EPISTIMOLOGI PERPAJAKAN DALAM PEMIKIRAN AL-MAWARDI Kazwaini

EPISTIMOLOGI PERPAJAKAN DALAM PEMIKIRAN AL-MAWARDI

Kazwaini

Mahasiswa Program Doktoral Pendidikan Islam UIN Sultan Syarif K asim Riau Jl. Soebrantas km 15 No. 155 Pekanbaru, 28293 Email: kazwaini_munir@yahoo.co.id

Abstract

The establishment of a state is generally intended to protect and prosper the citizen in economic, politic, social and culture. To actualize citizen prosperity is not only the responsibility of the government but also the citizen. Generally the government raise the pund by tax.

Tax is the citizen tuition for nation based on constitution (that could be forced) without any direct reciprocal servive and could be used to pay public spending. In Islam, the tex is termed al-Kharaj. Al Mawardi an Islamic political and economic expert explain that al- Kharaj is charges to be faid on seized and conquered land by moslem over heathen and governor let somebady to manage as the pay taxes to the goverment.

Tax collecting must be fair. Imam al-Mawardi explain that tax rates depends on priests deal by considering. Irrigation model that used, kind of soil, planted crops, and distance from the market.

Indonesia imoslem s majority country. As a good muoslem that obey the god and goverment, they are double charged. They have to pay taxes and also have to pay zakat. Taxes and Zakat are sources of state income. In Islam, beside of zakat, another funds collecting methode are still allowed. On the other word can be said, zakat is not the only source of state income.

Keyword : Taxes and Zakat are sources of state finance.

Pendahuluan

proses yang terencana atau sering disebut dengan pembunganan. Pembangunan baru

Dibentuknya suatu negara pada berjalan jika ditopang oleh dana yang cukup. umumnya dimaksudkan untuk melindungi

Roda pemerintahan, tidak mungkin berjalan dan mensejahterakan taraf hidup warga

tanpa dimotori oleh dana yang memadai. masyarakat atau rakyatnya dalam sektor

Tanggung jawab pembangunan suatu ekonomi, politik, sosial dan budaya. Untuk

negara ada pada pemerintah dan masyarakat. mewujudkan cita-cita tersebut pemerintah

Kedua-duanya harus terlibat langsung dan melakukannya melalui suatu program dan

memikul beban pembangunan tersebut.

Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |83

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version nida’ Jurnal Pemikiran Islam

ISSN 0853-1161 |Print Version

Upaya untuk mewujudkan kesejahteraan yang oleh pemerintah dari warga negara dilakukan oleh pemerintah bukanlah menjadi

berdasarkan aturan-aturan tertentu. Gunanya tanggung jawab pemerintah semata, akan

untuk menutup biaya produksi barang dan tetapi menjadi beban semua warga negara.

jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan Oleh karen itu wajar rakyat ikut serta

umum. Selain itu untuk membaiayai menanggung beban biaya yang diperlukan

pengeluaran-pengeluaran umum sehubungan oleh pemerintah guna menyukseskan

negara dalam pembangunan.

dengan

tugas-tugas

menyelenggarakan pemerintahan. Cara pemerintah menarik dana dari

Dalam Islam istilah pajak dikenal masyarakat itu lazim kita kenal dengan istilah

dengan nama al-Kharaj. Al-Kharaj adalah tanah pajak. Pajak pada hakikatnya merupakan

yang wajib dibayar pajaknya, pada mulanya instrumen pemerintah untuk membantu

tanah itu milik orang kafir yang dibuka secara masyarakat lemah, yang disebut sebagai

paksa oleh pasukan kaum muslimin “Distribution of Welfare” (pemerataan

kemuadian imam menyerahkan kembali kesejahteraan). Bagi pemerintah sendiri 6 tanah itu kepada pemiliknya.

“Distribution of Welfare” merupakan suatu Al-Kharaj sudah dikenal sejak lama. Sosial Benefit 1 (manfaat sosial). Kesejahteraan

Sejarah perpajakan dimulai dari adanya orang- tersebut secara totalitas dinikmati oleh

orang yang menganggap bahwa tanah atau seluruh warga masyarakat.

bumi adalah milik Raja. Kepercayaan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas

semacam ini telah berlaku sejak zaman dahulu negara berdasarkan Undang-undang (yang

kala. Raja Ramsis II membagi-bagikan tanah dapat dipaksakan) 2 dengan tiada mendapat

Mesir kepada penduduk. Tiap-tiap anggota jasa timbal (kontraprestasi) 3 yang langsung

keluarga memperoleh sebidang tanah dan dapat ditujukan dan dapat digunakan untuk

sebagai gantinya dikenakan Kharaj atau pajak

membayar pengeluaran umum. 7 bumi, yang harus dibayar setiap tahun. Pajak menurut para ahli keuangan 8 Al-Mawardi sebagai ahli ekonomi adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap

Islam menjelaskan bahwa dalam Islam dikenal wajib pajak yang harus disetorkan kepada

beberapa macam pajak antara lain: negara sesuai dengan ketentuan, tanpa

1. Pajak harta kekayaan yang penetapannya mendapatkan prestasi kembali kepada negara,

kewajibannya langsung Syari’ yakni Alah dan hasilnya untuk membiayai pengeluran-

swt, yaitu zakat.

pengeluaran umum di satu pihak dan untuk

2. Jizyah, yaitu pajak kepala yang dikenakan merealisir sebagai tujuan ekonomi, sosial,

kepada kafir Zimmi, Yaitu orang non politik, dan tujuan-tujuan lain yang ingin

muslim yang hidup di negara atau dicapai negara. 5 Pemerintahan Islam dengan mematuhi

Definisi di atas, dapat disimpulkan peraturan dan perundang-undangan bahwa pajak adalah iuran wajib yang dipungut

pemerintahan Islam.

1 Ibrahim Hosen, Zakat dan Pajak , (Jakarta, PT. 5 Muhammad Fuad Ibrahim, Prinsip-prinsip ilmu keuangan, Bina Rena Pariwara, tt), h. 138.

Jilid I, h. 261.

2 Wajib Pajak dikenakan denda bila tidak membayar 6 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fihq al-Islamiyah wa Adillatuhu, pajak.

(Dar al-Fikr, tt, ), Jilid II ,h.

3 Tanpa kontraprestasi,dalam pembayaran pajak tidak 7 Ibrahim Hosen, Op. Cit. h. 139. dapat ditunjuk langsung adanya kontra prestasi

8 Abu Hasan Ali Ibn Muhammad bin Habib al-Basri al- individual oleh Pemerintah.

Baghdadi, lebih dikenal dengan nama al-Mawardi. Lahir 4 Mardismo, Perpajakan, (Yogyakarta, Andi Offset, 1997),

di Basrah Tahun 364 H/974 M. h. 1.

Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |84

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version Jurnal Pemikiran Islam

nida’

ISSN 0853-1161 |Print Version

3. Al-Kharaj, yaitu pajak bumi, ini berlaku adanya pajak atau kharaj yang pengaturannya bagi tanah yang diperoleh kaum muslimin

berdasarkan ijtihad para imam. Pemerintah lewat peperangan yang kemudian

berhak menarik pajak sesuai dengan situasi dikembalikan

dan kondisi masyarakat, pajak menjadi wajib pemiliknya.

dengan kondisi negara sangat membutuhkan. pemiliknya menyerahkan pajak bumi dan bangunan kepada pemerintah Islam.

Sebagai

imbalannya

Al-Mawardi membagi Tanah yang

4. Usyr, yaitu pajak perdagangan atau bea dikenakan pajak kepada dua macam : cukai (pajak impor dan ekspor).

Pertama, tanah ini berstatus tanah

5. Pajak barang rampasan perang dan. wakaf yaitu, tanah yang ditinggalkan oleh

6. 9 Pajak hasil Pertambangan. pemiliknya sehingga tanah tersebut direbut oleh kaum muslimin tanpa melalui

Sistem Al-Kharaj serta Usyr mulai

peperangan.

diterapkan pada masa pemerintahan Khalifah Kedua, tanah yang ditempati oleh Umar Ibn al-Khattab atas dasar ijtihadnya

pemiliknya, mereka berdamai dengan dalam bidang ekonomi saat pemerintahan

pasukan Islam dan bersedia membayar Kharaj

Islam telah mulai memacu aktivitas

(pajaknya).

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. 10 Tarif pajak disesuaikan dengan hasil Khalifah Umarib Khattab yang pertama

yang dikeluarkan oleh tanah yang terkena menerapkan sistem Kharaj dan Usyr pajak, Umar ibn Khattab telah menetapkan

berdasarkan ijtihadnya. Saat itu pula umat pajak wilayah Irak untuk setiap lahan seluas

Islam membentuk Baitul mal (kas negara). satu jarib dikenakan Kharaj sebesar satu Qafiz Praktek yang dilakukan oleh Umar dijadikan 15 . Penetapan luas lahan tersebut

dalil atau hujjah. dipergunakan pengukuran yang pernah dilakukan oleh Qubbadz. Dialah orang .يذمترلا هاور .ينيدهلما نيدشارلا ءافللخا ةنسو تىنسب مكيلع pertama mengukur luas lahan, menetapkan

“Ikutilah Sunnahku dan Sunnah Khulafa’ al- besar Kharaj, menetapkan batas wilayah, dan

Rasyidin yang memperoleh petunjuk”. (HR.al-

mengadakan sistem administrasi. Kharaj Tirmidzi).

yang dipungut dari pemiliknya diserahkan kepada negara untuk kemaslahatan umat.

Al-Mawardi menjelaskan bahwa al- Imam al- Mawardi dan para fuqaha’ Kharaj adalah pungutan yang harus dibayar lainnya menyatakan bahwa negara Islam atas tanah yang direbut dan ditaklukkan oleh

berhak untuk meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin dari orang kafir dan dibiarkan

12 ekonomi dan kemakmuran rakyat lewat pajak di tangan yang mengusahakannya. Al-Kharaj disamping zakat. Dari pembahasan para

dalam bahasa Arab dipergunakan sebagai fuqaha’ tersebut dapat dipahami adanya hak nama sewaan atau hasil penggunaan sesuatu negara Islam untuk menegakkan pajak dengan

barang atau lahan. Islam membenarkan keadilan. Pendapat yang tidak realistis bila

9 Al-Mawardi, al-Ahkam al-Sulthaniyah, (Dar al-Fikr, tt), 12 Al-Mawardi, al-Ahkam al-Sulthaniyyah, (Dar al-Fikr, tt), h. 113-142. Lihat juga Muhammad Abdul Mannan,

h. 146.

Ekonomi Islam Teori dan Praktek, (Dasar-dasar Ekonomi

13 Al-Mawardi, Op.Cit. h. 147.

Islam), (Jakarta, PT. Intermasa, 1992 ), h. 245 14 Satu Qafiz adalah 33 liter dan satu dirham. 10 Usyr adalah Tanah yang hasilnya dipungut zakat

15 Ibid .,h.148

sebesar sepersepuluh dari nilai penghasilan itu.

1616 Mardiasmo,op.cit.,h.50-51

11 Imam al-Tirmiszi, Sunan al-Tirmidzi, (Beirut, Dar al- Fikr, tt), h. 43.

Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |85

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version nida’ Jurnal Pemikiran Islam

ISSN 0853-1161 |Print Version

perpajakan negara-negara muslim kini harus Untuk mendeskripsikan Content terbatas hanya pada lahan pajak yang telah

Analiysis yang positivistik kualitatif penulis dibahas oleh fuqaha’. Situasi telah berubah

berusaha mengakumulasi karya-karya al- dan perlu melengkapi sistem pajak dengan

Mawardi yang berubungan dengan masalah al- menyertakan realitas perubahan, terutama

kharaj (perpajakan) dan karya-karya ulama lain kebutuhan masal terhadap infrastruktur sosial

sebagai bahan atau mentri pelengkapnya. dan fisik bagi sebuah negara berkembang dan perekonomian modern yang efisien serta

Sebagai sumber data primer adalah : komitmen untuk merealisasikan Maqasid

kitab al-Ahkam al-Sulthaniyah, yang membahas dalam kontek hari ini.

persoalan al-kharaj dengan lengkap. Kemudian Di indonesia kita mengenal sistem

sebagai sumber data sekundernya adalah karya pajak bumi, yaitu pajak yang dipungut dari

ulama-ulama lain yang berhubugan dengan sawah, pekarangan rumah dan lahan

masalah yang diteliti, diantaranya kitab al- perkebunan lainnya dan pajak bumi dan

Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam , karya taqiiyuddin bangunan (PBB). Disamping itu kita

al-Nabhani , Fiqh al-Zakah karya Yusuf al- mengenal adanya Pajak Pelabuhan, Pajak

Qardhawi, al-Akham al-Sulthaniyah karya Abi Televisi, Pajak Radio, Pajak Kendaraan dan

Ya’la.

sebgainya, yang semuanya itu diserahkan Sebagai metode pembahasan dalam kepada negara dalam rangka jalannya

penelitian ilmiah ini penulis menggunakan pembangunan.

metode-metode sebagai berikut : Dari latar belakang di atas penulis

ingin mengkaji (1) Bagaimana pandangan Deskriptif, yaitu dengan menggambarkan

imam al-Mawardi tentang al-Kharaj atau pajak secara tepat masalah yang akan diteliti sesuai dengan data yang diperoleh

bumi. (2) Bagaimana sistem pajak yang adil kemudian di analisa.

serta tarif pajak menurut imam al-Mawardi.

Dan (3) Bagaimana kolerasi antara kewajiban Induktif, yaitu dengan membahas data

yang bersifat khusus kemudian ditarik Pajak dengan kewajiban Zakat. kesimpulan umum dari data tersebut.

Deduktif, yaitu dengan membahas data yang bersifat umum kemudian ditarik

Metode Penelitian

Penelitian terhadap pemikiran al- kesimpulan khusus dari data tersebut.

