BAB I II dan III Kewajiban dan Ekuitas

BAB I
PENDAHULUAN
Akuntansi merupakan aktivitas jasa, yang fungsinya adalah untuk
menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang
entitas (kesatuan) usaha yang dipandang akan bermanfaat dalam pengambilan
keputusan ekonomi dalam menetapkan pilihan yang tepat di antara berbagai
alternatif tindakan.
Semua badan usaha, tanpa memandang besar dan sifat operasinya,
memerlukan catatan-catatan yang akurat untuk transaksi usaha. Perusahaan yang
tidak menyelenggarakan catatan yang akurat tidak akan dapat beroperasi seefisien
dan semenguntungkan perusahaan yang menyelenggarakan catatan yang akurat.
Di samping itu, kebutuhan para pemakai informasi akuntansi atas keakuratan data
akuntansi menyebabkan perusahaan menyelenggarakan pembukuan dan catatan
yang akurat, yang secara wajar mencerminkan aktivitas usaha perusahaannya.
Setiap transaksi yang dilakukan dalam perusahaan mempengaruhi posisi
keuangan yaitu posisi harta (aktiva), utang (kewajiban), dan modal (ekuitas)
perusahaan. Aktiva adalah manfaat ekonomi yang sangat mungkin diperoleh atau
dikendalikan oleh entitas tertentu pada masa mendatang sebagai hasil transaksi
atau kejadian masa lalu. Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang
sangat mungkin terjadi pada masa mendatang yang timbul dari keharusan yang
dihadapi entitas tertentu saat ini untuk mentransfer aktiva atau memberikan jasa

kepada entitas lain pada masa mendatang sebagai hasil transaksi atau kejadian
masa lalu. Sementara Ekuitas merupakan hak residual atas aktiva entitas atau
perusahaan yang masih ada sesudah dikurangi dengan kewajiban-kewajibannya.
Kewajiban dan ekuitas merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan
dari laporan keuangan, oleh karena itu berikut kami akan mencoba memaparkan
lebih dalam mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kewajiban dan ekuitas.

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

LIABILITAS

2.1.1

PENGERTIAN
Menurut PSAK 57, Liabilitas merupakan utang perusahaan masa kini yang


timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Pada
umumnya dijelaskan bahwa kewajiban memiliki tiga kharakteristik utama yang
terdiri atas pengorbanan manfaat ekonomik masa datang, keharusan sekarang
untuk menstransfer aset, dan timbul sebagai akibat transaksi masa lalu.
1. Menjadi pengorbanan sumber ekonomik yang cukup pasti di masa depan
(probable future sacrifices of economic benefits).
2. Menjadi kewajiban saat ini atau perioda ini (present obligation) untuk
menyerahkan kas, barang, atau jasa di masa datang.
3. Terjadi karena transaksi masa lalu.
Liabilitas keuangan (PSAK 50) adalah setiap liabilitas yang berupa:
a)

Kewajiban kontraktual:
(i) Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau
(ii) Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan
entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas
tersebut;

b) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan

instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:
(i) Nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk
menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas; atau
(ii)

Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan
mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengna
sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas.
2

Karakteristik esensial liabilitas adalah bahwa perusahaan mempunyai
kewajiban masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk
bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat
dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau
peraturan perundangan. Namun, kewajiban juga timbul dari praktik bisnis yang
lazim, kebiasaan dan keinginan untuk memelihara hubungan bisnis yang baik atau
bertindak dengan cara yang adil. Apabila perusahaan memutuskan untuk menarik
kembali produk yang cacat meskipun masa garansi sebenarnya telah lewat, jumlah
yang diharapkan akan dibayarkan tersebut merupakan liabilitas.

Keputusan manajemen perusahaan untuk membeli aset di masa depan
tidak dengan sendirinya menimbulkan kewajiban masa kini. Kewajiban biasanya
timbul hanya kalau aset telah diserahkan atau entitas telah membuat perjanjian
yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli aset. Hakikat perjanjian yang tidak
dapat dibatalkan berarti bahwa konsekuensi ekonomi dari kegagalan untuk
memenuhi kewajiban.
Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan perusahaan untuk
mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk
memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelelsaian kewajiban yang ada sekarang dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya, dengan:
a)

Pembayaran kas;

b) Penyerahan aset;
c)

Pemberian jasa;

d) Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau

e)

Konversi kewajiban menjadi ekuitas.
Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditor

membebaskan atau membatalkan haknya. Liabilitas timbul dari transaksi atau
peristiwa masa lalu. Perusahaan juga dapat mengakui sebagai liabilitas jumlah
rabat masa depan yang didasarkan pada jumlah pembelian tahunan para pelanggan
(penjualan barang masa lalu merupakan transaksi yang menimbulkan liabilitas).

