PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

  Artikel Penelitian

  

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN RPP TEMATIK MELALUI PELATIHAN BAGI GURU

KELAS RENDAH DI GUGUS DR SUTOMO KECAMATAN SRAGI KABUPATEN PEKALONGAN

Tati Hendarti*)

ABSTRAK

  Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru kelas rendah dalam menyusun RPP tematik dengan baik dan benar melalui pelatihan. Penelitian ini dari penyusunan proposal sampai penulisan laporan hasil dilakukan selama tiga bulan. Penelitian berakhir bulan Maret 2010, dengan mengambil subjek penelitian guru kelas rendah berjumlah 30 orang berasal dari SD Inti 02 Purworejo gugus Dr Sutomo Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan sekolah. Siklus tindakan sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari atas empat tahapan yaitu membuat perencanaan, melakukan tindakan, mengadakan pengamatan, dan melakukan refleksi.

  Melalui tindakan pelatihan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP tematik. Peningkatan kemampuan guru ini juga diikuti dengan perubahan perilaku dari negatif menjadi perilaku positif. Pada siklus pertama guru yang berkonsentrasi dan memperhatikan materi yang disampaikan peneliti masih berkisar 75 %. Pada tahp ini guru masih bingung, karena penyaji dalam menyampaikan materi tidak menggunakan media dan latihan. Di samping itu, masih menggunakan kelompok besar. Selama pelaksanaan siklus II guru lebih memperhatikan materi yang disampaikan peneliti, karena materi ditampilkan melalui LCD. Pelatihan yang diberikan juga dibuat kelompok kecil dengan tiap kelompok dibimbing oleh peneliti dan kolaborator.

  Hasil tes pratindakan yaitu sebelum penelitian dilakukan menunjukan nilai rata-rata kelas yang dicapai 29,33, dan pada siklus I meningkat sebesar 39,31 % dengan rata-rata skor 48,33. Kemudian pada siklus II meningkat lagi 40,69 % menjadi rata-rata nilai 68,00.

  Kata Kunci : Kemampuan Guru , RPP Tematik, dan Pelatihan

  PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

  Berdasarkan Permen Diknas nomor 14 Tahun 2007, guru harus mampu melakukan pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

  Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

  Fortuna prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP dijabarkan dari silabus. Rpp bertujuan untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD.

  Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa cepatnya. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.

  Bila kita telah memahami kondisi siswa kelas awal tersebut, maka ketika menyusun kegiatan pembelajaran tematik sebaiknya dilakukan tidak dalam bentuk yang parsial. Tetapi, kenyataan yang ditemukan dalam supervisi manajerial maupun akademik, guru masih menggunakan pola lama ,yaitu dengan menggunakan mata pelajaran terpisah. Alasan guru masih menggunakan mata pelajaran terpisah karena banyak guru yang belum memahami bagaimana menyusun RPP Tematik dengan baik dan benar. Jika ada RPP pun, RPP itu bukan disusun sendiri melainkan hanya copy paste RPP terdahulu atau membeli yang sudah jadi. Ironisnya lagi ada guru yang memiliki RPP hanya sebagai pajangan disimpan di lemari. Di samping itu, belum adanya pelatihan baik dari kepala sekolah maupun pengawas untuk menyusun RPP tematik dengan baik dan benar.

  Berdasarkan supervisi manajerial yang dilakukan pengawas, guru-guru di Gugus Dr Sutomo 100% belum menggunakan RPP tematik buatan sendiri. RPP yang digunakan merupakan produk orang lain yang ironisnya dalam pelaksanaan masih menggunakan mata pelajaran terpisah. Maka tidak heran bila ada seor ang guru yang bertanya “Mengapa antara silabus dan RPP tidak singkron?”

  Pertanyaan di atas memang menggelikan, artinya guru sendiri belum memahami bahwa RPP dan silabus hendaknya dibuat sendiri, mereka mengira silabus dan RPP berasal dari Dinas Pendidikan. Hal Ini dimaklumi karena kami selaku pengawas kurang memberikan pelatihan secara khusus.

  Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar proses yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk itu perlu adanya pelatihan kepada guru-guru kelas I sampai dengan kelas III untuk menyususn RPP Tematik dengan baik agar pelaksanaan pembelajaran tematik sesuai yang diharapkan.

  Fortuna

  Rumusan Masalah

  Dari identifikasi di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah melalui pelatihan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP tematik?

  2. Apakah ada motivasi perubahan perilaku ke arah yang positif pada guru, dengan dilaksanakannya pelatihan penyusunan RPP Tematik?

  3. Bagaimana langkah-langkah penyusunan RPP tematik yang diberikan pada Guru melalui pelatihan?

  KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pengertian Pembelajaran Tematik

  Pendidikan anak usia kelas awal merupakan suatu proses pembinaan tumbuh kembang yang ditujukan kepada anak sejak enam-tujuh tahun sampai dengan usia sembilan tahun. Pendidikan tersebut dilakukan secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dan dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangannya. Adapun perkembangannya yaitu jasmani, rohani, motorik, akal fikir, emosional, dan sosial yang tepat dan benar agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Tematik:5:2009)

  Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yangmenggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. (Depdiknas:226:2008)

  Tujuan Pembelajaran Tematik

  Tematik sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar kelas awal, memiliki tujuan sebagai berikut: (1). Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. (2). Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama. (3). Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, (4). Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik karena mengaitkan berbagai mata pelajaran dengan pengalaman pribadi yang diikat dalam tema tertentu, (5). Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

  Fortuna

  Karakteristik Pembelajaran Tematik

  Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) Berpusat pada siswa, (2) Memberikan pengalaman langsung, (3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5) Bersifat fleksibel, (6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (7) prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

  Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:

  (1) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan, (2) Standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan, (3) Tujuan pembelajaran, (4) Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator, (5) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup, (6) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian, (7) kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. (8)Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).

  Pengertian Pelatihan

  Berikut ini ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian pelatihan, antara lain sebagai berikut : Menurut Nitisemito (1994) Pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para karyawan yang sesuai dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan.

  Menurut Simamora (1997) Pelatihan adalah proses sistematik pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasional.”

  Menurut Faustino (1995) Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada susatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi ta nggungjawabnya,atau satu pekerjaan yang ada kaitannyadengan pekerjaannya”

  Fortuna

  • –kurangnya tujuan pembelajaran , materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

  Fortuna

  Menurut Robert L dkk (2006) Pelatihan adalah sebuah proses dimana orang mendapatkan kapabilitas untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasional. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,

  “latih” adalah belajar dan menbiasakan diri agar pandai. Sedangkan pelatihan adalah, tempat berlatih, cara dan proses melatih.

  Kerangka Berpikir

  Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan,

  pasal 20 menyatakan Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang

  Permasalahannya guru dalam mengajar 100% masih mengunakan RPP hasil orang lain (sekolah membeli RPP yang sudah jadi), sehingga banyak guru dalam mengajar antara RPP dan kenyataan tidak sesuai. Hal ini disebabkan karena guru belum memperoleh pelatihan menyusun RPP tematik.

  Berdasarkan kenyataan tersebut maka peneliti mencoba melakukan pelatihan terhadap guru-guru di dabin Dr Sutomo dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP tematik.

  Skema Kerangka Berpikir

KONDISI AWAL TINDAKA N KONDISI AKHIR

  Pengawas belum melaksanakan pelatihan menyusun RPP tematik

  Kemampuan guru menyusun RPP tematik sendiri adalah rendah

  Melakukan pelatihan menyusun RPP tematik Siklus I Pelatihan dengan dibimbing peneliti secara klasikal

  Siklus II Pelatihan dibimbing peneliti secara kelompok ( 6 klp )

  Diduga melalui pelatihan dapat meningkatkan guru dalam menyusun RPP tematik di gugus DR Sutomo tahun 2010

  Hipotesis Tindakan

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan kemampuan guru kelas rendah dalam menyusun RPP Tematik setelah dilaksanakan pelatihan.

  METODE PENELITIAN Setting dan Subjek Penelitian

  Penelitian dilaksanakan mulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan kurang lebih tiga bulan. Sedangkan palaksanaan Siklus I dilaksanakan minggu ketiga bulan Februari dan Siklus II minggu IV bulan Februari juga. Penelitian dilaksanakan di Dabin Dr Sutomo semester II, Desa Purworejo Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru-guru kelas I sampai dengan kelas III di Dabin Dr Sutomo dengan SD inti SDN 02 Purworejo Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan.

  TeKnik dan Alat Pengumpulan Data

  Tes Yang digunakan untuk mengukur kemampuan guru adalah tes tertulis yang meliputi pengetahuan tentang Tematik dan produk yang berupa RPP tematik dan Tehnik non tes. Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa laporan hasil penelitian.

  Analisis Data

  Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan hasil tulisan laporan dari kondisi awal, setelah tindakan siklus I dan setelah siklus II.

  Prosedur Penelitian

  Dalam proses penelitian ini ada empat tahapan yang digunakan secara sistematis dan diterapkan dalam dua siklus, yaitu proses tindakan siklus I dan siklus II. Keempat tahap dalam sebuah PTS dapat digambarkan sebagai berikut.

  . Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

   1. Perencanaan

   1. Perencanaan

  4. Refleksi

   2.Tindakan 4. Refleksi

   2. Tindakan Siklus I Siklus

   3. Pengamatan

   3. Pengamatan Fortuna

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Awal

  Kondisi awal semua guru masih menggunakan mata pelajaran terpisah. Hal ini disebabkan guru belum mampu membuat RPP sendiri. Di samping itu, pengawas sendiri belum pernah melakukan pelatihan menyusun RPP tematik secara menyeluruh pada guru-guru di Dabin Dr Sutomo. Akhirnya, peneliti berkolaborasi dengan pengawas di Dabin Dr Sutomo melakukan penelitian dalam rangka meningkatkan kemampuan guru membuat RPP tematik sendiri melalui pelatihan. Dari hasil tes prasiklus, hanya dua orang yang termasuk kategori cukup yaitu sekitar 6,66%, sisanya 28 orang yaitu 93,33% termasuk kategori kurang.

  Hasil tes tertulis prasiklus NO Kategori Rentang Frekwensi Skor Persentase Rata-rata

  Nilai 1 - Sangat - 85 00,00 % 880=29,33

  • – 100

  2

  75 - - baik 00,00 %

  30

  • – 84

  3 Baik

  60 2 120 06,66% Berkategori

  • – 74

  4 Cukup

  00 28 760 93,33% kurang

  • – 59 Kurang Jumlah

  30 880

  Deskripsi siklus I

  Dari data hasil tes tertulis dapat dijelaskan sebagai berikut, kenaikan nilai tes tertulis pada siklus I hanya 39,31 % dari nilai prasiklus dan berkategori kurang. Hal ini disebabkan pengawas gugus Dr sutomo selaku nara sumber kurang menguasai materi. Padahal materi pada sikuls I sudah disiapkan oleh peneliti. Namun demikian, dengan tidak adanya media yang membantu nara sumber dalam menyampaikan materi membuat peserta kurang konsentrasi meskipun terlihat diam.

  Hasil tes produk RPP rupanya guru belum menggunakan dasar Permen Diknas nomor 41 tentang Standar Proses. Pada Permen tersebut dinyatakan bahwa kegiatan inti pembelajaran harus ada kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Di samping itu, rata-rata guru belum menerapkan teknologi informasi dan komunikasi pada RPP.

  Hasil tes tertulis siklus I NO Kategori Rentang Frekwensi Skor Persentase Rata-rata

  Nilai

  1 Sangat

  85 2 180 06,66 % 1450=48,33

  • – 100 2 baik

  75 5 400 16,66 %

  30

  • – 84

  3 Baik

  60

  1 60 03,33 % Berkategori

  • – 74

  4 Cukup

  00 22 810 73,33 % kurang

  • – 59 Kurang Jumlah

  30 1450

  Fortuna

  6 Kelas III (Anggrek ) 16 66,66 Cukup Jumlah 69,44 Cukup

  30 Kategori cukup Jumlah 30 2040

  4

  9

  13

  4 370

  720 760

  190 13,33 30,00 43,33 13,33

  2040=68

  Hasil tes produk pada siklus II No Kelompok

  75

  Jumlah Nilai

  Nilai akhir Kate-gori

  1 Kelas I (Mawar) 18 75,00 Baik

  2 Kelas I (Melati) 20 83,33 Baik

  3 Kelas II (Flamboyan) 15 62,50 Cukup

  4 Kelas II ( Dahlia ) 16 66,66 Cukup

  5 Kelas III ( Kenanga ) 15 62,50 Cukup

  00

  85

  Deskripsi Siklus II

  1 Kelas I 12 50,00 Kurang

  Hasil nilai produk RPP Tematik pada Siklus I

  No Kelompok Jumlah nilai Nilai

  1

  Frekuensi Skor Prosent ase Rata-rata

  No Kategori Rentang NIlai

  4 peserta (13,33%). Hasil tes tertulis Siklus II

  Data dari hasil tes tertulis pada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut. Dari jumlah peserta 30 orang, ada empat orang yang termasuk kategori sangat baik (13,33%), 9 peserta berkategori baik (30,00%), kategori cukup dengan nilai 60-74 diperoleh 13 peserta( 43,33%) dan kategori kurang dicapai oleh

  Tindakan Siklus II dilaksanakan karena pada siklus I kemampuan peserta masih tergolong kategori rendah dan belum memenuhi target maksimal nilai rata-rata yang ditentukan yaitu 65. Selain itu, perubahan tingkah laku yang diharapkan belum tampak secara signifikan. Dengan demikian, tindakan siklus II dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

  Akhir Kategori

  3 Kelas III 10 41,66 Kurang Rata-rata 44,44 Kurang

  2 Kelas II 10 41,66 Kurang

  • – 100

  4 Sangat baik Baik Cukup Kurang

  2

  • – 84 60 -74

  3

  • – 59

  Fortuna Hasil tes produk pada siklus II sudah ada peningkatan, walaupun hasilnya belum termasuk kategori baik, peserta masih kesulitan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi pada RPP. Hal ini menjadi PR bagi pengawas untuk pelatihan berikutnya.

  Hasil Penelitian

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyusunan RPP tematik melalui pelatihan membantu guru dalam mengungkapkan perasaan, pikiran maupun gagasannya. Guru lebih termotivasi dan lebih aktif dalam berdiskusi sehingga hasil produk RPP tematik lebih baik sesuai dengan harapan peneliti.

  PENUTUP Simpulan

  Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Kemampuan menyusun RPP tematik pada guru kelas rendah di gugus DR Sutomo Sragi kabupaten Pekalongan setelah mengikuti pelatihan mengalami peningkatan sebesar 131,84%. Hasil tes pratindakan yaitu sebelum penelitian dilakukan menunjukan nilai rata-rata kelas yang dicapai 29,33, dan pada siklus I meningkat sebesar 39,31% dengan rata-rata skor 48,33. Kemudian pada siklus II meningkat lagi 40,69% menjadi rata-rata nilai 68,00.

  Perilaku guru di gugus DR sutomo Sragi kabupaten Pekalongan setelah mengikuti pelatihan penyusunan RPP tematik mengalami perubahan. Perubahan perilaku guru ini dapat dibuktikan dari hasil data nontes yang meliputi observasi peserta, wawancara, dan dokumentasi foto pada siklus I dan siklus II.

  Implikasi

  Dengan adanya peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP tematik, maka berimplikasi kepada peneliti untuk menerapkan pelatihan berikutnya dalam rangka meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran

  Saran

  Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan saran sebagai berikut : (1) Para pengawas hendaknya mencoba melaksanakan pelatihan sebagai alternative dalam peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran, terutama pada proses belajar mengajar di kelas rendah, (2) Para peneliti di bidang pendidikan dasar dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lain dengan pelatihan yang berbeda sehingga didapatkan berbagai alternative pelatihan yang lain.

  Fortuna Arikunto Suharsimi, Suharjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

  Dep P dan K.1991. Ensiklopedi Indonesia.Jakarta :PT Ichtiar Baru-Van Hoeve Depdiknas. 2009. BBM Tematik SD. Jakarta Depdiknas. 2007. Manajemen sekolah. Jakarta Depdiknas. 2008. Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta Depdiknas. 2009. Tematik. Jakarta EM.Zul Fagri, Ratu Aprilia Senja. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa Fublisher Faustino Cardoso Gomes Drs.1995. Majajemen Sumber daya Manusia.Yogyakarta: Andi Offset Permen Diknas Nomor 41 Tahun 2007. Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

  Menengah.Jakarta:BSNP

  Robert L, Mathis-John H.Jackson. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta:Salemba Empat

  10 Fortuna Volume 1, Nomor 1, Desember 2010