LAPORAN PRAKTIKUM dan fisiologi tumbuhan.doc

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN

Oleh
Nama : Febriyanti
Nim : C1011151019
Kelas : A

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017

ACARA I
PENETAPAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN

A. Pendahuluan
Keadaan fisiologi aktif dalam satu sel dan seluruh sel-sel dalam
tumbuhan bergantung pada beberapa keadaan yang relatif konstan, salah
satunya adalah kesetimbangan air. Air adalah senyawa yang paling mudah

bergerak (mobile) dalam tumbuhan (Steudle, 1994). Air merupakan
komponen penyusun terbesar pada sel-sel tumbuhan, karena hampir 8095% dari total berat basah jaringan yang sedang tumbuh terdiri dari air
(Taiz dan Zeiger, 1991). Apabila tumbuhan kekurangan suplai air, maka
kandungan air dalam tumbuhan menjadi menurun sehingga akan
mengganggu proses fisiologi dan jika keadaan ini berlangsung lama dapat
mematikan tumbuhan.
Dalam tumbuhan yang sedang tumbuh aktif, kekurangan air dapat
menjadi faktor pembatas bagi perkembangannya. Disamping itu aktifitas
seel menurun, kepekaannya terhadap faktor-faktor fisik dan kimia dari
lingkungannya juga berkurang. Kandungan air dalam jaringan tumbuhan
merupakan indikator yang paling baik digunakan untuk mengetahui
apakah proses fisiologi dalam suatu tumbuhan berlangsung normal (sehat).
Dengan demikian konsep potensial air sangat berrguna untuk mengetahui
keadaan air pada tumbuhan.
Potensial air penting untuk diketahui agar dapat mengerti
pergerakan air di dalam sistem tumbuhan, tanah dan udara. Potensial air
kadang-kadang dinyatakan dalam satuan energi sebagai kalori/mol atau
dinyatakan sebagai tekanan (bar). Air akan bergerak dari potensial tinggi
ke potensial rendah. Pergerakan air antar sel biasa melalui difusi, terjadi
sebagai akibat adanya gradien dalam energi bebas dari partikel-partikel

yang berdifusi. Osmosis merupakan pergerakan air melalui membran
selektif permeabel. Jadi osmosis dapat terjadi secara difusi maupun aliran

masa. Dengan demikian, sifat-sifat membran perlu diketahui agar mengerti
proses pengangkutan larutan didalam tumbuhan (Baker, 1978). Pergerakan
air dari akar ke daun melalui xilem berlangsung menurut aliran masa
(Bulk flow) dan terjadi akibat adanya perbedaan potensial air antara akar
dan daun.
Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air,
suatu ukuran daya yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem
seperti jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfer atau dari satu bagian ke
bagian yang lain dalam suatu sistem. Potensial air merupakan parameter
yang paling bermanfaat untuk diukur dalam hubungannya dengan sistem
tanah, tanaman dan atmosfer .
Komponen-komponen potensial air sel atau jaringan adalah sbb :
w = s + p + m
Dimana :
w

= potensial air suatu sel/jaringan tumbuhan


s

= potensial osmotik

p

= potensial tekana (turgor)

m

= potensial matrik

Tekanan turgor , tekanan osmotik , dan tekanan matriks akan
menentukan tekanan air pada setiap sistem. Nilai absolut dari potensila air
tidak mudah diukur, tetapi perbedaannya dapat diukur. Sebagai pegangan
atau dasar dapat diambil potensial air murni. Jadi potensial air adalah
perrbedaan dalam energi bebas atau potensial kimia persatuan molar
volume antara air murni dan suatu larutan pada suhu yang sama.
Potensial air murni pada tekanan atmosfir adalah nol dan potensial

air didalam sel dan larutan kurang dari nol atau negatif. Potensial osmotik
adalah potensial yang disebabkan oleh zat-zat terlarut, tandanya selalu
negatif. Potensial tekanan turgor adalah potensial yang disebabkan oleh
tekana hidrostatik membran sel pada dinding sel. Nilainya selalu ditandai
dengan bilangan positif, nol atau juga dapat negatif. Penambahan tekanan

