sarawak.

1942
Januari


2 Januari - Jepang merebut kota Manila.



3 Januari - Jepang merebut Sabah.



6 Januari - Jepang merebut Brunei.



6 Januari – Serangan udara Jepang pertama atas Ambon.



10 Januari - Jepang mulai menginvasi Indonesia di Kalimantan (Tarakan) dan
Sulawesi (Manado).



11 Januari - Jepang merebut Tarakan.



12 Januari - Van Mook melakukan perjalanan darurat ke Amerika Serikat, meminta
tambahan pasukan, dan agar Hindia Belanda tidak dilupakan dalam pertahanan
Sekutu.



13 Januari - Jepang merebut Manado.



15 Januari - Jen. Wavell dari Inggris mengambil alih komando atas ABDACOM,
komando gabungan Sekutu pertama (Australia, Inggris, Belanda, Amerika) di dalam
perang.



16 Januari – Agen-agen Aceh kembali dari Malaya dengan janji-janji dukungan
Jepang dalam melawan Belanda.



23 Januari - Jepang merebut Balikpapan meskipun terdapat serangan balasan dari
Belanda dan A.S.



25 Januari - Jepang merebut Kendari di Sulawesi.



30 Januari - Jepang menyerang Ambon. Pasukan-pasukan KNIL dan Australia
menghancurkan pasokan agar tidak jatuh ke tangan Jepang. Kota Ambon direbut
dalam tempo 24 jam. Pertempuran berlanjut hingga 2 Februari. Sejumlah 90 persen
pasukan pertahanan Australia menjadi korban, banyak di antaranya yang dibantai
pada Februari setelah ditawan.
o Pasukan Inggris mengevakuasi Malaya dan lari ke Singapura.

Februari


1 Februari - Jepang merebut Pontianak.



3 Februari - Jepang mengebom Surabaya, memulai serangan udara terhadap sasaransasaran di Jawa.



4 Februari – Pertempuran Selat Makassar (pertempuran laut antara Kalimantan dan
Sulawesi): Angkatan Udara dan Laut Jepang memaksa Sekutu untuk mundur hingga
ke Cilacap. Jepang maju hingga ke Sulawesi.



6 Februari - Jepang mulai mengebom Palembang.



8 Februari - Jepang mulai melakukan serangan utama atas Singapura.



9 Februari - Jepang mengebom Batavia, Surabaya dan Malang.



10 Februari - Jepang merebut Makassar.



13 Februari - Jepang mendaratkan pasukan parasut di Palembang, merebut kota dan
industri minyaknya yang berharga.



15 Februari - Singapura jatuh; 130.000 pasukan di bawah komando Inggris ditawan
sebagai tawanan perang.



18 Februari - Van Mook, di Australia, memohon agar pasukan Sekutu melakukan
serangan. Bali diduduki Jepang.



19 Februari – Pertempuran Selat Badung (pertempuran laut antara Bali dan Lombok):
sebuah satuan kecil pasukan Jepang memukul mundur pasukan Belanda dan Australia.
Jepang mendarat di Bali. Serangan udara pertama Jepang atas Darwin, Australia.



20 Februari - Jepang mendarat di Timor dan tanggal 24 Februari tentara Jepang telah
menguasai Timor.



23 Februari – Revolusi melawan Belanda dimulai di Aceh dan Sumatera Utara,
dengan dukungan Jepang.
o Belanda memindahkan Soekarno ke Padang; Soekarno lolos dalam kekacauan
sementara Belanda melakukan evakuasi.
o Belanda mengevakuasi Sjahrir dan Hatta dari Banda lewat udara beberapa
menit sebelum Jepang mulai mengebom pulau itu.
o Jepang mengklaim Timor; pasukan-pasukan Australia terus melakukan perang
gerilya.