3

Dasar pengukuran kewajiban yang paling objektif adalah kos tunai atau
kos tunai implisit. Karena kewajiban merupakan cerminan dari aset, maka
pengukurannya juga mengikuti pengukuran aset. Secara umum, kewajiban
disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya sejalan dengan aset.
PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar disajikan menurut urutan likuiditas
sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo.
Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika:
a)


Entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus
operasi normal;

b) Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
c)

Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua
belas bulan setelah periode pelaporan; atau

d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.
PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi
kriteria sebagai kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang. Beberapa liabilitas jangka pendek, seperti utang dagang, beberapa
akrual untuk biaya karyawan dan biaya operasi lain, merupakan bagian modal
kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal. Entitas mengklasifikasikan
liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek meskipun liabilitas tersebut
jatuh tempo untuk diselesaikan lebih dari dua belas bulan setelah periode
pelaporan. Siklus operasi normal yang sama diterapkan pada aset dan liabilitas

entitas. Jika tidak dapat diidentifikasi secara jelas, maka siklus operasi normal
entitas diasumsikan dua belas bulan.
Liabilitas jangka pendek lainnya tidak diselesaikan dalam siklus operasi
normal, tetapi jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan
setelah periode pelaporan atau dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Contoh
liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan
adalah cerukan bank, sedangkan bagian jangka pendek dari liabilitas keuangan
4

jangka panjang yaitu dividen terutang, pajak penghasilan terutang, dan terutang
nonusaha lain. Liabilitas keuangan yang merupakan pembiayaan jangka panjang
(bukan bagian dari modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal) dan
tidak jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan
merupakan liabilitas jangka panjang.
Entitas mengklasifikasikan liabilitas keuangan sebagai liabilitas jangka
pendek jika liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas
bulan setelah periode pelaporan, meskipun:
a)

Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua

belas bulan; dan

b) Perjanjian

untuk

pembiayaan

kembali,

atau

penjadwalan

kembali

pembayaran, atas dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode
pelaporan dan sebelum laporan keuangan diotorisasi untuk terbit.
Jika entitas memperkirakan, dan memiliki diskresi, untuk melakukan
pembiayaan kembali atau perpanjangan suatu kewajiban selama sekurangkurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan dengan menggunakan

fasilitas pinjaman yang ada, maka entitas mengklasifikasikan kewajiban tersebut
sebagai liabilitas jangka panjang, meskipun kewajiban tersebut akan jatuh tempo
dalam periode yang lebih pendek dari dua belas bulan. Namun, jika pepmbiayaan
kembali atau perpanjangan kembali bukan merupakan diskresi entitas (misalnya,
tidak terdapat perjanjian untuk pembiayaan kembali), maka entitas tidak
mempertimbangkan

kemungkinan

pembiayaan

kembali

kewajiban,

dan

mengklasifikasikannya sebagai liabilitas jangka pendek.
Ketika entitas melanggar ketentuan perjanjian pinjaman jangka panjang
pada saat atau sebelum akhir periode pelaporan yang menyebabkan liablitas

tersebut harus segera dibayar sesuai permintaan, maka entitas mengklasifikasikan
liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek, meskipun pemberi pinjaman
menyetujui (setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian laporan
keuangan diotorisasi untuk terbit) untuk tidak mensyaratkan pembayaran sebagai
konsekuensi atas pelanggaran tersebut. Entitas mengklasifikasikan liabilitas
tersebut sebagai liabilas jangka pendek karena (pada akhir periode pelaporan)
5

entitas tidak memiliki hak untuk menunda penyelesaian liabiltas tersebut dalam
jangka waktu sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
Namun, entitas mengklasifikasikan liabiltas sebagai liablitas jangka panjang bila
pemberi pinjaman menyetujui pada akhir periode pelaporan untuk memberikan
tenggang waktu pembayaran yang berakhir sekurang-kurangnya dua belas bulan
setelah periode pelaporan, selama periode diman entitas dapat memperbaiki
pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian dan pemberi pinjaman tidak dapat
meminta percepatan pembayaran segera.
Berkaitan dengan pinjaman yang diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka
pendek, jika peristiwa berikut ini terjadi antara akhir periode pelaporan dan
tanggal penyelesaian laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, maka peristiwa
tersebut diungkapkan sebagai peristiwa yang tidak memerlukan penyelesaian

sesuai dengan PSAK 8: Peristiwa Setelah Periode Pelaporan:
a)

Pembiayaan kembali berbasis jangka panjang;

b) Perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang; dan
c)

Pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk
memperbaiki pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir
sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.

