Teori Politik dan Kebijakan Publik

Teori Politik dan Kebijakan
Publik
OLEH: DRA.LUCIA DWI SUHARTI, M.MPD

A.1 Sejarah pemikiran politik
 Ilmu politik baru lahir pada akhir abad 19. Pada

tahap itu ilmu politik berkembang secara pesat
berdampingan dengan cabang-cabang ilmu sosial
lainnya, seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, dan
psikologi dan dalam perkembangan ini mereka
saling mempengaruhi.
 Ilmu politik sering dinamakan ilmu sosial yang
tertua di dunia. Pada taraf perkembangan itu ilmu
politik banyak bersandar pada sejarah dan filsafat.

A.Sejarah pemikiran politik
 Di Yunani kuno misalnya, pemikiran mengenai negara sudah dimulai

pada tahun 450 S.M, seperti terbukti dalam karya – karya ahli
sejarah Herodotus, atau filsuf – filsuf seperti Plato, Aristoteles, dan

sebagainya.
 Di Asia ada beberapa pusat kebudayaan, antara lain India dan China,

yang telah mewariskan berbagai tulisan politik yang bermutu.
 Tulisan-tulisan dari India terkumpul antara lain dalam kesusasteraan

Dharmasastra dan Arthasastra yang berasal dari masa kira-kira 500
S.M. Diantara filsuf China yang terkenal ialah Confusius (350 S.M)
dan Mazhab Legalists, antara lain Shang Yang (350 S.M).

 Di Indonesia kita mendapati beberapa karya tulis

yang membahas masalah sejarah dan kenegaraan,
seperti misalnya Negarakertagama yang ditulis pada
masa Majapahit sekitar abad ke-13 dan ke 15 Masehi
dan Babad Tanah Jawi.
 Di negara –negara benua Eropa seperti
Jerman,Austria, dan Prancis bahasan mengenai
politik dalam abad ke -18 dan ke-19 banyak
dipengaruhi oleh ilmu hukum dan karena itu fokus

perhatiannya adalah negara semata mata.

 Sesudah Perang Dunia II perkembangan ilmu politik semakin pesat lagi. Di negri

Belanda, dimana sampai saat ini penelitian mengenai negara dimonopoli oleh
fakultas Hukum, didirikan Faculteit der Sociale en Politieke Wetenschappen
(Fakultas Ilmu Sosial dan politik) pada tahun 1947(sekarang namanya Faculteit
der Sociale Wetenschappen-Fakultas Ilmu Sosial)di Amsterdam.
 Di Indonesiapun didirikan fakultas-fakultas yang serupa, yang dinamakan

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik(FISIPOL) seperti di Universitas Gajah Mada,
yogyakarta.Disini Ilmu politik menjadi jurusan tersendiri, dengan nama Ilmu
Pemerintahan.Selain itu ada juga fakultas ilmu-ilmu sosial,kemudian berganti
nama menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik(FISIP) seperti di universitas
Indonesia, Jakarta, dimana ilmu ilmu politik merupakan jurusan tersendiri.Akan
tetapi, karena pendidikan tinggi ilmu hukum sangat maju, tidaklah mengherankan
apabila pada awal perkembangannya, ilmu politik di Indonesiaterpengaruh secara
kuat oleh ilmu itu. Namun demikian, dewasa ini konsep-konsep ilmu politik yang
baru berangsur-angsur mulai dikenal, dan sudah diterima baik oleh masyarakat.


 UNESCO pada tahun 1948 menyelenggarakan suatu

survei mengenai kedudukan ilmu politik di kira-kira
30 negara. Proyek ini, yang dipimpin oleh
W.Ebenstein dari Princeton University Amerika
Serikat, kemudian dibahas oleh beberapa ahli dalam
suatu pertemuan di Paris dan menghasilkan buku
Contemporary Political Science(1948).

 Sebagai tindak lanjutnya UNESCO bersama

International Political ScienceAssociation (IPSA)
yang didirikan pada tahun 1949, menyelenggarakan
suatu penelitian mendalam mencakup kira-kira
sepuluh negara, diantaranya negara-negara Barat
besar, disamping India, Mexico, dan Polandia.

A.1 ILMU POLITIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN (SCIENCE)

 Adakalanya dipersoalkan apakah ilmu politik merupakan


ilmu pengetahuan(science)atau tidak, dan disangsikan
apakah ilmu politik memenuhi syarat sebagai ilmu
pengetahuan. Soal ini menimbulkan pertanyaan : apakah
yang dinamakan ilmu pengetahuan(science) itu?
Karakteristik ilmu pengetahuan(science) ialah tantangan
untuk menguji hipotesis melalui eksperimen yang dapat
dilakukan dalam keadaan terkontrol(controlled
circumstances)misalnya laboratorium.Berdasarkan
eksperimen-eksperimen itu ilmu-ilmu eksakta dapat
menemukan hukum-hukum yang dapat diuji
kebenarannya.