27 Februari

Pertempuran Laut Jawa: Dalam pertempuran di Laut Jawa dekat Surabaya yang berlangsung
selama tujuh jam, Angkatan Laut Sekutu dihancurkan, kapal-kapal perusak Amerika lolos ke
Australia. Sekutu kehilangan lima kapal perangnya, sedangkan Jepang hanya menderita
kerusakan pada satu kapal perusaknya (Destroyer). Rear Admiral Karel Willem Frederik
Marie Doorman, Komandan Angkatan Laut Hindia-Belanda, yang baru dua hari sebelumnya,
tanggal 25 Februari 1942 ditunjuk menjadi Tactical Commander armada tentara Sekutu
ABDACOM, tenggelam bersama kapal perang utamanya (flagship) De Ruyter.


28 Februari

Tanggal 28 Februari 1942, Tentara Angkatan Darat ke-16 di bawah pimpinan Letnan Jenderal
Hitoshi Imamura mendarat di tiga tempat di Jawa. Pertama adalah pasukan Divisi ke-2
mendarat di Merak,Banten, kedua adalah Resimen ke-230 di Eretan Wetan, dekat Indramayu
dan yang ketiga adalah Divisi ke-48 beserta Resimen ke-56 di Kragan. Ketiganya segera
menggempur pertahanan tentara Belanda. Setelah merebut Pangkalan Udara Kalijati
(sekarang Lanud Suryadarma), Letnan Jenderal Imamura membuat markasnya di sana.
Imamura memberikan ultimatum kepada Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka
tentara Jepang akan menghancurkan tentara Belanda.
Maret
Pada Maret 1942, pasukan-pasukan Sekutu di Jawa diberitahukan oleh mata-mata bahwa
suatu kekuatan Jepang sejumlah 250.000 sedang mendekati Bandung, sementara
kenyataannya kekuatannya hanya sepersepuluh jumlah itu. Informasi yang keliru itu mungkin
merupakan bagian dari alasan mengapa Sekutu menyerah di Jawa.
Belanda sesungguhnya memindahkan kaum Komunis yang ditahan di kamp-kamp penjara di
Hindia Belanda, sebagian dari mereka sejak 1926, ke penjara-penjara di Australia ketika
Jepang tiba.


1 Maret - Pertempuran Selat Sunda: Pasukan invasi Jepang mendarat di Banten.

o Pasukan invasi Jepang mendarat di sebelah barat Surabaya.
o Serangan udara Jepang atas Medan.


5 Maret - Serangan udara Jepang di Cilacap. Jepang masuk ke Batavia.



7 Maret - Jepang merebut Cilacap.



7 Maret - Rangoon jatuh ke tangan Jepang.



8 Maret - Jepang merebut Surabaya.



9 Maret - Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang

Pada 9 Maret 1942, Gubernur Jenderal Jonkheer Tjarda van Starkenborgh Stachouwer
bersama Letnan Jenderal Hein ter Poorten, Panglima Tertinggi Tentara India-Belanda datang
ke Kalijati dan dimulai perundingan antara Pemerintah Hindia Belanda dengan pihak Tentara
Jepang yang dipimpin langsung oleh Letnan Jenderal Imamura. Imamura menyatakan, bahwa
Belanda harus menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat. Letnan Jenderal ter
Poorten, mewakili Gubernur Jenderal menanda-tangani pernyataan menyerah tanpa syarat.
Dengan demikian secara de facto dan de jure, seluruh wilayah bekas Hindia-Belanda sejak itu
berada di bawah kekuasaan dan administrasi Jepang. Hari itu juga, tanggal 9 Maret Jenderal
Hein ter Poorten memerintahkan kepada seluruh tentara Hindia Belanda untuk juga
menyerahkan diri kepada balatentara Kekaisaran Jepang.
Para penguasa yang lain, segera melarikan diri. Dr. Hubertus Johannes van Mook, Letnan
Gubernur Jenderal untuk Hindia Belanda bagian timur, Dr. Charles Olke van der Plas,
Gubernur Jawa Timur, melarikan diri ke Australia. Jenderal Ludolf Hendrik van Oyen,
perwira Angkatan Udara Kerajaan Belanda melarikan diri dan meninggalkan isterinya di
Bandung. Tentara KNIL yang berjumlah sekitar 20.000 di Jawa yang tidak sempat melarikan
diri ke Australia ditangkap dan dipenjarakan oleh tentara Jepang. Sedangkan orang-orang
Eropa lain dan juga warganegara Amerika Serikat, diinternir. Banyak juga warga sipil
tersebut yang dipulangkan kembali ke Eropa.
Secara resmi Jepang telah menguasai Indonesia sejak tanggal 8 Maret 1942, ketika Panglima
Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Subang. Jepang
tanpa banyak menemui perlawanan yang berarti berhasil menduduki Indonesia. Bahkan,
bangsa Indonesia menyambut kedatangan balatentara Jepang dengan perasaan senang,
perasaan gembira dan disambut baik karena akan membebaskan bangsa Indonesia dari
belenggu penjajahan bangsa Belanda.


