1. Landasan Ontologi Supervisi Pendidikan - LANDASAN ONTOLOGI supervisi pendidikan

  

LANDASAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI

SUPERVISI PENDIDIKAN

Tata Suharta

Pendahuluan

  Mungkin Kita dapat membayangkan andaikata sebuah bangunan rumah yang dibangun tidak menggunakan landasan (fondasi) yang kokoh, maka ketika terjadi goncangan atau diterpa oleh angin sedikit saja rumah tersebut akan mudah rubuh. Demikian halnya dengan Supervisi Pendidikan, jika dikembangkan tidak didasarkan pada landasan yang tepat dan kuat, maka program supervisi tersebut tidak bisa berjalan, dan bahkan dengan mudah dapat diabaikan oleh para pemakainya. Bila bangunan rumah roboh yang diakibatkan tidak menggunakan landasan (fondasi) yang kuat, kerugian tidak akan terlalu besar hanya sebanding dengan harga rumah yang dibangun, dan jika kondisi keuangan memungkinkan maka dengan segera akan mudah dibangun kembali. Tapi bila yang roboh itu kualitas supervisi pendidikan yang berimplikasi pada pembelajaran sebagai alat untuk mempersiapkan manusia, maka kerugiannya bersifat fatal dan tidak bisa diukur dengan materi karena menyangkut dengan upaya memanusiakan manusia. Dengan demikian dalam mengembangkan program supervisi pendidikan terlebih dahulu harus diidentifikasi dan dikaji secara selektif, akurat, mendalam dan menyeluruh landasan apa saja yang harus dijadikan pijakan dalam.

  Kegiatan supervisi merupakan kebutuhan penting bagi setiap guru untuk melakukan penyegaran dalam melaksanakan tugas pembelajaran dengan efektif. Perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh para guru memerlukan bantuan yang dapat diandalkan dari ahli manajemen sekolah dan ahli di bidang pembelajaran. Ada beberapa faktor yang dapat diperbaiki dalam pembelajaran melalui kegiatan pengembangan di sekolah yaitu pengertian guru terhadap tujuan, persepsi peserta didik terhadap guru, penguasaan bahan mata pelajaran oleh guru, dan penguasaan guru terhadap teknik-teknik mengajar (Purwanto, 2010:76). Jadi dengan bantuan supervisi guru oleh pengawas dan kepala sekolah, guru akan mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan mengembangkan mata pelajaran utama, sampai guru dapat mendemonstrasikan dengan baik sebagai bukti bahwa mereka terampil dalam mengajar.

  Kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru yang enggan untuk disupervisi. Supervisi masih dianggap sebagai upaya mengungkap kelemahan guru dalam menjalankan tugasnya. Supervisor dianggap sebagai korektor bukan mitra dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dibahas adalah Apa hakikat supervisi serta peranan dan fungsi supervisi dalam pembelajaran?. Kata kuncinya adalah hakikat dan fungsi supervisi oleh pengawas/kepala sekolah.

1. Landasan Ontologi Supervisi Pendidikan

  Menurut Jujun S Suriasumantri (2010: 35) “Ontologi merupakan cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakekat hidup. Ontologi diartikan juga dengan hakekat apa yang terjadi”. Masalah–masalah supervisi pendidikan yang menjadi perhatian ontologi adalah dalam penyelenggaraan supervisi pendidikan diperlukan usaha dan kerja sama antara supervisor (kepala sekolah atau pengawas sekolah) dan guru mengenai pandangan tentang tujuan dari supervisi pendidikan serta pendirian mengenai seperti apa atau yang bagaimana supervisi yang dikehendaki sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

  Menurut Purwanto (2010:76) “Supervisi pembelajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personel maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar-mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan”. Jadi Supervisi adalah segala usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas pendidikan lainnya untuk memperbaiki pembelajaran, mengembangkan pertumbuhan guru-guru, menyelesaikan serta merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan pembelajaran, metode mengajar, penilaian pembelajaran.

  Dalam hal praktek pembelajaran, supervisi pembelajaran adalah kegiatan melihat realita kondisi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: (1) apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, (2) apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, (3) aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang berarti bagi guru dan siswa?, (4) apa yang dilakukan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran ?, dan (5) apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?

  Supervisi yang dilakukan kepala sekolah dan pengawas dalam pembelajaran dikenal dengan nama supervisi pembelajaran . Secara konseptual, supervisi pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan hal ini, maka esensial supervisi pembelajaran itu sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengelola pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.

  Jadi, fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol atau melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau pengertian yang luas. “Kegiatan supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat- syarat personel maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar-mengajar yang efektif” (Nana Sudjana,2011: 20).

  Pekerjaan supervisi bukanlah pekerjaan inspeksi, melainkan memberikan dorongan dan bantuan, karena guru memerlukan bantuan langsung dari ahlinya untuk memperbaiki pembelajaran . Dalam pelaksanaan supervisi seharusnya adalah evaluasi, bukan inspeksi, karena kalau inspeksi pendidik hanya menjadi objek pengamatan pejabat. Sedangkan evaluasi, setiap orang adalah subjek yang bekerjasama dengan para supervisor dalam melakukan kritik dan menjaga gerak dengan kerja mereka. Tujuan akhir dari supervisi adalah memberikan pelayanan yang lebih baik kepada semua siswa sehingga suasana belajar kondusif.

