MENYOROTI KINERJA ANGGOTA DPRD DI KABUPATEN SOPPENG PROPINSI SULAWESI SELATAN (ASPEK PENDIDIKAN DAN PELATIHAN)
MENYOROTI KINERJA ANGGOTA DPRD
DI KABUPATEN SOPPENG PROPINSI SULAWESI SELATAN
(ASPEK PENDIDIKAN DAN PELATIHAN)
Milawaty
Peneliti Muda pada Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur II Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia e-mail: mylaffayza@ymail.com
Abstrak
Keberhasilan DPRD dalam menjalankan peran dan fungsinya, tidak hanya ditentukan oleh kewenangan formal yang dimiliki oleh kelembagaan DPRD, tapi yang jauh lebih penting adalah kapasitas dan kompetensi dari masing-masing para anggota dewan. Salah satu faktor penentu kompetensi adalah pengetahuan yang salah satunya dapat diperoleh dari pendidikan dan pelatihan. Peraturan DPRD Kabupaten Soppeng Nomor 09 Tahun 2009 juga menyatakan bahwa setiap anggota DPRD dapat mengikuti orientasi dan pendalaman tugas. Hal ini berarti bahwa sumber daya manusia yang ada dalam organisasi secara proporsional harus diberikan pendidikan dan pelatihan agar dapat menjalankan tugas dengan baik sesuai dengan sasaran program kerjanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja anggota DPRD periode 2009 - 2014 di Kabupaten Soppeng ditinjau dari aspek pendidikan dan pelatihan. Hasil penelitian terhadap 30 orang anggota dewan dengan menggunakan analisis Crosstabulation menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara faktor-faktor pendidikan dan pelatihan dengan kinerja anggota DPRD periode 2009 - 2014 di Kabupaten Soppeng, Propinsi Sulawesi Selatan. Diantara keenam faktor tersebut, materi diklat (X4) yang memiliki keterkaitan paling erat dengan kinerja anggota DPRD periode 2009 - 2014 di Kabupaten Soppeng.
Kata Kunci: Anggota DPRD, Pendidikan dan Pelatihan, Kinerja
Panned Performance of Members of Parliament in Soppeng District, South Sulawesi Province Based on Education and Training Factors
Abstract
The success of parliament in carrying out their role and function, is not only determined by the formal authority held by institutional parliament, but more important is the capacity and competence each member of parliament. One factor determining competency is knowledge that can be obtained from education and training. Council Regulation Soppeng No. 09 of 2009 also states that any member of arliament can follow orientation and task knowledge. This means that the existing human resources within the organization to be awarded proportionately education and training in order to perform tasks properly in accordance with its program objectives. The purpose of this study was to determine the linkage between factors of education and training and member of parliament’s performance in Soppeng District. Results of studies using Crosstabulation analysis to 30 members of parliament showed that there is linkage between education and training factors and performance of members of parliament in the period of 2009-2014 in Soppeng District, South Sulawesi Province. Among the six factors, training material (X4) which has most closely linkages with performance of members of parliament in the period of 2009 - 2014 in Soppeng, South Sulawesi Province .
Keywords: Members of Parliament, Education and Training, Performance
A. LATAR BELAKANG
Hal ini tidak terkecuali perubahan di tubuh DPRD. Setiap anggota DPRD dituntut untuk
Era otonomi ditandai tingginya terus menerus meng-up grade pengetahuannya.
dinamika perubahan sistem penyelenggaraan Keberhasilan DPRD dalam menjalankan pemerintahan di Daerah. Perubahan peran dan fungsinya, tidak hanya ditentukan tersebut menuntut setiap organisasi untuk oleh kewenangan formal yang dimiliki oleh terus meningkatkan kemampuannya demi kelembagaan DPRD, tapi yang jauh lebih menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. penting adalah kapa-sitas dan kompetensi
Jurnal
485
Volume XI | Nomor 3 | Desember 2014 Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Jurnal Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
dari masing-masing individu/ personal para anggota dewan (Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Otonomi Daerah, http://lppod. wordpress.com).
Tinggi rendahnya tingkat prestasi anggota dewan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagaimana dinyatakan Alma (dalam Mursidi, 2009) bahwa faktor yang dimaksudkan antara lain adalah kemampuan karyawan untuk selalu mengikuti perubahan. Setiap karyawan harus mempunyai dasar pengetahuan yang memadai untuk memecahkan permasalahan pekerjaan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Adisasmita (2011) bahwa kemampuan kerja aparatur memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan keahliannya. Oleh sebab itu peningkatan kemampuan aparatur selalu diarahkan pada pendidikan dan pelatihan serta pengalaman aparatur melalui studi-studi banding ke tempat lain.
Sayangnya kompetensi anggota Dewan selama ini diragukan banyak pihak. Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, (dalam pelitaonline.com, 29 Agustus 2012) bahkan menegaskan bahwa hingga saat ini DPR sebagai lembaga penyambung suara rakyat masih perlu melakukan penguatan lembaganya dan peningkatan kompetensi anggota DPR. Hal ini dkuatkan pula oleh hasil penelitian Wahyuningsih (2010) terhadap kompetensi anggota DPRD Kabupaten dan Kota Sukabumi yang menunjukkan bahwa secara substansial, penguasaan anggota DPRD terhadap kompetensi dasar yang dibutuhkan dalam pembahasan penetapan RAPBD masih belum memadai. Sebagian besar para anggota dewan masih belum menguasai prinsip dasar akuntansi, anggaran kinerja, teknik penyusunan dan manfaat anggaran dan prinsip akuntabilitas. Pembahasan anggaran tidak mampu dilakukan sampai pada taraf analisis mendalam, terlebih analisis dampak ekonomi yang dapat ditimbulkan dari anggaran yang telah ditetapkan tersebut. Perhatian para anggota dewan rata-rata tertuju pada besaran belanja rutin dalam RAPBD tersebut.
Secara umum (Martoyo, 1998) menyatakan bahwa kunci keberhasilan pendidikan dan pelatihan (diklat) itu terdiri dari faktor-faktor seperti trainee (peserta didik), instructure (instruktur diklat), training period (masa diklat),
training material (materi diklat), training process (proses diklat) dan training facility (fasilitas diklat).
Kabupaten Soppeng, kabupaten kecil yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan, saat ini memiliki 30 orang anggota dewan. 18 dari para anggota dewan tersebut merupakan anggota dewan yang baru terangkat pada periode 2004 lalu, sementara 9 orang lainnya telah menjabat selama dua periode, sementara 1 (satu) orang anggota dewan lainnya telah terpilih selama tiga periode berturut-turut, dan dua orang lainnya merupakan anggota dewan PAW (Pergantian Antar Waktu).