Mawardi tentang pajak merupakan penelitian

kepustakaan (Library Research). Metode yang

Pembahasan.

digunakan dalam metode ini adalah bentuk

Content Analiysis yaitu berangkat dari

Pandangan al-Mawardi tentang Perpajakan

aksioma bahwa studi tentang proses dan isi

komunikasi itu merupakan dasar bagi semua Pemerintahan atau Uli al-Amri dalam

ilmu sosial. Menurut Barcus Content pandangan islam adalah orang yang Analiysis merupakan analisis ilmiah tentang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan

isi pesan suatu komunikasi. George dan rakyatnya. Pemerintahan berkewajiban untuk

kraucer menyatakan bahwa Content Analiysis membeikan perlindunan terhadap rakyatnya.

kualitatif lebih mampu menyajikan nuansa Dalam perkembangan negara sebagai legal

dan lebih mampu melukiskan prediksinya yang lebih baik.

Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |86

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version Jurnal Pemikiran Islam

nida’

ISSN 0853-1161 |Print Version

state, 17 samu kebijaksanaan pemerintah harus ritual semata, tetapi mencakup persoalan didasarkan kepada hukum. Termasuk dalam

politik, ekonomi dan sosial budaya. Dalam hal masalah perpajakan, ia juga harus didasari

politik ekonomi sosisal buaya, ajarannya tidak pada hukum atau undang-undang No Taxation

sampai kepada soal teknis yang rinci

melainkan berupa konsep dasar yang perkembangan negara sudah memasuki tahap

without 18 represention. Dewasa

ini

berfungsi sebagai prinsip dan azas serta adminitrative state. 19 Pemerintah adalah abdi

kaedah yang mampu menampung dinamika rakyat. Pajak harus dijalankan oleh

peradaban manusia. Teknis implementasinya pemerintah untuk

dengan mendayagunakan nikmat daya akal mewujudkan kesejahteraan rakyat. Oleh

kepentingan dan

manusia.

karena itu adminitrative state sering

Persoalan ekonomi dan keuangan,

Islam menunjukkan bahwa ada sumber pemerintah bertugas dan bertanggung jawab

dihubungkan dengan welfare state 20 karena

untuk pembiyaan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

keuangan

negara

penyelenggaraan kepentingan umum serta banyak. 21 sasaran penggunaannya, untuk mengatur

Negara-negara modern dewasa ini, keuangan negara, termasuk politik keuangan, seperti Indonesia, adalah sekaligus sebagai

maka dibentuklah Bait al-Mal atau kementrian

Keuangan. Sumber uang masuk bagi Bait al- fungsi perpajakan tetap merupakan fungsi

Political, Legal and Administrative state, 22 karena

Mal tersebut yang terpenting adalah pajak pemerintah dalam upaya membiayai kegiatan

atau al-Kharaj yang di pungut dari masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup dan 25 dan untuk masyarakat.

kesejahteraan rakyat. Memang seumber Pemerintah berhak untuk memungut pendapatan pemerintah tidak hanya terbatas

dana berupa pajak dari rakyat untuk pada pajak. Namun tidak satupun negara

kepentingan negara, dan rakyat diwajibkan modern dewasa ini yang membiayai

membayarnya. Teori wajib bayar terhadap pembangunannya hanya menggantungkan

pungutan dari sumber tersebut adalah sebagai pada bantuan atau hutang luar negeri, tapi

kewajiban bernegara (tadhamul ijtima’i) lebih

partisipasi bersama dalam Islam dikenal pendapatan dalam negeri. Sebagian besar

dengan istilah ( ta’awun) dalam memikul pendapat dalam negeri adalah berupa pajak. 23 beban biaya penyelenggara kepentingan

Abdul Wahab Khalaf menjelaskan umum perlindungan keamanan. Azas-azas bahwa untuk mewujudkan kepentingan

dalam pemungutan juga telah dipancangkan umum dalam perikehidupan duniawi sebagai

dalam sistem pemungutan sumber-sumber persiapan untuk hidup ukhrawi, dengan

yang ditentukan tersebut. dipenuhinya kepentingan yang bersifat

Islam mengklasifikasikan sumber eksistensial atau essensial dan kepentingan

penghasilan negara itu kepada sumber fasilitatif. 24 Ini berarti bahwa ajaran Islam

ilzamiyah (Compulsory Constibution), seperti tidak hanya mengenai persoalan teologi dan

zakat yang diatur dalam surat at-Taubah :103.

17 Negara berdasarkan Hukum 22 Negara Politik, Hukum dan Administrasi. 18 Tidak ada pajak tanpa rakyat terwakili di parlemen.

23 Sulaiman Abdullah, Sistem perpajakan Modern ditinjau Istilah ini populer digunakan dalam revolusi Amerika.

dari segi ajaran Islam, (PT. Bina Rena Pariwara, tt), h. 189. 19 Negara Administrasi

24 A. Wahab Khalaf, Ilm Ushul al-Fiqh (Beirut:1972), h. 20 Negara Kesejahteraan

25 Hasjmi dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam ( Jakarta:Gunung Agung,1972), h. 41.

21 Sondang Siagian,

Administrasi

Pembangunan,

Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |87

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version nida’ Jurnal Pemikiran Islam

ISSN 0853-1161 |Print Version

kepentingan umum mengatur dan melidungi Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta 27 adalah mutak di perlukan. Karena hal ini

mereka, dengan zakat itu kamu amat dibutuhkan oleh seluruh rakyat atau membersihkan dan mensucika mereka. QS. At

warga negara.

untuk mengatur, melindungi serta memenuhi kebutuhan warga Tunjukan ayat ini jelas bahwa bagi

negara, pemerintah berwenang memungut seorang muslim yang memiliki harta sampai

dana yang diperlukan untuk pembiayaan nisab untuk menzakatkannya sebagai

kepentingan umum pembersih dari harta yang dimiliki, dan

penyelenggaraan

(masyarakat) dari masyarakat (rakyat) itu menjelaskan bahwa ada hak orang lain pada

wajib (Compulsary hartanya.

berupa

pungutan

Contribution) seperti zakat dan pajak (al- Kemudian di dasari oleh hadis riwayat

Kharaj). Pungutan lain dapat dilakukan oleh Tirmidzi, yaitu:

pemerintah, yang bersifat Ikhtiyariyah, sebagaimana kenyataan praktek Khalifah

Sesungguhnya dalam harta itu terdapat Umar bin Khattab yang mendirikan beberapa hak selaim zakat kemudian Rasululah

birokrasi keuangan bagi beberapa sumber membaca ayat bukanlah suatu kebaikan

pendapatan negara. Sebagai kebijaksanaan menghadapkan wajahmu. 26 lebih lanjut Umar menetapkan tunjangan-

tunjangan sosial kepada rakyat. 28 Dari ayat dan hadis di atas terlihat

Menyikapi perkembangan kebutuhan bahwa Islam telah mengatur seumber

masyarakat semakin hari semakin meningkat, keuangan atau ekonomi negara dari berbagai

baik dalam lingkungan Ukhuwah akidiyah pendapatan yang dihasilkan dari warga negara

maupun wathaniyah dan Ihsaniyah kebutuhan sendiri, baik sumber pendapatan berupa suatu

dana yang tidak dapat ditutupi oleh zakat, kewajiban atau berupa anjuran sebagai

Islam membenarkan memungut pajak pada seorang warga negara yang memiliki sikap

orang-orang non muslim sebagai fardu kifayah, sosial yang tinggi.

