PENINGKATAN DAYA SEL SURYA BERBAHAN TEMBAGA OKSIDA (CuO) DAN SENG OKSIDA (ZnO)

  

PENINGKATAN DAYA SEL SURYA

BERBAHAN TEMBAGA OKSIDA (CuO)

DAN SENG OKSIDA (ZnO)

  

Diding Suhardi

Universitas Muhammadiyah Malang

  

Kontak Person:

Diding Suhardi

Jl. Tlaga Warna A-4 Tlogomas

Malang, 65114

Telp: 085234239998, Fax: - , E-mail: diding.suhardi@gmail.com

  

Abstrak

Cadangan minyak Indonesia diperkirakan cukup untuk 7 tahun lagi, disisi lain kebutuhan energi

semakin meningkat, maka perlu diupayakan mencari sumber energi baru dan terbarukan. Potensi

energi yang menarik dikembangkan adalah sumber energi surya, menggunakan sel surya sebagai alat

pengkonversi energi menjadi energi listrik yang terbarukan. Selama ini masyarakat sulit membeli sel

surya karena harga masih mahal terutama yang berbahan silikon, dan teknik pembuatan belum

diketahui. Tujuan mengembangkan sel surya bahan tembaga oksida dan seng oksida menggunakan

dielektrikum cair, diaplikasikan pada atap rumah, dari bahan yang murah, mudah didapatkan,

pembuatan sederhana, mudah diperbaiki, efisiensi cukup tinggi, sehingga menarik dan mempunyai

nilai ekonomi.

Metode penelitian deskriptif eksploratif kemudian deskriptif analisis. Dengan menirukan cara kerja

fotogenerasi electron hole pada photocell, tetapi diaplikasikan pada tembaga sebagai sumber electron

dan seng sebagai sumber hole, dielektrikum cair untuk memudahkan electron-hole berpindah dari

permukaan ke kutub positip dan negatip.

  

Hasil yang telah dicapai sel ini adalah arus listrik antara 50 hingga 86 mikro Amper, tegangan 9,7

hingga 49,7 mikro Volt, sehingga sel surya menghasilkan daya sebesar 0,485 hingga 4,274 miliWatt

untuk ukuran luas 0,01 m2 atau menghasilkan daya sebesar 4,85 Watt hingga 42,74 Watt per m2.

  Kata kunci: Peningkatan Daya Sel Surya Pendahuluan

  Hasil penelitian BP Migas Indonesia mengisyaratkan bahwa jumlah cadangan bahan bakar minyak Indonesia diperkirakan tinggal 10 tahun lagi, sedangkan kebutuhan terhadap minyak dan gas bumi semakin meningkat, maka diupayakan meneliti sumber-sumber energi baru dan terbarukan untuk dapat menggantikan kebutuhan tersebut. Semakin mahalnya harga bahan bakar minyak, batu bara, gas dan energi listrik membuat masyarakat sulit, sedangkan kemampuan pemerintah memberikan subsidi semakin terbatas. Potensi sumber energi yang ada dan menarik dikembangkan adalah energi surya atau matahari, dimana untuk mengkonversi menjadi energi listrik diperlukan komponen sel surya. Selama ini harga sel surya masih mahal terutama yang berbahan silikon, dan cara pembuatan sel surya belum banyak diketahui. Harga sel surya mahal dikarenakan sulitnya pengolahan pasir silika menjadi silikon sebagai bahan dasar sel surya karena memerlukan teknologi tinggi saat melakukan pengolahan. Sel surya berbahan plastik film tipis (thin film) kemudian dikembangkan, tetapi teknologi dan harganya juga masih mahal. Mengingat letak negara Indonesia di daerah katulistiwa yang mempunyai potensi sinar surya yang besar sepanjang tahun. Energi surya di katulistiwa jika dikonversikan menjadi energi listrik akan dihasilkan sekitar 4,8 kW/m²/hari [1], energi ini cukup besar jika dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan skala rumah tangga. Melihat kondisi tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang sel surya berbahan tembaga oksida (CuO) dan seng oksida (ZnO) dengan dielektrikum HCl, untuk mendapatkan sel surya dengan teknik pembuatan yang mudah dan harga yang murah tetapi memiliki efisiensi yang cukup tinggi.