Latar belakang pendidikan ke-30 anggota dewan tersebut beragam, mulai dari tamatan SLTA (4 orang), S1 (16 orang) hingga magister (10 orang). Keragaman ini terlihat pula pekerjaan mereka sebelum terpilih menjadi anggota dewan. Sebelumnya mereka berprofesi sebagai kontraktor, wiraswasta, guru, dosen, pengacara, pembawa acara tv, ibu rumah tangga, kepala desa, tenaga kesehatan, PNS, dan tenaga honorer.
Keberagaman latar belakang pendidikan dan profesi para anggota dewan terpilih memerlukan tambahan pengetahuan dasar tentang fungsi-fungsi keparlemenan. Terlebih latar belakang profesi anggota dewan di Kabupaten Soppeng berbeda dengan apa yang sekarang mereka lakukan, seperti membuat peraturan daerah, melakukan koordinasi dengan lembaga eksekutif (pemerintah) dalam merumuskan anggaran (APBD pokok dan APBD Perubahan). Hal ini juga sebagai jawaban terhadap pemberlakuan Undang-Undang No.
32 tentang Pemerintah Daerah, yang salah satu arahnya adalah otonomi daerah, di mana daerah telah diberikan tanggung jawab yang luas, nyata, dan bertanggung jawab untuk mengembangkan sumber daya manusianya. Upaya peningkatan pengetahuan anggota dewan selama ini dilakukan melalui berbagai cara, seperti bimbingan teknis, sosialisasi, studi banding, seminar, dan pelatihan. Berbagai upaya tersebut diselenggarakan baik oleh lembaga independen, instansi pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa tertarik untuk keterkaitan antara pendidikan dan pelatihan dengan kinerja anggota dewan periode 2009 – 2014 di Kabupaten Soppeng.
1. Rumusan Masalah
semakin terampil dan mampu melaksanakan Secara spesifik permasalahan penelitian tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Biasanya pelatihan
dirumuskan sebagai berikut: "Apakah terdapat merujuk pada pengembangan keterampilan
keterkaitan antara faktor-faktor pendidikan dan bekerja (vocational) yang dapat digunakan pelatihan dengan kinerja anggota DPRD periode dengan segera. Sedangkan pendidikan mem- 2009 – 2014 di Kabupaten Soppeng?” berikan pengetahuan tentang subyek tertentu,
2. Tujuan Penelitian
tetapi sifatnya lebih umum dan lebih terstruktur untuk jangka waktu yang lebih panjang
Tujuan penelitian ini adalah untuk meng-
(Mangkuprawira, 2003).
analisis keterkaitan pendidikan dan pelatihan Secara umum kunci keberhasilan dengan kinerja anggota DPRD periode 2009 - pendidikan dan pelatihan itu terdiri dari faktor: 2014 di Kabupaten Soppeng. (a) the trainee, (b) the instructor, (c) the training
period, (d) the training material, (e) the training
B. LANDASAN TEORITIS
process, dan (f) the training facility (Martoyo,
1. Era Manajemen Berbasis Kinerja
The Trainee (Peserta Pendidikan dan
Kinerja menurut Prawirosentono (1999: Pelatihan). Memilih orang-orang untuk
2) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pelatihan adalah keputusan yang paling penting
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu bagi organisasi dan individu-individu yang organisasi, sesuai dengan wewenang dan dipilih. Seleksi pengikut-pengikut pendidikan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka dan pelatihan yang baik adalah sangat upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan penting apabila ingin memperoleh hasil yang
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai menguntungkan. Dari perspektif organisasi, dengan moral maupun etika. Tekanan terhadap memberikan pelatihan yang benar kepada
organisasi sektor publik, khususnya organisasi orang-orang yang tepat dapat membantu pemerintah baik pusat dan daerah serta menciptakan dan mempertahankan angkatan
perusahaan milik pemerintah, dan organisasi tenaga kerja yang stabil dan terlatih dengan sektor publik lainnya untuk memperbaiki baik. Sebaliknya, kekeliruan-kekeliruan dapat
kinerjanya mendorong dibangunnya sistem
berakibat mahal.
manajemen organisasi sektor publik yang The Instructor (Instruktur). Seorang
berbasis kinerja (performance-based management). pengajar yang cakap memberi bantuan yang Kemunculan manajemen berbasis kinerja sangat besar kepada suksesnya program
merupakan bagian dari reformasi New Public pendidikan dan pelatihan. Instruktur-instruktur Management yang dilakukan oleh negara-negara yang cakap dapat diperoleh dari dalam ataupun
maju di Eropa dan Anglo-Amerika sejak tahun luar perusahaan. Karyawan yang cakap tidak 2980-an (Mahmudi, 2010). selalu mempunyai kewajiban untuk mengajar.
Sektor publik memiliki kontribusi besar Instruktur-instruktur memerlukan banyak dalam mendukung perekonomian negara dan persyaratan disamping mengetahui bagaimana
meningkatkan kesejahteraan masyarakat selain melakukan pekerjaan. Seorang pengajar yang sektor privat dan sektor ketiga. Baik buruknya pandai mempunyai kecakapan untuk memberi
kinerja sektor publik akan berdampak pada
instruksi dan sabar.
sektor privat, sektor ketiga, dan masyarakat.
The Training Period (Masa Pendidikan
Dalam manajemen berbasis kinerja, yang dan Pelatihan). Lamanya masa pendidikan dan menjadi fokus perhatian manajemen adalah pelatihan tergantung kepada kecakapan yang
hasil (outcome). Hal tersebut disebabkan karena akan diperoleh, kemampuan belajar daripada publik atau masyarakat menginginkan hasil pengikut pendidikan dan pelatihan dan media
akhir, manfaat, dan dampak positif yang pendidikan dan pelatihan yang dipergunakan. dirasakan atau diperoleh. Penggunaan bahan visual yang efektif biasanya
2. Pendidikan dan Pelatihan
membantu mengurangi waktu pendidikan dan pelatihan.
Pelatihan bagi karyawan merupakan
The Training Material (Bahan Pendidikan
sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan dan Pelatihan). Seleksi untuk program pelatihan
keahlian tertentu serta sikap agar karyawan
Jurnal
Volume XI | Nomor 3 | Desember 2014 Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
paling baik, akan tetapi yang ada adalah pelatihan dan menerapkannya belakangan.
metode yang sesuai dan disepakati bersama Biasanya diinginkan bahan tertulis sebagai dasar
oleh bawahan serta manajemen. Metode yang instruksi, pemeriksaan dan referensi. Untuk
dimaksud adalah:
kebanyakan subyek dapat dipilih sebuah buku Rating Scale. Bentuk penilaian kinerja yang yang baik, akan tetapi dalam hal-hal dimana isi
tertua dan paling banyak digunakan adalah rating kursus bersifat khusus, maka sebaiknya bahan
scale. Pada metode ini pekerjaan seseorang dinilai untuk kegunaan yang khusus ini.