A.1 ILMU POLITIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN (SCIENCE)

 Jika definisi ini dipakai sebagai patokan, maka ilmu politik serta

ilmu sosial lainnya belum memenuhi syarat, karena sampai
sekarang belum ditemukan hukum-hukum ilmiah seperti itu.
 Mengapa demikian? Oleh karena yang diteliti adalah manusia

dan manusia itu adalah mahluk yang kreatif, yang selalu
menemukan akal baru yang belum pernah diramalkan dan
malahan tidak dapat diramalkan. Lagi pula manusia itu sangat
kompleks dan perilakunya tidak selalu didasarkan atas
pertimbangan rasional dan logis, sehingga mempersukar usaha
untuk mengadakan perhitungan serta proyeksi untuk masa
depan.
 Dengan kata lain perilaku manusia tidak dapat diamati dalam
keadaan terkontrol.

Konsep-konsep pokok para behavioralis dapat
disimpulkan sebagai berikut
1.Tingkah laku politik memperlihatkan keteraturan (regularities) yang
dapatdirumuskan dalam generalisasi-generalisasi.
2.Generalisasi-generalisasi ini pada azasnya harus dapat dibuktikan
(verification)kebenarannya sesuai dengan tingkah laku yang berkaitan.
3.Dalam mengumpulkan dan menafsirkan data, diperlukan teknik-teknik
penelitianyang cermat.
4.Untuk dapat mencapai kecermatan dalam penelitian, diperlukan
adanyapengukuran dan kuantifikasi.

5.Dalam membuat analisa politik, nilai-nilai pribadi dari si penulis/peneliti
sedapatmungkin tidak dimasukkan dalam penelitian (value-free).
6.Terbuka terhadap konsep-konsep dan teori-teori dari ilmu sosial lainnya.
Penemuan tentang “pendekatan tingkah laku” ini kemudian melahirkan
berbagai analisa baru dalam dunia politik

Perbedaan antara kaum tradisionalis dan behavioralis
Para tradisionalis menekankan

Para behavioralis menekankan

Nilai-nilai dan norma-norma

Fakta

Filsafat

Penelitian empiris

Ilmu terapan


Ilu murni

Historis-yuridis

Sosiologis-psikologis

Tidak kuantitatif

kuantitatif

A. 2 DEFINISI ILMU POLITIK

 DEFINISI ILMU POLITIK

Menurut Miriam Budiardjo dalam buku ”Dasardasar Ilmu Politik”, ilmu politik adalah ilmu yang
mempelajari tentang perpolitikan. Politik diartikan
sebagai usaha-usaha untuk mencapai kehidupan
yang baik. Orang Yunani seperti Plato dan
Aristoteles menyebutnya sebagai en dam onia atau

the good life(kehidupan yang baik).

Berikut ini adalah pengertian dan definisi politik menurut
beberapa ahli
 Rod Hague








Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok
mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha
untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya
Andrew Heywood
Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat,
mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang
mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala komflik dan

kerjasama
Carl Schmidt
Politik adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih membuat
keputusan - keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak.
Litre
Politik didefinisikan sebagai ilmu memerintah dan mengatur Negara
Robert
Definisi politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat manusia

Menurut Miriam Budiardjo ,bahwa konsep- konsep
pokok dalam politik diantaranya adalah
1.negara (state)
2.kekuasaan (power)
3.pengambilan keputusan (decision making)
4.kebijakan(policy , beleid)
5.pembagia (distribution), atau
alokasi(allocation)

Hubungan ilmu Politik dengan ilmu-ilmu lainnya.


 Politik sangat berhubungan erat dengan ilmu-ilmu

sosial lainnya karena ilmu politik mempelajari
gejala-gejala sosial lainnya yang selalu berubah atau
mepelajari manusia sebagai makhluk sosial yang bisa
rasional tetapi juga irasional.

hubungan ilmu Politik dengan ilmu Ekonomi.
 Ilmu politik dan Ekonomi sejak dulu sampai sekarang

selalu sangat erat hubungannya. Dalam setiap tindakan
politik ada aspek ekonominya, demikian pula struktur
perekonomian suatu masyarakat dapat mempengaruhi
lembaga-lembaga politik yang sudah ada.
 Pada zaman Yunani, ilmu politik mengatur kehidupan
politik orang-orang Yunani, sedangkan ekonomi
(oikonomos) mengatur kemakmuran material dari warga
negara Yunani. Pada abad 17, Montchretien de Watteville
memperkenalkan istilah “Ekonomi Politik” yang
menggambarkan begitu eratnya ilmu politik dan Ekonomi