(terbentuknya tekanan turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih
positif. Potensial matrik bertanda negatif tetapi pada umumnya pada selsel yang bervakuola, nilainya dapat diabaikan sehingga setiap ada
perbedaan potensial air didalam sel hanya disebabkan oleh tekanan
osmotik dan tekanan turgor (Taiz dan Zeiger, 1991). Oleh karena itu,
persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :
w = s + p
Potensial air jaringan ditentukan dengan cara merendam potongan
jaringan dalam suatu larutan sukrosa atau mennitol (non elektrolit) yang
diketahui konsentrasinya, sehingga tidak mengubah osmotikum dan
jaringan. Dalam percobaan ini dicari larutan sukrosa yang tidak
mengakibatkan perubahan berat atau volume jaringan, artinya potensial air
larutan sama dengan potensial air jaringan . setiap ada pergerakan air dari
jaringan ke larutan hanya disebabkan oleh adanya perrbedaan potensial
airnya.


Pergerakan

air

akan

terhenti

sampai

terjadi

keadaan

kesetimbangan. Potensial air larutan sama dengan potensial air jaringan,
maka persaannya menjadi :
WL

=


WJ

B. Tujuan
Mengukur nilai potensial air jaringan umbi kentang
C. Alat dan Bahan
Bahan Tanaman

: umbi kentang

Bahan Kimia

: larutan sukrosa

Alat-alat

: bor sumbat botol (cork borer) dengan
diameter 1 cm untuk membuat potonganpotongan umbi kentang, pisau silet,
timbangan analitik, dan 12 tabung reaksi
dan rak tabung reaksi.


D. Cara Kerja
1. Siapkan 12 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 100 ml dengan
larutan berikut : air aquades 0,05 : 0,10 : 0,15 : 0,20 : 0,25 : 0,30 : 0,35 :
0,40 : 0,45 : 0,50 dan 0,60 molar larutan sukrosa.
2. Buat 12 silinder umbi kentang dengan menggunakan cork borer, masingmasing panjangnya 2 cm. Buang kulitnya dan cuci. Kemudian keringkan
dengan kertas tisu dan timbang sebagai berat awal pada mesing-masing
silinder. Sebaliknya semua silinder dibuat dari satu umbi kentang.
3. Masukkan silinder-silinder umbi kentang tersebut kedalam 12 set larutan
sukrosa dan usahakan umbi dalam keadaan terendam semua. Biarkan 30
menit.
4. Kemudian silinder diangkat dan dikeringkan kembali dengan kertas tisu.
Selanjutnya silinder ditimbang kembali sebagai berat akhir.
5. Untuk menghitung perubahan berat gunakan rumus berikut :

Berat Akhir – Berat Awal
%perubahan berat=

Berat Awal x100%


6. Buat grafik dan plotokan % perubahan pada ordinat dan konsentrasi
larutan sukrosa (dalam molar ) pada absis.
7. Potensial air jaringan dapat diperoleh setelah terlebih dahulu menghitung
potensial osmotik (s) untuk masing-masing kensentrasi larutan sukrosa
dan gunakan rumus berikut :
s = - M I R T
Dimana :
M = Moralitas dari larutan sukrosa (konsentrasi larutan)

I = konsentrasi ionisasi untuk sukrosa = 1
R = kontanta gas (0,0831 bar/derajat mol)
T = suhu absolut (= C + 273)
Rumus diatas cukup digunakan untuk menghitung potensial osmotik suatu
larutan sukrosa (s), selanjutnya potensial dari larutan-larutan lainnya
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
M1 = M2
s1

s2


8. Kemudian tentukan (menginterpolasikan dari grafik) konsentrasi sukrosa
yang tidak menghasilkan perubahan berat. Nilai x tersebut sebanding
dengan potensial air (w) jaringan.
E. Hasil Pengamatan

No

Konsentrasi

Berat Awal (g)

.