  Metode Penelitian

  Adapun metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif eksploratif. Subyek penelitian adalah logam tembaga oksida (CuO) dan seng oksida (ZnO) yang dapat mengumpulkan photon dari matahari kemudian melepaskan electron dan hole. Metode pengumpulan data dengan melakukan pencatatan saat riset mengoksidasi tembaga dan seng, riset isolator sekat antar logam, riset susunan logam sel, riset jarak antar logam sel, riset luas permukaan sel dan riset ketebalan logam sel, melakukan pengukuran secara teliti pada sel-sel surya yang dibuat. Analisis yang digunakan adalah analisis eksploratif dengan cara analisis pengukuran, catatan pengubahan kemudian melakukan perbaikan dan pengujian, dengan memperhatikan beberapa jurnal dan beberapa penelitian sebelumnya, hal-hal yang baik di catat kembali untuk dilakukan kembali pengubahan dan pengukuran untuk mendapatkan hasil sel surya yang lebih baik [2]. Setelah dilakukan beberapa penelitian dan percobaan maka dihasilkan beberapa luaran :

  a. Pembuatan sel surya dengan mengembangkan teknik pemanasan thin flat slight (pemanasan dan pendinginan bertahap dengan waktu yang teratur) untuk membuat lembar tembaga oksida dan seng oksida, yang akan menghasilkan oksidasi logam.

  b. Pembuatan isolator antar logam dengan teknik screen thin film, agar nilai tahanan antara dua logam yang berhadapan mencapai nilai tahanan (isolator) maksimum.

  c. Dihasilkan lapisan isolator dari bahan mika film sebagai sekat (isolasi) antar permukaan tertentu tembaga oksida dan seng oksida.

  d. Dihasilkan formula jarak optimal untuk menghasilkan beda potensial antar logam tembaga oksida dan seng oksida.

  e. Dihasilkan formula luas permukaan optimal agar terjadi perpindahan elektron terbanyak antar lembar logam pada permukaan yang berlawanan.

  f. Dihasilkan formula ketebalan optimal lembar masing-masing logam agar menghasilkan arus listrik maksimum mengalir pada permukaan yang berlawanan.

  g. Dihasilkan tabung sel optimal untuk mempermudah reaksi perpindahan elektron.

  h. Dihasilkan formula konsentrasi dielektrikum agar perpindahan elektron lebih cepat. i. Setelah semua didapatkan kemudian diintegrasikan menjadi prototipe sel surya.

  Gambar 1 Pemanasan dan pendinginan bertahap bahan sel Hasil Penelitian dan Pembahasan

  Pada penelitian ini penggunaan cuprous oxide sebagai silikon atau oksida tembaga adalah material yang dapat menghasilkan efek photoelectric yaitu efek cahaya menyebabkan adanya arus listrik mengalir di dalam material [3].

  Bahan-bahan yang digunakan Selembar lempengan tembaga dengan ukuran kira-kira 10 cm x 10 cm, Jepit buaya 2 buah, Mikro amperemeter sensitive antara 10 sampai dengan 100 mikro ampere, Kompor listrik dengan daya besar 1.000 Watt, Botol plastik air mineral 1,5 liter, dipotong atau gelas dengan mulut yang besar, Garam dapur, dibutuhkan beberapa sendok makan garam dapur, Air bersih, Kertas amplas atau sikat kawat, Gunting untuk memotong lembaran tipis tembaga dan seng. Langkah pembuatan Tempatkan lempengan tembaga yang telah dibersihkan dan dikeringkan di atas tungku pemanas dan stel kompor listriknya pada angka yg tertinggi, Pada saat lempengan tembaga mulai panas, akan terlihat pola oksidasi yg indah yang mulai terbentuk. Warna orange, ungu dan merah mulai menutupi muka tembaga [4].

IV-24 SENTRA

  

Gambar 2 Oven listrik pemanasan bertahap

  Pada saat lempengan tembaganya mulai panas, warnanya akan berubah menjadi kehitaman yang merupakan lapisan cupric oxide atau oksida tembaga. Tetapi ini bukan oksida yang kita inginkan, memperlihatkan warna merah, jingga, merah muda dan ungu dari oksida tembaga di bawah lapisannya.

  Selanjutnya pola warna tersebut akan menghilang seiring dengan pemanas yg mulai merah membara. Ketika pemanas mulai merah membara, lempengan tembaga akan dilapisi dengan oksida tembaga hitam. Biarkan dipanasi selama setengah jam sehingga lapisan hitamnya akan semakin tebal [7].