berdasarkan faktor-faktor yang dianggap penting
dan berkaitan dengan macam pekerjaan tersebut. dan Pelatihan). Proses pendidikan dan pelatihan
The Tranning Process (Proses Pendidikan
Andalan, inisiatif, pencapaian hasil, tingkat yang dimaksud adalah bagaimana aktivitas
kehadiran, sikap, kerjasama, kualitas hasil, dan kegiatan pendidikan dan pelatihan yang akan
lain sebagainya, dinilai dengan kategori seperti dilakukan sebagai bagian dari transformasi
excellent (istimewa), good (baik), acceptable (cukup/ ilmu dan praktek dimana peserta dapat leluasa
rata-rata), fair (kurang) dan poor (kurang sekali). mengemukakan pendapatnya, pelaksanaan
Evaluasi hanya didasarkan pada pendapat penilai pendidikan dan pelatihan yang memungkinkan
yang membandingkan hasil pekerjaan karyawan ketegangan untuk belajar dan memberikan
dengan faktor-faktor (kriteria) yang dianggap keleluasaan untuk berdiskusi merupakan hal
penting bagi pelaksanaan kerja tersebut. yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan
Checklist. Metode penilaian checklist dan pelatihan (diklat).
dimaksudkan untuk mengurangi beban
penilai. Penilai tinggal memilih kalimat yang dan Pelatihan). Kondisi ruangan, kebersihan,
The Traning Facility (Fasilitas Pendidikan
menggambarkan kinerja dan karakteristik tersedianya kantin sebagai pelayanan kebutuhan
karyawan. Metode checklist bisa memberikan pribadi, tersedianya sarana olah raga dan tempat
suatu gambaran kinerja secara akurat bila daftar mandi cuci kakus (MCK) adalah sebagian dari
penilaian berisi item-item yang memadai. fasilitas-fasilitas pendidikan dan pelatihan
3. Faktor-Faktor Penilaian Kinerja
(diklat) yang mendukung keberhasilan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Untuk mengetahui kinerja rata-rata karyawan, dikutip pendapat Higgins yang
Kinerja Pegawai
dikutip oleh Umar (1998: 261) yang membagi Kinerja menurut Prawirosentono (1999:
kinerja karyawan kepada sembilan komponen,
2) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh yaitu: mutu pekerjaan, kejujuran karyawan, seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
inisiatif, kehadiran, sikap, kerjasama, keandalan, organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab, dan pemanfaatan waktu. tanggung jawab masing-masing, dalam rangka
Selain itu berdasarkan pendapat Yoder upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
dalam Dessler (1997: 86) mencontohkan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
beberapa faktor yang bisa digunakan dalam dengan moral maupun etika.
penilaian kinerja, antara lain: Faktor kritis yang berkaitan dengan
a. Kualitas, terdiri dari: akurasi, ketelitian, keberhasilan jangka panjang organisasi adalah
penerimaan keluaran (output) kemampuannya untuk mengukur seberapa
b. Kuantitas, yang terdiri dari: volume baik karyawan-karyawannya berkarya dan
keluaran dan kontribusi menggunakan informasi tersebut guna
c. Supervisi yang diperlukan, yang terdiri memastikan bahwa pelaksanaannya memenuhi
dari: membutuhkan saran, arahan atau standar-standar sekarang dan meningkat
perbaikan
sepanjang waktu. Penilaian kinerja adalah alat
d. Kehadiran yang terdiri dari: regularitas, yang berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi dapat dipercayai, bisa diandalkan dan kerja dari para karyawan, tetapi juga untuk
ketepatan waktu
mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan.
e. Konservasi, yang terdiri dari: pencegahan Dari Handoko (1998: 144) disebutkan
pemborosan, kerusakan, pemeliharaan peralatan.
berbagai macam metode dan teknik dalam
Jurnal Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Kemudian Flippo (1995: 123) mencontohkan
C. METODE
beberapa faktor yang bisa dipertimbangkan Penelitian ini dilaksanakan di Kantor DPRD dalam penilaian kinerja, antara lain: Kabupaten Soppeng. Metode pengumpulan
a. Mutu kerja, meliputi: ketepatan, data berupa data data sekunder dan data
keterampilan, ketelitian dan kerapian primer. Data sekunder diperoleh melalui studi
b. Kuantitas kerja, meliputi: keluaran pada kepustakaan dan internet, sementara data tugas regular, keluaran pada tugas ekstra
primer melalui penyebaran kuesioner kepada atau mendesak
seluruh anggota DPRD Kabupaten Soppeng
c. Ketangguhan, antara lain: mengikuti
yang berjumlah 30 orang.
perintah, kebiasaan mengikuti aturan Variabel dalam penelitian ini terdiri dari keselamatan kerja, inisiatif, ketepatan
variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel waktu, kehadiran
bebas (independen) adalah pendidikan dan
d. Sikap terhadap perubahan pekerjaan dan pelatihan yang terdiri dari 6 (enam) faktor; trainee teman sekerja, kerja sama dan lain-lain.
(peserta didik) (X1), instructure (instruktur diklat) Dari beberapa pendapat di atas dapat
(X2), training period (masa diklat) (X3), training diambil satu pengertian bahwa faktor penilaian
material (materi diklat) (X4), training process tidak selalu sama akan tetapi bisa tergantung
(proses diklat) (X5), dan training facility (fasilitas dari macam bidang usaha (jasa atau pabrikasi),
diklat) (X6). Variabel terikat (dependen) adalah macam pekerjaan, perusahaan besar atau
kinerja anggota DPRD, yang standar penilaiannya kecil, budaya organisasi serta tergantung pada
terdiri dari kerjasama, tanggung jawab, dan kebijaksanaan manajemen dalam menentukan
pemanfaatan waktu (Umar, 1998), kualitas fokus faktor penilaiannya.
output, dan kuantitas output (Dessler, 1997), dan keterampilan (Flippo, 1995).
4. Kerangka Pikir
Data yang berhasil dikumpulkan dari kuesioner selanjutnya diukur dengan data ordinal
Peningkatan kinerja anggota dewan dapat dengan bobot hitung 1 sampai 5 dengan kategori
diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, sangat setuju (bobot 5), setuju (bobot 4), kurang yang menurut Martoyo (1998), terdiri dari setuju (bobot 3), tidak setuju (bobot 2), dan sangat berbagai faktor, yaitu the trainee, the instructor, tidak setuju (bobot 1). Hasil jawaban responden the training period, the training material, the training selanjutnya akan dianalisis dengan analisis process , dan the traning facility.
statistik.
the trainee (X 1 )
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Crosstabulasi
the instructor (X 2 )
dengan mempergunakan program SPSS.
