PEMBUATAN PULP DARI BATANG ROSELLA DENGAN PROSES SODA (KONSENTRASI NAOH, TEMPERATUR PEMASAKAN DAN LAMA PEMASAKAN)

  

PEMBUATAN PULP DARI BATANG ROSELLA DENGAN

PROSES SODA

(KONSENTRASI NAOH, TEMPERATUR PEMASAKAN DAN

LAMA PEMASAKAN)

  Azhary H. Surest, Dodi Satriawan

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

  

Abstrak

Pada umumnya proses pembuatan pulp menggunakan proses sulfit, proses kraft, ataupun proses

soda. Mengingat potensi rosella yang besar untuk dijadikan pulp dan belum adanya penelitian pembuatan

pulp berbahan baku rosella dengan proses Soda, maka dari itu, diteliti kemungkinan pemanfaatan rosella

sebagai bahan baku pembuatan pulp. Proses pembuatan pulp divariasikan berdasarkan konsentrasi NaOH,

temperatur dan waktu pemasakan. Dari penelitian yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan :

Makin tinggi konsentrasi NaOH, maka rendemen pulp semakin rendah, kandungan selulosa pulp semakin

rendah, dan kandungan lignin pulp semakin tinggi. Makin tinggi temperatur pemasakan, maka rendemen dan

kandungan lignin pulp yang dihasilkan semakin tinggi. Pada temperatur yang terlalu tinggi, selulosa akan

ikut terdegradasi. Makin lama pemasakan, maka rendemen pulp yang dihasilkan makin tinggi, kandungan

selulosa pulp semakin rendah, dan kandungan lignin pulp semakin tinggi. Kondisi variabel pemasakan

o

terbaik pada penelitian ini adalah pada konsentrasi NaOH 5%, temperatur pemasakan 100 C dan waktu

pemasakan 60 menit yaitu : berat rendemen pulp 5,5092 gram, kandungan selulosa 86,3167%, dan

kandungan lignin 6,8250%.

  Kata kunci: batang rosella, NaOH, temperatur pemasakan, waktu pemasakan

  tanaman rosella dapat tumbuh dengan mudah di

I. PENDAHULUAN

  daerah tropis maupun sub-tropis hingga 40 LU/LS. Di daerah tropis, kebun rosella yang ideal

  Hampir sebagian besar bahan baku pulp berasal dari kayu-kayu hutan alam, di antaranya adalah pada ketinggian sekitar 400 sampai 1.200 meter di atas permukaan laut. Dengan suhu 20 C– kayu bulat, merang, bambu, dan lain-lain. Dengan terus bertambahnya kapasitas industri pulp dan 28 C dan curah hujan minimal 90 mm/bulan.

  Pada umumnya proses pembuatan pulp kertas, maka persediaan kayu-kayu hutan alam akan menipis. Usaha reboisasi atau penanaman menggunakan proses sulfit, proses kraft, ataupun proses soda. Mengingat potensi rosella yang besar kembali hutan gundul saja tidak cukup untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku kayu bagi untuk dijadikan pulp dan belum adanya penelitian pembuatan pulp berbahan baku rosella dengan industri pulp dan kertas. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya penemuan bahan baku proses Soda, maka dari itu, diteliti kemungkinan pemanfaatan rosella sebagai bahan baku alternatif terutama yang murah dan berwawasan lingkungan. Salah satu sumber serat yang sangat pembuatan pulp. potensial adalah Rosella (Hibiscus sabdariffa).

  Tanaman Rosella umumnya terdapat di daerah Asia seperti China, Cambodia, Thailand, Vietnam, Filipina, Taiwan, India, Bangladesh, Pakistan dan juga Indonesia. Negara penghasil Rosella dalam jumlah besar pada waktu ini adalah China, Filipina, Bangladesh dan Brasil. Jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA

  6 H

  Struktur molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida, karena terdiri dari sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil propane. Sifat-sifat lignin yaitu tidak larut dalam air dan asam mineral kuat, larut dalam pelarut organik, dan larutan alkali encer. Lignin yang terikut dalam produk pulp

  Lignin merupakan makromolekul ketiga yang terdapat dalam biomassa, berfungsi sebagai pengikat antar serat. Lignin dapat dihilangkan dari bahan dinding sel yang tak larut dengan klor dioksida.