11 Maret - Perlawanan Aceh terlibat dalam pertempuran dengan Belanda yang sedang
mengundurkan diri.



12 Maret - Jepang mendarat di Sabang. Operasi-operasi di Aceh selesai sekitar 15
Maret.



12 Maret - Jepang tiba di Medan.



18 Maret - Jepang merebut Padang.



28 Maret - Pasukan Belanda terakhir di Sumatra menyerah di Kutatjane, di selatan
Aceh.
o Jepang melarang semua kegiatan politik dan semua organisasi yang ada.
Volksraad dihapuskan. Bendera merah-putih dilarang.
o Angkatan Darat ke-16 Jepang menguasai Jawa; Angkatan Darat ke-25 di
Sumatra (markas besar di Bukittinggi); Angkatan Laut menguasai Indonesia
timur (markas besar di Makassar).

April
Pada April 1942, sekitar 200 tentara Sekutu yang telah melarikan diri ke bukit-bukit di Jawa
Timur dan terus berperang, ditangkap oleh Jepang di bawah perintah Imamura. Mereka
dikumpulkan dan dimasukkan ke kandang-kandang ternak dari bambu, dibawa dengan
kereta-kereta api terbuka ke Surabaya, lalu dibawa ke laut dan dilemparkan ke ikan-ikan hiu,
sementara masih berada di dalam kandang-kandang bambu itu. Imamura dinyatakan bersalah
atas kekejaman ini oleh sebuah peradilan militer Australia setelah perang.


7 April – Tiga orang pegawai Radio Hindia Belanda dihukum mati karena memainkan
lagu kebangsaan Belanda pada 18 Maret, setelah menyerahnya Belanda.



7 April - Jepang merebut Ternate.
o Jepang mencoba untuk membentuk gerakan Tiga A; memulai kampanye
propaganda.

o ABDACOM dibubarkan. Inggris dan Amerika membagi tanggung jawab
perang: Inggris akan mencoba untuk merebut kembali Malaya dan Sumatra
serta Burma. Sisanya di Pasifik dan Indonesia menjadi tanggung jawab AS
(yang bekerja sama dengan Australia).



19 April - Jepang merebut Hollandia (kini Jayapura).

Mei


9 Mei - Jepang menduduki Lombok.



13 Mei - Jepang menduduki Sumbawa.



16 Mei - Jepang menduduki Sumba.

Juni



17 Juni – Pemerintah Belanda di pengungsian di London membentuk dewan
konsultatif untuk urusan-urusan Hindia Belanda.

Juli
Pilihan satu-satunya yang dimiliki Soekarno dan Hatta adalah pura-pura bekerja sama dengan
Jepang. Tujuan akhirnya, sudah tentu, bukanlah untuk mendukung Jepang, melainkan untuk
mendapatkan kemerdekaan untuk Indonesia. Belakangan, Belanda yang kembali akan
mencoba untuk menuduh Soekarno sebagai kolaborator Jepang guna mendapatkan dukungan
Inggris dalam menghadapi republik Indonesia yang baru terbentuk.
Sjahrir memimpin gerakan di bawah tanah dari rumah kakak perempuannya di Cipanas, dekat
Bogor. Informasi seringkali dan dengan diam-diam dibagikan Soekarno, yang
mendapatkannya dari lingkaran dalam Jepang, dan Sjahrir.


