PEMBENTUKAN KELUARGA DITINJAU DARI ASPEK
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengantar
Keluarga merupakan komponen terkecil diidalam masyarakat yang
didalamnya terdapat organisir, didalamnya terdapat individu-individu sebagai
komponen. Suami-istri ataupun dilengkapi dengan anak. Pembentukkan
keluarga bukan semata-mata hanya menyatukan dua keluarga yangn berbeda
saja, berbeda wiilayah tempat tinggal, kkebudayaan nilai dan norma.
Melainkan juga menyatukan dua perspektif yang berbeda secara kebetulan
atau tidak nantinya mencerminkan kelanggengan dalam keluarga juga
mempengaruhi keharmonisan keluarga tersebut.
Tinjaun motif berkeluarga juga amat sangat penting dikaji, kesiapan
membangun keluarga secara mental atau psikis sehingga tidak hanya
pekawiinan bersifat sementara karena tidak dapat meredam permasalahan
yang pasti muncul. Kesiapan fisiologis juga perlu untuk mendukung
keharmonisan keluarga.
Perkembangan individu dari masa kanak-kanak, kemudian remaja, lalu
dewasa turut mempengaruhi sebuah keluarga, ketidak cocokan dalam
berkeluarga acapkali terjadi dan menjadi penyebab utama perceraian, padahal
ini bisa diatasi dengan mempersiapakn kehidupan berkeluarga yang cermat
dengan cara persiapan matang meliputi persiapan diri, memilih teman hidup,
persiapan hidup pernikahan.1
2. Rumusan Masalah
A. Pengertian keluarga
B. Pembentukan Keluarga dari Aspek Fisiologis
C. Pembentukan Keluarga dari Aspek Psikologis
1 Singgih D. Gunarsa.(1987). Psikologi untuk muda-mudi. Jakarta, BPK Gunung Mulia. Hal 87
Diakses dari (http://books.google.com/books. pada 8 oktober 2017)
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Menurut
Koerner dan Fitz patrick. definisi tentang keluarga setidaknya dapat ditinjau
berdasarkan tiga sudu tpandang, yaitu sebagai berikut:
1.
Definisi struktural. Keluarga didefinisikan berdasarkan kehadiran
atau ketidak hadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat
lainnya.
2.
Definisi fungsional. Keluarga didefinisikan dengan penekanan
pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-fungsi
tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan
materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu. Definisi ini memfokuskan pada
tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga.
3.
Definisi transaksional. Keluarga didefinisikan sebagai kelompok
yang
mengembangkan
keintiman
melalui
perilaku-perilaku
yang
memunculkan rasa identitas sebagai keluarga, berupa ikatan emosi,
pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Definisi ini memfokuskan
pada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.
Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau
perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental
dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam
suatu jaringan.2
Burgess dan Locke mendefinisikan keluarga adalah sekelompok orang
yang terikat oleh perkawinan, darah, atau adopsi, mendirikan satu rumah
tangga, berhubungan dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran social
yang diakui, sebagai suami dan istri, ibu dan bapak, putra dan putri, saudara
2Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta, Kencana, 2012), 3-6.
2
laki-laki dan saudara peremouan, dan menciptakan kebiasaan atau kebudaaan
bersama.3
B.
Pembentukan Keluarga dari Aspek Fisiologis
Perkembangan fisiologis biasanya dibarengi dengan kematangan
seksualyang sesungguhnya, yang berhubungan dengan kematangan kalenjer
endoktrin, kalenjer ini bermuara pada pembuluh darah
dengan melalui
pertukaran zat yang ada diantarajaringan kalenjer-kalenjer dengan pembulh
rambut didalam kalenjer tadi. Zat-zat tersebutlah yang disebut hormon yang
kemudian menyebabkan rangsangan-rangsangan tertentu. Suatu rangsangan
hormonal ini membuat tidak tenang (bergejolak). Suatu rasa yang belum
pernah dialami dimasa anak-anak.4
Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru dan harapanharapan social baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memulai
kehidupannya memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami atau
isteri dan peran dalam dunia kerja.5
Istilah dewasa menggambarkan segala organisme yang telah matang,
tetapi lazimnya merujuk pada manusia. Dewasa adalah orang yang bukan lag
ianak-anak dan telah menjadi pria atau wanita seutuhnya. Seseorang dapat
saja dewasa secara biologis, dan memiliki karakteristik perilaku dewasa,
tetapi tetap diberlakukan sebagai anak kecil jika berada dibawah umur
dewasa secara hukum.