Sukrosa (M)
Air Aquades
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25

0,30
0,35
0,40
0,45
0,50
0,60

1,24
1,16
1,23
1,27
1,18
1,18
1,21
1,15
1,22
1,22
1,18
1,13


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Berat Akhir (g) Perubahan Berat (%)
1,33
1,23
1,28
1,27
1,16
1,13
1,16
1,12
1,19
1,06
1,03
0,95

0,072
0,060
0,040
0
-0,016
-0,042
-0,041
-0,026
-0,024
-0,131
-0,127
-0,159

Grafik Hubungan antara Konsentrasi Larutan Sukrosa dan Perubahan
Berat :

Hasil Perhitungan
1. Larutan Aquadest
ψs = -MiRT
= - 0 x 1 x 0,0831 x 300
x 300
= 0 bar
2. Larutan Sukrosa 0,05M
ψs = -MiRT
= - 0,05 x 1 x 0,0831 x 300
x 300
= - 1,2465 bar
3. Larutan Sukrosa 0,10 M
ψs = -MiRT
= - 0,10 x 1 x 0,0831 x 300
x 300
= - 2,493 bar
4. Larutan Sukrosa 0,15 M
ψs = -MiRT
= - 0,15 x 1 x 0,0831 x 300
x 300
= - 3,7395 bar
5. Larutan Sukrosa 0,20 M
ψs = -MiRT
= - 0,20 x 1 x 0,0831 x 300
x 300
= - 4,986 bar
6. Larutan Sukrosa 0,25 M
ψs = -MiRT
= - 0,25 x 1 x 0,0831 x 300
x 300
= - 6,2325 bar

7. Larutan Sukrosa 0,30 M
ψs = -MiRT
= - 0,30 x 1 x 0,0831
= - 7,479 bar
8. Larutan Sukrosa 0,35 M
ψs = -MiRT
= - 0,35 x 1 x 0,0831
= - 8,7255 bar
9. Larutan Sukrosa 0,40 M
ψs = -MiRT
= - 0,40 x 1 x 0,0831
= - 9,972 bar
10. Larutan Sukrosa 0,45 M
ψs = -MiRT
= - 0,45 x 1 x 0,0831
= - 11,2185 bar
11. Larutan Sukrosa 0,50 M
ψs = -MiRT
= - 0,50 x 1 x 0,0831
= - 12,465 bar
12. Larutan Sukrosa 0,60 M
ψs = -MiRT
= - 0,60 x 1 x 0,0831
= - 14,958 bar

Pembahsan
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau
bagian system. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan
dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga dalam
satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta

ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan
nol. Faktor-faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi atau
aktifitas, suhu, tekanan, efek larutan terhadap potensial kimia
pelarut, matriks. Mengukur metode air dengan metode volume
jaringan, metode chordate, metode tekanan uap (Salisbury dan
Ross, 1995)
Hubungan antar potensial air adalah dengan melibatkan
peristiwa osmosis karena osmosis merupakan peristiwa difusi
dimana antara dua tempat tersedianya difusi dipisahkan oleh
membran atau selaput. Difusi merupakan perpindahan molekul
atau ion yang berbeda konsentrasinya, yaitu dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah sedangkan osmosis merupakan
proses difusi air (perpindahan air) pada organisme dimana
molekul yang berdifusi harus menerobos pori-pori membran
plasma yang bersifat semi permeabel (Kustiyah: 2007).
Berdasarkan pengamatan pada praktikum ini, terlihat bahwa pada
umumnya terjadi peningkatan dari bobot kentang yang di rendam
dalam larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi dan air aquades.
Peningkatan bobot ini disebabkan oleh masuknya air di dalam larutan
sukrosa ke dalam sel kentang dengan cara osmosis. Proses osmosis
akan berhenti ketika telah terjadi kesetimbangan antara potensial air
sel tumbuhan dengan potensial air larutan. Terlihat dari tabel, bahwa
pada larutan sukrosa pada konsentrasi 0,15 M tidak menyebabkan
pertambahan bobot kentang. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
konsentrasi 0,15 M, kesetimbangan potensial air antara sel tumbuhan
dan larutan sukrosa telah tercapai, dan transport air netto berhenti.
Pada konsentrasi ini, larutan sukrosa bertindak sebagai larutan
isotonis, yang memiliki potensial air sama dengan sel tumbuhan. Nilai

positif disebabkan berat akhir kentang lebih besar dibandingkan dengan berat
awal kentang, akibat terjadinya penambahan berat jaringan oleh air dan larutan
sukrosa. Pergerakan air dari larutan sukrosa menuju sel kentang menunjukkan
bahwa konsentrasi air dalam larutan sukrosa lebih tinggi dari pada dalam kentang.