  2.3.2. Lignin

  Molekul selulosa seluruhnya berbentuk linier dan mempunyai kecenderungan kuat membentuk ikatan-ikatan hidrogen, baik dalam satu rantai polimer selulosa maupun antar rantai polimer yang berdampingan. Ikatan hidrogen ini menyebabkan selulosa bisa terdapat dalam ukuran besar, dan memiliki sifat kekuatan tarik yang tinggi.

  Sifat-sifat bahan yang mengandung selulosa berhubungan dengan derajat polimerisasi molekul selulosa. Berkurangnya berat molekul di bawah tingkat tertentu akan menyebabkan berkurangnya ketangguhan. Serat selulosa menunjukkan sejumlah sifat yang memenuhi kebutuhan pembuatan kertas. Kesetimbangan terbaik sifat-sifat pembuatan kertas terjadi ketika kebanyakan lignin tersisih dari serat. Ketangguhan serat terutama ditentukan oleh bahan mentah dan proses yang digunakan dalam pembuatan pulp.

  Selulosa terdapat pada sebagian besar dalam dinding sel dan bagian-bagian berkayu dari tumbuh-tumbuhan. Selulosa mempunyai peran yang menentukan karakter serat dan memungkinkan penggunaannya dalam pembuatan kertas. Dalam pembuatan pulp diharapkan serat- serat mempunyai kadar selulosa yang tinggi.

  . Dalam hal ini n adalah jumlah pengulangan unit gula atau derajat polimerisasi yang harganya bervariasi berdasarkan sumber selulosa dan perlakukan yang diterimanya. Kebanyakan serat untuk pembuat pulp mempunyai harga derajat polimerisasi 600 – 1500.

  n

  )

  5

  10 O

  2.1 Tinjauan Umum Tanaman Rosella (Hibiscus Sabdariffa) Penjelasan Umum

  Rosella (Hibiscus sabdariffa var

  2.3.1 Selulosa

  2.3. Selulosa dan Lignin

  .

  Pulp merupakan bahan baku pembuatan kertas dan senyawa-senyawa kimia turunan selulosa. Pulp dapat dibuat dari berbagai jenis kayu, bambu, dan rumput-rumputan. Pulp adalah hasil pemisahan selulosa dari bahan baku berserat maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatan baik secara mekanis, semikimia, dan kimia. Pulp terdiri dari serat - serat Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan secara i, dan semikimiawi.. Bahan dasar pembuatan pulp yang terutama adalah selulosa yang banyak dijumpai pada hampir semua jenis tumbuh-tumbuhan sebagai pembentuk dinding sel.

  2.3 Pulp

  2.2.2 Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa, rosela berkelopak bunga merah yang kini mulai diminati petani dan dikembangkan untuk diambil kelopak bunga dan bijinya. Bunga dan biji ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman herbal dan bahan baku minuman kesehatan, karena menurut DepKes RI No SPP 1065/35.15/05, setiap 100 gram kelopak bunga Rosella mempunyai kandungan gizi sebagai berikut: protein 1,145 gr, lemak 2,61 gr, serat 12 gr, kalsium 1,263 gr, fosor 273,2 mg, zat besi 8,98 mg, malic acid 3,31%, fruktosa 0,82%, sukrosa 0,24%, karoten 0,029%, tiamin 0,117mg, niasin 3,765 mg, dan vitamin C 244,4mg. Kandungan vitamin C yang tinggi ini dapat berfungsi sebagai bahan antioksidan dalam tubuh.