Setelah mengalami masa kanak-kanak dan remaja yang panjang, seorang
individu
akan
mengalami
masa
dimana
ia
telah
menyelesaikan
pertumbuhannya dan meng haruskan dirinya untuk berkecimpung dalam
masyarakat bersama orang-orang dewasa lainnya. Dibandingkan dengan
masa-masa sebelumnya, masa dewasa adalah masa yang paling lama rentang
kehidupan.
3Bungaran Antonius Simanjuntak, Harmonius Family, (Jakarta: YayasanPustakaObor
Indonesia, 2013), 2.
4 Abu ahmadi, Munawar sholeh. Psikologi perkembangan, (Jakarata ; PT Rineka Cipta
2005), hal 121
5Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2015), hal 247.
3
Masa dewasa biasanya dimulai sejak usia 18 tahun hingga kira-kira usia
40 tahun dan biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan
organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa
ini, individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu
bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan
terhadap perubahan tersebut.
Masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilainilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada polahi dup yang baru. Kisaran
umur antara 21 sampai 40 tahun.6
Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu, karena pada
masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungan terhadap orang
tua dan berusaha untuk dapat mandiri. Ciri-ciri masa dewasa yaitu:
A. Masa Pengaturan
Pada masa ini seseorang akan mencoba-coba sebelum ia menentukan
mana yang sesuai, cocok, dan member kepuasan permanen. Ketika ia telah
menemukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi hidupnya, ia akan
mengembangkan pola-pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung
akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.
B.
Masa Usia Produktif
Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini
meupakan masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup,
menikah, dan berproduksi atau mengasilkan anak. Pada masaini, organ
reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan keturunan.
C.
Masa Bermasalah
Masa dewasa ini dikatakan masa yang sulit dan bermasalah. Karena
seseorang harus menyesuaikan dengan peranbarunya (perkawinan vs.
pekerjaan).
D. Masa Ketegangan Emosional
6Yudrik Jahya, Psikologi Perkembangan, 246.
4
Ketika seseorang berusia 20 an, kondisi emosionalnya tidak terkendali. Ia
cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi
seseorang sangat bergelora dan mudah tegang.
E.
Masa Keterangan Sosial
Masa dewasa ini adalah masa dimana seseorang mengalami krisis sosial,
ia terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial.
F.
Masa Komitmen
Pada masa ini individu mulai sadar akan pentingnya komitmen. Ia mulai
membentuk pola hidup, tanggung jawab, dan komitmen baru.
G. Masa Ketergantungan
Pada awal masa dewasa ini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih
punya ketergantugan pada orang tua atau organisasi atau instansi yang
mengikatnya.
H. Masa Perubahan Nilai
Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada dewasa dini berubah,
karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas.
I.
Masa Penyeusaian Diri dengan Hidup Baru
Ketika seseorang telah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih
bertanggung jawab karena pada masa ini ia sudah mempunyau peran ganda
yaitu peran sebagai orang tua dan pekerja.
J.
Masa Kreatif
Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas
untuk berbuat apa yang diinginkan. Namun, kreativitas tergantung pada
minat, potensi, dan kesempatan.7
C. Pembentukan Keluarga dari Aspek Psikologis
Aspek ini tidak bisa ditinggalkan hampir dari semua prilaku manusia
pada umumnya, termasuk pembentukan keluarga. dimulai dari perkembangan
tahap anak menuju dewasa yang diikuti dengan perkembangan fisiologis
menambah kematangan dalam definisi dewasa itu sendiri. sebagaimana tahaptahap perkebangan menurut jung, masa awal remaja energi libido 8 akan
banyak diarahkan kepada aktifitas-aktifitas seksual, kemudian dimasa remaja
7Yudrik Jahya, Psikologi Perkembangan, 247-249.