Crosstabulasi adalah sebuah tabel atau grafik
Pendidikan & the training period (X )
yang digunakan untuk secara bersamaan
the training material (X 4 )
menampilkan data ringkasan yang berkaitan
Kab. Soppeng
Kab. Soppeng
dengan dua atau lebih variabel yang berbeda.
the training process (X 5 )
Teknik ini menggunakan statistik deskriptif
(Sugiyono, 2001: 143). Statistik Deskriptif dapat digunakan bila peneliti ingin mendeskripsikan
the training facility (X 6 )
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian data sampel. Statistik deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisa data secara
5. Hipotesis
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya.
Berdasarkan rumusan masalah yang Peneliti menggunakan statistika deskriptif telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian
berupa perhitungan tabulasi silang. adalah “Terdapat keterkaitan antara faktor-
faktor pendidikan dan pelatihan dengan kinerja
D. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
anggota DPRD periode 2009 – 2014 di Kabupaten
1. Deskripsi Responden
Soppeng”. Hasil penyebaran responden menyangkut jenis kelamin menunjukkan bahwa anggota
Jurnal
Volume XI | Nomor 3 | Desember 2014
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi
DPRD Kabupaten Soppeng untuk periode 2009 didominasi oleh mereka yang berpendidikan – 2014 didominasi oleh laki-laki. Persentase
tinggi dengan level pendidikan S1 dan S2. jumlah laki-laki sebesar 86.7 persen, sementara
Tercatat 14 orang anggota dewan (46,7%) anggota dewan perempuan hanya berjumlah
yang menyelesaikan jenjang S1. Jenjang
4 (empat) orang dengan persentase sebesar pendidikan ini yang paling banyak ditamatkan
13.3 persen. Padahal idealnya dalam bidang oleh responden. Selain itu, 10 anggota dewan politik, penetapan target keterwakilan (kuota)
lainnya tercatat mampu selesai hingga jenjang dalam pencalonan anggota dewan sebesar
S2 dengan persentase sebanyak 33.3 persen.
30 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dari
2. Deskripsi Variabel
sisi kuota yang ideal, DPRD Kabupaten Soppeng sebenarnya memerlukan paling tidak
Deskripsi variabel penelitian terdiri dari
9 (sembilan) orang perempuan dan 21 laki- variabel bebas dan variabel terikat. Variabel laki. Dalam kenyataannya, DPRD Kabupaten
bebas adalah faktor-faktor pendidikan dan Soppeng kekurangan 5 (lima) orang perempuan
pelatihan yang terdiri dari 6 (enam) variabel dan kelebihan 5 (lima) orang laki-laki.
bebas, yaitu peserta pendidikan dan pelatihan Terkait usia, deskripsi responden mem-
(the trainee), instruktur diklat (instructure), masa perlihatkan bahwa anggota DPRD Kabupaten
diklat (training period), materi diklat (training Soppeng untuk periode 2009 – 2014 didominasi
material), proses diklat (training process), dan oleh mereka yang berusia 46 tahun ke atas dan
fasilitas diklat (training facility). Sementara yang berusia 36 hingga 40 tahun. Jumlah anggota
variabel terikat adalah kinerja anggota DPRD. dewan yang berusia seperti yang dipaparkan
3. Peserta Diklat (X 1 )
sebanyak 23 orang atau dengan persentase mencapai 76.6 persen. Hanya 2 (dua) orang
Variabel peserta diklat (X 1 ) terdiri dari 4 anggota dewan yang berusia di bawah 35 tahun,
(empat) indikator, meliputi: (1) keikutsertaan sementara 2 (dua) orang lainnya berusia antara
peserta didasarkan proses seleksi, (2)
41 sampai 45 tahun. Hasil ini menunjukkan keikutsertaan diklat timbul atas dorongan dan bahwa yang mengisi kursi dewan adalah
kemauan sendiri, (3) keseriusan peserta dalam mereka yang usianya telah memasuki tahap
mengikuti diklat, dan (4) peserta mengikuti kedewasaan dalam mengambil keputusan.
seluruh prosesi diklat. Hasil jawaban responden Terkait pendidikan, anggota DPRD
dapat dilihat pada tabel berikut. Kabupaten Soppeng untuk periode 2009 – 2014
Tabel 1 Deskripsi Variabel Peserta Diklat/ The Trainee (X1) Sangat Tidak
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Kurang Setuju
(Sumber: Data Primer yang Diolah, 2013)
3. Peserta dalam mengikuti diklat senantiasa peserta diklat (X1), hasil jawaban yang
Dari keempat pertanyaan pada variabel
bersikap serius
4. Peserta mengikuti seluruh prosesi diklat secara umum:
dilontarkan responden memperlihatkan bahwa
(seluruh sesi pembelajaran)
1. Keikutsertaan peserta berdasarkan seleksi
4. Instruktur Diklat/The Instructur (X 2 )
2. Keikutsertaan peserta didasarkan pada keinginan sendiri
Variabel instruktur diklat (X 2 ) terdiri dari 4 (empat) indikator, meliputi: (1)
Jurnal Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014 Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
dalam menyelesaikan materi tepat waktu. Hasil pengetahuan, (3) kemampuan instruktur
jawaban responden dapat dilihat pada tabel dalam menciptakan situasi belajar yang
berikut.
Tabel 2 Tabel Frekuensi Instruktur Diklat (X 2 )
Sangat Tidak
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Kurang Setuju
(Sumber: Data Primer yang Diolah, 2013)
Dari keempat pertanyaan di atas, hasil
5. Masa Diklat/ Training Period (X 3 )
jawaban responden memperlihatkan bahwa Variabel masa diklat (X3) terdiri dari 4
secara umum: (empat) indikator, meliputi: (1) kesesuaian
1. Instruktur/widyaiswara rata-rata telah lama diklat dengan materi yang diberikan, (2) menguasai materi diklat
kesesuaian lama setiap sesi dengan tingkat
2. Instruktur/widyaiswara
kepentingan materi, (3) diklat diliburkan pada menyampaikan materi pembelajaran dengan
mampu
akhir minggu, dan (4) lama diklat dalam sehari baik sehingga tercipta transfer pengetahuan
telah disesuaikan dengan kemampuan normal
3. Instruktur/widyaiswara mampu men- peserta dalam menerima materi (tidak melebihi ciptakan situasi belajar yang menyenangkan.
jam kerja/ + 8 jam per hari).
