Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Profil Literasi Sains Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Kristen 1 Salatiga pada Materi Virus

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

3.1.1 Kemampuan Literasi sains Siswa Berdasarkan Tes Tertulis

  Berdasarkan data hasil penelitian literasi sains siswa SMA Kristen 1 Salatiga ketercapaian kemampuan literasi sains diukur melalui tes tertulis dalam bentuk soal pilihan ganda dan essai. Soal memuat 3 indikator (konsep, proses dan aplikasi) literasi sains siswa dan perolehan skor menunjukkan profil literasi sains siswa. Hasil rekapitulasi perolehan skor literasi siswa disajikan pada tabel 3.1 sebagai berikut :

Gambar 3.1. Literasi sains Siswa berdasarkan tes hasil belajar

  Berdasarkan 3.1 dapat terlihat siswa SMA Kristen 1 Salatiga pada kelas X MIPA 2 yang berjumlah 24 orang siswa dengan kriteria literasi sains yang berbeda-beda. Pada gambar 1 dapat terlihat bahwa siswa yang mempunyai kriteria sangat baik hanya terdapat 2 siswa dengan presentase sebanyak 8,33%, pada kriteria baik terdapat 3 siswa yang mempunyai presentase sebanyak 12,5%, pada kriteria cukup terdapat 16 siswa dari 24 anak yang ada di kelas MIPA 2 dengan presentase 66,67%, selanjutnya terdapat 1 siswa yang mempunyai kriteria kurang dengan presentase 4,17% dan 2 siswa lainnya yang mempunyai kriteria sangat kurang dengan presentase 8,33%. Pada skor yang diperoleh siswa ini berdasarkan soal yang diberikan oleh guru, soal ini mempunyai indikator-indikator yang menunjukan adanya literasi sains siswa. Indikator-indikator ini mempunyai bobot skor yang sama sehingga guru dapat melihat kemampuan literasi sains pada siswa kelas X MIPA 2. Pada gambar 1 dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi sains siswa yang berada di kelas X MIPA 2 dapat dikatakan cukup melihat rata-rata siswa yang memperoleh skor 94-127 lebih banyak diabndingkan dengan skor yang atas 127 maupun dibawah 94.

Gambar 3.2. Rata-Rata Literasi Sains Siswa Berdasarkan Tes Hasil Belajar

  Berdasarkan rata-rata setiap indikator literasi sains siswa pada tes hasil belajar kelas MIPA 2 SMA Kristen 1 Salatiga, dapat terlihat bahwa indikator konsep sains yang dimiliki oleh siswa MIPA 2 mempunyai kriteria kurang, pada indikator yang kedua yaitu proses sains mempunyai kriteria yang baik dan pada indikator yang terakhir aplikasi sains mempunyai kriteria yang cukup.

3.1.2. Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan Lembar Observasi

  Berdasarkan data hasil penelitian literasi sains siswa SMA Kristen 1 Salatiga ketercapaian kemampuan literasi sains di lihat dari perhitungan dilakukan lembar observasi. Pada lembar observasi yang dilakukan dalam penelitian menggunakan 2 observer yang dilakukan selama 2 kali pertemuan. Hasil rekapitulasi perolehan skor literasi siswa disajikan pada tabel dibawah ini :

Gambar 3.3. Literasi sains Siswa berdasarkan Lembar Observasi

  Berdasarkan gambar 3.3 diatas dapat terlihat bahwa hasil observasi dari kelas X MIPA 2 SMA Kristen 1 salatiga mempunyai kriteria cukup dengan jumlah siswa 8, kriteria baik dan kurang mempunyai masing- masing mempunyai jumlah siswa sebanyak 7 dan pada kriteria sangat baik dan sangat kurang masing-masing terdapat 1 siswa. Dapat disimpulkan bahwa antara kategori baik, cukup, dan kurang memiliki kuantitas siswa yang cukup berimbang.

Gambar 3.4. Rata-Rata Literasi Sains Siswa Berdasarkan Lembar Observasi

  Pada gambar 3.4 indikator literasi sains yang tertinggi yaitu indikator proses sains sebesar 90,6 dengan kategori baik dan indikator yang terendah pada kelas X MIPA 2 SMA Kristen 1 Salatiga yaitu indikator aplikasi sains sebesar 80,2 dengan kategori kurang.