Dengan demikian larutan sukrosa 0,05M – 0,15M disebut larutan hipotonis dan
merupakan peristiwa difusi . sedangkan nilai negatif pada perubahan berat pada
larutan sukrosa 0,20M – 0,60M disebabkan oleh berat akhir kentang lebih kecil
dibandingkan dengan berat awal kentang, akibat dari penyusustan berat jaringan
karena air keluar dari sel menuju larutan sukrosa, sehingga dapat disimpulkan
sebagai larutan hipertonis . hal demikian disebut dengan osmosis. Perendaman
dengan air aquades juga meningkatkan bobot kentang.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan bobot kentang setelah
perendaman menjadi berkurang selain perbedaan potensial air yang
telah dijelaskan di atas.

Faktor-faktor tersebut adalah : sewaktu

penimbangan kentang setelah direndam, banyak praktikan yang
mengeringkan

sample

dengan

ditekan-tekan.

Sehingga

ada

kemungkinan bahwa air yang terserap oleh sel keluar kembali
(terserap oleh kertas tissue). Kemungkinan yang kedua adalah waktu
perendaman yang tidak seragam antar sample kentang yang akan di
uji.

9. Kesimpulan
Potensial air tumbuhan dipengaruhi oleh potensial osmotik,
tekanan hidrostatik larutan, serta gravitasi. Penambahan bobot
kentang setelah perendaman mengindikasikan bahwa air
bergerak masuk ke dalam sel kentang, begitu pula sebaliknya.
Pengurangan bobot kentang setelah perendaman menunjukkan
bahwa air keluar dari sel. Pergerakan air ini dipicu oleh
perbedaan potensial air, berupa perpindahan air dari konsentrasi
atau potensial yang lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah.
Transpor air netto ini akan berhenti ketika kesetimbangan
potensial air antara sel dengan larutan tercapai, yaitu berupa
larutan isotonis.

Daftar pustaka
https://arcturusarancione.wordpress.com/2010/06/28/penetapan-potensial-airjaringan-tumbuhan/
diakses 14 Januari 2017
Salisbury, F.b dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1 edisi IV alih bahasa
Lugman, RR dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung.

ACARA II
TRANSPIRASI

A. Pendahuluan
Transpirasi adalah kehilangan air dalam bentuk uap air dalam bentuk uap air
dari permukaan sel-sel hidup. Hal ini dapat terjadi pada semua bagian tumbuhan,
terutama pada permukaan daun. Transpirasi dari permukaan daun terutama
berlangsung melalui stomata (disebut transpirasi stomata), tetapi ada juga yang
melalui kutikula ( transpirasi kutikula). Proses ini merupakan salah satu
mekanisme aktif bagi tumbuhan untuk menyeimbangkan potensial air tumbuhan
pada batas-batas tertentu (Steudle, 1994), sehingga kekurangan air dapat
dihindari.
Transpirasi dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan lingkungan. Faktor dalam
yang mempengaruhi transpirasi adalah jumlah dan letak stomata, tebal dan
tipisnya permukaan daun, tebal dan tipisnya kutikula. Faktor luar yang
mempengaruhi transpirasi adalah cahaya, suhu, kelembaban udara, angin dan
kandungan air tanah (Salisbury dan Rose, 1885). Air yang masuk kedalam xilem
telah tersaring oleh akar sehingga akan mencegah masuknya partikel yang dapat
mengganggu pergerakan molekul air dalam xilem (Taiz dan Zeiger,1991).
Dengan adanya transpirasi melalui daun, mengakibatkan potensial air pada
daun menurun sehingga terjadi gradien potensial air antara daun dan akar yang
berlangsung secara berkesinambungan (Stuedle, 1994). Disamping itu dengan
adanya kohesi antar molekul air dan adhesi antara molekul air dengan dinding
xilem akan mendukung pergerakan air kedaun. Proses-proses tersebut dapat
menjelaskan sebabnaya air dapat naik hingga mencapai puluhan meter dari akar
kedaun melalui xilem (Baker, 1978).
Untuk mengukur transpirasi ada beberapa metode yang digunakan :
1. Metode gravimetri (penimbangan) atau metode lysimetri (metode pot)