Hubungan ilmu politik dengan ilmu hukum.
 Setiap masyarakat baik moderen maupun primitive harus berdasarkan kepada

ketertiban. Hukum dibuat, dijalankan dan dipertahankan oleh suatu kekuasaan.
 Pada saat ini, kekuasaan itu adalah Negara. Dalam hal ini sudah nampak
hubungan antara ilmu politik dan ilmu hukum, yaitu dalam peranan Negara
sebagai pembentuk hukum dan dalam objek ilmu hukum itu sendiri yaitu
hukum. Ilmu politik juga menyelidiki hukum tetapi tidak menitik beratkan pada
segi-segi teknis dari hukum, melainkan terutama menitikberatkan pada hukum
sebagai hasil persaingan kekuatan-kekuatan social, sebagai hasil dari factorfaktor kekuasaan.
 Hukum juga merupakan salah satu diantara sekian banyak “alat politik” yang
dapat digunakan untuk mewujudkan kebijakan penguasa dan Negara. Tidak
semua bagian hukum positif mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu
poltik, misalnya: hukum public dan hukum Negara adalah yang paling erat
hubungannya, sedang hukum perdata atau hukum dagang relative kecil
hubungannya.

Hubungan Ilmu Politik dengan Sosiaologi.
 Menurut Giddings, sarjana-sarjana ilmu politik harus menlengkapi

dirinya dengan pengetahuan dasar sosiologi, karena sosiologi sebagai
ilmu masyarakat dengan hasil-hasil penyelidikannya, menyebabkan
ilmu politik tidak perlu lagi mengadakan penyelidikan yang telah
dihasilkan oleh sosiaologi tersebut. Sosiologi meliputi berbagai cabang
pengetahuan antara lain sosiaologi tentang kejahatan, sosiologi
pendidikan, sosiologi agama, sosiologi politik dan sebagainya.
 Terutama sosiologi politik, sangat erat hubungannya dengan ilmu
politik, sebab sosiologi politik bagian dari sosiologi yang menganalisis
proses-proses yang menitik beratkan pada dinamika tingkahlaku
politik. Sebagaimana tingkahlaku itu dipengaruhi oleh berbagai
proses spsoal, seperti kerjasama, persaingan, konflik dsb. Hal-hal
tersebut juga dianalisis oleh ilmu politik.

Hubungan Ilmu Politik dengan Psikologi Sosial.

 Psikologi berasal dari bahasa Yunani “psycos” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti

ilmu, jadi ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Proses pendekatan ilmu politik
banyak memakai hukum-hukum dan dalil-dalil psikologi dalam menjelaskan gejala-gejala
politik dan penyelidikan tentang motif-motif yang menjadi dasar setiap proses politik.
 Sarjana psikologi mengembangkan pendapat-pendapat mereka tentang naluri, emosi, dan
kebiasaan individu atau “psyche” seseprang. Pengetahuan “psyche” seseorang dapat
menjelaskan seluruh tingkah laku dan sikal orang itu. Dalam penyelidikan pendapat
umum, propaganda, parpol, masalah kepemimpinan dan revolusi amat banyak
dipergunakan hukum-hukum dan dalil-dalil psikologi itu. Jika dahulu psikologi agak
diabaikan dalam penyelidikan ilmu politik, dewasa ini keadaan itu berubah.
 Pengetahuan psikologi diperlukan dimanapun dan kapanpun diadakan penyelidikan
politik secara ilmiah. Menurut Lasswell, di AS kini ilmu politik sedang mengalami
peninjauan kembali atas metode serta peristilahannya. Peninjauan kembali ini terutama
disebabkan oleh pengalaman dalam pelaksanaan prosedur-prosedur psikologis dalam
penyelidikan ilmu politik. Menurut Lasswell, psikologi akan memainkan perannya yang
lebih besar lagi di masa depan, karena bertambah intensifnya perjuangan untuk
mempertahankan dan memperoleh kebebasan individu.

Hubungan Ilmu Politik dengan Antropologi Budaya.