  2.2.1 Hibiscus sabdariffa var. Altisima, rosela berkelopak bunga kuning yang sudah lama dikembangkan untuk diambil serat batangnya sebagai bahan baku pulp dan karung goni; dan

  tumbuh di segala macam tanah, mudah tumbuh di lahan pasir tanpa harus disiram atau diberi pupuk secara intensif. Tanaman ini hanya mengalami satu kali masa produktif, sehingga untuk mengoptimalkan hasil panen disarankan rosela ditanam secara khusus tanpa diselingi tanaman lain. Tanaman ini memiliki dua varietas dengan budidaya dan manfaat yang berbeda, yaitu :

  7.00am)budiboga.blogspot.com) . Rosela dapat

  perdu dengan tinggi 3-5 meter dan akan mengeluarkan bunga berwarna merah jika sudah dewasa(Budi Sutomo, S.Pd (20/8/08-

  sabdariffa Linn.) adalah tanaman hias taman luar

  rumus kimia (C

  • Tidak larut dalam pelarut organik dan air
  • Tidak larut dalam air dan asam mineral kuat

  • Tidak larut dalam alkali
  • Larut dalam pelarut organik dan larutan alkali encer
  • Larut dalam asam pekat
  • Terhidrolisis relatif lebih cepat pada temperatur tinggi

  2.7. Proses Soda

  Pemanfaatan biomassa secara efisien dapat dilakukan dengan menerapkan konsep biomass refining yaitu pemrosesan dengan menggunakan pelarut organik (organosolv processes), dengan cara melakukan fraksionasi biomassa menjadi komponen-komponen utama penyusunnya : selulosa, hemiselulosa dan lignin, tanpa banyak merusak ataupun mengubahnya.

  2.6. Proses Pembuatan Pulp dengan Pelarut Organik

  Hasil pengolahan bubur kertas secara kimiawi menghasilkan serat-serat yang murni dan panjang, sehingga akan menghasilkan kertas yang kuat.

  C, tekanan 7 - 11 bar dengan waktu pemasakan 4-6 jam. Pulp yang didapat dengan proses ini bersifat kuat, tetapi proses ini memberikan dampak lingkungan yang serius. Warna pulp yang dihasilkan cukup gelap, ini disebabkan oleh gugus kromofor dalam lignin yang tersisa yang terbentuk selama pemasakan alkalis. Dengan hasil warna yang lebih gelap maka memerlukan proses bleaching yang berulang-ulang untuk mendapatkan tingkat keputihan yang tinggi, yang artinya zat kimia yang diperlukan untuk proses ini juga lebih banyak.

  aktif tambahan, pemasakan dilakukan pada temperatur 160-180 O

  2 S sebagai komponen

  Penelitian pembuatan pulp dengan menggunakan proses kraft sudah dilakukan sejak tahun 1983. Proses kraft menggunakan larutan NaOH ditambah dengan Na

  Zat ekstraktif lebih mudah larut pada suasana alkali daripada suasana asam. Pada proses sulfit netral terbentuk lignin sulfonat dan menjadi lemah. Jumlah lignin dan karbohidrat yang bereaksi tergantung dengan jumlah bahan- bahan kimia yang digunakan, sedangkan pemakaian bahan-bahan kimia tergantung dari bahan baku pulp yang digunakan pula.

  Pemisahan lignin tergantung dari proses yang digunakan seperti proses sulfit, proses kraft dan proses soda. Pengrusakan terhadap selulosa lebih besar menggunakan proses semi kimia dan proses soda bila dibandingkan dengan proses kraft.

  Proses pembuatan pulp secara kimia dilakukan untuk melemahkan hubungan lignin- karbohidrat sebagai perekat serat dengan pengaruh bahan kimia. Umumnya serat kayu dan bukan kayu merupakan bahan berserat yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, zat ekstraktif dan mineral.

  2.5. Proses Pembuatan Pulp Secara Kimia

  o

  C, gr/100gr air 299,6

  C Kelarutan pada 20

  o

  C Titik didih 1390

  o

  Titik leleh 318

  Berat molekul 39,998 gr/mol Spesific Gravity 2,130

Tabel 2.2 Sifat Fisika NaOH NaOH Nilai

  Natrium Hidroksida anhidrat berbentuk kristal berwarna putih. NaOH bersifat sangat korosif terhadap kulit. Istilah yang paling sering digunakan dalam industri yaitu soda kaustik. Soda kaustik apabila dilarutkan dalam air akan menimbulkan reaksi eksotermis.

  2.4. NaOH

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Lignin, Selulosa, dan Hemiselulosa Selulosa Lignin

  Pulp akan mempunyai sifat fisik atau kekuatan yang baik apabila mengandung sedikit lignin. Hal ini karena lignin bersifat menolak air dan kaku sehingga menyulitkan dalam proses penggilingan. Kadar lignin untuk bahan baku lebih kecil lagi.

  menurunkan kekuatan kertas dan menyebabkan kertas menguning.