8 Jung mendefinisikan libido sebagai sebuah identifikasi energi psikis. Pertentangan yang
menghasilkan energi psikis (libido) yang mengekspresikan diri hanya melalui simbol-simbol
energi yang memanifestasikan diri dalam proses kehidupan dan dipersepsi secara subjektif sebagai
usaha atau hasrat.
5
hingga dewasa, energi libido ini diarahkan menjadi kefokusan dalam karier,
menikah, membesarkan anak dan mencari jalan untuk dapat berinteraksi
dengan
komunitas.
secara
umum
kebutuhan
tersebut
juga
dapat
dikembangkan sebagai:
Pertama, kebutuhan otonomi, yang dikonseptualisasikan sebagai
pengalaman merasakan adanya pilihan, dukungan, dan kemauan berkaitan
dengan memulai, memelihara, dan mengakhiri keterlibatan perilaku. Kedua,
kebutuhan kompetensi yang didefinisikan sebagai keinginan yang melekat
pada individu untuk merasa efektif dalam berinteraksi dengan lingkungan,
mencerminkan kebutuhan untuk melatih kemampuan, dan mencari tantangan
yang optimal. Ketiga, kebutuhan keterkaitan (need for relatedness), yang
didefinisikan sebagai kecenderungan yang melekat pada individu untuk
merasa terhubung dengan orang lain, yaitu untuk menjadi anggota kelompok,
untuk dicintai, dipeduli, dan diperhatikan. Mengacu pada kehangatan dan
perhatian yang diterima dari interaksi dengan orang lain, sehingga
menghasilkan rasa memiliki, melibatkan kebutuhan untuk terkoneksi secara
aman dengan orang lain dalam lingkungannya dan mengalami perasaan layak
untuk disayangi dan di hargai.9
Oswald kroh mengemukaan bahwa perkembangan jiwa anak berjalan
secara evolutif.
Biasanya pada masa teretntu mengalami kegoncangan
(aktifitas revolusi) sebanyak dua kali, kegoncangan ini disebut oleh kroh
sebagai Trotz Periode. Yakni pertama pada masa usia 3 / 4 tahun, kedua pada
usia 12 tahun untuk putrid dan 13 tahun untuk putra.
Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :
1.
Dari umur kelahiran sampai periode Trotz I (0 tahun – 3 / 4 tahun)
disebut masa anak-anak awal.
2.
Dari periode Trotz I sampai periode Trotz II (3 / 4 tahun – 12/13
tahun) disebut masa keserasian bersekolah.
9 Nurjannah Yunus Tekeng , Asmadi Alsa“Peranan Kepuasan Kebutuhan Dasar
Psikologis dan Orientasi Tujuan Mastery Approach terhadap Belajar Berdasar Regulasi Diri”
(https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/22856 diakses 8 oktober 2017)
6
3.
Dari periode Trotz II sampai akhir masa remaja (12/13 tahun – 21
tahun) disebut masa kematangan.10
Memperhatikan tubuh secara belebihan dari sebelumnya merupakan
aspek psikologis yang nyata, membangun citranya sendiri mengenai tubuh
mereka tampaknya, memandangi cermin dan memperhatikan perubahan
tubuh secara berlama-lama. Remaja putri umumnya lebih banyak tidak terima
dengan citra negatif pada dirinya dari pada remaja putra dalam sama
pubertas.11 Lalu kemudian diikuti dengan terjadinya menstruasi pertama dan
daur menstruasi.