Satuan sisa-sisa tentara KNIL dikirim ke Kai, Aru dan Kepualuan Tanimbar.



Jepang mengumpulkan Soekarno, Hatta, dan Sjahrir di Jakarta.



Soekarno, Hatta, Sjahrir bertemu secara rahasia: Soekarno untuk mengumpulkan
massa untuk kemerdekaan, Hatta untuk menangani hubungan-hubungan diplomatik,
Sjahrir untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan bawah tanah.



Soekarno menerima tawaran Jepang untuk menjadi pemimpin pemerintah Indonesia,
tetapi bertanggung jawab kepada militer Jepang.



30 Juli - Jepang menduduki Kep. Kai dan Aru, setelah sejumlah perlawanan di Kai.



31 Juli - Jepang merebut Kep. Tanimbar sejumlah perlawanan oleh KNIL dan
detasemen-detasemen Australia di Saumlaki.

Agustus, September, Oktober


29 Agustus - Jepang mulai memindahkan sejumlah pasukan dari Sumatra dan Jawa ke
Kep. Solomon.



September, orang-orang Muslim Indonesia menolak untuk memberi hormat kepada
Kaisar Jepang di Tokyo. Peristiwa di Sukamanah, Singaparna Tasikmalaya-Jawa
Barat bukti nyata penolakan tersebut. Haji Zaenal Mustafa mengangkat senjata
kepada Jepang walaupun kemudian berhasil ditumpas dan beliau dihukum mati di
Ancol. Sebagai penghormatan, nama Haji Zaenal Mustafa menjadi nama jalan
terpenting di Tasikmalaya.



Oktober, Kemajuan militer Jepang di Pasifik terhenti; para komandan Jepang disuruh
mengembangkan sentimen-sentimen pro-Jepang di wilayah-wilayah pendudukan.



16 Oktober – Tentara ke-16 Jepang mengirimkan pasukan-pasukan pengawal ke
Lombok, Sumba dan Timor.

Pada mulanya, propaganda Jepang kedengaran seperti perbaikan dibandingkan dengan
pemerintahan Belanda. Setelah itu, pasukan-pasukan Jepang mulai mencuri makanan dan
menangkapi orang untuk dijadikan pekerja paksa, sehngga pandangan bangsa Indonesia
terhadap mereka mulai berbalik.
Militer Jepang membuat tiga kesalahan besar terhadap bangsa Indonesia:
1. kerja paksa: banyak laki-laki Indonesia diambil dari tengah keluarga mereka dan
dikirim hingga ke Burma untuk melakukan pekerjaan pembangunan dan banyak
pekerjaan berat lainnya dalam kondisi-kondisi yang sangat buruk. Ribuan orang mati
atau hilang.
2. pengambilan paksa: tentara-tentara Jepang dengan paksa mengambil makanan,
pakaian dan berbagai pasokan lainnya dari keluarga-keluarga Indonesia, tanpa
memberikan ganti rugi. Hal ini menyebabkan kelaparan dan penderitaan semasa
perang.
3. perbudakan paksa terhadap perempuan: banyak perempuan Indonesia yang dijadikan
"wanita penghibur" bagi tentara-tentara Jepang.
Selain itu, Jepang menahan banyak warga sipil Belanda di kamp-kamp tahanan dalam
kondisi-kondisi yang sangat buruk, dan memperlakukan tahanan perang militer di Indonesia
dalam keadaan yang buruk pula.
Namun, kejahatan-kejahatan perang di tempat yang sangat serius pada kenyataannya tidak
seburuk dengan apa yang dilakukan di Tiongkok atau Korea pada masa yang sama. Sejumlah
komandan, seperti misalnya Jen. Imamura di Jawa, secara terbuka dikritik di koran-koran
Jepang karena terlalu lunak. Bahkan ada sejumlah perwira Jepang yang bersimpati dengan
gagasan kemerdekaan Indonesia, dan yang bahkan memberikan dukungan mereka kepada
tokoh-tokoh dan organisasi politik Indonesia, hingga kepada Soekarno sendiri.
November, Desember


November, Pemberontakan di Aceh diredam oleh Jepang.