dan menjadi wajib saat krisis ekonomi. Islam memandang bahwa harta

Pandangan al-Mawardi di atas terlihat kekayaan atau penghasilan yang diperoleh

bahwa untuk memberikan perlindungan dan manusia dari berbagai kegiatan ekonomi dan

kesejahteraan terhadap rakyat, pemerintah jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan

berhak menarik dari mereka (rakyat) sebagai hidup manusia dan harta ini merupakan milik

salah satu sumber dana untuk mengisi Allah. Manusia yang mendapatkan, hanyalah

kekosongan keuangan negara. (Bait al-Mal pemegang amanat Allah untuk sementara

atau Kas Negara).

waktu. Manusia harus membelanjakan Imam al-Mawardi menjelaskan pajak menurut perintah Allah yaitu memberikan

atau al-Kharaj adalah pungutan yang harus hak orang lain (masyarakat) yang melekat pada

dibayar atas tanah yang ditaklukan oleh kaum harta kekayaan tersebut.

muslimin dari orang kafir dan dibiarkan di Pemerintah

tangan mereka yang mengusahakannya. 29 Nas kekuasaan atau power, penyelenggaraan

selaku

pemegang

26 Imam al-Tirmidzi, Sunnah al-Tirmidzi, Juz III (Beirut: 28 Lihat Amir Nuruddin, Ijtuhad umar ibn al-khattab,Studi Dar al-Fikr, tt), h. 48.

tentang perubahan hukum dalam Islam, IAIN Sunan Kalijaga 27 Al-Mawardi, al-Ahkam al-Sulthaniyah, (Dar al-Fikr, tt),

Yogyakarta, Jakarta: Rajawali Press, 1977), h. 128-129. h. 5

29 Ibid.,h.146

Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |88

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version nida’ Jurnal Pemikiran Islam

ISSN 0853-1161 |Print Version

yang menjelaskan al-Kharaj berbeda dengan berubah dengan masuk Islam atau nash Jizyah. Penentuan kharaj diserahkan

tidaknya dzimmah. kepada hasil ijtihad para imam.

b. Tanah yang tetap ditempati oleh Al-Mawardi membagi tanah sebagai

para pemiliknya dan mereka objek pajak kepada empat bagian, sebagai

berdamai dengan pasukan Islam, berikut:

dan kepemilikan yang mereka

1. Tanah yang dihidupkan oleh kaum pegang itu diakui, namun tanah itu muslimin adalah tanah usyr yang tidak

dikenakan pajak (kharaj) yang harus boleh dikenakan kharaj kepadanya. 30 dibayar oleh mereka

2. Tanah yang pemiliknya masuk Islam, Al-kharaj adalah suatu ide cemerlang, Menurut Imam al- Syafi’i tanah tersebut

termasuk kewajiban pemerintah dalam menjadi tanah sepersepuluh (usyr) tidak

mewujudkan keadilan, kemakmuran dan boleh dikenakan kharaj. Abu Hanifah

kesejahteraan rakyatnya. Kepala Negara berpendapat, pemerintah dapat memilih

berkewajiban memberikan perlindungan antara menjadikannya sebagai lahan

keamanan dan kesejahteraan kepada kharaj atau usyr.

masyarakat, dan masyarakat betul-betul

3. Tanah yang dirampas dari tangan kaum terlindungi dari hal-hal yang dapat musyrikin secara paksa. Menurut al-

membahayakan agama, diri, harta, dan Syafi’i tanah rampasan perang dan dibagi-

keluarga mereka.

bagikan kepada para tentara yang

Sistem Pajak yang Adil

mendapatkan rampasan perang tersebut,

dan ia menjadi tanah usyr yang tidak Mengingat pajak sebagi suatu boleh ditarik kharajnya. Imam al-Malik kewajiban yang mesti ditunaikan oleh setiap menjadikannya sebagai tanah wakaf. wajib pajak secara sukarela dan dipaksa bila Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa lari dari kewajiban. Sistem dan pelaksanannya kepala negara dapat memilih salah satu harus dengan cara yang adil. Ahli ekonomi dari dua hal tersebut. dan keuangan dewasa ini menyeru agar

4. Tanah yang didapatkan dari kaum memegang prinsip dan kaedah yang musyrikin dengan jalan damai. Inilah menghalangi timbulnya penipuan dan prinsip tanah yang khusus dikenakan kharaj. kecurangan. Petugas pajak harus menepati Tanah ini ada dua macam : prinsip keadilan, disamping dapat mencapai

a. Tanah yang ditinggalkan oleh sasaran yang tepat, dan tidak memberatkan pemiliknya sehingga tanah itu dapat

wajib pajak.

direbut oleh kaum muslimin tanpa Hak dan wewenang negara Islam

melalui peperangan. Tanah ini

mengumpulkan dana-dana menjadi wakaf untuk kepentingan

untuk

kepentingan anggaran belanjanya melalui kaum muslimin, dan ditarik pajak, pemungutan pajak tidak dapat dihalang- sebagai biaya sewa yang berlaku

halangi asalkan dengan syarat bahwa pajak selamanya,

meskipun

tidak

yang dipungut itu dilakukan dengan cara yang ditentukan oleh suatu masa

tertentu. Karena adanya manfaat yang umum dan statusnya tidak

30 Lihat al-Mawardi, al-Aahkam al-Sulthaniyah, h. 147. Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |89

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version nida’ Jurnal Pemikiran Islam

ISSN 0853-1161 |Print Version

adil dan berada dalam batas-batas tertentu bisa disanggah. Mereka itulah yang “sepadan dengan kemampuannya” rakyat. 31 mengerumuni Neraka, bagaikan serangga

Adam Smith 35 adalah penemu empat mengerumuni api. prinsip terkenal yang mesti diperhatikan

Berdasakan pendapat Adam Smith dalam soal perpajakan, yaitu keadilan,

diatas, berarti sitem perpajakan akan dapat kepastian, kelayakan, dan ekonomis. Asas dan

berjalan dengan mulus bila petugas pajak kaidah ini dianggap sebagai undang-undang

menerapkan prinsip keadilan dalam dirinnya, yang wajib diperhatikan dan tidak boleh

tidak ada yang terzhalimi dalam pemungutan dilanggar oleh para pembuat peraturan dan

pajak pada warga atau masyarakat. para administrator keuangan.

perpajakan yang Pertama, Keadilan. Keadilan adalah

Sistem

dipertimbangkan hanyalah sistem perpajakan prinsip pertama yang wajib diperhatikan

“yang adil” yang seirama dengan spirit Islam. dalam setiap pajak yang dikenakan kepada

