Problem Agency dan Implikasinya dalam Me

Problem Agency dan Implikasinya dalam Metodologi Analisis Jaringan Sosial:
Kritik Terhadap Pendekatan Kuantitatif1

Oleh Yazalde Manaka Savio (02547)

Pengantar
Dalam esai berjudul Network Analysis in the Social Sciences, Stephen P.
Borrgati dan Ajay Mehra (at.all) dari Centre for Network Research in Business,
University of Kentucky, memaparkan tinjauan umum tentang persoalan-persoalan
sosial yang telah dikaji para peneliti ilmu-ilmu sosial dengan menggunakan analisis
jaringan sosial, lengkap dengan deskripsi ringkas tentang asumsi dasar, tujuan, serta
mekanisme penjelasan dari teori jaringan sosial yang digunakan. 2
Meskipun tidak secara khusus memasuki ranah perdebatan teoritis maupun
metodologis yang berlangsung dalam analisis jaringan sosial, namun dalam tinjauan
umum tersebut, Borrgati dan Mehra (at.all) telah mengidentifikasi dan memetakan
beberapa kritik dan tantangan bagi perkembangan analisis jaringan sosial. Ada lima
poin yang dikemukakan Borrgati dan Mehra (at.all).
Pertama, dan yang tertua adalah, apakah analisis jaringan sosial merupakan
teori atau hanya sebatas metodologi. Kritik ini mengemuka karena analisis jaringan
sosial dipandang tidak mempunyai pemahaman (murni) teoritis tersendiri.
Kedua, persoalan agency. Kritik ini memandang analisis jaringan sosial

mengabaikan agency, dalam artian bahwa ia mengabaikan subjektivitas dan
intensionalitas manusia. Kritik ini memperlihatkan bahwa nodes (individu/aktor
1Disusun sebagai tugas akhir mata kuliah Analisis Jaringan Sosial dan Bisnis
2Borrgati
dan
Mehra
at.all.
Network
Analysis
in
Social
Sciences.
url
http://www.steveborgatti.com/papers/SNA_Review_for_Science.pdf diakses tanggal 23 Juni 2012

dalam terminologi analisis jaringan sosial) cenderung dikonseptualisasikan secara
pasif dan sepenuhnya ditentukan oleh posisi atau lingkungannya daripada sebagai
agen yang aktif mengelola jaringan di sekitarnya.
Ketiga, tentang kedinamisan jaringan. Kritik ini merujuk pada hutang yang
tidak terbayarkan oleh para peneliti jaringan sosial yaitu dinamika atau evolusi

jaringan. Bagaimana jaringan terbentuk, diteguhkan, dan mengalami pembusukan
dari waktu ke waktu.
Keempat, kritik ini berasumsi bahwa nodes mempunyai kapasitas kognitif.
Manusia adalah makluk reflektif, hal itu mempengaruhi bagaimana mereka mereaksi
posisinya di dalam jaringan dan bagaimana mereka merubah jaringan mereka untuk
mengejar tujuannya. Kritik ini telah memperoleh reaksi dari para peneliti jaringan
sosial dengan mulai tumbuhnya perhatian pada bagaimana individu atau aktor
memahami struktur jaringan di mana mereka berada atau embbeded di dalamnya.
Kelima, lebih merupakan tantangan ketimbang kritik, yaitu apa yang disebut
Giddens sebagai double hermeunetic, yaitu bagaimana konsep-konsep ilmu sosial,
dalam hal ini analisis jaringan sosial, dapat menjadi bagian dari dunia yang mereka
gambarkan dan mempengaruhi cara masyarakat berpikir dan bertindak.
Berdasarkan pemetaan yang dibuat oleh Borrgati dan Mehra (at.all) di atas,
paper ini akan berfokus pada permasalahan agency3 dalam analisis jaringan sosial.
Persoalan agency, pengabaian terhadap subjektivitas dan intensionalitas agen/aktor,
tidak hanya menyakut perdebatan di level teori, tetapi juga berimplikasi pada
metodologi analisis jaringan sosial.
Paper ini akan memaparkan sejumlah literatur yang mengemukakan kritik
berdasarkan persoalan agency, baik perdebatan di level teori maupun implikasinya
3Agency merujuk pada elemen dinamis aktor atau agen (individu maupun institusi) dalam

menerjemahkan kapasitas potensialnya menjadi tindakan praktis, yang sering dikontraskan dengan
stuktruk sosial yang dipandang membatasi dan menentukan tindakan aktor.