  Sistem pemasakan alkali yang menggunakan tekanan tinggi dan menambahkan NaOH yang berfungsi sebagai larutan pemasak dengan perbandingan 4 : 1 dari kayu yang digunakan. Larutan yang dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan. Proses alkali jarang dipergunakan dibandingkan dengan proses sulfit,

  3.1.2 Peralatan untuk analisa adalah:

  2.10. Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Pulp

  3) Gabus

  2) Erlenmeyer

  1) Autoclave (Digester)

  3.1.1Peralatan untuk pemasakan pulp adalah:

  3.1 Peralatan yang Digunakan

  III. METODOLOGI PENELITIAN

  Lama pemasakan yang optimum pada proses delignifikasi adalah sekitar 60-120 menit dengan kandungan lignin konstan setelah rentang waktu tersebut. Semakin lama waktu pemasakan, maka kandungan lignin di dalam pulp tinggi, karena lignin yang tadi telah terpisah dari raw pulp dengan berkurangnya konsentrasi NaOH akan kembali menyatu dengan raw pulp dan sulit untuk memisahkannya lagi.

  4) Lama Pemasakan

  Temperatur Pemasakan Temperatur pemasakan berhubungan dengan laju reaksi. Temperatur yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya pemecahan makromolekul yang semakin banyak, sehingga produk yang larut dalam alkali pun akan semakin banyak.

  Perbandingan cairan pemasak terhadap bahan baku haruslah memadai agar pecahan- degradasi dan dapat larut sempurna dalam cairan pemasak. Perbandingan yang terlalu kecil dapat menyebabkan terjadinya redeposisi lignin sehingga dapat meningkatkan bilangan kappa (kualitas pulp menurun). Perbandingan yang dianjurkan lebih dari 8 : 1. 3)

  Perbandingan Cairan Pemasak terhadap Bahan Baku

  Konsentrasi Pelarut Semakin tinggi konsentrasi larutan alkali, akan semakin banyak selulosa yang larut. Larutan NaOH berfungsi dalam pemisahan dan penguraian serat selulosa dan nonselulosa. 2)

  Adapun faktor yang berpengaruh dalam pembuatan pulp sebagai berikut : 1)

  ) yang tidak enak dan kebutuhan bahan kimia pemutih yang tinggi untuk pulp kraft dari kayu lunak (Clark, 1978). Keuntungan proses kraft adalah proses ini lebih fleksibel karena dapat digunakan untuk berbagai jenis kayu (Bakara, 1999).

  karena proses alkali lebih sulit memperoleh zat kimia dari larutan pemasak.

  2

  dan Cl

  2

  Proses kraft menggunakan natrium hidroksida yang ditambahkan natrium sulfat. Dalam proses ini natrium sulfat yang ditambahkan, direduksi di dalam tungku pemulihan menjadi natrium sulfida yang dibutuhkan untuk delignifikasi. Pada proses ini digunakan bahan pemutih sehingga pulp yang dihasilkan mempunyai derajat putih yang berkualitas tinggi. Untuk proses ini sering kali digunakan dalam proses pembuatan pulp dikarenakan pemulihan bahan kimia yang lebih sederhana dan sifat-sifat pulpnya yang lebih baik. Walaupun proses ini sering digunakan namun proses mempunyai kelemahan yang sukar diatasi seperti bau gas (SO

  2.9. Proses Sulfat

  ) untuk melarutkan lignin. Proses ini memisahkan lignin sebagai garam-garan asam lignosulfonat dan sebagian besar struktur molekul lignin tetap utuh. Bahan kimia basa untuk bisulfit dapat berupa ion kalsium, magnesium, sodium, atau ammonium. Pembuatan pulp sulfit berlangsung dalam rentang pH yang lebar. Asam sulfit menunjukkan bahwa pembuatan pulp dibuat dengan kelebihan asam sulfur (pH 1-2), sedangkan pemasakan bisulfit dibuat di bawah kondisi yang kurang asam (pH 3-5). Pulp sulfit lebih cerah dan mudah diputihkan, tetapi lembaran kertasnya lebih lemah dibandingkan pulp sulfat (kraft).