2.1.2

PENGAKUAN
Liabilitas diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa

pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban saat ini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat
diukur dengan andal. Dalam praktik, kewajiban menurut kontrak yang belum
dilaksanakan oleh kedua belah pihak (misalnya, liabilitas atas pesanan persediaan
yang belum diterima) pada umumnya tidak diakui sebagai liabilitas dalam laporan
keuangan. Namun demikian, kewajiban semacam ini dapat memenuhi definisi
liabilitas dan kala dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan terpenuhi, maka
kewajiban tersebut dapat dianggap memenuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini,

6

pengakuan

liabilitas

mengakibatkan

pengakuan

aset

atau

beban

yang

bersangkutan.
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat
akibat transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan
harus di evaluasi atas dasar kaidah pengakuan.
Ada empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban, yaitu :
a. ketersediaan dasar hukum
Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi.
Ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan
karakteristik pendukung definisi kewajiban tadi. Jadi, kaidah ini tidak mutlak
sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantif hanya
keharusan konstruktif atau demi kedilan.
b. keterterapan konsep dasar konservatisma
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Implikasi
dianutnya konsep konservatism adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak
demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera sedangkan
aset tidak.
c. ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Substansi suatu transaksi dapat memicu pencatatan seluruh kewajiban
yang timbul ketika transaksi terjadi meskipun secara yuridis/kontraktual
kewajiban baru akan mengikat secara berkala pada saat keharusan sekarang
timbul. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui jika secara
substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian angsuran.
d. keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas
keterandalan informasi. Oleh karena itu, adanya kepastian mengenai jumlah
rupiah dapat memicu diakuinya suatu kewajiban. Jika pengukuran suatu pos
kewajiban bersifat sangat subjektif dan arbitrer, pada umumnya pos tersebut
tidak diakui. Yang menjadi masalah teknis adalah kapan keempat kaidah di
7

atas dipenuhi. Hal ini berkaitan dengan penentuan saat pengakuan kewajiban.
Hendriksen dan Van Breda menunjukkan saat – saat untuk mengakui
kewajiban yaitu :
a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban
telah mengikat. Dalam hak kontrak eksekutori, pengakuan menunggu
sampai salah satu pihak memanfaatkan / menguasai manfaat yang
diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya.
b. Bersamaan dengan pengakuan biaya jika barang dan jasa yang menjadi
biaya belum dicatat sebagai aset sebelumnya.
c. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk
menggunakan barang dan jasa diperoleh.
d. Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses
penyesuaian. Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban
akruan.
Keempat kaidah tersebut di atas sebagai bukti teknis dan ketentuan saat
pencatatan pada umumnya mudah diidentifikasi dan diterapkan untuk
keharusan kontraktual, konstruktif, dan demi keadilan.
Pengakuan Kewajiban Bergantung
Untuk keharusan bergantung (khususnya rugi bergantung yang menimbulkan
kewajiban), kaidah pengakuan keempat (keterukuran nilai kewajiban) dan
pasti tidknya pengorbann sumber ekonomik masa datang kan terjadi
menimbulkan msalah pengakuan. Oleh karena itu, diperlukn ketentuan yang
lebih tegas untuk mengakui kewajiban yang berkaitan dengan rugi bergntung.
FSAB memberi contoh keadaan – keadaan kebergantungan rugi

yang

berpotensi memicu pengakuan kewjiban sebagai berikut :
-

Ketertagihan piutang usaha

-

Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk

-

Risiko rugi atau kerusakan properitas ( fasilitas ) kesatuan usaha akibat
kebakaran, ledakan, dan bahaya lainnya.
8

-

Ancaman penambilan set oleh pemerintah

-

Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan

-

Klaim atau pungutan yang telah diajukan / dikenakan atau yang mungkin
( possible ) terjadi

-

Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asurnsi
kerugian dan kecelakaan dan perusahaan reasuransi

-

Jaminan bank komersial dalam ikatan standby letters of credit

-

Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau asset yang terkait yang
telah dijual

Provisi dan Liabilitas Kontinjensi (PSAK 57)
Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Provisi
dapat dibedakan dari liabilitas lain, seperti utang dagang dan akrual, karena pada
provisi terdapat ketidakpastian mengenai waktu atau jumlah yang dikeluarkan di
masa depan untuk menyelesaikan provisi tersebut.
Provisi diakui jika:
a)

Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;

b) Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus
keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; dan
c)

Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.