4. Instruktur/widyaiswara
mampu
menyelesaikan materi tepat waktu
Tabel 3 Tabel Frekuensi Masa Diklat (X 3 )
Sangat Tidak
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Kurang Setuju
(Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013)
Dari keempat pertanyaan pada variabel
4. Jam pelajaran diklat tidak melebihi jam Masa Diklat (X 3 ), hasil jawaban yang dilontarkan
kerja normal
responden memperlihatkan bahwa secara umum:
Materi Diklat/ Training Material (X 4 )
1. Lama diklat atau bimtek sudah sesuai dengan banyaknya materi
Variabel materi diklat (X 4 ) terdiri dari
2. Lama sesi setiap pembelajaran sesuai
4 (empat) indikator, meliputi: (1) kesesuaian dengan tingkat kepentingannya
materi diklat dengan pekerjaan/tugas, (2)
3. Diklat atau bimtek memiliki waktu libur materi yang diberikan up to date, (3) materi diklat belajar setiap akhir pekan
memungkinkan semua peserta memperoleh
Jurnal
Volume XI | Nomor 3 | Desember 2014 Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
dilihat pada tabel berikut.
materi (silabus dan power point) yang diberikan
Tabel 4 Tabel Frekuensi Materi Diklat (X 4 )
Sangat Tidak
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Kurang Setuju
(Sumber: Data Primer yang Diolah, 2013)
Dari keempat pertanyaan pada variabel
4. Peserta diklat atau bimtek memperoleh Materi Diklat (X 4 ), hasil jawaban yang dilonta-
bahan materi baik berupa silabi, copy power rkan responden memperlihatkan bahwa secara
point, maupun bahan lainnya umum:
Proses Diklat/ (Training Process) (X 5 )
1. Responden mampu menerapkan materi yang diperolehnya dalam diklat/bimtek
Variabel proses diklat (X5) terdiri dari 4 dalam tugas dan pekerjaan mereka sebagai
(empat) indikator, meliputi: (1) metode pelatihan seorang anggota dewan
yang melibatkan aktifitas-aktifitas yang bersifat
2. Materi diklat/bimtek yang diterima participant-centered (berpusat pada peserta) seperti mengikuti perkembangan terkini (up-to-date)
role-play, observasi, diskusi, dan brainstorming,
3. Materi diklat yang diberikan membuat (2) peserta leluasa mengemukakan pendapat, (3) peserta memperoleh hal-hal baru, baik
peserta mendapatkan waktu untuk berdiskusi, berupa pengalaman, pemahaman, maupun
dan (4) proses diklat berjalan sesuai dengan tujuan pengetahuan
yang hendak dicapai. Hasil jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5 Tabel Frekuensi Proses Diklat (X 5 )
Sangat Tidak
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Kurang Setuju
(Sumber: Data Primer yang Diolah, 2013)
Dari keempat pertanyaan pada variabel (berpusat pada peserta) seperti role-play, Proses Diklat (X5), hasil jawaban yang
observasi, diskusi, dan brainstorming dilontarkan responden memperlihatkan bahwa
2. Peserta bimtek /diklat bebas mengutarakan secara umum:
pendapatnya
1. Metode pelatihan melibatkan aktifitas-
3. Peserta bimtek/diklat mendapatkan aktifitas yang bersifat participant-centered
waktu yang cukup untuk berdiskusi
Jurnal Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
4. Pelaksanaan bimtek/diklat yang diikuti kelas (kebersihan, pencahayaan, kesejukan, peserta sudah berjalan sesuai dengan
lay out ruangan), (2) kenyamanan kamar tidur tujuan awal
diklat, (3) keberadaan kantin yang mampu menyediakan semua/sebagian besar kebutuhan
Fasilitas Diklat/ (Training Facility) (X 6 )
pribadi peserta, dan (4) ketersediaan sarana
olahraga. Hasil jawaban responden dapat (empat) indikator, meliputi: (1) kenyamanan
Variabel fasilitas diklat (X 6 ) terdiri dari 4
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6 Tabel Frekuensi Fasilitas Diklat (X 6 )
Sangat Tidak
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Kurang Setuju
(Sumber: Data Primer yang Diolah, 2013)
Dari keempat pertanyaan pada variabel semua/sebagian besar kebutuhan pribadi Fasilitas Diklat (X 6 ), hasil jawaban yang dilontar kan
peserta
responden memperlihatkan bahwa secara umum:
4. Bimtek atau diklat yang diikuti responden
1. Ruang kelas peserta diklat telah memenuhi masih belum memiliki fasilitas yang faktor kenyamanan, baik dari segi kebersihan,
memadai untuk berolahraga pencahayaan, kesejukan, maupun lay out ruangan
Kinerja Anggota DPRD (Y)
2. Ruang tidur peserta diklat sudah memenuhi Variabel kinerja anggota DPRD (Y) terdiri standar kenyamanan bagi mereka ditinjau
dari 6 (enam) indikator, meliputi: (1) kerjasama, dari kebersihan, pencahayaan, kesejukan,
(2) tanggung jawab, (3) pemanfaatan waktu, (4) dan lay out ruangan
kualitas output, (5) kuantitas output, dan (6)
3. Kantin yang disediakan oleh penyelenggara keterampilan. Hasil jawaban responden dapat diklat atau bimtek mampu menyediakan
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7 Tabel Frekuensi Kinerja Anggota DPRD (Y) Sangat Tidak
Tidak Baik
Kurang Baik
(Sumber: Data Primer yang Diolah, 2013)
Jurnal
Volume XI | Nomor 3 | Desember 2014 Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
6. responden mengalami perkembangan kinerja (Y) terlihat bahwa secara umum peserta
Dari keenam pertanyaan pada variable
keterampilan setelah mengikuti diklat menilai kinerja mereka baik. Hal ini ditunjukkan
Analisis Crosstabulation
melalui:
1. kerjasama responden dengan anggota Crosstabulation (tabel silang) adalah dewan lainnya setelah mengikuti diklat
sebuah tabel silang yang terdiri atas satu baris berjalan dengan baik
atau lebih dan satu kolom atau lebih. Fasiltas
2. responden mampu bertanggungjawab crosstab pada SPSS bisa sekedar menampilkan dalam melaksanakan tugas pokok dan
kaitan antara dua atau lebih variabel sampai fungsinya dengan baik setelah pelaksanaan
dengan menghitung apakah ada hubungan diklat
antara baris dengan kolom. Ada empat besaran
3. efektifitas pemanfaatan waktu responden untuk menghitung korelasi antara faktor-faktor dalam pelaksanaan kerja setelah mengikuti
diklat (X) terhadap kinerja (Y), yaitu Kendall’s diklat telah berjalan dengan baik
tau-b, Kendall’s tau-c, Gamma, dan Spearman
4. output kerja responden setelah mengikuti Correlation . Dalam penelitian ini, hanya besaran diklat memiliki kualitas yang baik
Spearman Correlation yang digunakan dengan
5. output kerja responden setelah mengikuti pertimbangan kefokusan pada besaran yang diklat memiliki kuantitas yang baik
diinginkan.
Tabel 8 Crosstabulation Faktor-Faktor Diklat (X) dengan Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Soppeng (Y)
Faktor-Faktor Diklat * Kinerja Anggota Dewan (Y) Crosstabulation
Count
Case Processing Summary
Kinerja Anggota Valid
Cases
Dewan (Y) Faktor-Faktor Diklat
Missing
Total
Istimewa Total * Kinerja Anggota
N Percent
3.00 2 0 2 Dewan (Y)
Symmetric Measures
Asymp. a b
Value
Std. Error
Approx. T
Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation
N of Valid Cases
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Symmetric Measures
Asymp.