  3

  2 SO

  ) dan ion bisulfat (H

  3

  2 SO

  Dalam proses sulfit digunakan campuran asam sulfur (H

  Keuntungan proses soda adalah mudah mendapatkan kembali bahan kimia hasil pemasakan (recovery) NaOH dari lindi hitam dan bahan baku yang dipakai dapat bermacam-macam.

  • Alat – alat gelas standar : pipet tetes, gelas ukur, erlenmeyer, corong pemisah, beker gelas, batang pengaduk, corong mortar.
  • Kertas saring
  • pH meter
  • oven

3.2. Bahan yang Digunakan

3.2.1. Bahan-bahan untuk pembuatan pulp :

  20

  Temperatur pemasakan di-set berdasarkan temperatur terbaik yang didapat pada poin 6) dan konsentrasi NaOH di-set berdasarkan konsentrasi NaOH terbaik yang didapat pada poin 5).

  3.4 Disiapkan larutan pemasak berupa NaOH dengan konsentrasi yang telah ditentukan dan dimasukan ke dalam reaktor (erlenmeyer). Perbandingan berat larutan pemasak dengan bahan baku yang digunakan adalah 20 :1.

  3.5 Reaktor (erlenmeyer) ditutup dengan gabus lalu dimasukkan ke dalam Autoclave. Kondisi Autoclave diatur sesuai dengan temperatur dan waktu pemasakan yang ditentukan.

  3.6 Pada saat melakukan penelitian dengan variasi konsentrasi NaOH, maka variabel yang lain di-set konstan, yaitu lama pemasakan ditentukan 60 menit dan temperatur pemasakan 100

  o

  C

  3.7 Penelitian dilanjutkan dengan memvariasikan temperatur pemasakan dengan menggunakan konsentrasi NaOH terbaik yang didapat pada poin 5), sedangkan waktu pemasakan tetap 60 menit.

  IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap berat rendemen pulp, kandungan selulosa pulp, dan kandungan lignin pulp.

  3.9 Padatan (pulp) dipisahkan dari larutan pemasak dengan kertas saring. Padatan dibilas dengan aquadest sampai filtrat kelihatan jernih. Padatan kemudian dikeringkan dalam oven. Selanjutnya padatan pulp ini siap untuk dianalisa kualitasnya.

3.3 Prosedur Kerja

  3.3.2 Prosedur Penelitian 1) Ditimbang bahan baku sebanyak 10 gr.

Gambar 4.1 Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Berat Rendemen Pulp, Kandungan Selulosa Pulp dan Kandungan Lignin Pulp (10 Gram Batang Rosela, 200 Gram NaOH, Lama Pemasakan 60 Menit dan Temperature 100 o

  c)

  Dari grafik di atas terlihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi NaOH tidak begitu berpengaruh terhadap rendemen pulp (dengan persamaan y = -0,30135 x + 56,3818), kandungan selulosa pulp (dengan parsamaan y = -0,10234 x + 82,3817) dan kandungan lignin pulp (dengan persamaan y = 0,28825 x + 7,40375) yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh larutan NaOH yang digunakan tidak cukup kuat untuk mendegradasi polisakarida yang terdapat di pulp akibatnya jumlah karbohidrat pada pulp tidak begitu banyak terdegradasi

  Rendemen pulp tertinggi adalah 54,875% pada konsentrasi NaOH 5%, sedangkan rendemen pulp terendah adalah 48,848% pada konsentrasi NaOH 25%. Kandungan selulosa tertinggi didapat pada konsentrasi NaOH 10 % yaitu sebesar 83,0367% dan kandungan selulosa terendah adalah 75,2367% pada konsentrasi NaOH 20%.

  3.3 Bahan baku kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender dan dimasukan ke dalam erlenmeyer sebagai reaktor.

  3) Chips dikeringkan di dalam oven selama 1 jam kemudian didinginkan dalam eksikator sebelum dipakai sebagai bahan baku pembuatan pulp.

  40

  1) Bahan baku berupa batang rosella kering

  60

  80 100

  5

  10

  15

  20

  25 % (NaOH) % Rendemen Selulosa Lignin

  2) Larutan NaOH 5 %, 10%, 15%, 20%,

  2) Chips dijemur di bawah sinar matahari sampai kering.

