bahasa pikiran dan realitas sosial

Relasi Bahasa, Pikiran, dan Realitas
Tahu cerita Menara Babel? Di Alkitab diceritakan, sekumpulan manusia yang selamat
dari banjir Nuh bermigrasi hingga mereka sampai di daerah bernama Shinar. Mereka
memutuskan akan membuat menara yang puncaknya akan sampai ke surga, dan membuat nama
mereka tercantum di langit yang akan membuat mereka tidak akan terpisahkan selamanya.
Tuhan rupanya marah dengan kesombongan mereka dan berkata “Mereka bersatu dan
mempunyai bahasa yang satu, dan takkan ada yang menghalangi mereka dari memenuhi tujuan
mereka. Mari kita turun bumi dan kacaukan perkataan mereka”. Selanjutnya para penduduk
mempunyai bahasa yang berbeda-beda dan akhirnya mereka berpisah dan pergi ke dataran lain di
muka bumi.
Ilustrasi diatas menunjukkan, bahasa mempunyai peranan penting dalam hidup manusia.
Bahasa mempunyai arti harfiah yaitu “Sistem komunikasi yang dipakai oleh suatu komunitas
tertentu”. Bahasa mempunyai arti yang lebih signifikan, karena setiap manusia memerlukan
bahasa untuk menyampaikan ide, pendapat dan gagasannya agar peradaban manusia semakin
maju.
Pernahkah anda berpikir bahwa bahasa itu adalah suatu sihir? Kita (manusia) adalah
secara biologis sama dengan makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup lain juga mempunyai
kesadaran, pikiran dan naluri untuk bertindak. Tetapi mereka berbeda kita mempunyai
kemampuan untuk berbahasa dengan kompleks (kucing juga punya bahasa miaw miaw tetapi
tidak kompleks). Kemampuan kita berbahasa inilah yang membuat kita bisa menerjemahkan
kesadaran & keinginan kita ke dunia nyata. Manusia mampu mengirimkan, mengontrol, dan

memperkuat informasi yang mereka punya dengan intensistas beribu-ribu kali lipat dibandingkan
makhluk hidup lain. Bahasa mempunyai kekuatan yang sangat besar, bahkan dapat dikatakan
bahwa bahasa adalah sihir yang membuat manusia mempunyai peradaban semaju sekarang.

Paham tentang bahasa:
• Instrumentalisme: memandang bahasa sebagai suatu alat untuk mengungkapkan persepsi,
pikiran, emosi ( bahasa sebagai alat)

• Determinisme: bahwa manusia hanya dapat memersepsi, berpikir dan merasakan karena
terdapat bahasa (bahasa sebagai syarat).

Ada 4 Prinsip utama dalam bahasa komunikasi:
1. Pahami pesan sebelum menyampaikan
2. Gunakan “Bahasa orang yang anda ajak bicara”
3. Usahakan sesederhana mungkin
4. Minta umpan-balik
Prinsip seperti diatas penting karena kesalahan dalam mengutarakan bahasa bisa menimbulkan
multi tafsir pada suatu masalah.

“Words without thoughts never to heaven go” William Shakespeare

Pikiran, suatu objek yang paling abstrak dalam hidup manusia. “Berpikir dapat
didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas yang muncul di
hadapan kesadarannya dalam pengalaman dan pengertian” (Hujibers : 1986,116). Pikiran adalah

kekuatan terbesar manusia, dengan pikiran manusia mampu memahami dunia dan merubah dunia
ini sesuai dengan keinginannya.
Manusia telah ada selama beribu-ribu tahun, dan berpikir telah menjadikan manusia mempunyai
peradaban semaju sekarang ini.
Sistematika berpikir:
-

Berpikir deduktif: Reasoning yang deduktif berasal atau bersumber dari suatu
pandangan umum (general conclusion). Dari satu rumus dapat ditarik berbagai
kesimpulan.

-

Berpikir induktif: Menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang
ada di sekitarnya.


-

Problem solving thinking: Dengan pengetahuan tentang gejala umm yang dikenalnya,
mengobservasi situasi yang dihadapi dan menarik suatu kesimpulan tentang masalah itu.

-

Berpikir causative: Berpikir untuk membentuk peristiwa yang mendatang daripada
menunggu nasib yang akan menimpa.

-

Berpikir kreatif : Kemampuan seseorang untuk menciptakan ide baru yang berfaedah
dan dapat dipercaya.

-

Berpikir filsafat: Suatu analisis secara hati hati terhadap penalaran mengenai suatu
masalah.


