HPI 6 Recent site activity teeffendi

Karakter Tindak Pidana
Internasional

Gambaran Umum
Tindak pidana internasional adalah setiap
perbuatan yang mana ditetapkan sebagai
kejahatan di dalam konvensi multilateral yang
diikuti beberapa negara peserta, yang di
dalamnya terdapat salah satu dari sepuluh
karakteristik pidana (internasional).
(Lihat Bassiouni, 1986: 3)

10 karakter tindak pidana
internasional
1. Pengakuan eksplisit setiap perbuatan yang dianggap
sebagai tindak pidana internasional atau kejahatan
berdasarkan hukum internasional;
2. Pengakuan implisit dari sifat perbuatan pidana
dengan membangun kewajiban untuk melarang,
mencegah, menuntut, menghukum atau sejenisnya;
3. Kriminalisasi perbuatan-perbuatan tertentu;

4. Kewajiban atau hak untuk menuntut;
5. Kewajiban atau hak untuk menghukum perbuatan
tertentu;

10 karakter tindak pidana
internasional (lanjutan)
6. Kewajiban atau hak untuk mengekstradisi;
7. Kewajiban atau hak untuk berkerjasama dalam
menuntut, menghukum termasuk bantuan hukum
dalam proses hukum;
8. Pembangunan dasar-dasar yurisdiksi kriminal;
9. Mengacu pada pembangunan mahkamah pidana
internasional; dan
10. Penghapusan alasan-alasan karena perintah atasan
(Lihat Bassiouni, 1986: 3)

Kelemahan 10 karakter tindak
pidana internasional
Sepuluh karakter pidana menurut
Bassiouni tersebut memiliki beberapa

kelemahan berarti dilihat dari perspektif
penegakan hukum internasional terhadap
tindak pidana ineternasional.
Menurut Romli Atmasasmita, kelemahan
tersebut antara lain:

Kelemahan 10 karakter tindak
pidana internasional
1. Tidak diperhatikannya eksistensi negara sebagai
suatu entity (kesatuan) yang memiliki batas-batas
teritorial tertentu sebagai ciri pokok negara;
2. Kriminalisasi tindakan-tindakan yang telah
ditetapkan oleh masyarakat internasional akan
mengalami kendala dari sistem ratifikasi yang dianut
dan berbeda-beda antara satu negara dengan
negara lain;

Kelemahan 10 karakter tindak
pidana internasional
3. Adanya kendala terhadap undang-undang pidana nasional

tiap-tiap negara yang tentunya memiliki perbedaan
substansial dan prosedural dalam hal bekerjasama
menuntut, menghukum termasuk dalam memberikan
bantuan hukum dalam proses hukum;
4. Pembentukan mahkamah pidana internasional akan
membawa permasalahan baru tentang siapakah yang akan
menjadi tersangka pada mahkamah pidana internasional
karena pada prinsipnya, selain negara sebagai subjek hukum
internasional masih ada subjek hukum internasional lainnya.
(Lihat Romli Atmasasmita, 2006: 38-39)

Karakteristik Tindak Pidana
Internasional (Baru)
Kelemahan 10 karakter tindak pidana internasional yang disebutkan oleh
Romli Atmasasmita tersebut membawa pada karakteristik baru dalam
tindak pidana internasional, diantaranya:

1. Kejahatan internasional tidak tergantung keterkaitan dua
yurisdiksi atau lebih, sedangkan kejahatan transnasional
tergantung pada dua atau lebih yurisdiksi negara;

2. Objek yurisdiksi kejahatan internasional adalah asas universal,
sementara objek yurisdiksi kejahatan transnasional adalah asas
teritorial dan asas nasional aktif;
3. Yurisdiksi kejahatan internasional ada pada pengadilan pidana
internasional, sedangkan kejahatan transnasional merupakan
yurisdiksi pengadilan nasional;

Karakteristik Tindak Pidana
Internasional (Baru)
4. Kejahatan internasional berpegang pada asas aut dedere
aut judicare sementara kejahatan transnasional berpegang
pada asas aut dedere aut punere;
5. Kejahatan internasional tidak mengakui sepenuhnya prinsip
kedaulatan negara, sedangkan kejahatan transnasional
mengakui sepenuhnya prinsip kedaulatan negaraYurisdiksi
kejahatan internasional ada pada pengadilan pidana
internasional, sedangkan kejahatan transnasional
merupakan yurisdiksi pengadilan nasional;
(Lihat Eddy OS Hiairiej, 2009: 54)


Secara tegas, karakeristik yang diuraikan oleh Romli
Atmasasmita tersebut di atas membedakan antara tindak
pidana internasional dan tindak pidana transnasional
dengan kriteria pembedanya adalah faktor yurisdiksi
(dalam arti teritori dan dalam arti kewenangan mengadili)
dari masing-masing bentuk tindak pidana, yurisdiksi
universal bagi tindak pidana internasional dan yurisdiksi
teritorial bagi tindak pidana transnasional, serta yurisdiksi
dari penegakan hukumnya, mahkamah pidana
internasional bagi tindak pidana internasional dan
pengadilan nasional bagi tindak pidana transnasional.

Daftar Referensi
1. Cherrif M. Bassiouni, International Criminal Law, I: Crime,
1986
2. Eddy Omar Sharif Hiariej, Pengantar Hukum Pidana
Internasional, 2009
3. Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Internasional, 2006
4. Romli Atmasasmita, Kejahatan Transnasional dan
Internasional Serta Implikasi Terhadap Pendidikan Hukum

Pidana Serta Kebijakan Hukum Pidana Indonesia , Makalah
disampaikan dalam Kongres dan Seminar Nasional Asosiasi
Pengajar Hukum Pidana dan Kriminologi (ASPEHUPIKI),
diselenggarakan di Bandung, 16 – 19 Maret 2008