Suatu perpajakan akan adil apabila memenuhi masyarakat. Menurut Adam Smith “Rakyat

tiga kriteria, antara lain:

pada suatu negara wajib berperan serta dalam

a. Pajak dikenakan untuk membiayai pembiayaan negara. Semuanya disesuaikan

yang benar-benar dengan kemungkinan dan kemampuannya,

pengeluaran

untuk merealisasikan atas dasar perlindungan dari negara terhadap

diperlukan

Maqasid al- Syari’ah pendapatan yang dapat diperolehnya”. 33 b. Beban pajak tidak boleh terlalu kaku

Secara umum prinsip ini sesuai dengan syariat dihadapkan pada kemampuan rakyat Islam, karena keadilan dalam Islam dituntut

untuk menanggung dan didistribusikan dalam segala hal atau tindakan.

secara merata terhadap semua orang Adil adalah salah satu sifat Allah yang

yang mampu membayar. Maha Agung. Al- Qur’an menempatkan

c. Dana pajak yang terkumpul harus keadilan “paling dekat” kepada taqwa, karena

dibelanjakan secara jujur. Sistem ia amat penting dalam struktur keimanan

perpajakan yang tidak memenuhi tiga Islam. Bahkan Rasulullah SAW menekankan

kriteria ini di pandang menindas dan dengan menyamakan ketidakadilan dengan 36 secara aklamasi dikutuk.

“kegelapan absolut” dalam arti beriman dan Semua Khulafa al-Rasyidin, dan Umar bertaqwa kepada Allah, sabda beliau :

bin Abdul Aziz menekankan bahwa pajak harus dikumpulkan dengan keadilan dan

“Jauhilan kezaliman karena kezaliman itu murah. Tidak boleh melebihi kemampuan adalah kegelapan pada hari qiamat” 34 rakyat untuk membayar, membuat mereka

tidak mampu

memenuhi kebutuhan Yusuf 37 al-Qardhawi menjelaskan pokoknya sehari-hari. Abu Yusuf

bahwa Rasulullah mengecam para penguasa berpendapat bahwa sistem pajak yang baik yang zhalim dan arogan, perkatannya tidak

31 John J.Donahue, John L.Esposito, Islam dan 34 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Qahirah: Dar al- pembaharuan, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,1955),

Hadits,11991), h. 56

h. 414-415. 35 Yusuf al-Qardhawi, Fiqh al-Daulah fi al-islam, terj 32 Adam Smith adalah seorang Filusuf Ekonomi Inggris,

(Jakarta: Rabbani Press,1977)

lahir abad ke-18, mengarang buku Kekayaan bvangsa- 36 Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terj bangsa, dianggap sebagai bapak ekonomi labieral.

Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 33 Yusuf al-Qhardawi,Fiqh al-Zakah, (Beirut, 1991), h.

h. 295.

1039. 37 Abu Yusuf, Al-Kharaj, (Beirut, Dar al- Ma’rifah, 1979),

h. 14-16.

Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |90

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version Jurnal Pemikiran Islam

nida’

ISSN 0853-1161 |Print Version

dapat meningkatkan penerimaan dan Kepastian itu sangat erat hubungannya pembangunan negara. 38 dengan kestabilan pajak. Subjek pajak yang

terbiasa menyerahkan pembayaran pajak, Imam al-Mawardi berpendapat bahwa

berarti ia merasakan adanya kepastian dalam sistem pajak yang adil akan memberikan

prosesnya.

keadilan kepada

Stabilnya pergaulan hidup manusia perbendaharaan negara, terlalu banyak

pembayarnya

dan

akan mendorong ke arah berkembangnya menarik

kemajuan ekonomi. Kedaannya dapat ketidakadilan terhadap hak-hak rakyat dan

disamakan dengan pajak. Banyaknya terlalu sedikit berarti tidak adil terhadap hak-

39 perubahan mengenai

aturan-aturan hak perbendaharaan negara. perpajakan tidak diragukan lagi akan

mengakibatkan hilangnya kepercayaan dan Persoalan keadilan dalam menarik

timbulnya keraguan di kalangan masyarakat. pajak amat penting dalam prakteknya, petugas

pajak tidak dibenarkan semena-mena Ketiga, Kelayakan. Kelayakan adalah terhadap wajib pajak, menekan mereka

untuk menjaga sikap sopan terhadap wajib dengan pembayaran pajak yang zhalim

pajak. Sikap yang sopan berpengaruh positif sehingga mereka tidak mampu untuk

pada penyerahan pajak tanpa ada rasa ragu membayarnya. Untuk itu petugas pajak

dan terpaksa karena suatu perlakuan yang

haruslah orang yang suka memelihara dirinya

kurang baik.

mau menanam atau berbuat kebajikan. Pemerintah sebagai pemungut pajak penting memiliki prinsip kelayakan dalam Menyoroti tujuan keadilan sosial dan

pemungutan pajak. Berlaku sopan terhadap distribusi pendapat yang merata, sistem

mereka merupakan suatu cara yang efektif perpajakan progresif tampaknya seirama

untuk menyadarkan pribadi wajib pajak dengan sasaran-sasaran Islam. Pajak progresif

menyetorkan pajaknya kepada negara. menarik setiap orang karena ia dapat

Keempat, Ekonomis. Ekonomis dalam mengurangi, menghapuskan kesenjangan dan

biaya pemungutan pajak dan menjauhi tidak menciptakan gangguan fundamental

berbagai pemborosan. Pemerintah wajib dalam sistem kapitalis.

bersikap ekonomis atau sederhana dalam menggunakan, mendistribusikan uang yang

Kedua, Kepastian. Kepastian adalah ada sebagai hasil pajak, Islam telah bahwa pajak hendaklah ditetapkan kepada

memerintahkan agar manusia berlaku para subjek pajak dengan cara yang pasti, tidak

sederhana dan ekonomis, dan melarang tersembunyi, baik mengenai waktu, tata cara

pemboroson serta berlebihan-lebihan. dan jumlah setoran.

Sistem perpajakan modern tetap Prinsip kepastian, “pengetahuan subjek

berlandaskan pada azas-azas tersebut. Sistem pajak

dan struktur perpajakan Indonesia menurut hendaklah pasti, tidak boleh ada keraguan,

tentang

kewajiban-kewajibannya

Undang-undang perpajakan yang baru juga ketidakpastian dalam sistem pajak akan

berlandaskan pada azas tersebut sebagai membahayakan tegaknya keadilan dalam

40 pengganti sistem pajak lama yang rumit, sukar distribusi beban pajak. untuk dipahami dan tidak sederhana dalam

38 Ibid., h. 111 40 Yusuf al-Qardhawi, Op.Cit,.h. 1047. 39 Al-Mawardi, Op.Cit., h. 209

41 Ibid., h. 1049.

Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |91

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version nida’ Jurnal Pemikiran Islam

ISSN 0853-1161 |Print Version

mecapai azas kepastian (Certainty) dan Imam al-Mawadi menjelaskan bahwa pemerataan (Equality)

besar kecilnya tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak disesuaikan dengan hasil yang