Jika 3 kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak diakui.
Liabilitas kontinjensi adalah:
a)

Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di
masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas; atau

b) Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak
diakui karena:
(i) Tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
9

(ii) Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara handal.
Entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas kontinjensi. Jika entitas
bertanggung jawab secara masing-masing dan bersama dengan pihak lainnya atas
suatu kewajiban, maka bagian kewajiban yang diharapkan akan dipenuhi oleh
pihak-pihak lain diperlakukan sebagai liabilitas kontinjensi. Entitas mengakui
provisi untuk bagian dari kewajiban yang arus keluar sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi berkemungkinan besar, kecuali dalam keadaan
sangat jarang, ketika estimasi andal tidak dapat dibuat.
Liabilitas kontijensi dapat berkembang ke arah yang tidak diperkirakan
semula. Oleh karena itu, liabilitas kontinjensi terus menerus dikaji ulang untuk
menentukan apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi bertambah sehingga menjadi kemungkinan besar.
Jika timbul kemungkinan besar bahwa arus keluar sumber daya ekonomi
diperlukan untuk menyelesaikan suatu unsur yang sebelumnya diklasifikasikan
sebagai liabilitas kontinjensi, maka entitas mengakui provisi dalam laporan
keuangan pada periode saat perubahan menjadi kemungkinan besar tersebut
terjadi (kecuali dalam keadaan yang sangat jarang, ketika estimasi andal tidak
dapat dibuat).

2.1.3

PENGUKURAN
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan

memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi.
Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Berbagai dasar
pengukuran adalah sebagai berikut:
a)

Biaya historis. Liabilitas dicacat sebesar jumlah yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban, atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak
penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha yang normal.

10

b) Biaya kini (current cost). Liabilitas dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara
kas) yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban masa kini.
c)

Nilai realisasi/penyelesaian. Liabilitas dinyatakan sebesar nilai penyelesaian,
yaitu jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan
akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal.

d) Nilai sekarang (present value). Liabilitas dinyatakan sebesar arus kas keluar
bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan
akan diperlukan untuk menyelesaikan liabilitas dalam pelaksanaan usaha
normal.
Penilaian Kembali Aset dan Liabilitas pada Saat Kuasi Reorganisasi (PSAK
51)
Kuasi reorganisasi, aset dan liabilitas harus dinilai kembali dengan nilai
wajar. Proses penilaian kembali aset dan liabilitas ini dapat menghasilkan aset
neto yang lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan nilai tercatatnya
sebelum penilaian kembali.
Nilai wajar aset dan liabilitas ditentukan sesuai dengan nilai pasar. Bila
nilai pasar tidak tersedia, estimasi nilai wajar didasarkan pada informasi terbaik
yang tersedia. Estimasi nilai wajar dilakukan dengan mempertimbangkan harga
aset sejenis dan teknik penilaian yang paling sesuai dengan karakteristik aset dan
liabilitas yang bersangkutan.
Selisih antara nilai wajar aset dan liabilitas dengan nilai bukunya diakui
atau dicatat pada akun selisih penilaian aset dan liabilitas. Akun ini akan
menambah defisit bila terjadi penurunan nilai aset neto setelah proses penilaian
pada nilai wajar. Bila proses penilaian tersebut menyebabkan kenaikan aset neto,
akun selisih penilaian aset dan liabilitas akan digunakan untuk menutup saldo laba
negatif. Selisih penilaian aset dan liabilitas digabung dengan selisih revaluasi aset
(jika ada) sebelum digunakan untuk mengeliminasi atau menambah defisit, karena
pada dasarnya selisih revaluasi aset tetap dengan selisih penilaian aset dan
liabilitas adalah sama.
11

Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik
pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir
periode pelaporan. Estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban kini adalah jumlah yang secara rasional akan dibayar
entitas untuk menyelesaikan kewajibannya pada akhir periode pelaporan atau
untuk mengalihkan kewajibannya kepada pihak ketiga pada saat itu. Estimasi hasil
dan dampak keuangan ditentukan berdasarkan pertimbangan manajemen entitas,
ditunjang dengan pengalaman dari transaksi serupa, serta dalam beberapa kasus
dilengkapi dengan laporan ahli independen. Diantara bukti yang dipertimbangkan
termasuk bukti tambahan yang diperoleh dari peristiwa setelah periode pelaporan.
Ketidakpastian dari jumlah yang akan diakui sebagai provisi dapat dinilai
dengan berbagai cara sesuai dengan kondisi yang ada. Jika provisi yang sedang
diukur menyangkut populasi yang terdiri dari sejumlah besar unsur, maka
kewajiban

ditentukan

dengan

menimbang

berbagai

kemungkinan

hasil

berdasarkan probabilitas terkait. Metode estimasi statistik ini dikenal dengan
metode “nilai yang diperkirakan” (expected value). Jika hasil yang timbul adalah
suatu rentang hasil yang berkesinambungan, dan setiap titik dalam rentang
tersebut mempunyai kemungkinan terjadi yang sama, maka yang digunakan
adalah nilai tengah rentang tersebut.
Risiko dan Ketidakpastian
Dalam

menentukan

estimasi

terbaik

suatu

provisi,

entitas

mempertimbangkan berbagai risiko dan ketidakpastian yang selalu mempengaruhi
berbagai peristiwa dan keadaan. Risiko menimbulkan hasil yang bervariasi.
Penetapan risiko dapat menyebabkan kenaikan nilai liabilitas yang diukur. Jika
terdapat unsur ketidakpastian, maka entitas berhati-hati sehingga pendapatan atau
aset tidak menjadi terlalu besar dan beban atau liabilitas tidak menjadi terlalu
kecil. Meski demikian, adanya ketidakpastian tidak berarti entitas membuat
provisi berlebihan atau dengan sengaja menyajikan liabilitas terlalu besar. Entitas
harus

berhati-hati

dan

menghindari

duplikasi

perhitungan

risiko

dan

ketidakpastian yang berakibat pada provisi disajikan terlalu besar.

12

Nilai Kini
Apabila dampak nilai waktu dari uang cukup material, maka jumlah
provisi adalah nilai kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban. Karena nilai waktu dari uang, provisi yang melibatkan
pengeluaran uang yang timbul seketika setelah periode pelaporan lebih
memberatkan jika dibandingkan dengan provisi yang melibatkan pengeluran uang
dalam jumlah sama yang timbul kemudian. Dengan demikian, jika dampaknya
bersifat material, provisi didiskontokan. Tingkat diskonto adalah tingkat diskonto
sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar atas nilai waktu dari uang dan
risiko yang terkait dengan liabiltas yang bersangkutan. Tingkat diskonto tidak
boleh mencermikan risiko yang sudah diperhitungkan dalam estimasi arus kas
masa depan.
Perubahan Provisi
Provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan dan disesuaikan untuk
mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini. Ika arus keluar sumber daya
untuk menyelesaikan kewajiban kemungkinan besar tidak terjadi, maka provisi
dibatalkan. Jika provisi didiskontokan, maka nilai tercatatnya akan meningkat
pada setiap periode untuk mencerminkan berlalunya waktu. Peningkatan ini
diakui sebagai biaya pinjaman.
Penerapan Aturan Pengakuan dan Pengukuran
Provisi tidak boleh diakui untuk kerugian operasi masa depan. Kerugian
operasi masa depan tidak memenuhi definisi liabilitas dan kriteria pengakuan
umum bagi provisi. Perkiraan akan terjadinya kerugian operasi masa depan
merupakan indikasi bahwa aset tertentu dalam suatu operasi mungkin mengalami
penurunan nilai.
2.1.4

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan

kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar
disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan

13

jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada
kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca
untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1 menentukan bahwa
semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
Kriteria tersebut adalah :
a. diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan, atau
b. jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Penyajian kewajiban lancar dalam praktek, kewajiban lancar biasanya
dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai
penuh jatuh temponya. Karena singkatnya priode waktu yang terlibat, yang sering
kali kurang dari satu tahun. Maka perbedaan antara nilai sekarang kewajiban
lancar dan nilai jatuh temponya biasanya tidak besar. Akun kewajiban lancar
biasanya disajikan sbagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan
ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun
itu dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau
menurut prefensi likuiditasnya.
Penyajian hutang jangka panjang Perusahaan yang mempunyai banyak
terbitan hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan
satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan komentar serta skedul dalam
catatan yang menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya berisi dari
kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan yang
dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai
jaminan.

Untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan:
a)

Nilai tercatat pada awal dan akhir periode;

b) Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk
peningkatan jumlah provisi yang ada;
14

c)

Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada
provisi selama periode bersangkutan;

d) Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan;
dan
e)

Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul
karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.

Untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan:
a)

Uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus
keluar sumber daya ekonomi terjadi;

b) Indikasi mengenai ketidakpasitan saat atau jumlah arus keluar tersebut. Jika
diperlukan dalam rangka menyediakan informasi yang memadai, maka entitas
mengungkapkan asumsi utama yang mendasari prakiraan peristiwa masa
depan; dan
c)

Jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan jumlah
aset yang telah diakui untuk estimasi penggantian tersebut.
Apabila kemungkinan arus keluar dalam penyelesaian adalah kecil, entitas

mengungkapkan untuk setiap jenis liabilitas kontinjensi pada akhir periode
pelaporan, uraian ringkas mengenai karakteristik liabilitas kontinjensi.

2.2

EKUITAS

2.2.1

PENGERTIAN
Ekuitas (Warsono, 2013) merupakan sumber pemerolehan dana yang

berasal dari lain-lain (selain dari Liabilitas dan Penghasilan). Salah satu
komponen utama dari Ekuitas adalah Modal (capital), yaitu sumber pemerolehan
dana dari pemilik.
Ekuitas (Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan) adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua
liabilitas.

Meskipun

didefinisikan

sebagai

residual,

ekuitas

dapat

disubklasifikasikan dalam neraca. Misalnya, dalam perseroan terbatas, setoran
modal oleh para pemegang saham, saldo laba awal periode, penyisihan saldo laba,
15

dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal masing-masing disajikan secara
terpisah. Klasifikasi semacam itu dapat menjadi relevan untuk kebutuhan
pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan apabila pos tersebut
mengindikasikan

pembatasan hukum atau

pembatasan lainnya

terhadap

kemampuan entitas untuk membagikan atau menggunakan ekuitas. Klasifikasi
tersebut juga dapat merefleksikan fakta bahwa pihak-pihak dengan hak
kepemilikannya masing-masing dalam perusahaan mempunyai hak yang berbeda
dalam hubungannya dengan penerimaan dividen atau pembayaran kembali modal.
Jumlah ekuitas yang ditampilkan di dalam neraca bergantung pada
pengukuran aset dan liabilitas. Biasanya hanya karena faktor kebetulan kalau
jumlah ekuitas agregat sama dengan jumlah nilai pasar keseluruhan dari saham
entitas atau jumlah yang dapat diperoleh dengna melepaskan seluruh aset bersih
entitas baik satu per satu atau secara keseluruhan dalam kondisi kelangsungan
usaha.
Setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan
akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang
timbul dari:
a)

Laba rugi;

b) Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan
c)

Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang
menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada
pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak
menyebabkan hilangnya pengendalian.
Komponen ekuitas terdiri atas setiap jenis modal disetor, saldo akumulasi

dari setiap jenis pendapatan komprehensif lain dan saldo laba. Perubahan ekuitas
entitas antara awal dan akhir periode pelaporan mencerminkan naik turunnya aset
neto entitas selama periode. Kecuali untuk perubahan yang timbul dari transaksi
dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (seperti kontribusi modal,
perolehan kembali instrumen ekuitas entitas dan dividen) dan biaya transaksi yang
secara langsung berkaitan dengan transaksi tersebut, perubahan keseluruhan atas
ekuitas selama periode yang menggambarkan jumlah total penghasilan dan beban
16

(termasuk keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas entitas
selama periode tersebut.
Ketika penerbit instrumen keuangan menerapkan definisi Liabilitas
Keuangan (PSAK 50) untuk menentukan apakah instrumen keuangan merupakan
instrumen ekuitas, dan bukan merupakan liabilitas keuangan, maka instrumen
tersebut merupakan ekuitas jika, dan hanya jika, kedua kondisi berikut terpenuhi:
a)

Instrumen tersebut tidak memiliki kewajiban kontraktual:
(i) Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau
(ii) Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan
entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan
penerbit.