 Antropologi budaya menyelidiki aspek-aspek cultural dari setiap hidup bersama

dimasa lampau dan masa kini. Sebagai ilmu yang mempelajari kebudayaan
masyarakat, maka hasil-hasil penyelidikan antropologi dapat bermanfaat bagi
ilmu politik.
 Terutama hasil-hasil penyelidikan kebudayaan dimasa lampau yang meliputi
semua aspek cultural masyarakat, termasuk ide-ide dan lembaga-lembaga
politiknya, dapat dijelaskan kepada sarjana-sarjana ilmu politik menjadi timbul
suatu pertumbuhan dan perkembangan ide-ide dan lembaga-lembaga politik itu
salah satu konsep antropologi budaya yang merupakan penemuan yang penting
adalah “konsep kebudayaan” (culture concept) sebagaimana dikembangkan oleh
Ralph Tipton dan sarjana-sarjana antropologi lainnya.
 Konsep ini menyatakan eratnya hubungan antara kebudayaan sesuatu
masyarakat dengan kepribadian individu-individu dari masyarakat itu, antara
kebudayaan dengan lembaga-lembaga dan ide-ide terdapat yang terdapat dalam
masyarakat itu. Kebudayaan memberikan corak dan ragam pada lembagalembaga dan ide-ide dalam masyarakat itu

Hubungan Ilmu Politik dengan Sejarah

 Sejarah adalah deskriptif kronologis peristiwa dari zaman silam.

Sejarah merupakan penghimpunan kejadian-kejadian konkret di masa
lalu. Ilmu politik tak terbatas pada apa yang terdapat dalam sejarah.
 Mengetahui sejarah politik suatu Negara belum memberikan
gambaran yang tepat tentang keadaan politik negera itu di masa
lampau dan masa yang akan datang. Sejarah hanya menvatat apa yang
pernah terjadi, sedang ilmu politik disamping menyelidiki apa yang
pernah terjadi, juga apa yang kini sedang berlangsung dan
mengadakan ramalan hari depan suatu masyarakat, ditinjau dari segi
politik.
 Politik membutuhkan sejarah dan hamper semua peristiwa histories
adalah peristiwa politik. Ilmu politik memperkaya materinya dengan
peristiwa sejarah, mengadakan perbandigan dari buku-buku sejarah.
Sejarah merupakan gudang data bagi ilmu politik

Hubungan Ilmu Politik dengan Geografi.

 Segala penyelidikan atas kehidupan manusia tidak akan bermanfaat dan

tidak akan sempurna jika penyelidikan itu tidak meliputi keadaan geografi.
 Dengan kata lain kehidupan manusia akan dipengaruhi oleh letak geografi,
luas wilayah, kekayaan alam, iklim dsb. Misalnya letak geografis
menentukan apakan suatu Negara akan menjadi Negara “land power” atau
“sea power” demikian juga letak suatu Negara akan mempengaruhi dalam
diplomasi dan strategi perang.
 Dalam hal ini, terdapat cabang geografi, yaitu geopolitik yang memberikan
penafsiran geografis atas hubungan-hubungan internasional. Geopolitik
berusaha melukiskan hubungan yang erat antara factor-faktor geografis
dan peristiwa-peristiwa politik.
Bagi sarjana-sarjana Jerman seperti Haushofer, kekalahan Jerman dalam
PD I terutama disebabkan oleh apa yang mereka sebut dengan “kekalahan
geografis” peristiwa tersebut menunjukkan betapa eratnya hubungan ilmu
politik dengan geografi.

Hubungan Ilmu Politik dengan Etika

 Etika adalah pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan buruk,

tentang keharusan dan hal-hal yang wajib dibiarkan. Hubungan ilmu
politik dan etika dilukiskan sebagai suatu hubungan yang membatasi
ilmu politik, terutama praktek politik.
 Etika mengatakan apa yang harus dilakukan, tetapi disamping itu juga
menetapkan batas-batas dari apa yang wajib dibiarkan. Etika
memberikan dasar moral kepada politik. Apabila menhilangkan moral
dari politik, maka akan kita dapatkan politik yang berisfat
“Machiavelistis” yaitu politk sebagai alat untuk melakukan segala
sesuatu, baik atau buruk tanpa mengindahkan kesusilaan.
 Hanya dengan jalan menjadikan kesusilaan sebagai dasar politik,
dapat diharapkan akan adanya politik yang mengindahkan aturanaturan permainan, apa yang harus dilakukan dan apa yang wajib
dibairkan.

B.Konsep-konsep Politik

B.1.Teori Politik
 Teori :generalisasi yang abstrak mengenai beberapa
fenomena. Dalam menyusun generalisasi itu teori selalu
memakai konsep-konsep
 Teori politik : bahasan sistematis dan generalisasigeneralisasi dari politik.
 Teori politik bersifat spekulatif (merenung-renung)
sejauh dia menyangkut norma-norma untuk kegiatan
politik. Tetapi teori politik juga dapat bersifat deskriptif 
(menggambarkan) atau komparatif (membandingkan)
atau berdasarkan logika

teori politik adalah bahasan dan renungan atas:
 tujuan dari kegiatan politik
 cara-cara mencapai tujuan itu
 kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhankebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik yang
tertentu dan
 kewajiban-kewajiban (obligations) yang diakibatkan
oleh tujuan politik itu.