Jenderal Imamura digantikan oleh Jenderal Harada.



7 Desember - Ratu Wilhelmina dari kerajaan Belanda, di pengasingan berpidato
menjanjikan perbaikan hubungan kembali dengan jajahan setelah perang selesai.



27 Desember - Jepang membuka kamp interniran pertama untuk perempuan Belanda
di Ambarawa.

1943


Januari, Jepang menangkap Amir Sjarifuddin untuk mematahkan gerakan
perlawanannya. Sjarifuddin dijatuhi hukuman mati, tetapi Soekarno mengintervensi
dan membelanya atas nama pribadi. Kasus Amir Sjarifuddin ini cukup unik. Ia

seorang komunis namun menerima dana dari pemerintah Belanda untuk mendukung
perlawanan terhadap Jepang.


9 Februari - Jepang mengirim tambahan pasukan ke Tanimbar, Kepulauan Kai dan
Irian Barat.



10 Februari - Gerilyawan Australia ditarik dari Timor Portugis setelah setahun
berperang di dalam hutan.



9 Maret - Jepang membentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat), sebuah sayap organisasi
politik. Soekarno menjadi ketuanya, Hatta dan Ki Hadjar Dewantara salah satu
anggotanya.



Jepang membentuk sayap militer lokal, disebut Heiho untuk menjadi unit reguler
Jepang. Tentara Heiho dari Indonesia adalah kombinasi antara sukarelawan dan milisi.
Tentara Jepang membedakan perlakuan terhadap Heiho dan tentara Jepang.



Juli, Jepang menangkap sekitar 1000 pejuang di Kalimantan Selatan



7 Juli - Perdana Menteri Jepang Tojo menjanjikan pemerintahan otonomi terbatas bagi
Indonesia dalam pidatonya di Gambir.



13 Agustus - Amerika melancarkan serangan bom dari Australi terhadap Balikpapan.



Jepang mulai mengambil alih perkebunan gula untuk menguasai produksi gula. Para
manajer Eropa dikirim kamp interniran. Di sekitar waktu ini, banyak Gereja Kristen
Protestan didirikan oleh orang Indonesia setelah pendeta dan misionaris Belanda
dikirim ke kamp interniran Jepang.



September, pemberontakan melawan Jepang berhasil ditumpas di Kalimantan Selatan
dan Barat.



8 September - Perintah dari Markas Besar Militer Jepang di Saigon untuk membentuk
"Giyugun" (angkatan bersenjata lokal) di sepanjang Asia Tenggara. Pada akhir
peperangan, sekitar dua juta orang Indonesia telah direkrut untuk menjadi Giyugun
atau menjadi Heiho. Jepang merasa perlu merekrut orang lokal untuk pertahanan,
karena tentara Jepang terus ditarik untuk perang dengan Sekutu di Pasifik.



3 Oktober - Jepang membentuk Giyugun di Sumatra dan Jawa. Pasukan di Jawa
disebut PETA (Pembela Tanah Air). Banyak tokoh yang tergabung dalam PETA,
termasuk Soedirman dan Soeharto. Aktivis kemerdekaan menganggap pelatihan
militer tidak begitu mendukung kekuatan Jepang dibanding persiapan untuk
kemungkinan kemerdekaan. Pada pertengahan 1945, ada 120.000 pejuang tergabung
dalam PETA. Kelompok ini yang kemudian akan membentuk inti Angkatan
Bersenjata Indonesia.



24 Oktober, payung organisasi MIAI berganti nama menjadi Masyumi (Majelis
Syurah Muslimin Indonesia).



Jepang mulai melancarkan kerja paksa terhadap penduduk desa (romusha), ribuan
orang mati dan hilang. Jepang mulai menjarah beras.



Brigade Angkatan Laut Belanda di pengasingan mulai pelatihan pada Camp Lejeune,
North Carolina, dengan tujuan akhir merebut kembali Hindia Belanda.