b) Jika instrumen tersebut akan atau mungkin diselesaikan dengan instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas, instrumen tersebut merupakan:
(i) Nonderivatif yang tidak memiliki kewajiban kontraktual bagi penerbitnya
untuk menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas
yang diterbitkan entitas; atau
(ii) Derivatif yang akan diselesaikan hanya dengan mempertukarkan
sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas.
Kuasi Reorganisasi (PSAK 51)
Kuasi reorganisasi merupakan prosedur akuntansi yang mengatur
perusahaan merestrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan
menilai kembali seluruh aset dan liabilitasnya. Dengan ini, diharapkan perusahaan
bisa meneruskan usahanya secara lebih baik, seolah-olah mulai dari awal yang
baik, dengan laporan posisi keuangan yagn menunjukkan nilai sekarang dan tanpa
dibebani defisit.
Kuasi reorganisasi hanya boleh dilakukan bila terdapat keyakinan yang
cukup bahwa setelah kuasi reorganisasi perusahaan akan bisa mempertahankan
status kelangsungan usahanya dan berkembang dengan baik. Hal ini bisa dicapai
bila perusahaan, meski defisit disebabkan operasid masa lalu, masih memiliki
17

prospek baik di masa depan. Prospek ini bisa timbul dari pengembangan produk
dan pasar baru, masuknya grup manajemen baru, atau adanya peningkatan kondisi
perekonomian yang dapat mendorong peningkatan hasil operasi. Pada saat kuasi
reorganisasi, dilakukan penilaian kembali seluruh aset dan liabilitas pada nilai
wajarnya dan penghapusan defisit ke tambahan modal disetor dan modal saham.
Penilaian kembali aset dan liabilitas terdapat pada bagian liabilitas di atas.
Pengeliminasian saldo laba negatif dilakukan terhadap akun-akun ekuitas di
bawah ini dengan urutan prioritas sebagai berikut:
a)

Cadangan umum;

b) Cadangan khusus;
c)

Selisih penilaian aset dan liabilitas (termasuk di dalamnya selisih revaluasi
aset tetap) dan selisih penilaian yang sejenisnya (misalnya selisih penilaian
efek tersedia untuk dijual, selisih transaksi perubahan ekuitas entitas
anak/entitas asosiasi dan pendapatan komprehensif lain);

d) Tambahan modal disetor dan yang sejenisnya (misalnya selisih kurs setoran
modal);
e)

Modal saham.
Apabila

selisih

penilaian

aset

dan

liabilitas

digunakan

untuk

mengeliminasi saldo laba negatif, maka jumlah yang digunakan untuk menutup
defisit tersebut hanya sampai saldo laba menjadi nol. Selanjutnya, jika masih
terdapat saldo selisih penilaian aset dan liabilitas setelah digunakan untuk
mengeliminasi saldo laba negatif, maka saldo tersebut tetap disajikan sebagai
selisih penilaian aset dan liabilitas di kelompok akun ekuitas.
Perusahaan yang melakukan kuasi reorganisasi, harus mengungkapkan halhal berikut:
a)

Alasan perusahaan melakukan kuasi organisasi;

b) Status going concern perusahaan dan rencana manajemen dan pemegang
saham setelah kuasi reorganisasi yang menggambarkan prospek usaha di
masa depan;

18

c)

Jumlah saldo laba negatif yang dieliminasi dalam laporan posisi keuangan,
dan jumlah tersebut disajikan selama tiga tahun berturut-turut sejak kuasi
reorganisasi;

d) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk menilai aset dan
liabilitas pada saat dilakukan kuasi reorganisasi;
e)

Rincian dari jumlah yang membentuk akun selisih penilaian aset dan liabilitas
sebelum digunakan untuk mengeliminasi defisit; dan

f)

Keterangan tentang tanggal terjadinya kuasi reorganisasi pada akun saldo laba
dalam laporan posisi keuangan untuk jangka waktu 10 tahun ke depan sejak
kuasi reorganisasi.