  

Gambar 3 Sel setelah proses

  Setelah setengah jam pemanasan, matikan kompor. Biarkan lempengan tembaga panas di atas tungku mendingin perlahan-lahan. Pada saat tembaga mendingin, maka ia akan menciut. Oksida tembaga hitam juga menciut, tetapi menciutnya pada rentang yang berbeda, membuat oksida tembaga hitamnya mengelupas. Karbon kecil mengelupas keluar dari tembaga dengan gaya tiup yang cukup untuk membuat mereka terbang, dan bersih dari permukaan tembaga. Ketika tembaga telah mendingin sesuai dengan suhu ruangan ( kira-kira membutuhkan waktu 20 menit ), hampir sebagian besar oksida hitam akan hilang. Gosok secara lembut dengan tangan di bawah air yg mengalir yang akan mengangkat sebagian besar kotoran.

  Pemasangan selanjutnya adalah sangat sederhana dan cepat. Potong lempengan tembaga lain yang ukurannya sama seperti yg pertama. Tekuk kedua ujung perlahan, sehingga dapat muat masuk ke dalam botol plastik tanpa menyentuh satu sama lain. Lapisan oksida tembaga yg menghadap ke atas di atas tungku biasanya adalah sisi yg terbaik untuk menghadap ke luar di dalam botol karena itu adalah permukaan yang terhalus dan terbersih [8].

  Perhatikan pada gambar di bawah, bahwa pada meter terbaca arus listrik sebesar 0,19 mikro ampere. meskipun di dalam gelap dan biasanya menunjukkan arus listrik beberapa mikro ampere. Sedangkan gambar di bawah, berikutnya menunjukkan dalam keadaan terik matahari.

  Gambar 4 Hasil beberapa percobaan

  Gambar 5 Hasil beberapa pengujian

  Perhatikan bahwa meter menunjukkan arus listrik antara 33 hingga 50 mikro Amper, dengan tegangan 1,9 hingga 9,7 mikroVolt, ini berarti bahwa Sel surya dapat menghasilkan daya sebesar 0,062 hingga 0,485 miliWatt untuk seukuran luas 0,01 m2 atau akan menghasilkan daya listrik sebesar 6,3 Watt hingga 48,5 Watt per m2

  Tabel 1 Hasil pengujian No Tegangan (

  μ Volt) Arus (μ Amp) Daya

  (m Watt) Jam 1 1,9 33 0,0627

  12.01 2 2,3 37 0,0851

  12.05 3 3,1 41 0,1271

  12.10 4 3,3 43 0,1419

  12.15 5 3,7 44 0,1628

  12.20 6 4,8 46 0,2208

  12.25 7 5,9 47 0,2773

  12.30 8 6,8 48 0,3264

  12.40 9 7,7 48 0,3696

  12.45 10 9,7 50 0,485

  13.00 Sumber : Pengukuran .

Grafik 1 Hasil pengukuran arus dan tegangan

IV-26 SENTRA

  

Grafik 2 Hasil pengukuran daya

  Jika menginginkan daya yang lebih besar maka permukaan Sel surya dapat diperluas seukuran atap rumah, sebagai contoh misalnya, untuk rumah dengan tipe-21 itu berarti luas permukaan atap rumah juga minimal 21 m2 x 1,5 = 31,5 m2, dikalikan dengan 48,5 Watt per m2 sama dengan 1.527 Watt. Untuk rumah dengan tipe-36 itu berarti luas permukaan atap rumah juga minimal 36 m2 x 1,5 = 54 m2, dikalikan dengan 48,5 Watt per m2 sama dengan 2.619 Watt.

  Hasil ini terlihat kecil, sehingga peneliti akan melakukan penelitian-penelitian pada tahap-tahap berikutnya, mengingat sumber energi listrik dari Sel surya sangat menarik dikembangkan di negara kita yang berada di daerah katulistiwa, umur Sel surya relatif panjang asalkan ada pemeliharaan yang baik menurut prosedur, rata-rata umur Sel surya sekitar 25 tahun, artinya kita akan mendapatkan energi listrik gratis dari alam selama 25 tahun untuk sekali pembuatan Sel surya [9].

  Kesimpulan

   Beberapa teknik (cara) pelapisan bahan pada substrat Tembaga Oksida (CuO), substrat Aluminium Oksida (AlO) dan dielektrikum NaCl, memiliki karakteristik yang berbeda pula, selisih jarak pada ketebalan logam sangat mempengaruhi hasil.

   Sel surya luas 0,01 m² dapat menghasilkan daya 0,063 hingga 0,485 miliWatt.  Pada siang hari Amper meter menunjukkan arus listrik sekitar 33 mikro Amper, tetapi kadang- kadang bisa menunjukkan sampai 50 mikro Amper, tergantung intensitas cahaya matahari saat pengukuran.

   Pada kondisi Sel surya gelap atau terlindung, meter arus terbaca 6 mikro Amper.  meskipun dalam kondisi gelap masih ada arus walaupun hanya 3 mikro Amper.

   enunjukkan tegangan 1,9 hingga 9,7 miliVolt  Sel surya bahan Tembaga Oksida (CuO), lempeng Aluminium Oksida (AlO) masih mempunyai beberapa kelemahan diantaranya efisiensi sekitar 3 % dari daya yang seharusnya dibangkitkan per-luas permukaan.

   Dapat digunakan paduan logam lain seperti ZnO (Seng Oksida), AgO (Perak Oksida) atau logam-logam yang lain, mungkin efisiensinya lebih tinggi.  Sebaiknya menggunakan bahan-bahan Tembaga (Cu) dan Aluminium (Al) dari merek produk yang sama agar perbedaan karakteristik listrik tidak terlalu jauh.  Jika menginginkan daya listrik yang lebih besar maka permukaan Sel surya dapat diperluas seukuran atap rumah misalnya.  Untuk menghasilkan arus atau tegangan dengan nilai yang dikehendai maka hubungan antar Sel surya dapat dilakukan secara seri atau paralel.  Menggunakan alat-alat ukur arus dan tegangan yang sensitif mengingat perubahan arus dan tegangan sangat kecil.  Menggunakan langkah desain dari hasil penelitian jurnal kemudian dikembangkan (direkayasa) sendiri.

  Daftar Notasi

  μ : mikro Cu : Tembaga Al : Aluminium Zn : Seng Ag : Perak

  Referensi

  [1] Arakawa H. et al. 2008. “ Efficient Dye-sensitized Solar Cells Using Zinc Oxide Powder” National Inst. Materials and Chemical Res. July 2008. [2] Dally, James W et al. 2007. “Using Less Explosive Eosine – Y and Mercurochrome”. IEEE Trans.

  On PWRD. Vol. 2, p.205. 2007. [3] Elandbird, F et al. 2008.

  “Current-Voltage Characteristics of The Solar Cells With These Electrodes Were Examined ”. IEEE Transaction on Industry Applications, Vol. 7. No. 2. Jun. 2008. p 453 – 458. [4]

  Janu, Kapoor et al. 2008 “ Mercurochrome Dye Exhibits High Photoelectric Conversion Efficiency Over 60% in a Wide Region Up to 450-520nm “. IEEE Trans.on PWRD. Vol. 2. No. 2. p.178. 2008 [5] R.K Smith et al. 2008.

  “Electrodes of High Specific Surface Area by Nano ZnO Particles” .IEEE Trans. On PWRD. Vol. 4. No. 2. p. 334. 2008. [6] Suhardi, Diding. 2007 “Desain dan Pembuatan Sel Surya Berbahan Seng Oksida (ZnO) dan Tembaga Oksida (CuO)” DPP UMM. 2007. [7] Suhardi, Diding. 2008 “Rekayasa Pembuatan Sel Surya Berbahan Dasar Aluminium Oksida (AlO) Dengan Media Larutan NaCl ”. DP2M UMM. 2008. [8]

  Suhardi, Diding. 2010 “Rekayasa Pembuatan Sel Surya Dengan Bahan Dasar Tembaga Oksida (CuO) Dengan Media Larutan NaCl ”. DP2M UMM. 2010. [9] Suhardi, Diding. 2012 Jurnal SimNas RAPI –X 2012. ISSN: 1412-9612, “Prototipe Sel Surya

  Tembaga Oksida (CuO) Dan Aluminium Oksida (AlO) Dielektrikum NaCl “hal. 36–42, UnMuh Surakarta 2012.