praktisnya dalam metodologi. Namun, agar konteks kritik agency ini dapat dipahami,
secara sistematis paper ini terlebih dahulu akan memaparkan (1) apa itu analisis
jaringan sosial, (2) kedudukannya dalam paradigma sosiologi, (3) mengetengahkan
literatur yang secara teoritis mendiskusikan persoalan agency dan implikasi
metodologisnya, (4) menyajikan kritik metodologis yang dikembangkan berdasarkan
problem agency, yaitu kritik pendekatan kualitatif.
Analisis Jaringan Sosial, It Is About Kind Of Pattering
Dalam memberikan gambaran mengenai apa itu Analisis Jaringan Sosial di
situs International Network For Social Network Analysis (INSNA), suatu lembaga
yang pendiriannya, menurut Borrgati dan Mehra, menandai kemapanan analisis
jaringan sosial sebagai suatu ranah studi dalam ilmu-ilmu sosial, Lin Freeman
mengemukakan bahwa: “analisis jaringan sosial berfokus pada pengungkapan pola
interaksi masyarakat.” Freeman mengarisbawahi pentingnya perhatian akan pola ini
dengan menegaskan bahwa “it is about kind of pattering.”4
Pola atau pattering menjadi salah satu kata kunci yang penting dalam
memahami analisis jaringan sosial sebab, menurut Freeman, analisis jaringan sosial
didasarkan pada gagasan bahwa ‘pola’ adalah gambaran penting yang menampilkan

kehidupan individu, dan analisis jaringan sosial percaya bahwa eksistensi individu
sebagian besar bergantung kepada bagaimana individu terhubung kedalam jaringan
sosial yang lebih luas. Di sini kita menemukan lagi salah satu kata kunci penting
analisis jaringan sosial yaitu “keterhubungan”.
Dua hal di atas, keterhubungan dan pola, menjadi karakteristik dasar analisis
jaringan sosial yang membedakannya dengan pendekatan-pendekatan dalam ilmu
sosial lainnya. Dalam buku Social Network Analysis in Social and Behavioral
Sciences, Wasserman dan Katherine (1994), yang secara spesifik membicarakan
4Selengkapnya: “Social network analysis is focused on uncovering the patterning of people's
interaction. It is all about the kind of patterning …” Lin Freeman. What is Social Network Analysis
dalam http://www.insna.org/sna/what.html (diakses tanggal 23 Juni 2012).

perbedaan analisis jaringan sosial dengan perspektif behavioral menerangkan bahwa
perbedaan fundamental antara keduannya adalah analisis jaringan sosial di dasarkan
pada asumsi pentingnya relasi atau keterhubungan daripada interaksi antar unit. 5 Jika
dihubungkan dengan deskripsi Lin Freeman di atas –analisis jaringan sosial berfokus
pada pengungkapan pola interaksi masyarakat– maka analisis jaringan sosial berfokus
pada “pola interaksi” daripada interaksi itu sendiri. Sekali lagi, It is about kind of
pattering!
Menurut Wasserman dan Katherine, relasi, yang dipahami sebagai

keterhubungan antar unit, adalah komponen fundamental teori jaringan (network
theori). Pertumbuhan minat terhadap penggunaan analisis jaringan sosial, menurut
Wasserman dan Katherine, merupakan hasil dari konsensus beberapa prinsip
fundamental perspektif jaringan atau teori jaringan. Menurut keduanya, beberapa
prinsip dasar analisis jaringan sosial yang terbangun dari teori jaringan inilah yang
membedakan analisis jaringan sosial dengan pendekatan penelitian lain dalam ilmuilmu sosial. Wasserman dan Katherine mencatat beberapa poin yang paling penting:


Aktor dan tindakannya dipandang interdependen daripada dependen (atau



unit yang otonom)
Hubungan relasional antar aktor adalah saluran transfer sumberdaya



material maupun non material
Berfokus pada apakah struktur jaringan memberikan kesempatan atau




menjadi kendala bagi tindakan individu
Menkonseptualisasikan struktur (sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya)
sebagai pola-pola yang senantiasa berada di antara hubungan antar aktor