Tarip Pajak

diberikan oleh tanah atau objek pajak itu sendiri, karena Umar ibn Khattab saat

Dalam mengetahui tarif pajak, kita menetapkan pajak atas wilayah Irak, ia mengenal adanya pajak tetap dan pajak

menetapkan sebahagian daerah Irak untuk bertingkat (propesional). Pajak tetap dikenal

setiap lahan seluas satu Jarib diharuskan karena tarifnya tetap. Misalnya ketetapan atas

membayar pajak sebesar satu qafiz (33 liter) pajak pendapatan atau kekayaan taripnya

dan satu dirham.

adalah 10 %, tarip ini berlaku bagi segala macam pendapatan atau kekayaan. Pajak

Penetapan luas lahan daerah itu, bertingkat atau profesional adalah kenaikan

dipergunakan pengukuran yang pernah tarip pajak karena bertambahnya objek materi

dilakukan oleh Kisra bin Qubbadz. Dialah yang terkena pajak.

orang yang pertama kali mengukur luas lahan, Inilah macam pajak yang dianjurkan

menetapkan besarnya pajak, menetapkan dewasa

batas wilayah, dan mengadakan sistem argumentasi untuk menjelaskan keadilan

ini, dengan

mengemukakan

Administrasi. Dalam penentuan itu patut sistem ini, Argumentasi yang terpenting

disesuaikan besar kecilnya tanah. Dari setiap adalah :

lahan seluas satu jarib dipungut sebesar satu

1. qafiz Seorang kaya akan tunduk kepada dan satu dirham. Satu qafiz beratnya undang-undang pendapatan uang selalu

adalah delapan kati dan harganya adalah tiga bertambah. Makin kaya seseorang makin

dirham dengan timbangan mitsqal. Karena hal bertambah

itu telah berlaku secara umum pada masa mengembangkan 43 kekayaannya. jahiliah Arab.

kemampuannya

untuk

Kemampuan ini menambah besar Umar ibn Khattab menetapkan kemungkinan wajib pajak menerima

pungutan pajak yang berbeda pada tanah yang pajak sebagai akibat dari kemampuan

lain dari suatu wilayah. Umar menugaskan untuk

Ustman bin Hanif untuk mengurus dan perpajakan.

menanggung

beban-beban

menetapkan setiap lahan seluas satu jarib

2. Pajak bertingkat adalah cara yang terbaik perkebunan anggur dan pohon yang menjalar untuk

sebesar sepuluh dirham. Lahan pohon kurma kekayaan dan pendapatan yang

menghilangkan

perbedaan

sebesar delapan dirham, lahan tebu sebesar menyolok dimana kekayaan itu tidak

enam dirham. Lahan pertanian gandum dapat didistribusikan secara merata

sebesar empat dirham. Ketetapan itu diantara warga masyarakat. Untuk

kemudian dilaporkan kepada Umar r.a. Ia mengubah keadaan demikian mesti

menyetujui ketetapan tersebut. Daerah-daerah dipergunakan pajak bertingkat, agar

di wilayah Syam yang lain dikenakan jumlah jurang perbedaan tersebut dapat teratasi

pajak yang berbeda dengan jumlah di atas. dan jurang antara sikaya dan simiskin

Umar r.a. mempertimbangkan hasil setiap dapat diperkecil. 42 tanah dalam menetapkan besar kecilnya

pajak 44

42 Ibid., h. 1053-1054.

44 Ibid.,

43 Al-Mawardi, Op. Cit, h. 148. Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |92

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version nida’ Jurnal Pemikiran Islam

ISSN 0853-1161 |Print Version

2. Pengairan dengan menggunakan alat pajak setelah periode Umar r.a. juga harus

Petugas yang menetapkan besarnya

seperti timba atau pompa air, atau memperhatikan berapa besar penghasilannya

tenaga manusia dan hewan. setiap lahan. Besarnya masing-masing berbeda

3. Pengairan dengan tadah hujan. dilihat dari tiga segi yang masing-masing

4. Pengairan dari dalam tanah dengan berpengaruh atas besar kecilnya pajak yang 46 diserap oleh akar-akar pohon

harus ditunaikan, antara ain : Dengan melihat keempat model

1. Dari segi baik buruknya tanah atau subur pengairan itu, petugas pajak harus tidaknya tanah, yang mempengaruhi hasil

menetapkan besar pajak yang berbeda pada pertanian yang diberikan tanah itu.

masing-masing lahan, yaitu perbedaan macam

2. Dari segi macam tanaman yang ditanam, tanah, perbedaan tumbuhan yang ditanam, diantara tanaman itu ada yang arganya

perbedaan sistem pengairan dan perbedaan mahal dan ada yang harganya murah,

jarak jauh dan dekatnya lahan dengan pasar maka pajaknya disesuaikan dengan hal

atau kota untuk kemudian diketahui berapa tersebut.

besar hasil pertanian dan perkebunan yang

3. Dari segi pengairan memerlukan dihasilkan, dan besarnya pajak yang pantas penyiraman secara manual atau mekanik,

untuk dikutip dari lahan tersebut. atau hanya memerlukan pengairan biasa. Pertanian yang memerlukan tambahan

Dalam menetapkan besarnya pajak biaya, pajak yang ditarik harus lebih kecil

tersebut. Hendaknya bersifat adil dan dari yang menggunakan pengairan irigasi

seimbang, tidak boleh berlebihan yang biasa atau dengan tadah hujan. Kemudian

memberatkan pembayar pajak, dan tidak pula mungkin juga dapat ditambahkan dengan

kurang yang mengurangi hak para penerima. yang keempat yaitu.

Besarnya pajak ditetapkan sesuai dengan

4. Dekat dan jauhnya jarak lahan dari kota besarnya hasil pertanian yang diberikan oleh dan pasar, karena dengan adanya

sebidang tanah, dalam hal ini harus dipilih perbedaan jarak akan mempengaruhi

cara penentuan besarnya pajak pada tiga hal tingkat harga yaitu mahal dan murahnya

berikut ini :

suatu barang. 45

1. Ditentukan berdasakan luas tanah, Dari penjelasan diatas dapat dipahami

hitungan waktunya adalah dengan bahwa dalam pembebanan pajak terhadap

penanggalan hijriah, sebab tahun hijriah wajib pajak dapat dibedakan antara tanah

sudah umum menurut pandangan syara’. yang subur dan tidak, antara yang mahal dan

2. Ditentukan sesuai dengan luasnya yang murah, antara lahan jauh dan dekat

pertanian, penghitungan waktunya dengan kota dan antara pengairan manual

adalah dengan penanggalan masehi, dan mekanik yang memerlukan tambahan

sebab tahun masehi tersebut tahun biaya.

turunnya hujan dam mulainya bercocok Sistem pengairan pertanian dan

tanam.

perkebunan ada empat macam, yaitu sebagai

3. Ditentukan dengan cara bagi hasil berikut.

(prosentase), penghitungan waktunya

1. Pengairan yang tidak mempergunakan peralatan, seperti mengairi dari saluran mata air atau dari sungai.

45 Ibid.,

46 Ibid., h. 149.

Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |93

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version nida’ Jurnal Pemikiran Islam