3.1.3 Kemampuan Literasi sains Siswa Berdasarkan Lembar Observasi

  Berdasarkan gambar 3.5 dan gambar 3.6 dapat terlihat perbandingan antara hasil lembar tes dan lembar observasi pada kelas X MIPA 2 SMA Kristen 1 Salatiga. Pada lembar tes siswa mempunyai kriteria baik pada indikator literasi sains yaitu proses sains sedangkan pada lembar observasi siswa mempunyai kriteria baik dan jumlah tertinggi pda indikator literasi sains yaitu proses sains. Pada lembar tes indikator literasi sains dengan jumlah terendah terdapat pada indikator konsep sains sedangkan pada lembar observasi indikator terendah pada indikator aplikasi sains. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi sains khususnya indikator proses sains akan mendapatkan kriteria baik jika siswa dalam proses pelajaran melakukan pembelajaran dengan aktif.

4.1.3 Keterlaksanaan Model Pembelajaran

  Berdasarkan data hasil penelitian literasi sains siswa SMA Kristen 1 Salatiga bahwa keterlaksanaan model pembelajaran diukur menggunakan lembar observasi. Pada lembar observasi yang dilakukan dalam penelitian menggunakan 2 observer yang dilakukan selama 2 kali pertemuan. Hasil rekapitulasi perolehan skor keterlaksanaan model pembelajaran disajikan pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.7. Keterlaksaan Model Active Learning

  Berdasarkan gambar 4.6 dapat terlihat perbandingan pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pada pertemuan 1 mempunyai presentase sebanyak 89,29 dan pertemuan 2 mempunyai presentase sebanyak 96,43. Pada pertemuan pertama lebih rendah dari pertemuan kedua yang disebabkan oleh beberapa indikator keterlaksanan model pada pertemuan 1 ada beberapa indikator yang belum terlaksana, sehingga mempengaruhi presentase pada pertemuan 1.

3.2 Pembahasan

  Kemampuan literasi sains siswa yang berada di kelas X MIPA 2 SMA Kristen 1 Salatiga berada pada kriteria cukup. Hal ini dapat terlihat jumlah siswa yang mempunyai kriteria cukup lebih banyak dengan hasil presentase 66,67% dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan kriteria sangat baik dengan presentase 8,33, kriteria baik presentase 12,5%, kurang dengan presentase sebesar 4,17% maupun kriteria sangat kurang dengan presentase 8,33%. Kemampuan literasi sains siswa menggunakan soal tes dengan materi virus memiliki 3 indikator literasi sains, diantaranya konsep sains, proses sains dan aplikasi sains. PISA (2010) mengungkapkan bahwa kemampuan literasi sains siswa mempunyai kompetensi pertama menjelaskan secara ilmiah, yang dapat digolongkan sebagai indikator konsep sains, kompetensi kedua mengevaluasi dan mendesain percobaan ilmiah yang digolongankan sebagai indikator proses sains dan kompetensi yang terakhir yaitu menginterpretasikan data dan fakta secara ilmiah kompetensi ini termasuk dalam indikator literasi sains aplikasi sains.

  Kemampuan literasi sains siswa pada kelas X MIPA 2 SMA Kristen 1 Salatiga mempunyai kriteria kurang pada indikator pertama yaitu, konsep sains, pada indikator kedua proses sains mempunyai kriteria baik dan indikator ketiga aplikasi sains mempunyai kriteria cukup. Hal ini terlihat dari hasil tes belajar pada materi virus, pada indikator pertama mempunyai kriteria kurang yang disebabkan banyak soal yang salah di jawab siswa sehingga mempengaruhi jumlah skor pada indikator konsep sains, selain itu soal yang berhubungan dengan konsep sains bersifat hafalan dan teoritis sehingga siswa banyak yang menjawab kurang tepat. Hal ini menunjukan bahwa siswa belum memahami materi virus secara utuh dan menyeluruh, sehingga siswa belum mampu menggunakan pengetahuan sains yang dimilikinya dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang dilakukan terhadap alam sekitar.