kematangan fisik dan seksuil tidak lah menjamin kesiapan untuk
membangun rumah tangga dengan pernikahan, faktanya muda-mudi yang
melangsungkan pernikahan karena hasil dari pertanggungjawaban atas buah
cinta monyet yang hanya dilandasi kematangan fisik berujung pada
pengakhiran hubungan dengan cepat melalui perceraian.12
Masa remaja sangat rawan, rawan disini berhubungan erat denagn
kondisi emosional yang bergejolak, rasa ingin tau yang besar tentang
seksualitas dan penemuan jati diri yang begitu semarak. Pada fase remaja
inilah keinginan dan dorongan seksual muncul secara alami. Menurut Gordon
dan Gilgum, Dalam kehidupan seksual remaja yang cenderung menunjukkan
tingkah laku seksual yang tidak bertanggungjawab. Ini dapat disebabkan
karena remaja tidak terfokus kepada sekolah dan pekerjaan karena tidak
mendapat akses atau dukungan akan hal tersebut. Pengetahuan tentang sek
yang rendah akibat tidak adanya atau kurangnya dukungan bersekolah juga
beresiko
besar
untuk
melakukan
tingkah
laku
seksual
tidak
bertanggungjawab. Tindakan mereka yang demikian dan tanpa adanya
dukungan social menyebabkan terjadinya kehamilan, munculnya penyakit
menular, dan stres psikologis (scott-jones & White, 1990)
Menurut Miller dan Simon, Remaja yang tidak berencana melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi seperti universitas memiliki kecenderungan
10 Abu ahmadi, Munawar sholeh. Psikologi perkembangan, 76
11 John w. santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, Jakarta, erlangga 2003, hal 93
12 Singgih D. Gunarsa.(1987). Psikologi untuk muda-mudi. Hal 16
7
untuk tidak menunda hubungan seks daripada mereka yang berencana
melanjutkan pendidikannya.13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keluarga adalah sekelompok orang yang terikat oleh perkawinan, darah,
atau adopsi, mendirikan satu rumah tangga, berhubungan dan berkomunikasi
satu sama lain dalam peran social yang diakui, sebagai suami dan istri, ibu
dan bapak, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara peremouan, dan
menciptakan kebiasaan atau kebudayaan bersama.
Secara fisiologis, dapat ditandai perubahan-perubahan bentuk tubuh,
perkembangan hormon, sikap dan prilaku. Secara psikologis perubahan
perilaku yang lebih mengedepankan pencarian identitas diri, menonjolkan diri
dan mencari pengakuan orang lain.
Perubahan bentuk tubuh biasanya bersamaan dengan kematangan
berfikir, kematangan seksual yang kemudian berujung kepada kecenderungan
untuk mengetahui lebih jauh tentang seksual dengan semua media yang
13 John w. santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, 403- 404
8
didapatkannya ataupun berusaha melakukan seks itu sendiri. Pengetahuan dan
pendidikan seks yang rendah akan berakibat pada tibulnya permasalahan
seperti remaja hamil, penyakit menular ataupun penyimpangan seksual seperti
homoseksual atau biseksual.
DAFTAR PUSTAKA
ahmadi, Abu. Munawar sholeh. Psikologi perkembangan, PT Rineka
Cipta. Jakarata. 2005.
Jahja, Rudrik. Psikologi Perkembangan. Kencana. Jakarta. 2015.
Lestari, Sri. Psikologi Keluarga. Kencana. Jakarta. 2012.
Santrock, John w. Adolescence Perkembangan Remaja, Jakarta, erlangga
2003.
Simanjuntak, Antonius, Bungaran. Harmonius Family.Yayasan Pustaka
Obor Indonesia. Jakarta. 2013.
Singgih D. Gunarsa. (1987). Psikologi untuk muda-mudi. Jakarta, BPK
Gunung Mulia. Diakses dari http://books.google.com/books.