Value
Std. Error a Approx. T b Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation
N of Valid Cases
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
(Sumber: Hasil Olah Data, 2013)
Jurnal Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Pada output bagian pertama (case processing persetujuannya dengan indikator- summary) nampak bahwa ada 30 data yang
indikator yang terdapat dalam faktor- semuanya diproses (tidak ada data yang missing
faktor diklat.
atau hilang), sehingga tingkat keabsahannya
4. Baris 3 kolom 2 terlihat 2 orang dengan 100%. Pada output bagian kedua (Faktor-
kinerja istimewa menyatakan sangat setuju Faktor Diklat (X) *Kinerja Anggota Dewan dengan indikator-indikator yang terdapat
(Y) Crosstabulation) terlihat tabel silang yang dalam faktor-faktor diklat. memuat hubungan di antara kedua variabel.
Pada output bagian ketiga (symmetric Hubungan tersebut dirinci sebagai berikut: measures) terlihat besaran untuk menghitung
1. Baris 1 kolom 1, terdapat angka 2. Ini korelasi antara faktor-faktor diklat (X) terhadap berarti terdapat 2 orang berkinerja baik
kinerja (Y) adalah Spearman Correlation. Bagian namun menyatakan kurang setuju dengan
ini hanya menampilkan besar korelasi antara indikator-indikator yang terdapat dalam
ordinal dengan ordinal (ordinal by ordinal) karena faktor-faktor diklat.
kedua variabel (Variabel X dan Y) berskala
2. Baris 2 kolom 1 terlihat 23 orang lainnya ordinal sehingga korelasi Pearson tidak relevan dengan kinerja baik menyatakan per-
untuk dibahas.
setujuannya dengan indikator-indikator Untuk melihat tinggi atau rendahnya, yang terdapat dalam faktor-faktor diklat.
kuat atau lemahnya korelasi dapat ditentukan
3. Baris 2 kolom 2 terlihat 3 orang berdasarkan besar kecilnya nilai r (koefisien dengan kinerja istimewa menyatakan
korelasi) yang menurut Alhusi (2002 : 157) adalah:
Tabel 9 Kategori Nilai Korelasi
No. Nilai Korelasi
Kategori
Sangat rendah
Rendah/ lemah
Tinggi/ erat/ kuat
5 0,81 – 1,00 Sangat tinggi/ sangat erat/ sangat kuat
(Sumber: Alhusi : 2002)
Untuk menghitung signifikansi digunakan Soppeng”. Besar hubungan kedua variabel perbandingan antara signifikansi tabel dengan
pada uji Spearman Correlation sebesar 0,490 signifikansi hasil. Jika nilai signifikansi hasil lebih
atau 49,0 persen. Hal ini berarti bahwa faktor- besar daripada nilai signifikansi tabel (α > 0,05)
faktor pendidikan dan pelatihan yang meliputi maka tidak ada signifikansi hubungan diantara
trainee (peserta didik), instructure (instruktur kedua variabel. Sebaliknya jika nilai signifikansi
diklat), training period (masa diklat), training hasil lebih kecil daripada nilai signifikansi tabel
material (materi diklat), training process (proses (α < 0,05) maka terdapat signifikansi hubungan
diklat) dan training facility (fasilitas diklat) diantara kedua variabel.
memiliki keterkaitan dengan kinerja anggota Berdasarkan tabel di atas, signifikansi
DPRD. Analisis Crosstab membuktikan bahwa Spearman Correlation dalam penelitian ini
hipotesis diterima.
sebesar 0,006. Hasil ini menunjukkan bahwa Uji crosstabulation juga dapat digunakan “Terdapat keterkaitan antara faktor-faktor
untuk menguji hubungan tiap faktor pendidikan pendidikan dan pelatihan dengan kinerja
dan pelatihan dengan kinerja. Hubungan secara anggota DPRD periode 2009 – 2014 di Kabupaten
parsial ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Jurnal
Volume XI | Nomor 3 | Desember 2014 Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Tabel 10 Crosstabulation Tiap Faktor dengan Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Soppeng
Crosstab
Crosstab
Count Count
Kinerja Anggota
Kinerja Anggota
Dewan (Y)
Dewan (Y)
Baik Istimewa Total Peserta
Tidak Setuju
1 0 1 Instruktur
Kurang Setuju
14 1 15 Setuju
Kurang Setuju (X2) 3 0 3 Setuju
5 4 9 Sangat Setuju
18 2 20 Sangat Setuju
3 Total 3 6 25 5 30 Total
25 5 30
Crosstab Crosstab
Count
Count
Kinerja Anggota
Kinerja Anggota
Dewan (Y)
Dewan (Y)
Istimewa Total Masa
Kurang Setuju
4 0 4 Materi
Kurang Setuju
Sangat Setuju
0 2 2 Sangat Setuju
25 5 30 Total
25 5 30
Crosstab Crosstab
Count
Count
Kinerja Anggota
Kinerja Anggota
Dewan (Y)
Dewan (Y)
Baik Istimewa Total Proses
8 0 8 Diklat (X5)
Kurang Setuju
2 0 2 Fasilitas
Kurang Setuju
Setuju
12 1 13 Sangat Setuju
17 1 18 Diklat (X6)
Setuju
5 4 9 Total
6 4 10 Sangat Setuju
25 5 30 Total
25 5 30
Symmetric Measures Spearman Correlation
Approx. Sig.
Asymp Std.
Value
Approx. Tb
Approx. Sig
(Sumber: Hasil Olah Data, 2013)
Dari ketujuh faktor yang digambarkan pada anggota DPRD mulai dari yang terbesar sampai Spearman Correlation, nampak bahwa seluruh
yang terkecil adalah:
1. Materi diklat (X 4 ) sebesar 71,1 persen dengan kinerja anggota DPRD Kabupaten
faktor (X 1 –X 6 ) berhubungan secara signifikan
2. Masa diklat (X 3 ) sebesar 46 persen Soppeng (Y). Dari tabel di atas terlihat bahwa
3. Fasilitas diklat (X ) sebesar 45,9 persen faktor yang paling berhubungan dengan kinerja
anggota DPRD Kabupaten Soppeng adalah
4. Instruktur diklat (X 2 ) sebesar 45,6 persen faktor materi diklat (X4). Korelasinya sebesar
5. Proses diklat (X 5 ) sebesar 43 persen 0,711 atau 71,1 persen.
6. Peserta diklat (X 1 ) sebesar 42,1 persen Secara berturut-turut kaitan faktor-faktor pendidikan dan pelatihan dengan kinerja
496
Jurnal Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Jurnal
Ilmu Administrasi Volume XI | Nomor 3 | Desember 2014 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil analisis dalam penelitian ini menemukan bahwa terdapat keterkaitan antara faktor-faktor pendidikan dan pelatihan dengan kinerja anggota DPRD Kabupaten Soppeng. Besarnya hubungan diantara kedua variabel tersebut sebesar 49 persen. Dikaitkan dengan teori yang ada, Simamora (1999) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” telah mengaitkan pelatihan dengan kinerja. Menurutnya, melalui pelatihan dilakukan segenap upaya dalam rangka meningkatkan kinerja karyawan pada pekerjaan yang didudukinya sekarang. Selain itu, menurutnya, salah satu cara untuk menghasilkan orang- orang yang memiliki kinerja baik adalah melalui pelatihan dan pengembangan guna menghasilkan potensi penuh mereka. Maka dari itu pelatihan dan pengembangan karyawan haruslah diadakan.