ISSN 0853-1161 |Print Version

adalah setelah hasil pertanian itu telah tidak mempergunakannya. Imam Malik dipanen dan telah dibersihkan 47 berpendapat, tanah yang tidak ditanami itu

tidak dipungut pajaknya, tidak menanami Pemerintah atau khalifah boleh

lahan itu dengan sengaja atau karena ada memperkirakan

sesuatu faktor tertentu. Imam Abu Hanifah memperhatikan hal-hal yang lebih layak dalam

pajak

dengan

berpendapat, pemilik yang tidak menanami ketiga aspek di atas. Adakalanya berdasarkan

lahan karena sengaja, pajak tetap dibebankan luas tanah, atau tanamannya, atau diukur

tidak dipungut berdasarkan kadar hasil panennya. Tanah

kepadnya,

pajkanya

disebabkan oleh suatu faktor yang yang mengalami perbaikan, dan menambah 48 menghalanginya.

hasil panennya, atau tanah terserang faktor- faktor yang bisa mengurangi hasilnya, harus

diteleti terlebih dahulu. Bertambahnya hasil

panen karena usaha petani, misalnya karena mereka membuat sumur, atau membuat saluran air, beban pungutan pajaknya tidak ditambah. Merosotnya hasil panen karena

Korelasi kewajiban pajak dengan kewajiban

ulah mereka sendiri, seperti merusak saluran

zakat

air, atau tidak memanfaatkan sumur yang ada,

pungutan pajaknya tidak dikurangi, karena Zakat adalah salah satu sumber semua ini adalah kesalahan mereka sendiri.

keuangan negara dalam Islam, disamping sumber-sumber lainnya seperti minyak, batu

Bertambah dan berkurangnya hasil bara, timah, emas dan sebagainya yang panen tersebut karena ulah negara, misalnya

menjadi milik negara. Pajak dapat dipungut negara menggali sumur tersebut untuk

dari warga masyarakat bila sumber-sumber mereka, atau tidak memperbaiki sumur bor

tersebut belum mencukupi untuk membiayai dan saluran-salurannya, negara boleh

negara dan pembangunan. Ini berarti, dalam menambah pungutan pajaknya saat hasil

Islam selain zakat masih boleh memungut panen bertambah, dan wajib mengurangi

dana, termasuk pajak. Dengan kata lain pungutan pajak saat hasil panennya

sumber keuangan negara tidak hanya zakat berkurang. Bertambah dan berkurangnya

semata.

hasil panen tersebut karena faktor alam, Umat Islam hendaknya menyadari misalnya ada bencana yang merobohkan

bahwa pajak yang dipungut itu haslilnya akan pohonnya, hanyut karena banjir, dan hama

masyarakat, seperti lainnya, pajaknya ditetapkan atas tanah

kembali

kepada

pendidikan, kesehatan, tersebut menurut kadar kandungannya,

pembiayaan

keamanan dan lain sebagainya yang penduduk setempat tidak merasa di zhalimi.

pembiayaannya ditangani oleh pemerintah. Para fuqaha’ memberikan dukungan

Selanjutnya al-Mawardi mengatakan terhadap wewenang negara untuk memungut

bahwa sebidang tanah yang berstatus pajak pajak dari masyarakat. Bahkan negara harus

tetap dipungut

pajaknya,

meskipun

mengumpulkan dana dari rakyat untuk pemiliknya atau pemegang hak guna tanah itu

memenuhi kepentingan umum sebab selama

Taqiyuddin al-Nabhani al-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam 48 Al-Mawardi, Op. Cit.,

h. 150.

( Beirut: cet IV, 1990), h. 238-239. Lihat juga al-Mawardi, al-Ahkam al-Sulthaniyah, h.149-150.

Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |94

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version nida’ Jurnal Pemikiran Islam

ISSN 0853-1161 |Print Version

manfaatnya dirasakan oleh rakyat banyak, ulama sehingga pendapat ini dianggap sudah sewajarnya rakyat wajib mengeluarkan

tidak benar. dan menanggung biayanya. 49 3. Bahwa sesungguhnya sebab kewajiban

Pada masa Rasulullah SAW dan mengeluarkan pajak dang zakat itu hanya Khulafa al-Rasyidun , zakat dikenakan kepada

satu yaitu bahwa tanah itu produktif penduduk yang beragama Islam, sedangkan

sehingga tidak mungkin satu sebab pajak dikenakan kepada penduduk yang non-

dijadikan dasar bagi pembayaran pajak Muslim. Saat itu tidak ada penduduk yang

dan zakat pada saat yang sama, mustahil terkena kewajiban dua kali (double duties)

adanya dua zakat atas satu harta kekayaan, berupa zakat dari pajak.

misalnya zakat binatang ternak dan Pada masa tabi’in berlanjut sampai 51 perdagangan.

kepada zaman imam-imam mazhab, timbul Dari pendapat dan argumentasi yang perbedaan pendapat tentang tanah yang

diketengahkan oleh mazhab Hanafi di atas, terkena pajak ( ضرأ ةيجرلخا), yang dimiliki oleh

terlihat dengan jelas mereka mengatakan orang muslim, apakah kewajibannya

bahwa tanah yang berpajak tidak wajib untuk mengeluarkan pajak saja, atau dia harus

membayar zakat, yang wajib hanya pajaknya mengeluarkan secara bersamaan zakat dan

saja. Karena ini akan memberatkan wajib pajak.

pajak (double deties) dan tidak akan mungkin Mazhab Hanafi mengatakan bahwa

terjadi dua kewajiban secara bersamaan dalam tanah berpajak haya diwajibkan membayar

satu objek sebagaimana terdapat dalam makna pajaknya saja dan tidak diwajibkan membayar

hadis di atas.

zakat penghasilannya sepersepuluh. Pajak dan Kemudian menurut Jumhur ulama zakat ini tidak dapat terjadi dalam satu tanah

yakni al- Syafi’i, Maliki dan Hambali, atau satu objek.

berpendapat bahwa tanah berpajak itu wajib Mereka beralasan dengan dali-dalil

membayar zakat sepersepuluh disamping berikut ini:

pembayaran pajaknya. Jumhur Ulama

1. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh mengemukakan alasan sebagai berikut: Tirmidzi

1. Keumumam cakupan ayat al-Qur’an dan .ملسلما ضرلأا فى جارلخا و رشع عمتيج لا hadis yang menunjukkan kewajiban

mengeluarkan zakat, baik tanah terkena “Tidak boleh terjadi penarikan sepersepuluh

pajak atau tidak (Usyriyah atau kharajiah). dan pajak sekaligus atas tanah orang

2. Pajak dan zakat adalah dua hakikat yang muslim” 50 berbeda, zat, sebab pembayaran dan

dalilnya. Zakat memili muatan ibadah,

2. Tidak seorangpun diantara imam yang pajak hanya menimbulkan konsekuensi adil dan penguasa zhalim dimuka bumi ini

sanksi bila tidak dibayar. Berbeda telah mengambil sepersepuluh dari hasil

sebabnya, karena adanya sebab-sebab tanah pinggiran Irak ( قارعلا داوسلا ضرأ),

tertentu yang mewajibkan zakat pendapat yang mewajibkan sepersepuluh

sepersepuluh, sedangkan pajak atas tanah dan pajak dalam saat yang sama

dikenakan karena tanah itu subur dan bertentangan dengan Ijma’ (konsensus)

produktif untuk lahan tanaman. Berbeda

49 John L. Esposito, Op. Cit., 415. 51 Wahbah al-Zuhalli, al-Fiqh al-Islamy wa adillatuhu, (Dar 50 Imam Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Dar al-

al-Fikr, tt), Juz II, h. 824.