3 November - Hatta berpidato menghimbau orang Indonesia untuk bergabung dengan
PETA.



10 November - Soekarno, Hatta, dan Kyai Bagus Hadikusumo berangkat ke Tokyo
untuk bertemu dengan Kaisar Jepang. Ini adalah pertama kali Soekarno bepergian ke
luar negeri.



Desember, Barisan Hizbullah dibentuk oleh Jepang, sebuah angkatan perang pemuda
Muslim yang berhubungan dengan Masyumi.

1944


Januari, Putera digantikan oleh Jawa Hokokai. Soekarno menjadi pemimpinnya.



19 April - Sekutu menjatuhkan bom di Sabang, Aceh.



22 April - Sekutu menguasai Hollandia (sekarang Jayapura).



9 Mei - Komandan Jepang memutuskan meninggalkan Irian Barat.



17 Mei - Serangan udara Sekutu di Surabaya.



21 Mei - Tentara Amerika mendarat di Biak.



4 Juni - Jepang melancarkan serangan balik ke Biak.



Agustus, Barisan Pelopor yang dibentuk oleh sayap pemuda Jawa Hokokai (setelah
kemerdekaan berganti nama menjadi Barisan Benteng).



11 Agustus - Serangan udara Sekutu di Palembang.



28 Agustus - Ambon luluh lantak akibat serangan udara Sekutu.



8 September - Jenderal Koiso menjanjikan Indonesia akan merdeka dalam waktu yang
tidak lama lagi.



8 September - tentara Amerika berhasil mengusir Jepang dari Biak.



15 September - Sekutu mendarat di Morotai. Otoritas Jepang mulai mengorganisir
dewan regional (dengan kekuasaan sebagai penasehat saja).



Oktober, tentara Australia mulai melancarkan serangan bom ke Balikpapan. Jepang
mengorganisir sebuah Dewan Penasehat Pusat, serupa dengan Volksraad, namun
tanpa kekuasaan legislatif.



November, Gubernur Militer Kumashaki Harada digantikan oleh Shigeichi
Yamamoto. Pakubuwono XII menjadi Susuhunan Surakarta.

1945

Makam Kalibanteng, tempat dimakamkannya banyak warga sipil Belanda yang meninggal di
kamp interniran Jepang.
Januari-April


14 Februari - tentara Peta di Blitar menyerang gudang senjata Jepang.



1 Maret - Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),
sebuah komite untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia, diumumkan
pembentukannya oleh Jepang. Anggota-anggotanya antara lain Soekarno, Hatta,
Wahid Hasyim, dan lain-lain. Pemimpinnya adalah Dr. Radjiman Wedyodiningrat.



April, Laksamana Maeda, pimpinan intelijen Angkatan Laut di Indonesia, mendukung
perjalanan pidato keliling Soekarno dan Hatta ke Makassar.



30 April - Tentara Australia dan Belanda mendarat di Tarakan.

Mei


3 Mei - Gerilyawan Aceh menyerang pos Jepang di Pandrah, berhasil membunuh
seluruh tentara Jepang.



29 Mei - Diselenggarakan sidang pertama BPUPKI yang berlangsung sampai 1 Juni.
Soepomo berpidato tentang integrasi nasional dan melawan individualisme
perorangan. Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga
sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Timor Portugis, dan seluruh wilayah
Hindia-Belanda sebelum perang. Yamin juga menyarankan bahwa Indonesia baru
harus mengabaikan hukum internasional dan mendeklarasikan semua area samudra
antara pulau-pulau sebagai perairan teritorial. Kontroversi terus berlanjut di antara
peserta sidang BPUPKI mengenai aturan Islam dalam Indonesia yang baru.

Juni



Maeda mendukung perjalanan Soekarno dan Hatta ke Bali dan Banjarmasin untuk
berpidato.