Thomas P. Jenkin (The Study of Political Theory)
dibedakan 2 macam teori politik

1.Teori-teori yang mempunyai dasar moril dan yang
menentukan norma-norma politik (norm for political
behavior). unsur norma-norma dan nilai (value)
valuational (mengandung nilai). antara lain filsafat
politik, teori politik sistematis, ideologi dan sebagainya.
2.Teori-teori yang menggambarkan dan membahas fenomena
dan fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan
norma-norma atau nilai. Teori-teori ini dapat dinamakan
non-valuational. Ia bisasanya bersifat deskriptif
(menggambarkan) dan komparatif (membandingkan).

Teori-teori kelompok A(dasar moril) dibagi tiga golongan:

1.Filsafat politik (Political Philosophy)
2.Teori politik sistematis (Systematic Political Theory)
3.Ideologi politik (Political Ideology)

1.Filsafat politik (Political Philosophy)

 Filsafat politik mencari penjelasan yang berdasarkan ratio. Ia

melihat jelas adanya hubungan antara sifat dan hakekat dari
alam semesta (universe) dengan sifat dan hakekat dari
kehidupan politik di dunia fana ini.
 Pokok pikiran dari filsafat politik :persoalan-persoalan yang
menyangkut alam semesta seperti metafisika dan
epistemology harus dipecahkan dulu sebelum persoalanpersoalan politik yang kita alami seahri-hari dapat
ditanggulangi.
 menurut filsuf Yunani Plato, keadilan :hakikat dari alam
semesta yang sekaligus merupakan pedoman untuk mencapai
“kehidupan yang baik” (good life) yang dicita-citakan olehnya.

Teori politik sistematis (Systematic Political Theory)
 Teori-teori politik ini tidak memajukan suatu pandangan

tersendiri mengenai metafisika dan epistemology, tetapi
berdasarkan diri atas pandangan-pandangan yang sudah lazim
diterima pada masa itu.
 ia tidak menjelaskan asal-usul atau cara lahirnya norma-norma,
tetapi hanya mencoba untuk merealisasikan norma-norma dalam
suatu program politik.
 Teori-teori semacam ini merupakan suatu langkah lanjutan dari
filsafat politik dalam arti bahwa ia langsung menetrapkan normanorma dalam kegiatan politik.
 Bahasan-bahasan ini didasarkan atas pandangan yang sudah lazim
pada masa itu mengenai adanya hukum alam (natual law), tetapi
tidak lagi mempersoalkan hukum alam itu sendiri.

3.Ideologi politik (Political Ideology)

 Ideologi politik: himpunan nilai-nilai, ide, norma-norma,

kepercayaan dan keyakinan, suatu “Weltanschauung”, yang
dimiliki seorang atau sekelompok orang, atas dasar mana dia
menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politik
yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku
politiknya.
 Nilai-nilai dan ide-ide ini merupakan sistem yang berpautan.
 Dasar dari ideologi politik =keyakinan akan adanya suatu pola
tata tertib sosial politik yang ideal. Ideologi politik mencakup
pembahasan dan diagnose, serta sarana-sarana (prescription)
mengenai bagaimana mencapai tujuan ideal itu.

 Ide-ide politik sering juga dibahas menurut sejarah perkembangannya, oleh karena

setiap ide politik selalu erat hubungannya dengan pikiran-pikiran dalam masa ide itu
lahir.
 Bidang kedua dari ilmu politik yaitu lembaga-lembaga politik seperti misalnya
pemerintah mencakup aparatur politik teknis untuk mencapai tujuan-tujuan sosial.
Hubungan antara lapangan pertama dan lapangan kedua sangat erat, sebab tujuantujuan sosial dan politik biasanya ditentukan dalam filsafat dan doktrin politik.
 Bidang ketiga mengenai partai-partai, golongan-golongan dan pendapat umum,
banyak memakai konsep-konsep sosiologis dan psikologis dan sering disebut political
dymanics oleh karena sangat menonjolkan aspek-aspek dinamis dari proses-proses
politik
 Bidang keempat mengenai hubungan internasional. Bidang ini baru dikenal setelah
berakhirnya Perang Dunia I, meskipun sebagai sasaran perhatian masalah, hubungan
internasional hampir sama tuanya dengan pengkajian politik klasik. Semula, telaah
tentang hubungan internasional dikaitkan dengan “hubungan antarnegara“ (interstate relations) yang berpangkal dari Ilmu Hukum Internasional Publik.