  Pada indikator yang kedua yaitu proses sains yang mempunyai kriteria baik dimana jumlah skor pada indikator ini banyak siswa yang paham sehingga skor yang didapatkan lebih banyak dibandingkan dengan indikator yang pertama. Pada indikator kedua ini siswa menunjukan bahwa proses pembelajaran yang selama ini dilakukan berhasil untuk mengingat dan menghubungkan permasalahan yang berkaitan dengan virus. Salah satunya sub bab klasifikasi virus dan bentuk-bentuk virus, dimana siswa pada sub bab ini belajar dengan membaca refrensi buku-buku biologi yang disediakan di laboratorium selain itu siswa lebih aktif mendeskripsikan serta mengidentifikasi virus-virus baru untuk melihat karakteristik dan bentuk virus tersebut. Sehingga proses pembelajaran ini sangat membantu siswa dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan proses sains pada materi virus. Pada indikator yang ketiga yaitu aplikasi sains pada indikator ini mempunyai kriteria cukup karena pada indikator siswa masih belum terbiasa megaplikasikan konsep dengan adanya perkembangan sains salah satunya teknologi yang menunjang solusi dari permasalahan yang berhubungan dengan materi virus.

  Kemampuan literasi sains juga diukur melalui lembar observasi selama 2 kali pertemuan. Capaian indikator literasi sains menunjukan bahwa indikator proses sains memiliki kriteria baik berdasarkan penilaian observer selama proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam merumuskan masalah dan hipotesis pada proses diskusi. Proses sains tidak terlepas dari aktifitas pembelajaran. Pembelajaran dilakukan menggunakan pendekatan saintifik sehingga dapat melatih kemampuan siswa dalam menjelaskan fenomena ilmiah dan bukti ilmiah. Fase pengambilan data dan mengomunikasikan memberi kesempatan kepada siswa dapat memahami materi melalui metode ilmiah. Pada tahap pemrosesan data siswa dilatih untuk menggunakan bukti ilmiah dengan menggunakan hasil percobaan untuk menjelaskan fenomena ilmiah dan mengkomunikasikan kesimpulan berdasarkan data yang mereka peroleh. Selain terlihat pada proses pembelajaran indikator proses sains mempunyai kriteria untuk menunjang indikator proses sains diantaranya mendeskripsikan fenomena secara ilmiah dan siswa dapat mendeskripsikan perubahan fenomena, mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan, mengidentifikasi eksplanasi, melakukan deskripsi dan prediksi dengan tepat, penelusuran literatur secara efektif dan efisien dan siswa dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi virus. Namun pada hasil wawancara dengan siswa kelas X MIPA 2 kriteria mengidentifikasi deskripsi dan prekdiksi siswa belum secara maksimal untuk melakukannya, karena dirasa sulit sehingga pada saat proses pembelajaran siswa belum menunjukan kriteria tersebut. Pada kriteria penelusuran literatur siswa lebih senang menggunakan literatur berbasis internet dikarenakan lebih mudah dan lebih cepat untuk memahami, namun ada juga siswa yang lebih senang membaca buku yang telah disediakan oleh guru.

  Pada saat observasi indikator konten sains mempunyai kriteria cukup. Indikator ini mempunyai kriteria-kriteria yang mendukung adanya kemampuan konsep sains yaitu siswa mampu mengenali permasalahan sesuai dengan fakta, siswa dapat mendefinisikan permasalahan secara ilmiah, mengidentifikasi kata-kata kunci untuk memperoleh informasi, dan mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid serta siswa dapat membuat hipotesis dengan pertimbangan pengetahuan sains. Pada kriteria ini berhubungan dengan materi virus yang di ajarkan oleh guru.

  Pada proses pembelajaran yang berlangsung pada tahap mengamati dan menanya, siswa sudah dilatih dalam mengidentifikasi isu ilmiah seperti membuat pertanyaan terkait dengan fenomena ilmiah yang ditayangkan oleh guru. Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi isu ilmiah juga dilatihkan pada tahap mengumpulkan informasi/eksperimen pada saat proses diskusi.

  Indikator aplikasi sains mempunyai kriteria kurang pada saat observasi, hal ini dikarenakan siswa belum menunjukan dengan maksimal kriteria dari indikator aplikasi sains seperti merefleksikan implikasi sosial dan perkembangan sains dan teknologi, menafsirkan bukti ilmiah dan membuat secara sistematis, mengidentifikasi asumsi, alasan dan bukti di balik kesimpulan, menarik kesimpulan berdasarkan konsep yang telah diperoleh dan menafsirkan bukti ilmiah dengan mengkomunikasikan dengan tepat dan jelas. Pada indikator aplikasi sains di atas mempunyai kriteria kurang karena aplikasi sains yang dimiliki oleh siswa belum begitu terlihat jelas seperti pada saat kemampuan siswa dalam merefleksikan implikasi sosial dan perkembangan sains serta teknologi mengenai materi virus yang diberikan oleh guru. Menurut Maruyama dan Coffino (2014) literasi sains bukanlah suatu kemampuan yang sulit namun perlu pembiasaan kepada siswa agar siswa dapat berhadapan dengan fenomena sains, siswa bisa mengumpulkan pengetahuan yang dimiliki untuk mengidentifikasi masalah, menarik kesimpulan sampai pada membuat keputusan apa yang harus dilakukan siswa.