Fikr, tt), h. Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |95

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version Jurnal Pemikiran Islam

nida’

ISSN 0853-1161 |Print Version

pembayaran dan peruntukannya, zakat totalitas, baik berupa tanah usyuriyah ataupun dibayarkan kepada kaum fakir miskin,

kharajiah. Rasulullah saw. bersabda : sedangkan pajak digunakan untuk

رشعلا ءامسلا تقس اميف pembangunan

“pada apa yang diairi hujan, zakatnya kepentingan umum lainya. Berbeda dalil

keduanya zakat ada nash yang mengatur

pembayarannya sepersepuluh, pajak Kewajiban zakat dan pajak terhadap

ditetapkan oleh ijtihad yang didasarkan tanah yang berpajak itu tetap dipungut

atas adanya berbagai kepentingan

52 kendatipun terdapat kewajiban rangkap umum. antara zakat dan pajak, disebabkan keudanya

memiliki perbedaan dan salah satu dari Pendapat dan argumentasi yang

keduanya tidak menghalangi yang lain. diketengahkan oleh jumhur ulama di atas

Sebagaimana juga dikatakan oleh Mahmoud dapat dipahami bahwa pada tanah berpajak

Syaltout bahwa zakat merupakan sumber tetap tetap dikenakan kewajiban rangkap (double

bagi fakir miskin, yang tidak satu bangsapun seties) terhadap pemilik tanah tersebut, yakni

bebas dari zakat, dan pajak sebagai ketetapan zakat dan pajaknya, karena kedua hal tersebut

masa berlakunya berbeda baik dilihat dari segi zat, tempat,

pemerintah

maka

ditentukan oleh kebutuhan zaman dalam arti sebab, pembayaran maupun dalilnya. Jadi

ia bersifat temporer. Bagi seorang muslim salah satu diantara keduanya tidak

yang taat beragama dan taat kepada menghalangi yang lain.

pemimpin, ia dibebani kewajiban membayar Sayid Sabid mengatakan bahwa tanah

zakat dan pajak sekaligus.

berpajak yang dimiliki oleh seorang muslim

wajib dibayarkan zakat dan pajaknya, sehingga

Analisis terhadap Perpajakan dalam

berkumpul disana dua kewajiban, yaitu

pemikran al-Mawardi

membayar zakat dan pajak. Dan menurut Ibn

Mundzir, itu merupakan pendapat mayoritas Pajak dalam Islam merupakan salah para ulama. Di antaranya adalah Umar Ibn

satu sumber keuangan negara dalam Abd al-Aziz, al- Zuhri, Malik, Auza’i dan

53 menjalankan roda pemerintahan, kekosongan sebagainya. Mereka beralasan dengan negara menjadikan roda pemerintahan tidak

keumuman ayat al-Baqarah 267: akan berjalan dengan lancar. Islam membenarkan pemerintah menarik pajak dari

Hai orang-orang

yang beriman,

warga negaranya.

nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian Dalam mengelaborasi persoalan pajak, dari hasil usahamu yang baik-baik dan

perlu dilihat prinsip-prinsip atau kaedah yang sebagian dari apa yang Kami keluarkan

ada dalam kajian Islam sebagai acuan prinsip dari bumi untuk kamu. Al-Baqarah 267.

tersebut antara lain:

Pertama, menghadapi permasalahan Dari tunjukan ayat di atas dapat

yang status hukumnya belum dijelaskan secara dipahami bahwa Allah mewajibkan nafkah

tegas oleh nash al- Qur’an atau al-Sunnah atau zakat dari bumi itu secara mutlak atau

52 Ibid., h. 820 54 Imam al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, (Beirut: Dar al- 53 Syeikh Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr,

Fikr, tt), Juz III, h. 31.

1983), h. 300-303. Edisi Juni 2017 Vol. 41 No. 1 |96

ISSN 2407-1706 Jurnal An- |Online Version nida’ Jurnal Pemikiran Islam

ISSN 0853-1161 |Print Version

mengenai boleh atau tidaknya dikenal adanya kaya dan para bangsawan. Hamba sahaya itu kaedah yang menyatakan :

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan .ةمرلحا راضلما فى لصلأاو ةحبالإا عفانلما فى لصلأا

manusia dan melakukan pekerjaan-pekerjaan “Pada prinsipnya segala sesuatu yang

yang tidak mungkin dilakukan oleh orang bermanfaat hukumnya adalah mubah,

kaya atau bansawan.

dan segala sesuatu yang menimbulakn Hal ini tidak mungkin dihapuskan mudharat hukumnya haram” secara drastis karena menimbulkan bantahan dari orang-orang kaya dan bangsawan yang Mencermati persoalan pajak, dengan

tidak bisa menerima karena mereka merasa merujuk kaedah di atas, dapat dikatakan

dirugikan. Akibatnya akan berbentuk negatif, bahwa hukumnya adakah mubah atau dapat

mereka tidak mau menerima kebenaran dibenarkan oleh Islam. Sebab tidak diragukan

Islam. Untuk itu jalan yang ditempuh Islam manfaat besar yang dapat diraih melalui pajak

sangat bijaksana yakni dengan anjuran tersebut. Sebaliknya, pajak itu tidak akan

memerdekakan budak dengan jaminan pahala mungkin menimbulkan mudharat terhadap

yan sangat besar, dan memberikan hukuman pembayarnya (wajib pajak).

bagi setiap pelanggaran hukum sanksinya Sebelum Islam muncul, ditengah-

harus memerdekakan hamba sahaya yang tengah masyarakat telah hidup bermacam-

dikenal dengan istilah Kafarat. macam aturan, budaya dan adat istiadat.

Hal-hal yang tidak Menyikapi persoalan ini ada tiga macam sikap

Ketiga,

bertentangan dengan Islam dilegimitasi, Islam yang dilakukan, yaitu Hal-hal yang

seperti Pajak. Prinsip-prinsip ini dapat bertentangan dengan Islam ditolak secara

dipahami bahwa pajak merupakan suatu tegas. Misalnya Nikahul-Maqti, yaitu perbuatan

aturan atau sistem yang dapat dilegitimasi seorang laiki-laki mengawini bekas istri

oleh Islam. Pemerintah berwenang untuk bapaknya yang telah meninggal. Dalam hal ini

memungutnya, bahkan bila ia sangat Islam secara tegas menolak perkawinan yang

dibutuhkan oleh negara maka hukumnya tidak bermoral ini, Allah berfirman :

dapat menjadi wajib, sesuai dengan kaedah: Dan janganlah kamu kawini wanita-