B.2 PENGERTIAN MASYARAKAT DALAM POLITIK
 Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan-

hubungan antar manusia.
 Robert M. Mclver mengatakan: “Masyarakat adalah
suatu system hubungan-hubungan yang ditata
(Society means a system of ordered relations).
Biasanya anggota-anggota masyarakat menghuni
suatu wilayah geografis yang mempunyai
kebudayaan-kebudayaan dan lembaga-lembaga yang
kira-kira sama

 Di dalam kehidupan berkelompok dan dalam hubungannya

dengan manusia yang lain, pada dasarnya setiap manusia
menginginkan beberapa nilai.
 Dalam mengamati masyarakat di sekililingnya, yaitu masyarakat
Barat, Harold Laswell merinci delapan nilai yaitu:
a. Kekuasan (power)
b. Kekayaan (wealth)
c. Penghormatan (respect)
d. Kesehatan (well being)
e. Kejujuran (tectitude)
f. Keterampilan (skill)
g. Pendidikan /penerangan (enlightemen)
h. Kasih sayang(affection)

B.3 PENGERTIAN NEGARA

 Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik,

Negara adalah organisasi pokok dari kekuasaan
politik.
 Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubunganhubungan dalam masyarakat dan menertibkan
gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat

 Negara :organisasi yang dalam sesuatu wilayah

dapat memaksakan kekuasaannya secara sah
terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan
yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari
kehidupan bersama itu.
 Negara dapat mengintegrasikan & membimbing
kegiatan-kegiatan social dari penduduknya ke arah
tujuan bersama.

Dalam rangka ini boleh dikatakan bahwa Negara
mempunyai dua tugas
a. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala
kekuasaan yang asocial, yakni yang bertentangan
satu sama lain, supaya tidak menjadi antagonis yang
membahayakan
b. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan
manusia dan golongan-golongan kea rah tercapainya
tujuan-tujuan dari masyarakat keseluruhnya

Definisi negara
 Roger H. Soltau:
 Harold J. Laski:
 Max Weber:
 Robert M. Maclver:

Sifat-sifat Negara

1.Sifat memaksa. Agar peraturan perundang-undangan
ditaati dan dengan demikian penertiban dalam masyarakat
 dapat  tercapai maka Negara memiliki sifat memaksa.
2.Sifat monopoli. Negara mempunyai monopoli dalam
menetapkan tujuan bersama dalam masyarakat
3.Sifat
mencakup
semua
(all-emcompossing,
allembracing).semua peraturan perundang-undangan (missal
mebayar pajak)berlaku untuk semua orang tanpa
terkecuali.

Unsur-unsur Negara
1. Rakyat
Rakyat merupakan unsur penting dalam membentuk negara, tanpa masyarakat
maka mustahil Negara bisa terbentuk. Leacock mengatakan: Negara tidak akan
berdiri tanpa adanya sekelompok orang yang mendiami bumi ini.
2. Wilayah.
wilayah merupakan unsur yang kedua, karena dengan ada wilayah yang didiami
oleh manusia, maka negara akan terbentuk  dan kekuasaan Negara mencakup 
seluruh wilayah, tidak hanya tanah , tetapi laut di sekelilingnya dan angkasa di
atasnya,
3. Pemerintahan.
 setiap Negara mempunyai suatu organisasi yang berwenang untuk merumuskan
dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk 
di dalam wilayahnya keputusan-keputusan ini berbuntuk perundang-undangan
dan peraturan-peraturan lain dalam hal ini pemerintah bertindak atas nama
Negara dan menyelenggarakan kekuasaan Negara.
4. Kedaulatan.
Kedaulatanadalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang
dan melaksanakanya dengan semua cara termasuk paksaan yang tersedia.

Tujuan dan fungsi Negara

 Roger H, saltou tujuan Negara :memungkinkan

rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya
cipta sebebas mungkin.
  sedangkan fungsi negara :upaya/kegiatan negara
untuk mengubah harapan itu menjadi kenyataan.
 Maka, tujuan negara tanpa fungsi negara adalah siasia, dan sebaliknya, fungsi negara tanpa tujuan
negara tidak menentu.

Minimal, setiap negara harus melaksanakan fungsi:

 penertiban (law and order): untuk mencapai tujuan

bersama dan mencegah terjadinya konflik, negara
harus melaksanakan penertiban, menjadi
stabilisator;
 mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat;
 pertahanan, menjaga kemungkinan serangan dari
luar;
 menegakkan keadilan, melalui badan-badan
pengadilan.