Jika diuraikan satu persatu, diantara keenam faktor pendidikan dan pelatihan, materi pelatihan yang memberikan kaitan yang sangat erat dengan kinerja anggota DPRD. Materi yang diperoleh dapat diterapkan dalam tugas, mengikuti perkembangan terkini, mampu menambah wawasan, serta dilengkapi dengan bahan bacaan membuat anggota DPRD dapat meningkatkan kinerjanya.
Agar kinerja anggota DPRD dapat meningkat materi pelatihan haruslah didasarkan pada kebutuhan dan sasaran diklat. Sebagaimana dikemukakan Handoko (2008) bahwa isi program pelatihan ditentukan oleh identifikasi kebutuhan-kebutuhan dan sasaran- sasaran latihan. Apapun isinya, program hendaknya memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi dan peserta. Agar isi program efektif, prinsip-prinsip belajar harus diperhatikan.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Mathis dan John Jackson (2002) yang menegaskan bahwa belajar hanya terjadi ketika informasi diterima, dimengerti dan diinternalisasikan dalam cara yang sedemikian rupa sehingga beberapa perubahan atau usaha secara sadar dilakukan untuk menggunakan informasi tersebut.
Kemampuan untuk belajar menjadi lebih besar manakala ada motivasi yang mendasari seseorang untuk belajar. Motivasi peserta (trainee) adalah unsur vital dalam proses pelatihan. Individu yang tidak berniat untuk belajar dalam program pelatihan dalam mematahkan upaya yang dirancang dengan sangat baik (Simamora,
1999). Dari perspektif organisasi, memberikan pelatihan yang benar kepada orang-orang yang tepat dapat membantu menciptkan dan mempertahankan angkatan tenaga kerja yang stabil dan terlatih dengan baik.
Terkait dengan hal tersebut di atas, faktor peserta pelatihan (X1) yang dimasukkan dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa anggota DPRD Kabupaten Soppeng mengikuti diklat didasari oleh keinginan sendiri sehingga mereka serius dan menjalani seluruh prosesi diklat dengan penuh kesadaran. Keikutsertaan mereka tentu saja didasari pada kesadaran bahwa diklat yang diikuti sebagian besar adalah diklat teknis yang sangat mereka butuhkan dalam menjalankan tiga fungsi mereka, yaitu sebagai fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Fungsi, tugas pokok dan wewenang, serta hak dan kewajiban anggota DPRD membuat peran DPRD sebagai mitra sejajar bagi eksekutif di pemerintahan daerah menjadi sangat penting. Jika tugas pokok dan fungsi dilaksanakan dengan baik dan optimal, mestinya DPRD dapat menjadi pilar bagi tegaknya demokrasi dan pemerintahan yang baik di tingkat lokal atau daerah.
Dua diantara sekian kewajiban anggota DPRD adalah menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala, serta menampung dan menindaklanjuti aspirasi pengaduan masyarakat. Dalam melakukan hal tersebut, DPRD turun ke masyarakat untuk mengetahui persoalan dan kondisi masyarakat. DPRD bisa berdialog langsung dengan masyarakat, atau terlibat dalam diskusi dengan komponen masyarakat. Untuk menghadapi masyarakat yang semakin lama semakin cerdas dan telah mengetahui hak-haknya, anggota DPRD harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang kebijakan, program, dan kegiatan daerah. Mengutip pernyataan Timpe (dalam Umar, 2004) yang mengatakan ada 9 (sembilan) ciri pegawai yang produktif, anggota DPRD dapat digolongkan sebagai anggota dewan yang produktif apabila memiliki ciri sebagai berikut, yaitu cerdas dan dapat belajar dengan cepat, kompeten secara professional, kreatif dan inovatif, memahami pekerjaan, belajar dengan ‘cerdik’, selalu mencari perbaikan, dianggap bernilai oleh atasannya, memiliki catatan prestasi yang baik, dan selalu meningkatkan diri.
Materi pelatihan memiliki korelasi tersebut adalah ‘wajah-wajah baru’ dengan yang paling erat dengan kinerja anggota
latar belakang profesi sebagian besar adalah DPRD Kabupaten Soppeng. Ini berarti untuk
kontraktor. Tepatlah kiranya diklat dan atau meningkatkan kerjasama, tanggung jawab,
bimtek menjadi salah satu wadah yang efektif efektivitas pemanfaatan waktu, kualitas dan
untuk menumbuhkembangkan pemahaman kuantitas output, serta keterampilan, maka
mereka atas ketiga fungsi DPRD. Hal ini juga kualitas materi pelatihan ditingkatkan. Karena
mengingat masih kecilnya jumlah produk pelatihan dianggap menjadikan organisasi lebih
hukum yang dihasilkan melalui fungsi legislasi efektif, tipe pelatihan yang tepat adalah yang
yang dimiliki oleh DPRD. Selama periode 2009 meningkatkan kinerja karyawan (Simamora,
hingga menjelang akhir 2013, produk hukum 1999).
yang dihasilkan DPRD hanya ada dua, dan Salah satu faktor yang mempengaruhi
baru satu yang sampai pada tahap pengesahan. kinerja anggota DPRD adalah kemampuan.
Dari 2009 hingga saat ini, secara umum materi Kemampuan yang dimiliki oleh para anggota
diklat/bimtek yang pernah diikuti oleh anggota DPRD akan sangat menentukan kinerja DPRD.
DPRD Kabupaten Soppeng terdiri dari: sebagai anggota dewan sudah barang tentu
1. Teknik-Teknik Perancangan Rencana dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan tugas pokok dan fungsinya; legislasi,
(RAPBD)
anggaran dan pengawasan. Jika kemampuan
2. Sistematika Penyusunan Perda (Legal itu dilihat dari salah satu indikatornya, yaitu
Drafting)
pendidikan, maka kemampuan anggota
3. Bimtek PP No. 72 Tahun 2005 tentang DPRD Kabupaten Soppeng dapat dikatakan
Pemerintahan Desa
berada pada level tinggi. Sebab rata-rata basis
4. Bimtek Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pendidikan yang dimiliki oleh para anggota
Dewan adalah sarjana, bahkan magister.