  Kemampuan literasi sains pada indikator proses sains, kemampuan siswa dinillai baik. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran siswa sangat aktif. Namun tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas. Pembelajaran di sekolah juga mempengaruhi tingkat literasi lingkungan yang di miliki oleh siswa seperti yang dikatakan oleh Miller (2012) suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan seseorang untuk bertingkah laku dan merespon dalam kondisi tertentu. Dalam pemahaman yang lain pembelajaran adalah suatu upaya membuat siswa dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus mempelajari sesuatu. Itulah mengapa dikatakan bahwa kemampuan literasi siswa dapat lihat dari hasil pembelajaran disekolah. Penguasaan kemampuan literasi sains dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendekatan atau metode pembelajaran sains yang digunakan oleh guru dalam membangun konsep pembelajaran. Pembelajaran yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa terkait topik pembelajaran dan mendorong semangat siswa untuk memecahkan masalah yang disajikan guru diyakini mampu membangun keterampilan proses sains yang merupakan bagian dari aspek kompetensi literasi sains. Literasi sains dianggap sebagai suatu kemampuan dalam pengetahuan sains yang wajib dimiliki oleh siswa untuk belajar sains. Situmorang (2016) menjelaskan bahwa literasi menjadi sesuatu yang sangat penting dan bukan hanya sebagai efek samping dari suatu pembelajaran sains di sekolah. Oleh sebab itu, sekolah perlu memberdayakan kemampuan literasi sains dalam mata pelajaran sains. Literasi sains juga tidak terlepas dari minat dan kemampuan siswa dalam membaca suatu teks, karena melalui membaca, siswa dapat melatih diri untuk memahami konsep suatu materi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Toharudin (2011) tentang pemahaman membaca yang dilakukan oleh siswa untuk menggali suatu informasi, dan melakukan penilaian yang kritis terhadap bahan bacaan sains tersebut. Pada penelitian ini guru menggunakan model Active Learning dimana pada sintaks yang dimilikinya dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan literasi sains. Selain itu mendorong siswa mengkonstruksi dan membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Holbrook & Rannikmae (2009) bahwa ilmu sains akan mudah dipahami dan dipelajari ketika yang dipelajari tersebut masuk akal dalam pandangan siswa dan berkaitan dengan kehidupan manusia.

Dokumen yang terkait

Bab 2 Tinjauan Pustaka - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Sistem Informasi Pemetaan Lokasi SPBU di Kota Semarang Berbasis Web Menggunakan Google Maps API

0 0 10

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Sistem Informasi Pemetaan Lokasi SPBU di Kota Semarang Berbasis Web Menggunakan Google Maps API

0 1 25

Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Sistem Informasi Pemetaan Lokasi SPBU di Kota Semarang Berbasis Web Menggunakan Google Maps API

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Sistem Informasi Pemetaan Lokasi SPBU di Kota Semarang Berbasis Web Menggunakan Google Maps API

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan dan Implementasi Translucent Database Menggunakan Kombinasi Algoritma Vernam Cipher dan Pseudorandom Number Generator pada Data Transaksi Barang

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Keamanan Dokumen Perusahaan Menggunakan Advanced Encryption Standard (AES) Algorithm: studi kasus: PT. Adika Dwikarya Utama

0 1 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan dan Implementasi Sistem Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Menggunakan Metode Rasio Keuangan dengan Google Chart Berbasis Framework CodeIgniter

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan dan Implementasi Translucent Database Menggunakan Algoritma Kriptografi Rivest Code 6 (RC6) pada Data Personal Pegawai Sekolah: studi kasus SMA Kristen Payeti Waingapu

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Animasi Interaktif Pembelajaran Web Security XSS dan SQL Injection Berbasis Web

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemetaan Lokasi Kemacetan Lalu Lintas Kota Salatiga Berdasarkan Tingkat Pelayanan Jalan Menggunakan Teknologi GoogleMaps

0 0 28