Teori asal-usul negara
1.teori perjanjian masyarakat.
 Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat
beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan
perjanjian-perjanjian masyarakat.
 teori ini relatif bersifat universal, karena teori perjanjian
masyarakat adalah teori yang termudah dicapai dan negara
tidak merupakan negara
 Untuk menjelaskan teori asal mula negara yang didasarkan
atas kontrak sosial ini dapat dilihat dari beberapa pakar yang
mempunyai pengaruh dalam pemikiran politik tentang
negara, yakni Thomas Hobbes, John Locke dan JJ. Rousseau

Thomas Hobbes (1588 – 1679)

 Bagi Hobbes, perjanjian tersebut terjadi antar

individu, bukan antara individu dengan negara. Maka
menurut Hobbes, yang terkait sepenuhnya terhadap
perjanjian tersebut adalah individu-individu tersebut.
 Negara sendiri bebas karena tidak terikat oleh
perjanjian, ia berada diatas individu. Negara bebas
melakukan apapun yang dikehendakinya terlepas
sesuai atau tidak dengan dengan kehendak individu.
 Negara versi Hobbes ini juga tidak memiliki tangung
jawab apa pun terhadap rakyat

John Locke
 Berbeda dengan Hobbes, menurut Locke karena

kekuasaan negara terbentuk dari concent rakyat dan
produk perjanjian sosial warga negara, maka kekuasaan
itu itdak bebas dan otonom berhadapan dengan aspirasi
dan kehendak rakyat.
 Hubungan antara penguasa poltik dengan rakyat yang
diperintah diumpamakan seseorang yang memberikan
kepercayaan kepada orang lain untuk mengatur dirinya.
 Maka hak bertindak dan mengatur yang dimiliki negara
bisa ditolelir dan dibenarkan sejauh tidak mengganggu
hak-hak sipil dan politik rakyat.

Jean Jacques Rousseau
 Negara atau “badan korporatif kolektif” dibentuk untuk

menyatakan “kemauan umum” (general will) dan kemauan
umum tidak berarti kemauan seluruh rakyat, adakalanya
perbedaan-perbedaan antara kemauan umum dan kemauan
seluruh rakyat (will of all).
 Kemauan umum selalu benar dan ditujukan pada kebahagiaan
bersama, sedangkan kemauan seluruh rakyat juga
memperhatikan kepentingan individual (particular interest).
 Dengan konstruksi perjanjian masyarakat tersebut, Rousseau
menghasilkan bentuk negara yang kedaulatanya berada dalam
tangan rakyat atau jenis negara yang demokratis melalui
kemauan umumnya.

Teori asal-usul negara
2.     Teori Ketuhanan
 Teori ketuhanan ini dikenal juga dengan doktrin teokratis dalam teori asal mula
negara.
 Teori ini pun bersifat universal dan ditemukan baik si dunia Timur maupun di
dunia Barat, baik di dalam teori maupun di dalam praktik.
 Doktrin ketuhanan ini memperoleh bentuknya yang sempurna dalam tulisantulisan para sarjana Eropa pada abad pertengahan yang menggunakan teori itu
untuk mengemukakan hak-hak raja yang berasal dari Tuhan untuk memerintah
dan bertahta sebagai raja (devine rights of kings) doktrin ketuhanan lahir
sebagairesultante kontroversial dari kekuasaan politik dalam abad pertengahan.
 Kaum “monarchomach”  (penentang raja) berpendapat bahwa raja yang
berkuasa secara tiranik dapat diturunkan dari mahkotanya, bahkan dapat
dibunuh. Mereka beranggapan bahwa sumber kekuasaan adalah rakyat,
sedangkan raja-raja pada waktu itu beranggapan bahwa kekuasaan mereka
diperoleh dari Tuhan.

Teori asal-usul negara
3.     Teori kekuatan
 Teori kekuatan secara sederhana dapat diartikan
bahwa negara yang pertama adalah hasil dominasi
dari kelompok yang kuat terhadap kelompok yang
lemah. Negara berbentuk dengan penaklukan dan
pendudukan.
 Dalam teori ini pula kekuatan membuat hukum
(might makes right). Kekuatan adalah
pembenaranya danraison d`etre-nya adalah negara.

Teori asal-usul negara
4.     Teori organis
 Konsepsi organis tentang hakikat dan asal mula
negara adalah suatu konsep biologis yang
melukiskan negara dengan istilah-istilah ilmu alam.
Negara dianggap atau disamakan dengan makhluk
hidup, manusia atau binatang.
 Doktrin organis dari segi isinya dapat digolongkan
ke dalam teori-teori organisme moral, organisme
psikis, organisme biologis dan organisme sosial.