1 Juni - Soekarno menjelaskan tentang doktrin "Pancasila" di depan BPUPKI.



10 Juni - Tentara Australia mendarat di Brunei, tentara Belanda mendarat di Sumatera
Utara.



22 Juni - Sebuah komisi khusus dipimpin Soekarno dibentuk untuk memecahkan
perselisihan atas peran Islam dalam Republik yang baru, dan setuju dengan
menghadiahkan bahasa kompromi, yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta.
Bahasa kompromi ini menyebutkan bahwa hanya yang beragama Islam yang
diwajibkan untuk mengikuti Hukum Islam.



24 Juni - Tentara Sekutu mendarat di Halmahera.

Juli


Militer Jepang mengadakan pertemuan di Singapura. Merencanakan pengalihan
kekuasaan Indonesia kepada pimpinan pejuang kemerdekaan Indonesia.



1 Juli - Tentara Australia menguasai Balikpapan, pesawat Amerika menjatuhkan bom
di Watampone.



8 Juli - Sekolah Tinggi Islam didirikan di Jakarta (sekarang menjadi Universitas Islam
Indonesia (UII)) yang berpusat di Yogyakarta seiring perpindahan ibukota Indonesia
ke Yogyakarta saat Agresi Militer Belanda ke-II)



10 Juli-17 Juli - Diselenggarakan sidang kedua BPUPKI untuk membicarakan
rancangan undang-undang dasar untuk Indonesia. Hatta melakukan kritik terhadap
pernyataan Yamin, dan menyarankan Irian Barat sebaiknya tidak dimasukkan ke
dalam Indonesia. Soekarno mendukung Yamin. Haji Agus Salim menyarankan agar
rakyat yang berada di bawah bekas kekuasaan Inggris dan Portugis dapat memilih
apakan akan bergabung dengan Indonesia atau tidak. Mayoritas anggota memilih
bahwa Indonesia harus memasukkan Malaya, Sarawak, Sabah dan Timor Portugis,
seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.



11 Juli - Amerika melancarkan serangan udara di Sabang.

Periode menjelang Kemerdekaan RI
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Pada 6 Agustus 1945, 2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan
Nagasaki oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika
Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya.



7 Agustus - BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia).



Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke
Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan
Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan
Indonesia pada 24 Agustus.



Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio pada
tanggal 10 Agustus 1945, bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang
bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk
kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Saat Soekarno, Hatta dan
Radjiman kembali ke tanah air pada tanggal 14 Agustus 1945, Syahrir mendesak agar
Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun Soekarno belum yakin
bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu
dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal
jika para pejuang Indonesia belum siap.



15 Agustus - Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang
masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan
kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda.



Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah
tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 mereka
menculik Soekarno dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian
terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Di sini, mereka kembali meyakinkan
Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan
Jepang, apa pun risikonya.

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Jenderal Moichiro
Yamamoto dan bermalam di kediaman Laksamana Muda Maeda Tadashi. Dari komunikasi
antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan Hatta menjadi
yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk
memberikan kemerdekaan.


Mengetahui bahwa proklamasi tanpa pertumbahan darah telah tidak mungkin lagi,
Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga rapat dan menyiapkan teks
Proklamasi yang kemudian dibacakan pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945.

Tentara Pembela Tanah Air, kelompok muda radikal, dan rakyat Jakarta mengorganisasi
pertahanan di kediaman Soekarno. Selebaran kemudian dibagi-bagikan berisi tentang
pengumuman proklamasi kemerdekaan. Adam Malik juga mengirim pesan singkat
pengumuman Proklamasi ke luar negeri.