  25% 3.2.2.

   Bahan-bahan untuk analisa :

  Larutan NaOH 17,5 % 2)

  Larutan asam asetat 98% 3)

  Larutan asam sulfat 98% 4)

  Aquadest

  3.3.1 Prosedur Persiapan

  1) Batang rosella dibersihkan dari pengotor, daunnya dibuang, diambil batangnya, lalu dipotong menjadi seperti chips.

3.8 Penelitian dilanjutkan dengan memvariasikan lama pemasakan.

  Kandungan lignin tertinggi adalah 14,61% pada konsentrasi NaOH 25% dan kandungan lignin terendah adalah 8,8450% pada konsentrasi NaOH 5%.

  C yaitu 84,0467%. Kandungan lignin terendah ialah 6,8350% pada temperatur 100

  Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa waktu pemasakan tidak begitu berpengaruh terhadap berat rendemen pulp (dengan persamaan y = 0,03269 x + 53,1306) dan menurunya kandungan selulosa yang dihasilkan (dengan persamaan y = -0,10911 x + 92,8633). Hal ini terjadi karena selama reaksi pemasakan pulp berlangsung terjadi terdegradasi polisakarida. Polisakarida yang terdegradasi disebabkan oleh melemahnya ikatan polisakarida pada pulp yang terbentuk. Juga dengan bertambahnya waktu pemasakan menyebabkab peningkatan kandungan lignin (dengan persamaan y = 0,13363 x - 1,1925). Hal ini disebabkan oleh semakin lama waktu pemasakan maka semakin banyak monomer – monomer baru terbentuk akibat pemecahan lignin. Monomer – monomer tersebut bereaksi dengan polimer yang masih terkandung

Gambar 4.3. Pengaruh Waktu Pemasakan Terhadap Berat Rendemen Pulp, Kandungan Selulosa Pulp dan Kandungan Lignin Pulp (10 Gram Rami Kering, 200 Gram NaOH, Temperatur 105 o c dan NaOH 5%)

  60 90 120 150 180 Waktu (menit) % Rendemen Selulosa Lignin

  80 100

  60

  40

  20

  Berikut adalah gambar 4.3 pengaruh waktu pemasakan terhadap berat rendemen pulp, kandungan selulosa pulp dan kandungan lignin pulp.

  4.3. Pengaruh waktu pemasakan terhadap berat rendemen pulp, kandungan selulosa pulp dan kandungan lignin pulp.

  o

  C, dimana kandungan lignin tertinggi ialah 19,81% pada

  o

  o

  Berikut adalah gambar 4.2 pengaruh temperatur terhadap berat rendemen pulp, kandungan selulosa pulp dan kandungan lignin pulp.

  C yaitu sebesar 86,0967%. Sedangkan kandungan selulosa terendah didapat pada temperatur 120

  o

  C. Kandungan selulosa tertinggi didapat pada temperatur 105

  o

4.2. Pengaruh Temperatur Pemasakan terhadap berat rendemen pulp, kandungan

  C dan Rendemen Pulp terendah didapat yaitu 54,592% pada Temperatur Pemasakan 100

  o

  Rendemen Pulp tertinggi yaitu 55,955% pada Temperatur Pemasakan 120

  Dari grafik diatas diketahui bahwa dengan bertambahnya temperatur tidak begitu berpengaruh terhadap rendemen pulp (dengan persamaan y = 0,06815 x + 47,777) dan kandungan selulosa pulp (dengan persamaan y = - 0,063 x + 91,6067) yang dihasilkan. Hal ini disebabkan variasi temperatur yang diterapkan tidak cukup kuat untuk melepaskan ikatan selulosa pada pulp sehingga hanya sedikit selulosa yang terdegradasi selama pemasakan pulp. Sebaliknya peningkatan temperatur pemasakan pulp mengakibatkan terjadinya kenaikan kandungan lignin pulp (dengan persamaan y = 0,64875 x – 58,04). Hal ini terjadi karena dengan semakin tinggi temperatur pemasakan maka semakin banyak lignin yang terurai menjadi monomer – monomer. Monomer tersebut bereaksi dengan polimer yang masih ada pada pulp sehingga menghasilkan suatu polimer baru atau lignin baru.