2. Metode fotometri ( menggunakan alat fotometer)
3. Metode kertas kobal (kertas Cobalt Chlorida)
4. Metode semi kuantitatif
Pada praktikum ini, metode yang digunakan adalah adalah metode semi
kuantitatif.
Perkiraan

Secara

Kuantitatif

Transpirasi

Pada

Permukaan

Dorsiventral Daun
B. Tujuan
Untuk melihat laju transpirasi pada permukaan dorsiventral dari daun
C. Bahan dan Alat : Daun Ficus benjamina, vaselin, tissu gulung, timmbangan
analitik
D. Cara Kerja
1. Tiga lembar daun ficus benjamina dicuci dengan air pada kedua
permukaannya (hati-hati jangan sampai merusak daun), kemudian
dikeringkan dengan tissu.
2. Sebelumnya daun dielap dulu untuk menghitung luas daun (cm2)
3. Daun pertama diolesi vaselin pada permukaan atasnya, daun kedua
pada permukaan bawah dan daun ketiga tidak diolesi sebagai kontrol.
Kemudian masing-masing daun tersebut ditimbang dan catat sebagai
berat awal.
4. Selanjutnya ketiga daun tersebut dijemur dipanas matahari selama 30
menit sampai 1 jam (kalau waktu memungkinkan) dan ditimbang
kembali.
5. Jumlah uap air yang hilang (laju transpirasi) dapat diukur dengan
rumus :
i = Berat Awal (BA) – Berat Akhir (BK)
Waktu (menit)

mg/menit

6. Bandingkan hasil antara laju transpirasi kutikula dari permukaan
bawah (permukaan atasnya diolesi vaseline) dan tranpirasi stomata dari
permukaan atas serta dari kedua permukaan (kontrol).

E. Hasil Pengamatan
No Perlakuan

Berat

Awal Berat Akhir (mg)

(mg)
1
2
3

Kontrol
Permukaan atas
Permukaan bawah

Laju

Transpirasi

(mg/menit)
10,69
10,17
9,31

9,74
9,42
8,65

0,031
0,025
0,022

Pembahasan

ACARA III
TRANSPORTASI AIR DI DALAM TUMBUHAN

A. Pendahuluan
Berdasrkan eksperimen, status air dalam tumbuhan tergantung pada laju relatif
penyerapan air oleh akar dan keluarnya air melalui proses transpirasi. Percobaanpercobaan tersebut juga menunjukkan bahwa apa yang terjadi pada satu ujung
tanaman (akar), akan mempengaruhi ujung tanaman yang lain (daun).
Sebagai conto, apabila pengambilan air yang dilakukan oleh akar kurang akan
menyebabkan keluarnya air pada seluruh bagian tanaman termasuk sel daun, suatu