Pasca-Kemerdekaan

Rapat kedua KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir pada tanggal 25-26 November 1945
18 Agustus - PPKI membentuk sebuah pemerintahan sementara dengan Soekarno sebagai
Presiden dan Hatta sebagai Wakil Presiden. Piagam Jakarta yang memasukkan kata "Islam"
di dalam sila Pancasila, dihilangkan dari mukadimah konstitusi yang baru.
Republik Indonesia yang baru lahir ini terdiri 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil.
Pada 22 Agustus Jepang mengumumkan mereka menyerah di depan umum di Jakarta. Jepang
melucuti senjata mereka dan membubarkan PETA Dan Heiho. Banyak anggota kelompok ini
yang belum mendengar tentang kemerdekaan.
23 Agustus - Soekarno mengirimkan pesan radio pertama ke seluruh negeri Indonesia. Badan
Keamanan Rakyat, angkatan bersenjata Indonesia yang pertama mulai dibentuk dari bekas
anggota PETA dan Heiho. Beberapa hari sebelumnya, beberapa batalion PETA telah
diberitahu untuk membubarkan diri.
29 Agustus - Rancangan konstitusi bentukan PPKI yang telah diumumkan pada 18 Agustus,
ditetapkan sebagai UUD 45. Soekarno dan Hatta secara resmi diangkat menjadi Presiden dan
Wakil Presiden. PPKI kemudian berubah nama menjadi KNIP (Komite Nasional Indonesia
Pusat). KNIP ini adalah lembaga sementara yang bertugas sampai pemilu dilaksanakan.
Pemerintahan Republik Indonesia yang baru, Kabinet Presidensial, mulai bertugas pada 31
Agustus.

Sekutu
Sesuai dengan perjanjian Wina pada tahun 1942, bahwa negara-negara sekutu bersepakat
untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya
masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya.
Menurut Sekutu sebagai pihak yang memenangkan Perang Dunia II, Lord Mountbatten
sebagai Komandan Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara adalah orang yang diserahi tanggung
jawab kekuasaan atas Sumatra dan Jawa. Tentara Australia diberi tanggung jawab terhadap
Kalimantan dan Indonesia bagian Timur.
Pada 23 Agustus 1945 tentara Belanda mendarat di Sabang, Aceh.
15 September 1945, tentara sekutu tiba di Jakarta, ia didampingi Dr Charles van der Plas,
wakil Belanda pada Sekutu. Kehadiran tentara sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland

Indies Civil Administration - pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr
Hubertus J van Mook.

Dampak Pendudukan Jepang Dalam Berbagai Aspek
Kehidupan Bangsa Indonesia
Aspek Politik
Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (大日本?)(pemerintah militer Jepang) adalah
melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan
peraturan yang membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada
tanggal 8 September 1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi
nasional.
Selain itu, Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia
dengan cara:


Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu)



Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung
Asia)



Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.



Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji



Menarik simpati organisasi Islam MIAI.



Melancarkan politik dumping



Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno,
Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari
penahanan Belanda.

Selain propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan
badan-badan kerjasama seperti berikut:


Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan
intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.



Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri
dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan
perusahaan).

Penerapan sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan
perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17 daerah,
Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3 daerah. Setelah

penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di Kalijati maka seluruh daerah Hindia
Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan militer:


Daerah bagian tengan meliputi Jawa dan Madura dikuasai oleh tentara keenambelas
denagn kantor pusat di Batavia (Jakarta).



Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukittinggi dikuasai
oleh tentara keduapuluhlima.



Daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku dan Irian
Jaya dibawah kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di Makassar.

Selain kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga melakukan perubahan dalam
birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan organisasi pemerintahan di tingkat
pusat dengan membentuk Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat.
Untuk mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:


Pembentukan Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan Madura dengan
Batavia sebagai pusat dan dikenal dengan tentara ke enam belas dipimpin oleh Hitoshi
Imamura.



Pembentukan Angkatan Darat/Rikuyun, yang membawahi Sumatera dengan pusat
Bukit Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara ke dua puluh lima
dipimpin oleh Jendral Tanabe.



Pembentukan Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku dan Irian dengan pusatnya Ujung Pandang (Makasar) yang dikenal
dengan Armada Selatan ke dua dengan nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.

Untuk kedudukan pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di
Dalat/Vietnam.

Aspek Ekonomi dan Sosial
Pada kedua aspek ini, Anda akan menemukan bagaimana praktek eksploitasi ekonomi dan
sosial yang dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia dan Anda bisa membandingkan
dampak ekonomi dan sosial dengan dampak politis dan birokrasi. Hal-hal yang diberlakukan
dalam sistem pengaturan e