Gambar 4.2. Pengaruh Temperatur terhadap Berat Rendemen Pulp, Kandungan Selulosa Pulp dan Kandungan Lignin Pulp (10 Gram Rami Kering, 200 Gram NaOH, Lama Pemasakan 60 Menit dan NaOH 5%)

  80 100 100 105 110 115 120 Temperatur (Celcius) % Rendemen Selulosa Lignin

  60

  40

  20 pada pulp, sehingga menghasilkan suatu polimer 3) Pembuatan pulp berbahan baku baru atau ligni baru. batang rosella dapat dilakukan

  Rendemen Pulp terbesar di dapat pada dengan proses lainnya sebagai waktu pemasakan 180 Menit yaitu 59,015% dan pembanding dari penelitian yang Rendemen Pulp terkecil didapat pada waktu dilakukan. pemasakan 60 Menit yaitu 55,092%. Kandungan selulosa tertinggi didapat pada lama pemasakan selulosa terendah pada lama pemasakan 180 menit yaitu 73,2233%. Kandungan lignin terendah Anonim. 2008. “Pulping Process”. Diakses pada didapat pada kondisi lama pemasakan 60 menit

  28 November 2009 dari yaitu 6,825% dan kandungan lignin tertinggi didapat pada kondisi lama pemasakan 180 menit yaitu 22,86%. Anonim. 2009. “Sodium Hydroxide Used in

  Paper Pulping”. Diakses pada 27

V. KESIMPULAN DAN SARAN Februari 2010 dari

  http://www.bulkmsm.com/research/ms

  5.1 Kesimpulan m/page6.htm.

  Dari penelitian yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan : Sutrian, Y. 1992. ”Pengantar Anatomi Tumbuh-

  1) Makin tinggi konsentrasi NaOH, tumbuhan”. Rineka Cipta : Jakarta. maka rendemen pulp semakin rendah, kandungan selulosa pulp

  Fessenden. 1994. ”Kimia Organik Jilid II”. semakin rendah, dan kandungan

  Erlangga. Jakarta lignin pulp semakin tinggi. Anonim. 2009. “Lignin” . Diakses pada 20

  2) Makin tinggi temperatur pemasakan,

  Desember 2009 dari maka rendemen dan kandungan

  

  lignin pulp yang dihasilkan semakin tinggi. Pada temperatur yang terlalu Anonim. 2009. “Cellulose” .Diakses pada 20 tinggi, selulosa akan ikut

  Desember 2009 dari terdegradasi.

  

  3) Makin tinggi lama pemasakan, maka

  Anonim. 2009. “Cellulose” .Diakses pada 20 rendemen pulp yang dihasilkan Desember 2009 dari makin tinggi, kandungan selulosa

  

  pulp semakin rendah, dan kandungan lignin pulp semakin Anonim. 2008. “Ramie” .Diakses pada 20 tinggi.

  Desember 2008 dari 4)

  Kondisi variabel pemasakan terbaik pada penelitian ini adalah pada konsentrasi NaOH 5%, temperatur

  Anonim. 2008. “Sodium Hydroxide ” .Diakses

  o

  pemasakan 100 C dan waktu pada

  20 Desember 2008 dari pemasakan 60 menit yaitu : berat

  

  rendemen pulp 5,5092 gram, kandungan selulosa 86,3167%, dan Satria, A. 2003. ”Pembuatan Pulp Dari Tandan kandungan lignin 6,8250%

  Kosomg Kelapa Sawit Dengan Proses Asam Asetat”. Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia

  5.2 Saran Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.

  1) Penelitian dilanjutkan dengan tahapan proses selanjutnya seperti

  Montrismen. 2003. ”Pengaruh Temperatur bleaching dan pencetakan lembaran Pemasakan Dan Konsentrasi Soda Kaustik kertas. Terhadap Lignin Pada Pembuatan Pullp Dari

  2) Pulp yang dihasilkan diuji

  Enceng Gondok”. Mahasiswa Jurusan Teknik kualitasnya berdasarkan karakteristik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. pulp lainnya seperti indeks retak, indeks tarik, dan derajat putih.