defisit yang menyebabkan berkurangnya evaporasi dari daun dan tentu saja laju
transpirasi pada daun menjadi lebih rendah. Sebaliknya transpirasi yang
berlebihan juga dapat menyebabkan defisit air.
Defisit tekanan difusi didalam sel-sel tanaman termasuk sel-sel akar
menimbulkan gradien potensial air dari larutan tanah keakar yang menyebabkan
terjadinya penyerapan air. Secara keseluruhan sistem akan bekerja sebagai suatu
keatuan yang selalu cenderung menjaga semua sel dalam tanaman agar mendekati
kondisi turgid.
Bagaimana hubungan antara ujung akar dan pucuk tanaman dalam hal
pergerakan air tersebut atau jalur apakah yang digunakan air untuk bergerak dari
akar menuju daun?
Percobaan berikut akan memberikan jawabannya.
B. Tujuan
Untuk mempelajari transportasi air didalam jaringan tumbuhan
C. Bahan dan Alat : 2 Pucuk daun puring yang mirip (satu ranting/cabang), 2
botol selai (jam) yang besarnya sama, sumbat gabus, pisau kecil.
D. Cara Kerja
1. Siapkan 2 pucuk daun puring yang ukuran daunnya sama. Masingmasing dipitong dengan ukuran 30 cm.
2. Kupas kulit bagian pangkal batang (buang floemnya) sepanjang 3cm
dari pangkal batang. Apabila daunnya terlalu banyak boleh dikurangi,
tetapi jumlah daun antara kedua pucuk harus sama.
3. Sisipkan setiap batang melalui sumbat gabus yang telah dilubangi dan
dipasang pada botol selai yang telah diisi dengan air sampai ¾ bagian.
4. Sebelum dimasukkan kedalam botol selai, masing-masing bagian
pangkal tanaman diolesi dengan vaseline (lihat petunjuk asisten)
5. Rendam pucuk tanaman tersebut dalam botol selai yang telah diisi air.
Usahakan pucuk tanaman tidak menyentuh kondisi kedua pucuk
tanaman tidak menyentuh dasar botol. Beri tanda tinggi permukaan air
awal.

6. Amati setelah 2 hari dan 7 hari. Beri tanda setiap terjadi penurunan
volume air dalam botol. Bandingkan kondisi kedua botol tanaman
tersebut.
7. Tentukan berapa penggunaan volume yang terjadi pada masing-masing
botol.
E. Hasil Pengamatan

F. Pembahasan

ACARA IV
FOTOSINTESIS
Pada fotosintesis dihasilkan gas O2 dalam kegiatan ini kita akan menyelidiki
pengaruh sinar, suhu, dan CO2 terhadap pembentukan O2 pada fotosintesis.

Jadi fotosintesis adalah suatu proses dimana zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh
klorofil diubah menjadi zat organik karbohidrat dengan pertolongan sinar. Proses
fotosintesis tersebut dirumuskan dalam persamaan reaksi sebagai berikut :

6CO2 + 6H2



cahaya
C6H12O6 +6O2 (Tim Pengajar, 2007).
klorofil

Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas itu di dalam
kloroplas. pada umumnya kloroplas berbentuk oval, bahan dasarnya disebut
stroma, sedang butir-butir yang terkandung di dalamnya disebut grana. Klorofil
itu artinya fluoresen, artinya dapat menerima sinar dan mengenbalikannya dalam
gelombang yang berlainan (Dwidjoseputro, 1983).
Pada proses fotosintesis, daun berfungsi sebagai organ utama fotosintesis
pada tumbuhan tingkat tinggi. Evolusi daun telah mngembangkan suatu struktur
yang akan menahan kekerasan lingkungan namun juga efektif dalam penyerapan
cahaya dan cepat dalam pengmbilan CO2 untuk fotosintesis. Permukaan luar daun
yang luas dan datar memungkinkannya menangkap cahaya semaksimal mungkin
persatuan volume dan meminimalkan jarak yang harus ditempuh oleh
karbondioksida. Dari permukaan daun ke kloroplas. Kebanyakan sel mesofil ada
daun mengandung sejumlah besar kloroplas (20 – 100 per sel) (Franklin P. G dkk,
1991).
Sel-sel daun tidak berada jauh dari jaringan pembuluh, hl ini
memungkinkan pergerakn cepat air dan mineral-mineral ke sel-sel fotosintesis
dari sel-sel dan dari daun. Pengurangan pergerakan bahan-bahan baku ke

kloroplas atau pergerkan hasil-hasil fotosintesis dari kloroplas dapat mengurangi
laju fotosintesis (Franklin P. G dkk, 1991).
Faktor-faktor yang langsung mempengaruhi fotosintesis di antaranya yaitu
cahaya, CO2, dan suhu yang tepat. Air dan unsur-unsur mineral juga
mempengaruhi fotosintesis (Franklin P. G dkk, 1991).

Alat dan Bahan : Gelas piala 500 cc 1buah, corong kecil 1buah, thermometer,
tabung reaksi 1 buah, air, tumbuhan air (Hydrilla), NaOCO3, air panas, es batu.