“We shall require a substantially new manner of thinking if mankind is to survive.”
Albert Einstein

Apa itu realitas? Perlukah kita tahu realitas? Bukankah sudah cukup bahwa sesuatu itu
ada karena memang ada? Kita seringkali tertipu. Kita harus memegang tanah untuk
membedakan tanah itu keras atau lembut. Ketika anda minum alkohol dan mabuk, realitas

sepertinya berubah, 1 menit terasa seperti 1 detik ketika kita mabuk, bukankah itu juga
realitas? Jadi apakah realitas itu?
Jawaban paling sederhana dari pertanyaan diatas adalah “semua yang kita rasakan oleh
lima panca indera kita (terlihat, terasa, tercium, terdengar dan tersentuh)”. Tetapi kalau begitu
apakah elektron, hidrogen, dan hal hal „abstrak‟ semacamnya tidak termasuk realitas?
Masalahnya disini adalah bagaimana cara kita berpikir, semua orang punya realitas yang
berbeda-beda. Orang Indonesia bisa saja mempunyai realitas “Suhu disini 20 derajat celcius,
sangat dingin”, realitas tersebut tidak akan berlaku di Eropa yang mempunyai iklim dingin. Hal
ini mengantarkan kita pada seseorang bernama Rene Descartes (1586 – 1650). Ia mengatakan
bahwa akal sehat “adalah segala sesuatu di dunia ini yang disalurkan secara paling baik, karena
setiap orang percaya bahwa ia diperlengkapi secara baik dengan akal sehat sehingga orang
yang paling sulit dipuaskan dalam pandangan lain manapun tidak selalu menuntut lebih dari hal
itu ketimbang yang mereka miliki”.


Filsafat Rene Descartes diawali dengan tuntutan bahwa kita diharuskan menetapkan
kebeneran yang kita percayai. Semua kepercayaan dicurigai, ditunda, dalam bentuk yang disebut
epoche (menahan), sampai hal tersebut terbuki dapat dibenarkan. Metode ini dinamakan dengan

metode keraguan, “semua hal itu salah sampai terbukti sebaliknya !” Rene Descartes
memberikan contoh bahwa panca indera sering menipu kita. Misalnya, sebatang tongkat akan
terlihat bengkok di dalam air, hal itu belumlah menjadi realitas sampai ada yang bisa
membuktikan „kenapa‟ tongkat itu bengkok di dalam air.
Sesuai perkembangan zaman realitas berubah. Hal yang dahulu tidak masuk akal
sekarang terlihat masuk akal (atom, virus, sinyal dll sbg). Tetapi realitas sendiri tidak akan
pernah bisa dijelaskan.\
Realitas………
“Are you sure it’s the air you breathe?” Keanu Reeves The Matrix (1999)
Bahasa bertugas membentuk citra sebuah realitas kepada pikiran, Kesalahan penggunaan
bahasa atau penyampaiannya bisa mendistorsi citra realitas yg disampaikan. Realitas, tentu tidak

akan berubah, tapi persepsi yg ditimbulkan akan jauh berbeda citra yg terbentuk dalam pikiran
bisa sangat berbeda dgn realitas yg disampaikan.
1989, Oakland, California. Sebuah gempa sebesar 6.9 skala richter mengguncang

California bagian utara. Televisi menayangkan Jembatan california putus, Jalan laying runtuh,
dan pemukiman yang hancur lebur. semua televisi di amerika menayangkan tiga scene itu terus
menerus selama berhari hari . Melihat tayangan di televise seluruh negeri mengira bahwa San
Fransisco baru saja tertima bencana Catastrophic dan sudah mengalami kiamat.
Kenyataannya yang rusak hanya beberapa infrastruktur, dan yang diliput di media
hanyalah kerusakan – kerusakan besar yang diulang terus menerus selama berhari-hari. Padahal
realitasnya mayoritas San Fransisco tidak mengalami kerusakan dan hanya mengalami gempa
kecil saja. Media tidak memperlihatkan tempat-tempat yang tidak mengalami kerusakan dan
memfokuskan pada kerusakan-kerusakan major .
Ilustrasi diatas menunjukkan bahwa bahasa punya fungsi yg sangat penting. Tugasnya
sebagai penerus citra sebuah realitas bisa saja dimanfaatkan untuk membentuk citra yg lain, baik
sengaja atau tidak.
Melalui proses berpikir dan berkata, manusia akan mampu memahami apa itu realitas . Maka
pikiran, bahasa dan realitas saling berkegantungan. Tiada pikiran dan bahasa tanpa realitas dan
tiada realitas tanpa pikiran dan bahasa.

“Information technology has been one of the leading drivers of globalization, and it may also
become one of its major victims.” Evgeny Morozov

Daftar Pustaka

Drs, Elvinara. Ardianta, & Q-Aness, B. (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Effendy, O. U. (2003). Ilmu, Teori dan FIlsafat komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Whorf, B. L. (1956). Language, Thought, and Reality , Selected Writings of Benjamin Lee Whorf.
Massachusets: MIT Press. Retrieved from:
http://www.archive.org/stream/languagethoughtr00whor#page/262/mode/2up/search/reality
Solomon, Robert C & Kathleen M Higgins (2002). Sejarah Filsafat . Jogjakarta: YAYASAN
BENTANG BUDAYA
Gonick, Larry (2007), Kartun (non) Komunikasi). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
Nature of reality. (n.d). retrieved 29 September 2013 , From www.philosophynow.org:

http://philosophynow.org/issues/61/What_Is_The_Nature_Of_Reality
Matrix quotes (1999), Retrieved 29 September 2013, From www.Imdb.com:

http://www.imdb.com/title/tt0133093/quotes
Quotes, (n.d). Retrieved 29 September 2013, From www.brainyquotes.com