5. Bimtek UU Perikanan Indonesia Nomor 34 Hadi (2004) dalam tesisnya menyatakan
Tahun 2009
kualitas fungsi pengawasan yang dilakukan
6. Bimtek UU No. 12 Tahun 2011 tentang oleh DPRD berkaitan erat dengan kapasitas Pembentukan Peraturan Perundang- tingkat pendidikan anggota DPRD. Tingkat
Undangan
pendidikan anggota DPRD yang lebih tinggi
7. Standar Audit APBD serta Indikasi dibandingkan dengan eksekutif pada umumnya
Penyelewengan & Penyalahgunaan berimplikasi pada kemampuan mereka untuk
Anggaran APBD sesuai Hasil Audit BPK melakukan pengawasan terhadap lembaga
8. Bimtek Badan Layanan Umum RSUD eksekutif dengan lebih baik. Anggota DPRD
9. Bimtek Permenkeu No. 102 Tahun yang mempunyai tingkat pendidikan yang
2013 tentang Perubahan Kedua atas tinggi dapat mengimbangi tingkat pendidikan
Permenkeu No. 205 Tahun 2012 tentang eksekutif sehingga pengawasan akan berjalan
Alokasi Sementara Bagi Hasil PBB Tahun secara proporsional. Sebagai contoh, alih fungsi
Anggaran 2013
Pasar Lolloe Kabupaten Soppeng menjadi kantor
10. Bimtek Pengelolaan Barang Milik Negara camat ditentang oleh semua fraksi sementara
yang Berasal dari Dana Dekonsentrasi dan pihak eksekutif telah menyetujui bahkan telah
Dana Tugas Pembantuan mengantongi legalitas formal untuk alih fungsi
11. Bimtek tentang Standar Biaya Tahun tersebut. Disinilah fungsi pengawasan DPRD
Anggaran 2013
berjalan, DPRD berhak untuk melakukan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah
Kesemua bentuk pelatihan dan bimtek daerah dalam melaksanakan program
di atas merupakan hal yang harus diketahui pembangunan daerah.
oleh anggota DPRD. terlebih perubahan teknis Dilihat dari daftar nama anggota
dan perubahan peraturan dalam lingkungan DPRD Kabupaten Soppeng Periode 2009 –
mewajibkan anggota DPRD agar memiliki 2014, sebagian besar anggota pada periode
keterampilan-keterampilan yang baru dan berbeda dari yang saat ini mereka miliki.
Jurnal Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
2. Untuk lembaga diklat yang berada di luar Kabupaten Soppeng, anggota DPRD dapat
1. KESIMPULAN
mengkoordinasikan hal tersebut dengan Dari analisis dan pembahasan yang telah
lembaga diklat yang diberi kewenangan dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa:
untuk melakukan pembinaan, monitoring
1. Secara umum anggota DPRD Kabupaten dan evaluasi terhadap lembaga diklat Soppeng periode 2009 – 2014 menyatakan
binaannya.
setuju dengan indikator-indikator pada
3. Setelah mengikuti diklat, kinerja anggota faktor pendidikan dan pelatihan.
DPRD Kabupaten Soppeng menjadi baik.
2. Secara umum anggota DPRD Kabupaten Hal ini terutama nampak pada kerjasama. Soppeng periode 2009 – 2014 menilai baik
Fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan kinerja mereka setelah mengikuti diklat.
memang membutuhkan kerjasama antara
3. Terdapat keterkaitan antara faktor-faktor eksekutif dan legislative sehingga metode pendidikan dan pelatihan dengan kinerja
pembelajaran yang melibatkan kerjasama anggota DPRD Kabupaten Soppeng.
peserta dapat dipertimbangkan untuk
4. Diantara keenam faktor pendidikan ditingkatkan agar memiliki dampak yang dan pelatihan, materi pelatihan yang
nyata setelah peserta kembali ke pekerjaan memberikan kaitan yang sangat erat
masing-masing.
dengan kinerja anggota DPRD.
4. Diantara keenam faktor diteliti, materi diklat yang memiliki hubungan terbesar.
2. REKOMENDASI
Oleh karena itu guna meningkatkan kinerja anggota DPRD maka materi
Dari kesimpulan di atas, maka saran yang diklat, terutama diklat teknis, dapat lebih dapat diberikan bagi pengambil keputusan ditertajam dan diarahkan mulai dari dasar di DPRD Kabupaten Soppeng adalah sebagai hingga kemampuan anggota DPRD dalam berikut: memahami suatu hal menjadi lebih baik.
1. Meski secara umum anggota DPRD
5. Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) dapat Kabupaten Soppeng periode 2009 –
dipertimbangkan untuk dilakukan oleh 2014 menyatakan setuju dengan faktor-
pimpinan DPRD. Hal ini bertujuan untuk faktor pendidikan dan pelatihan, namun
memetakan siapa dan pekerjaan apa saja diantara keenam faktor yang diteliti, faktor
yang membutuhkan pelatihan.
fasilitas diklat (X 4 ) yang dianggap paling
memerlukan pembenahan. Oleh karena itu, terkait dengan pembenahan lembaga diklat
REFERENSI
daerah, anggota DPRD Kabupaten Soppeng Adisasmita, Rahardjo. 2011. Manajemen dapat menjalankan fungsi legislasi dan
Pemerintah Daerah . Graha Ilmu. Bandung. ditindaklanjuti dengan fungsi pengawasan
yang dikoordinasikan dengan Bupati dan Dessler, Gary. 1997. Human Resourches lembaga diklat daerah. Hal ini juga terkait
Management . Prentice. Hall Inc. London. dengan Surat Edaran Kementerian Dalam
Flippo, Edwin. B. 1995. Manajemen Personalia. Negeri Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis
Alih bahasa M. Mas’ud, S. H . Erlangga. Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota
Jakarta.
DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/ Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen Personalia Kota yang menyatakan bahwa Pemerintah dan Sumber Daya Manusia. Edisi ke delapan. Daerah Provinsi, dalam hal ini Badan BPFE-UGM. Yogyakarta. Pendidikan dan Pelatihan Provinsi atau
sebutan lainnya dalam menyelenggarakan ______________. 2008. Manajemen Personalia orientasi atau pendalaman tugas bagi
dan Sumber Daya Manusia. Edisi kedelapan. anggota DPRD Provinsi dan/atau DPRD
BPFE-UGM. Yogyakarta. Kabupaten/Kota di wilayahnya harus
Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan melakukan koordinasi dengan Kementerian
Otonomi Daerah. Program Penguatan Dalam Negeri melalui Badan Pendidikan
Kapasitas dan Kompetensi Anggota dan Pelatihan Kementerian Dalam Negeri.
DPRD. (Online), (http://lppod.wordpress. com, diakses tanggal 17 Januari 2013)
Jurnal
Volume XI | Nomor 3 | Desember 2014 Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi