LAPORAN PRAKTIKUM KMB III INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM KMB III
(Pemasangan Gips, Jenis Balutan, Traksi)

Oleh :
HIDAYATI
HUSNUNNISA ABBAS
IDAFARADILLAH. AR
IKA JUMARLAH
INDRAWANA
IRMAYANI
KARTIKA
MUH. IKRAM
MUH. IQBAL
NIRWANA
NUPRI WAHYUNI
NUR ASRiYANI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
TAHUN AKADEMIK 2014/2015


PEMASANGAN GIPS

A. DEFINISI
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras
area yang mengalami patah tulang.
Gips adalah imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh tempat
gips dipasang ( brunner dan suddart, 2000 ).
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk immobilisasi bagian tubuh dengan
menggunakan bahan gips tioe plester dan fiberglass (Barbara Engram ,1999).
Jadi gips adalah alat immobilisasi eksternal yag terbuat dari bahan mineral yang
terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plster atau fiberglass.
B. TUJUAN
Untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat
menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang patah
tersebut dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak
yang terletak didalamnya.
a. Imobilisasi kasus pemasangan dislokasia sendi.
b. Fiksasai fraktur yang telah direduksi.
c. Koreksi cacat tulang (mis., skoliosis ).
d. Imobilisasi pada kasus penyakit tulang satelah dilakukan operasi (mis.,spondilitis).

e. Mengoreksi deformitas.

C. INDIKASI DILAKUKAN PEMASANGAN GIPS ADALAH :
1. Immobilisasi dan penyangga fraktur
2. Istirahatkan dan stabilisasi
3. Koreksi deformitas
4. Mengurangi aktifitas
5. Membuat cetakan tubuh orthotic
D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMASANGAN GIPS :
1.
2.

Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
Gips patah tidak bisa digunakan

3.

Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien

4.


Jangan merusak / menekan gips

5.

Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk

6.

Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

E. JENIS-JENIS GIPS
1) Gips lengan pendek : memenjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan,
melingkar erat didasar ibu jari. Bila ibu jari dimasukkan dinamakam spika ibu jari
(gips gaunlet)
2) Gips lengan panjang : memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah
proksimal lipatan telapak tangan, siku biasanya diimobilisasi dalam posisi tegak lurus
3) Gips tungkai pendek : memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki, kakai dalam
sudut tegak lurus pada posisi netral
4) Gips tungkai panjang : mamanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha

sampai dasar jari kaki, lutut sedikit fleksi
5) Gips berjalan
6) Gips tubuh
7) Gips spika bahu
8) Gips spika panggul

F. TEKHNIK PEMASANGAN GIPS
a. Persiapan alat

 Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
 Baskom berisi air biasa ( untuk merendam gips )
 Baskom berisi air hangat.
 Gunting perban.
 Perlak dan alasnya.
 Waslap.
 Kasa dalam tempatnya.
 Alat cukur
 Handuk
 Sabun dan tempatnya
 Spons rubs

 Padding
b. Tahap Prainteraksi
1.

Lakukan vertifikasi order yang ada untuk pemeriksaan

2.

Mencuci tangan

3.

Siapkan alat

4.

Memasang sampiran

c. Tahap Orientasi
1.


Memberikan salam, panggil klien dengan nama panggilan yang disenangi

2.

Memperkenalkan nama perawat

3.

Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga

4.

Menjelaskan tentang kerahasiaan

d. Tahap Kerja
1.

Siapkan klien dan jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.


2.

Siapkan alat –alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips .

3.

Daerah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan, dan dicuci dengan sabun,
kemudian dikeringkan dengan handuk.

4.

Sokong ekstremiras atau bagian tubuh yang akan digips .

5.

Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang ditentukan
dokter selama prosedur.

6.


Pasang spongs rubbs ( bahan yang menyerap keringat ) pada bagian tubuh yang
akan dipasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat.
Tambahkan bantalan ( padding ) di daerah tonjolan tulang dan pada jalur syaraf.

7.

Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai gelembung
– gelembung udara dari gips harus keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi
jumlah air dalam gips.

8.

Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar
mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendur atau terlalu ketat. Pada waktu
membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpah
tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap. Lakukan dengan
gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang constant dengan bagain
tubuh.

9.


Setelah selesai pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan
pemotongan gipa atau cutter.

10. Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang.
11. Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan
diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan
pada gips.

E. Tahap Terminasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrakuntuk tindakan selanjutnya
4. Beri reinforcement sesuai dengan kemampuan klien. Mengakhiri kegiatan dengan
salam
5. Mencuci tangan
F. DOKUMENTASI

BALUTAN


A. DEFINISI
Pembalutan merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah atau
menghindari agar tidak terjadi perubahan posisi.
B. TUJUAN
1. Pembalut Penutup
a. Untuk menutup sebagian badan agar terhindar dari kotoran luar maupun tidak
tersingung oleh anggota badan yang lain.
b. Untuk menghindarkan diri dari cahaya matahari atau udara.
c. Sebelum luka dibungkus terlebih dahulu luka yang dibersihkan atau dilakukan
perawatan luka.
d. Untuk menahan pendarahan.
e. Melekatkan obat (Zalf, Sebuk, Kompres).
2. Pembalut Penahan
a. Mengistirahatkan anggota badan yang luka atau sakit.
b. Mengurangi gerakan yang dapat menambah beratnya sakit.
c. Mengurangi rasa sakit.
d. Pembalut penekan
e. Menekan luka.
f. Menekan perdarahan.
C. MACAM-MACAM PEMBALUT

1) Pembalut segitiga (Mitela) merupakan pembalut berbentuk segitiga.
2) Pembalut kassa.
3) Pembalut cambrio (Kain Mori).
4) Pembalut gulung berbentuk pita.
5) Pembalut perekat (Plester).
6) Pembalut gips.
7) Pembalut spesifik.

D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMBALUTAN :
1. Awasi muka pasien
2. Balutan jangan terlalu kendor
3. Balutan jangan terlalu kencang karena akan mengganggu peredaran darah.
E. JENIS DAN CARA PEMBALUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MITELA :

Gambar 1 : cara menutup luka di dada dengan satu/dua
kain mitela (kain segitiga).

Gambar 2 : Berbagai cara membalut luka organ di sekitar kelapa seperi :
hidung dan dagu, telinga dan dagu dan luka di daerah mata dengan kain mitella yang dibentuk dasi (dilipat - lipat).

Gambar 3 : Cara membalut luka di bagian kepala, perhatikan cara mengikat
kain mitellanya. Kalau luka ada di bagian depan maka ujung kain

diikat di bagian belakang, sebaliknya kalau luka ada di bagian depan
maka ujung kain diikat di bagian belakang.

Gambar 4 : Cara membalut luka di tangan, perhatikan putaran lipatan kainnya.
mengingat tangan merupakan anggota tubuh yang aktif maka usahakan
pembalutan dilakukan kuat dan rapi agar dapat melindungi
luka dari "sentuhan-sentuhan" yang tidak sengaja.

Gambar 5 : cara membalut luka di lutut, perhatikan posisi lutut ketika
sedang dibalut - yaitu dalam posisi kaki tertekuk
agar pembalutan bisa lebih kuat.

Gambar 6 : cara membalut luka di tungkai, perhatikan arah dan luas pembalutan.
dengan cara pembalutan seperti ini maka luka akan terlindungi
dan kaki tetap cukup nyaman untuk berjalan.

Gambar 7 : cara membalut luka di jari, perhatikan jenis kain pembalut
yang dipakai, awal pembalutan dan posisi akhir pembalutan. dengan pembalutan
semacam ini maka luka di jari akan terlindung dan cukup nyaman.

Gambar 8 : cara membalut luka di tangan atau kaki, perhatikan jenis pembalutan
yang bergantung pada luka yang ada. pembalutan bisa dilakukan dengan
pendek atau memanjang tergantung keadaan luka korban.

Gambar 9 : cara membalut dengan tekni "angka 8", perhatikan arah pembalutan
yang menyerupai angka 8, cara ini bisa digunakan untuk membalut
luka di pergelangan atau tapak tangan/kaki.

F. TEKHNIK PEMBALUTAN
a. Persiapan alat
 Kain segitiga (Mitela).
b. Tahap prainteraksi
1. Mencuci tangan
2. Siapkan alat
c. Tahap kerja
1. Member kesempatan pada pasien untuk bertanya.
2. Menanyakan keluhan utama pasien.
3. Memulai tindakan dengan cara yang baik.
4. Memeriksa bagian tubuh yang akan dibalut/cidera, inspeksi, palpasi, gerakan.
5. Melakukan tindakan pra pembalutan (membersihkan luka, mencukur, memberi
desinfektan).
6. Memilih jenis pembalutan yang tepat.
7. Cara pembalutan dilakukan dengan benar (posisi dan arah balutan).
d. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif).
2. Berikan reinforcement positif pada pasien.
3. Akhiri dengan cara yang baik.
4. Cuci tangan.
e. pendokumentasian

PEMASANGAN TRAKSI

A. DEFINISI
Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spasme otot; untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi
fraktur; untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara kedua
permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang
diinginka untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu
keefektifan tarikan traksi harus dihilangkan (Smeltzer & Bare, 2001 )

B.

TUJUAN
1)

Untuk mengurangi dan untuk immobilisasi fraktur tulang agar terjadi pemulihan

2)

Untuk mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat

3)

Untuk mencegah cidera dari jaringan lunak

4)

Untuk memperbaiki, mengurangi, atau mencegah deformitas

5)

Untuk mengurangi spaseme otot dan nyeri

C. INDIKASI
1) Traksi rusell digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia
2) Traksi buck, indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk
mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki
lebih lanjut
3) Traksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas
4) Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical
diberikan pada lengan bawah dalm posisi flexsi.
5) Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah
tulang paha

6) Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus
pemoralis orang dewasa
7) Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 tahun sampai
dewasa muda
D. KONTRAINDIKASI.
1)

Hipermobilitas

2)

Efusi sendi

3)

Inflamasi

4)

Fraktur humeri dan osteoporosis

E. JENIS-JENIS TRAKSI
1. Skin Traksi
Traksi kulit (skin traksi) adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan
menempelkan plaster langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu
menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera dan biasanya digunakan untuk
jangka pendek (48 -72 jam). Traksi kulit menunjukkan dimana dorongan tahanan
diaplikasikan kepada bagian tubuh yang terkena melalui jaringan 7 lunak.
2.

SkeletalTraksi
Traksi skeletal adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera
dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke dalam.
Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang di aplikasikan langsung ke skeleton
melalui pins, wire atau buat yang telah dimasukkan kedalam tulang. Untuk
melakukan ini berat yang besar dapat digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk
fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg
dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang.

F. PERSIAPAN ALAT:

 Skin traksi kit
 k/p pisu cukur
 k/p balsam perekat
 k/p alat rawat luka
 katrol dan pulley
 beban
 K/p Bantalan conter traksi
 k/p bantal kasur
 gunting
 bolpoint untuk penanda/ marker
 tali
 plaster

Persiapan alat pada traksi kulit :
 Bantal keras (bantal pasir )
 Bedak kulit

 Kom berisi air putih
 Handuk
 Sarung tangan bersih

Persiapan alat pada traksi skeletal :
 Zat pembersih untuk perawatan pin
 Set ganti balut
 Salep anti bakteri (k/p)
 Kantung sampah infeksius
 Sarung tangan steril
 Lidi kapas
 Povidone Iodine (k/p)
 Kassa steril
 Piala ginjal

G. ORIENTASI
1. Berikan salam dengan menyebut nama
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menjaga privacy

H. TAHAP KERJA
1. Pelaksanaan prosedur
Mencuci tangan
Memakai handschoen
Mengatur posisi tidur pasien supinasi
Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
Bila banyak rambut k/p di cukur
Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan bolpoint
k/p beri balsam perekat
Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial dan lateral kaki secara
simetris dengan tetap menjaga immobilisasi fraktur
Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
Masukkan tali pada pulley katrol
Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg
k/p pasang bantalan contertraksi atau bantal penyangga kaki
Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan untuk manggil perawat bila
ada keluhan

2. TRAKSI KULIT
Cuci tangan dan pasang sarung tangan
Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang kembali
Lepas sarung tangan
Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang terpasang traksi
Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan
Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam lalu anjurkan klien
latihan ekstremitas bawah untuk fleksi, ekstensi dan rotasi
Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi

3. TRAKSI SKELETAL
Cuci tangan
Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk mempertahankan tarikan traksi
yang optimal

Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril
Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi kapas dengan teknik menjauh
dari pin (dari dalam ke luar)
Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol RS
Tutup kassa di lokasi penusukan pin
Lepas sarung tangan
Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksius
Cuci tangan
Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam pergerakan di tempat tidur
selama ganti alat dan membersihkan area punggung/ bokong
Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
I. TERMINASI
1.Bereskan alat dan rapikan tempat tidur
2. Lepas handscoon dan cuci tangan
3.Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
4. Berikan umpan balik positif pada klien

J. DOKUMENTASI
1. Catat tindakan yang dilakukan
2. Catat respon klien
3. Catat kulit dan cairan yang keluar dari kulit sekitar traksi jika menggunakan traksi kulit