Cara Kerja :
1. Isi gelas piala dengan air
2. Letakkan 5 batang hydrilla yang masih segar yang panjangnyamasingmasing 10cm dengan ujung tanaman mengarah kebawah dalam kaca.
Sebaiknya batang hydrilla tersebut diikat terlebih dahulu supaya tidak
terpisah. Dipotong dalam air.
3. Masukkan corong yang berisi hydrilla kedalam gelas piala yang telah
berisi air, lalu letrakkan tabung reaksi yang penuh berisi air
tertelungkup diatas corong kaca. Untuk menghindari adanya ruang
udara dalam tabung reaksi, lakukan penyusutan perangkat dibawah
permukaan air (lihat petunjuk)
4. Simpan percobaan ditempat yang terkena sinar matahari penuh
5. Amati apa yang terjadi pada percobaan tersebut dan catat hasil
pengamatanmu.

Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan sdr, jawablah pertanyaan sebagai berikut:
1. Dari tabel pengamatan diatas bagaimanakah pengaruh :
Sinar terhadap terbentuknya gelembung-gelembung gas
2. Gas apakah yang keluar berupa gelembung-gelembung tersebut?
3. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada fotosintesis?
Jawab :
1. Adanya sinar matahari menyebabkan tumbuhan Hydrilla
mengalami proses fotosintesis karna salah satu faktor dalam
proses fotosintesia yaitu adanya cahaya matahari.

2.

Gas yang keluar dalam reaksi tersebut adalah oksigen hasil dari
fotosintesis

3. Faktor yang mempengaruhi fotosintesis
-

Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Intensitas
cahaya yang tinggi akan membuat kegiatan fotosintesis menjadi
efektif.

-

Tahap Pertumbuhan
Pada saat masih kecambah, tumbuhan lebih rajin fotosintesis
daripada yang sudah besar karena yang sedang tumbuh butuh
banyak energi untuk tumbuh membes

-

Pigmen penyerapan cahaya
Klorofil merupakan pigmen penyerapan cahaya. Untuk membuat
klorofil, diperlukan ion magnesium yg diserap dari tanah

-

Suhu / Temperatur
Mempengaruhi enzim untuk fotosintesis. Jika suhu naik 10'c, kerja
enzim meningkat 2xlipat. (tapi hanya pada suhu tertentu, jika suhu
terlalu tinggi, justru bisa merusak).

-

Kadar Hasil Fotosintesis (Fotosintat)

Apabila kadar hasil bentukan fotosintesis sedikit maka tumbuhan
akan terangsang untuk melakukan fotosintesis lebih giat daripada
ketika kadar fotosintat yang banyak.
-

Ketersediaan CO2 dan air (H2O).
Jika kekurangan air, stomata menutup sehingga menghalangi
masuknya CO2. Semakin banyak gas karbon dioksida maka proses
fotosintesis akan menjadi semakin baik.
Jika faktor-faktor tersebut jumlahnya tak memadai atau tidak ada,
maka proses fotosintesis akan terganggu.

1.

Pembahasan
Pada percobaan tentang proses fotosintesis, Hydrilla verticillata
dengan panjang yang telah ditentukan dimasukkan ke dalam corong
kaca yang ditutup dengan tabung reaksi dan kemudian ke dalam
beaker glass yang berisi air sampai penuh, apabila dilakukan perlakuan
dengan memberikan cahaya pada Hydrilla verticillata tersebut akan
menghasilkan gelembung udara yang banyak, sedangkan apabila
diberi perlakuan dengan ditempatkan pada tempat yang tidak terdapat
cahaya dengan lama pengamatan yang sama, maka Hydrilla
verticillata yang direndam akan mengeluarkan gelembung udara
dalam jumlah yang relatif sangat sedikit.

Kesimpulan

1. Terbukti bahwa dalam proses fotosintesis menghasilkan gas oksigen. Ini
ditunjukan dengan adanya gelembung yang dihasilkan.
2. Suhu, intensitas cahaya, dan kadar karbon dioksida yang tersedia
berpengaruh terhadap kecepatan proses fotosintesis.

Daftar pustaka
Dwidjoseputro, R.D.1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia : Jakarta.
Fitter. A dan M. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM
Press,Yogyakarta.