Teori asal-usul negara
5.     Teori historis.
 Teori historis atau teori evolusionistis (gradualistic
theory) merupakan teori yang menyatakan bahwa
lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh
secara evolusioner sesuai dengan kebutuhankebutuhan manusia.
 Sebagai lembaga sosial yang diperuntukan guna
memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, maka
lembaga-lembaga itu tidak luput dari pengaruh
tempat, waktu dan tuntutan-tuntutan zaman.

Teori asal-usul negara
6.     Teori Patriarkal dan Matriarkal
 keluarga sebagai kelompok patriarkal adalah kesatuan sosial yang
paling utama dalam masyarakat primitif dan ayahlah yang
berkuasa dalam keluarga tersebut serta garis keturunan ditarik
dari pihak ayah.
 Kemudian keluarga tersebut berkembang biak dan terjadilah
beberapa keluarga yang seluruhnya dipimpin oleh kepala (ayah)
keluarga induk.
 Lambat laun keluarga-keluarga tersebut kemudian membentuk
kesatuan etnis yang besar dan terjadilah suku patriarkal.
 Sedangkan matriarkal adalah apabila berlangsung pada kelompok
suku yang menarik garis keturunannya dari pihak ibu.

Teori asal-usul negara
7.     Teori Daluarsa
 Teori daluarsa adalah teori yang menganggap bahwa
negara dikuasai oleh raja karena faktor kebiasaan.
 Raja beserta organisasinya (negara kerajaan) timbul
karena adanya milik yang sudah lama dan kemudian
melahirkan hak milik, jadi raja bertahta karena hak
milik itu yang didasarkan atas hukum kebiasaan
(Baik diterima maupun ditolak oleh rakyat).

Teori asal-usul negara
8.Teori Alamiah
 Menurut teori ini negara merupakan ciptaan alam.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles
yang menyatakan bahwa manusia adalah zoon
politicon (Makhluk politik), dan dengan kodrat
manusia tersebut maka kemudian manusia
ditakdirkan untuk hidup bernegara.

B.4 KONSEP KEKUASAAN



Definisi Kekuasaan adalah kemampuan untuk dalam suatu
hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun
mengalami perlawanan, dan adapun dasar kemampuan ini.
(Max`Weber dalam buku Wirtschaft und Gessellshaft). Esensi
dari kekuasaan adalah hak mengadakan sanksi untuk
menyelenggarakan kekuasaan yang berbeda.



Sumber kekuasaan. Sumber kekuasaan dapat berupa
kedudukan, kekayaan, atau kepercayaan. Dalam suatu
kekuasaan selalu ada satu pihak yang lebih kuat dari pihak
lain. Jadi, selau ada hubungan tidak seimbang atau asimetris.
Ketidakseimbangan ini sering menimbulkan ketergantungan.





Pengaruh Perumusan menurut Laswell dan Kaplan, yaitu
Kekuasaan adalah memengaruhi kebijakan orang lain melalui
sanksi yang sangat berat.
Kekuasaan merupakan kasus khusus dari penyelenggaraan
pengaruh, proses ancaman, jika mereka ttidak mematuhi
kebijakan yang dimaksud.Definisi lain dari Norman Barry:
Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang, jika seseorang yang
dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu,dapat
dikatakan terdorong untuk melakukan tinakan yang sedemikian.
Sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan
motivasi yang mendorongnya.

Sumber kekuasaan
 1. Kekuasaan Bersumber pada Kedudukan

(Position)
a. Kekuasaan Formal atau legal (French & Raven,
1959)
b. Kendali atas Sumber dan Ganjaran (French & raven,
1959)
c. Kendali atas Hukum (French & Raven, 1959)
d. Kendali atas Informasi (French & Raven, 1959)
e. Kendali Ekologi (lingkungan)

Sumber kekuasaan
2. Kekuasaan yang bersumber pada pribadi
(personal)
a. Keahlian atau Ketrampilan (French & Raven, 1959)
b. Persahabatan atau Kesetiaan (French & Raven, 1959
c. Karisma (House, 1977):Ciri kepribadian yang
menyebabkan timulnya kewibawaan pribadi dari
pemimpin juga merupakan salah satu sumber
kekuasaan dalam proses kepemimpinan.

Sumber kekuasaan
3. Kekuasaan yang bersumber pada politik
(political power)
a. Kendali atas Proses Pembuatan Keputusan (Pfeffer
& Salanick, 1974
b. Koalisi (Stevenson, Perace & Porter, 1985)
c. Partisipasi (Pfeffer, 1981)
d. Institusionalisasi

Terimakasih