2. Landasan Epistemologi Supervisi Pendidikan

  Apa sebenarnya epistemologi itu, “Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan yang benar dari obyek yang ingin dipikirkan pengertian epistemologi yang lebih jelas” (Jujun S SuriaSumantri, 2010: 99). D apat kita disimpulkan bahwa epistemologi merupakan salah satu komponen flsafat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuani khususnya berkenaan dengan carai prosesi dan prosedur bagaimana ilmu itu diperoleh.

  Objek epistemologi menurut Jujun S. Suriasumantri (2010:119) berupa “Segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan”. Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran atau objek teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi menghantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran , mustahil tujuan bisa terealisasi, sebaliknya tanpa tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah.

  Selanjutnya, apa yang menjadi tujuan epistemologi?. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan walaupun tidak bisa dihindari bahwa yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. Seseorang yang mengetahui prosesnya, tentu akan dapat mengetahui hasilnya, tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya sering kali tidak mengetahui prosesnya. Contoh, seorang guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa empat kali lima sama dengan dua puluh (4 x 5 = 20) dan siswa mengetahui, bahkan hafal. Namun, bagi siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan da hafalannya itu. Dia akan mengejar bagaimana prosesnya, empat kali lima sama dengan dua puluh. Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail, sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lain. Dengan demikian, seseorang tidak sekedar mengetahui sesuatu atas informasi orang lain, tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian kontekstual melalui proses itu.

  Begitu juga dengan supervisi kepengawasan, “supervisi harus dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekadar pengawas biasa” (Nana Sudjana, 2011: 1) . Contohnya jika pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah, maka pengawasan dilakukan untuk melihat kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran terhadap siswa, namun jika supervisi dilaksanakan oleh pengawas satuan pendidikan, maka kepala sekolah dalam konteks kelembagaan jelas menjadi tujuan utama dalam meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh bukan hanya sekedar inspeksi biasa.

  Mengacu pada pemikiran diatas, maka bantuan berupa pengawasan profesional oleh pengawas satuan tenaga kependidikan tentu diarahkan pada upaya untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan kepala sekolah dalam menetralisir, mengidentifikasi serta menemukan peluang-peluang yang dapat diciptakan guna meningkatkan mutu kelembagaan secara menyeluruh.

  Menurut Purwanto (2001: 119) menyatakan bahwa usaha-usaha yang harus dilakukan kepala sekolah sesuai fungsinya sebagai supervisor, antara lain:

  1. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dalam menjalankan tugas sebaik-baiknya;

  2. Berusaha melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan Pembelajaran;

  3. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku;

  4. Membina kerja sama yang harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya; 5. berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, meyediakan perpustakaan sekolah, dan mengirim mereka mengikuti penataran-penataran, seminar sesuai bidangnya masing-masing;

  6. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan komite sekolah dan instansi lainnya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

  Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Menurut Jujun S Suriasumantri (2010:234) “aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang kita peroleh”.

  Berkaitan dengan landasan aksiologi Supervisi pendidikan, aspek tujuan dari supervisi adalah untuk terus memperbaiki keadaan sekolah baik secara material, finansial maupun dengan hubungan sosialnya di dalam lingkungan sekolah.

Menurut Nana Sudjana (2011:20-21), hakikat nilai dari tujuan supervisi adalah sebagai berikut :

  

a. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya

dan peranan sekolah untuk mencapai tujuan itu.

  

b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknya

menjadi anggota masyarakat yang efektif.

  

c. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-

aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan mengajar belajar, serta menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.

  

d. Memperbesar ambisi-ambisi guru untuk untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal dalam

bidang profesinya (keahlian) meningkatkan “achievement motive”.

  

e. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lainnya terhadap tata

kerja yang demokratis dan kooperatif serta untuk memperbesar kesediaan untuk tolong-menolong.

  

f. Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah kepada masyarakat dalam

pengembangan program-program pendidikan.

  

g. Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya dalam konteks

tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta didik.

  

h. Mengembangkan “Esprit de corps” guru-guru, yaitu adanya rasa kesatuan dan persatuan

(kolegialitas) antar guru-guru.

i. Meningkatkan belajar siswa dan meningkatkan perbaikan kualitas kehidupan masyarakat.

  

j. Untuk memupuk kualitas kepemimpinan dalam menjamin adanya kontinyuitas dan penyesuaian

kembali secara konstan program pendidikan dalam setahun tiap tahun pelajaran ; tingkatan demi tingkatan dalam sistem pendidikan dari satu bidang dan isi dari pengalaman belajar lain.

  DAFTAR PUSTAKA Nana Sudjana, Surya Dharma, Wastandar. Pemantauan Pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan.

  Bekasi: Binamitra Publishing, 2012. Nana Sudjana. Pengawas dan Kepengawasan. Bekasi: Binamitra Publishing, 2011. ———. Supervisi Pendidikan (Konsep dan Aplikasinya bagi Pengawas Sekolah). Bekasi: Binamitra Publishing, 2011.

  Ngalim, Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.

  

Dokumen yang terkait

Pembaruan pendidikan islam KH. A. Wahid Hasyim ( Menteri Agama RI 1949-1952)

8 109 117

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar pendidikan agama islam siswa kelas V di sdn kedaung kaliangke 12 pagi

6 106 71

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya - Perbedaan penerapan metode iqro’ di TKQ/TPQ Al-Hakam dan TKQ/TPQ Nurul Hikmah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26