Tekeng, Nurjannah, Yunus. Asmadi Alsa Peranan. Kepuasan Kebutuhan
Dasar Psikologis dan Orientasi Tujuan Mastery Approach terhadap Belajar
Berdasar Regulasi Diri (https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/22856)
9
PENDAHULUAN
1. Pengantar
Keluarga merupakan komponen terkecil diidalam masyarakat yang
didalamnya terdapat organisir, didalamnya terdapat individu-individu sebagai
komponen. Suami-istri ataupun dilengkapi dengan anak. Pembentukkan
keluarga bukan semata-mata hanya menyatukan dua keluarga yangn berbeda
saja, berbeda wiilayah tempat tinggal, kkebudayaan nilai dan norma.
Melainkan juga menyatukan dua perspektif yang berbeda secara kebetulan
atau tidak nantinya mencerminkan kelanggengan dalam keluarga juga
mempengaruhi keharmonisan keluarga tersebut.
Tinjaun motif berkeluarga juga amat sangat penting dikaji, kesiapan
membangun keluarga secara mental atau psikis sehingga tidak hanya
pekawiinan bersifat sementara karena tidak dapat meredam permasalahan
yang pasti muncul. Kesiapan fisiologis juga perlu untuk mendukung
keharmonisan keluarga.
Perkembangan individu dari masa kanak-kanak, kemudian remaja, lalu
dewasa turut mempengaruhi sebuah keluarga, ketidak cocokan dalam
berkeluarga acapkali terjadi dan menjadi penyebab utama perceraian, padahal
ini bisa diatasi dengan mempersiapakn kehidupan berkeluarga yang cermat
dengan cara persiapan matang meliputi persiapan diri, memilih teman hidup,
persiapan hidup pernikahan.1
2. Rumusan Masalah
A. Pengertian keluarga
B. Pembentukan Keluarga dari Aspek Fisiologis
C. Pembentukan Keluarga dari Aspek Psikologis
1 Singgih D. Gunarsa.(1987). Psikologi untuk muda-mudi. Jakarta, BPK Gunung Mulia. Hal 87
Diakses dari (http://books.google.com/books. pada 8 oktober 2017)
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Menurut
Koerner dan Fitz patrick. definisi tentang keluarga setidaknya dapat ditinjau
berdasarkan tiga sudu tpandang, yaitu sebagai berikut:
1.
Definisi struktural. Keluarga didefinisikan berdasarkan kehadiran
atau ketidak hadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat
lainnya.
2.
Definisi fungsional. Keluarga didefinisikan dengan penekanan
pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-fungsi
tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan
materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu. Definisi ini memfokuskan pada
tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga.
3.
Definisi transaksional. Keluarga didefinisikan sebagai kelompok
yang
mengembangkan
keintiman
melalui
perilaku-perilaku
yang
memunculkan rasa identitas sebagai keluarga, berupa ikatan emosi,
pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Definisi ini memfokuskan
pada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.
Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau
perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental
dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam
suatu jaringan.2
Burgess dan Locke mendefinisikan keluarga adalah sekelompok orang
yang terikat oleh perkawinan, darah, atau adopsi, mendirikan satu rumah
tangga, berhubungan dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran social
yang diakui, sebagai suami dan istri, ibu dan bapak, putra dan putri, saudara
2Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta, Kencana, 2012), 3-6.
2
laki-laki dan saudara peremouan, dan menciptakan kebiasaan atau kebudaaan
bersama.3
B.
Pembentukan Keluarga dari Aspek Fisiologis
Perkembangan fisiologis biasanya dibarengi dengan kematangan
seksualyang sesungguhnya, yang berhubungan dengan kematangan kalenjer
endoktrin, kalenjer ini bermuara pada pembuluh darah
dengan melalui
pertukaran zat yang ada diantarajaringan kalenjer-kalenjer dengan pembulh
rambut didalam kalenjer tadi. Zat-zat tersebutlah yang disebut hormon yang
kemudian menyebabkan rangsangan-rangsangan tertentu. Suatu rangsangan
hormonal ini membuat tidak tenang (bergejolak). Suatu rasa yang belum
pernah dialami dimasa anak-anak.4
Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru dan harapanharapan social baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memulai
kehidupannya memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami atau
isteri dan peran dalam dunia kerja.5
Istilah dewasa menggambarkan segala organisme yang telah matang,
tetapi lazimnya merujuk pada manusia. Dewasa adalah orang yang bukan lag
ianak-anak dan telah menjadi pria atau wanita seutuhnya. Seseorang dapat
saja dewasa secara biologis, dan memiliki karakteristik perilaku dewasa,
tetapi tetap diberlakukan sebagai anak kecil jika berada dibawah umur
dewasa secara hukum.
Setelah mengalami masa kanak-kanak dan remaja yang panjang, seorang
individu
akan
mengalami
masa
dimana
ia
telah
menyelesaikan
pertumbuhannya dan meng haruskan dirinya untuk berkecimpung dalam
masyarakat bersama orang-orang dewasa lainnya. Dibandingkan dengan
masa-masa sebelumnya, masa dewasa adalah masa yang paling lama rentang
kehidupan.
3Bungaran Antonius Simanjuntak, Harmonius Family, (Jakarta: YayasanPustakaObor
Indonesia, 2013), 2.
4 Abu ahmadi, Munawar sholeh. Psikologi perkembangan, (Jakarata ; PT Rineka Cipta
2005), hal 121
5Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2015), hal 247.
3
Masa dewasa biasanya dimulai sejak usia 18 tahun hingga kira-kira usia
40 tahun dan biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan
organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa
ini, individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu
bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan
terhadap perubahan tersebut.
Masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilainilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada polahi dup yang baru. Kisaran
umur antara 21 sampai 40 tahun.6
Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu, karena pada
masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungan terhadap orang
tua dan berusaha untuk dapat mandiri. Ciri-ciri masa dewasa yaitu:
A. Masa Pengaturan
Pada masa ini seseorang akan mencoba-coba sebelum ia menentukan
mana yang sesuai, cocok, dan member kepuasan permanen. Ketika ia telah
menemukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi hidupnya, ia akan
mengembangkan pola-pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung
akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.
B.
Masa Usia Produktif
Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini
meupakan masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup,
menikah, dan berproduksi atau mengasilkan anak. Pada masaini, organ
reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan keturunan.
C.
Masa Bermasalah
Masa dewasa ini dikatakan masa yang sulit dan bermasalah. Karena
seseorang harus menyesuaikan dengan peranbarunya (perkawinan vs.
pekerjaan).
D. Masa Ketegangan Emosional
6Yudrik Jahya, Psikologi Perkembangan, 246.
4
Ketika seseorang berusia 20 an, kondisi emosionalnya tidak terkendali. Ia
cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi
seseorang sangat bergelora dan mudah tegang.
E.
Masa Keterangan Sosial
Masa dewasa ini adalah masa dimana seseorang mengalami krisis sosial,
ia terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial.
F.
Masa Komitmen
Pada masa ini individu mulai sadar akan pentingnya komitmen. Ia mulai
membentuk pola hidup, tanggung jawab, dan komitmen baru.
G. Masa Ketergantungan
Pada awal masa dewasa ini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih
punya ketergantugan pada orang tua atau organisasi atau instansi yang
mengikatnya.
H. Masa Perubahan Nilai
Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada dewasa dini berubah,
karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas.
I.
Masa Penyeusaian Diri dengan Hidup Baru
Ketika seseorang telah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih
bertanggung jawab karena pada masa ini ia sudah mempunyau peran ganda
yaitu peran sebagai orang tua dan pekerja.
J.
Masa Kreatif
Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas
untuk berbuat apa yang diinginkan. Namun, kreativitas tergantung pada
minat, potensi, dan kesempatan.7
C. Pembentukan Keluarga dari Aspek Psikologis
Aspek ini tidak bisa ditinggalkan hampir dari semua prilaku manusia
pada umumnya, termasuk pembentukan keluarga. dimulai dari perkembangan
tahap anak menuju dewasa yang diikuti dengan perkembangan fisiologis
menambah kematangan dalam definisi dewasa itu sendiri. sebagaimana tahaptahap perkebangan menurut jung, masa awal remaja energi libido 8 akan
banyak diarahkan kepada aktifitas-aktifitas seksual, kemudian dimasa remaja
7Yudrik Jahya, Psikologi Perkembangan, 247-249.
8 Jung mendefinisikan libido sebagai sebuah identifikasi energi psikis. Pertentangan yang
menghasilkan energi psikis (libido) yang mengekspresikan diri hanya melalui simbol-simbol
energi yang memanifestasikan diri dalam proses kehidupan dan dipersepsi secara subjektif sebagai
usaha atau hasrat.
5
hingga dewasa, energi libido ini diarahkan menjadi kefokusan dalam karier,
menikah, membesarkan anak dan mencari jalan untuk dapat berinteraksi
dengan
komunitas.
secara
umum
kebutuhan
tersebut
juga
dapat
dikembangkan sebagai:
Pertama, kebutuhan otonomi, yang dikonseptualisasikan sebagai
pengalaman merasakan adanya pilihan, dukungan, dan kemauan berkaitan
dengan memulai, memelihara, dan mengakhiri keterlibatan perilaku. Kedua,
kebutuhan kompetensi yang didefinisikan sebagai keinginan yang melekat
pada individu untuk merasa efektif dalam berinteraksi dengan lingkungan,
mencerminkan kebutuhan untuk melatih kemampuan, dan mencari tantangan
yang optimal. Ketiga, kebutuhan keterkaitan (need for relatedness), yang
didefinisikan sebagai kecenderungan yang melekat pada individu untuk
merasa terhubung dengan orang lain, yaitu untuk menjadi anggota kelompok,
untuk dicintai, dipeduli, dan diperhatikan. Mengacu pada kehangatan dan
perhatian yang diterima dari interaksi dengan orang lain, sehingga
menghasilkan rasa memiliki, melibatkan kebutuhan untuk terkoneksi secara
aman dengan orang lain dalam lingkungannya dan mengalami perasaan layak
untuk disayangi dan di hargai.9
Oswald kroh mengemukaan bahwa perkembangan jiwa anak berjalan
secara evolutif.
Biasanya pada masa teretntu mengalami kegoncangan
(aktifitas revolusi) sebanyak dua kali, kegoncangan ini disebut oleh kroh
sebagai Trotz Periode. Yakni pertama pada masa usia 3 / 4 tahun, kedua pada
usia 12 tahun untuk putrid dan 13 tahun untuk putra.
Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :
1.
Dari umur kelahiran sampai periode Trotz I (0 tahun – 3 / 4 tahun)
disebut masa anak-anak awal.
2.
Dari periode Trotz I sampai periode Trotz II (3 / 4 tahun – 12/13
tahun) disebut masa keserasian bersekolah.
9 Nurjannah Yunus Tekeng , Asmadi Alsa“Peranan Kepuasan Kebutuhan Dasar
Psikologis dan Orientasi Tujuan Mastery Approach terhadap Belajar Berdasar Regulasi Diri”
(https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/22856 diakses 8 oktober 2017)
6
3.
Dari periode Trotz II sampai akhir masa remaja (12/13 tahun – 21
tahun) disebut masa kematangan.10
Memperhatikan tubuh secara belebihan dari sebelumnya merupakan
aspek psikologis yang nyata, membangun citranya sendiri mengenai tubuh
mereka tampaknya, memandangi cermin dan memperhatikan perubahan
tubuh secara berlama-lama. Remaja putri umumnya lebih banyak tidak terima
dengan citra negatif pada dirinya dari pada remaja putra dalam sama
pubertas.11 Lalu kemudian diikuti dengan terjadinya menstruasi pertama dan
daur menstruasi.
kematangan fisik dan seksuil tidak lah menjamin kesiapan untuk
membangun rumah tangga dengan pernikahan, faktanya muda-mudi yang
melangsungkan pernikahan karena hasil dari pertanggungjawaban atas buah
cinta monyet yang hanya dilandasi kematangan fisik berujung pada
pengakhiran hubungan dengan cepat melalui perceraian.12
Masa remaja sangat rawan, rawan disini berhubungan erat denagn
kondisi emosional yang bergejolak, rasa ingin tau yang besar tentang
seksualitas dan penemuan jati diri yang begitu semarak. Pada fase remaja
inilah keinginan dan dorongan seksual muncul secara alami. Menurut Gordon
dan Gilgum, Dalam kehidupan seksual remaja yang cenderung menunjukkan
tingkah laku seksual yang tidak bertanggungjawab. Ini dapat disebabkan
karena remaja tidak terfokus kepada sekolah dan pekerjaan karena tidak
mendapat akses atau dukungan akan hal tersebut. Pengetahuan tentang sek
yang rendah akibat tidak adanya atau kurangnya dukungan bersekolah juga
beresiko
besar
untuk
melakukan
tingkah
laku
seksual
tidak
bertanggungjawab. Tindakan mereka yang demikian dan tanpa adanya
dukungan social menyebabkan terjadinya kehamilan, munculnya penyakit
menular, dan stres psikologis (scott-jones & White, 1990)
Menurut Miller dan Simon, Remaja yang tidak berencana melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi seperti universitas memiliki kecenderungan
10 Abu ahmadi, Munawar sholeh. Psikologi perkembangan, 76
11 John w. santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, Jakarta, erlangga 2003, hal 93
12 Singgih D. Gunarsa.(1987). Psikologi untuk muda-mudi. Hal 16
7
untuk tidak menunda hubungan seks daripada mereka yang berencana
melanjutkan pendidikannya.13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keluarga adalah sekelompok orang yang terikat oleh perkawinan, darah,
atau adopsi, mendirikan satu rumah tangga, berhubungan dan berkomunikasi
satu sama lain dalam peran social yang diakui, sebagai suami dan istri, ibu
dan bapak, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara peremouan, dan
menciptakan kebiasaan atau kebudayaan bersama.
Secara fisiologis, dapat ditandai perubahan-perubahan bentuk tubuh,
perkembangan hormon, sikap dan prilaku. Secara psikologis perubahan
perilaku yang lebih mengedepankan pencarian identitas diri, menonjolkan diri
dan mencari pengakuan orang lain.
Perubahan bentuk tubuh biasanya bersamaan dengan kematangan
berfikir, kematangan seksual yang kemudian berujung kepada kecenderungan
untuk mengetahui lebih jauh tentang seksual dengan semua media yang
13 John w. santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, 403- 404
8
didapatkannya ataupun berusaha melakukan seks itu sendiri. Pengetahuan dan
pendidikan seks yang rendah akan berakibat pada tibulnya permasalahan
seperti remaja hamil, penyakit menular ataupun penyimpangan seksual seperti
homoseksual atau biseksual.
DAFTAR PUSTAKA
ahmadi, Abu. Munawar sholeh. Psikologi perkembangan, PT Rineka
Cipta. Jakarata. 2005.
Jahja, Rudrik. Psikologi Perkembangan. Kencana. Jakarta. 2015.
Lestari, Sri. Psikologi Keluarga. Kencana. Jakarta. 2012.
Santrock, John w. Adolescence Perkembangan Remaja, Jakarta, erlangga
2003.
Simanjuntak, Antonius, Bungaran. Harmonius Family.Yayasan Pustaka
Obor Indonesia. Jakarta. 2013.
Singgih D. Gunarsa. (1987). Psikologi untuk muda-mudi. Jakarta, BPK
Gunung Mulia. Diakses dari http://books.google.com/books.
Tekeng, Nurjannah, Yunus. Asmadi Alsa Peranan. Kepuasan Kebutuhan
Dasar Psikologis dan Orientasi Tujuan Mastery Approach terhadap Belajar
Berdasar Regulasi Diri (https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/22856)
9