Wasserman dan Katherine menyimpulkan bahwa unit analisis dari analisis
jaringan sosial bukan individu, tetapi entitas yang terdiri dari kumpulan individu dan
relasi/keterhubungan di antara mereka. Hal ini yang menjadi salah satu celah kritik
5Wasserman dan Katherine. Social Network Analysis in Social and Behavioral Sciences. url
https://docs.google.com/file/d/13luymmN85BxyTAJpzR6P_D_q1BemZK5ajlmrZTTqBdp_5ohWTdjgqo9JA_Z/edit

terhadap analisis jaringan sosial. Namun sebelum mengemukakan beberapa kritik
yang dilontarkan terlebih dahulu dipaparkan bagaimana posisi pendekatan ini di
dalam paradigma sosiologi dengan melacak akar-akar teoritisnya yaitu teori jaringan
atau network theory.
Kedudukan dalam Paradigma Sosiologi6
Menurut George Ritzer (2007) teori jaringan merupakan bagian dari
paradigma sosiologi struktural, yang muncul kembali dalam sosiologi kontemporer
sebagai reaksi atas dominasi sosiologi normatif.

Sosiologi di Barat khususnya sosiologi Amerika pada rentang tahun 19301970an, didominasi pendekatan yang secara bervariasi disebut sebagai normatif,
order, atau pendekatan fungsionalis. Dalam pendekatan ini masyarakat dipandang
sebagai sebuah entitas besar yang stabil, dibangun berdasarkan nilai-nilai yang dibagi
bersama dan norma-norma sosial (expectation of behavior). Fungsionalisme Talcot
Parsons merupakan pendekatan utama pada perspektif ini.
Memandang pentingnya nilai dan norma yang dibagi bersama, penelitian
empiris yang muncul dari perspektif ini lebih banyak berfokus pada perilaku individu
yang diasumsikan mencerminkan nilai-nilai yang mereka pegang atau yakini. Ini
membawa pada ledakan penelitian survey yang sangat mendominasi sosiologi barat
pasca Perang Dunia ke II. Akibatnya, sosiologi, yang semula dibangun untuk
menelaah struktur sosial, semakin difokuskan pada distribusi karekteristik individu
dan sikap.
Sebagai reaksi atas sosiologi normatif, pada 1970an akhir, sosiologi struktural
bangkit kembali dengan berbagai variannya. Namun pada dasarnya berbagai varian
yang muncul sepakat bahwa struktur mempunyai efek atau pengaruh yang lebih besar

6 Disarikan dari, George Ritzer. 2007. Ensiclopedia of Social Theory. London: Sage Publication

tehadap individu daripada norma-norma kultural, dan fenomena subjektif lainnya.
Teori jaringan merupakan salah satu varian unik dari sosiologi stuktural ini.

Meskipun konsep jaringan atau keterhubungan bukan konsep baru dalam
sosiologi, namun tokoh utama analisis jaringan sosial dalam sosiologi kontemporer
disandang oleh Harrison White. Prinsip dasar dalam analisis jaringan sosial yang
dibangun oleh White adalah bahwa struktur relasi antara aktor menentukan “isi”
hubungan aktar aktor tersebut.
Asumsi teoritis tersebut dapat diilustrasikan dengan sebuah contoh sederhana
interaksi antara dua kelompok yang berbeda. Dalam kelompok I ada aktor A, B dan C
yang dapat saling berkomunikasia satu dengan yang lainnya. Di kelompok II ada
aktor A dan B yang dapat berkomunikasi dengan C, tetapi di antara mereka sendiri
tidak dapat berkomunikasi secara langsung. Dalam teori jaringan, relasi di kelompok
I bersifat egaliter sebab tidak ada satu aktor tunggal yang memiliki keuntangan lebih
dari yang lain dalam saluran komunikasi antar mereka. Sementara dalam kelompok II
relasinya bersifat asimetris, sebab C mengontrol akses A dan B, karena itu C
mempunyai keuntungan lebih dari aktor-aktor lainnya. Dengan pendekatan ini, White
membangun teori jaringan di bawah asumsi umum paradigma sosiologi struktural
yaitu struktur menentukan isi.
Persoalan Agency dan Implikasi Metodologis
Sebagai bagian dari paradigma sosiologi struktural, analisis jaringan sosial
juga tidak terlepas dari permasalahan yang mengemuka dalam teori sosiologi
kontemporer yaitu agency. Satu kata kunci yang menjadi penting dalam upaya

integrasi struktur>