2.2.2

Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Ekuitas pemilik tercermin dalam neraca terdiri dari:

1. Modal disetor, yaitu jumlah setoran pemilik ke perusahaan sebesar nilai
nominal saham. Setoran ini akan dilaporkan dalam bentuk modal saham.
2. Tambahan modal disetor, yaitu selisih jumlah setoran yang melebihi nilai
nominal saham. Kelebihan jumlah setoran ini bisa juga disebut
denganagio saham.
3. Laba ditahan yaitu akumulasi perolehan laba (rugi) sejak perusahaan
berdiri sampai dengan periode terakhir.
Ekuitas pemegang saham mencerminkan kepentingan pemilik atau
pemegang saham pada perusahaan bisnis yang merupakan kepentingan residu
(residual interest) jumlah ekuitas pemegang saham setiap periode merupakan
kumulatif dari kontribusi bersih pemegang saham ditambah (dikurangi) laba
ditahan atau rugi perusahaan. Dengan demikian dua sumber utama perubahan
ekuitas adalah:
1. Kontribusi pemegang saham (modal disetor) dan
2. Laba (penghasilan) yang ditahan oleh perusahaan. Dua komponen ini
harus dihitungdan dilaporkan oleh setiap perusahaan pada setiap akhir
periode.

19

Pembedaan Modal Setoran Dan Laba Ditahan
Pembedaan antara dua komponen ekuitas pemegang saham merupakan hal
yang sangat penting. Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan
indikator daya melaba sehingga laba ditahan harus dipisahkan dengan modal
setoran meskipin jumlah akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang
saham. Pembedaan juga penting secara yuridis karena modal setoran merupakan
dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan pada
pihak lain, sedangkan laba ditahan adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat
digunakan untuk pembagian deviden.

2.2.3

Bentuk Perusahaan
Terdapat beberapa bentuk perusahaan yaitu perusahaan perorangan,

persekutuan dan perseroan terbatas serta koperasi. Walaupun secara hukum
perusahaan perseorangan tidak diakui sebagai entitas yang terpisah dengan
pemiliknya, namun menurut pandangan akuntansi perusahaan perorangan terpisah
dari pemiliknya. Perseroan terbatas menurut pandangan hukum merupakan entitas
yang dapat melakukan kegiatan seperti manusia sehingga dapat dikatakan bahwa
PT merupakan entitas buatan (artificial entity).
Karakteristik Perseroan Terbatas (PT)
Jika dilihat dari sudut pandang akuntansi, PT adalah suatu perusahaan
yang kepemilikannya diwujudkan dengan saham. Saham merupakan sertifikat
yang dikeluarkan oleh perseroan. Seseorang atau lembaga yang ikut serta
menyerahkan sumber daya (harta) ke perseroan akan diberikan saham. Mereka
disebut

pemegang

saham.

Perseroan

adalah

bentuk

perusahaan

yang

kepemilikannya terbagi atas sejumlah saham. Dengan demikian pemilik dari
usaha perseroan adalah lebih dari satu dengan jumlah kepemilikan tercermin pada
jumlah saham yang dipegangnya. Perseroan dapat diklasifikasikan dari segi
kepemilikannya sebagaiberikut

20

a) Perseroan sektor masyarakat/publikperseroan jenis ini saham-sahamnya
dimiliki oleh unit-unit pemerintahatau operasi bisnis yang dimiliki unit-unit
pemerintah.
b) Perseroan sektor swasta
i. Bukan saham
Perseroan jenis ini adalah perseroan yang bersifat nirlaba dan tidak
menerbitkan saham. Contoh dari bentuk ini adalah yayasan gereja,yayasan
sosial dan sekolah, dll.
ii. Saham
Merupakan

perseroan

yang

menerbitkan

saham

untuk

menunjukkankepemilikan. Jadi perseroan berbentuk saham, kepemilikan
padaperusahaan tercermin dalam jumlah saham yang dipegangnya.
Jenisperseroan bentuk ini terbagi menjadi dua yaitu:
 Perseroan tertutup (non-publik): yaitu perseroan yang sahamnya
dipegang oleh beberapa pemegang saham (mungkin satu
keluarga)dan tidak tersedia untuk pembelian umum.
 Perseroan

terbuka

(perusahaan

publik):

perseroan

yangkepemilikannya berbentuk saham dan saham perseroan
inidiperdagangkan pada suatu pasar yang disebut dengan pasar
modal.pemilik atau pemegang saham jenis perseroan bentuk ini
bisaberubah-ubah

setiap

saat,

tergantung

penjualan

dan

pembeliansaham di bursa efek.untuk perusahaan yang berbentuk
perseroan
Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT
Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa, dan akun tambahan
modal disetor. Pos modal yang berasal dari sumnbangan disajikan dari tambahan
modal disetor. Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsure
penambah modal seperti, agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali
saham dengan harga yang lebih rendah daripada jumlah yang diterima pada saat
pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali
21

dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya, tambahan
modal dari perbedaan kurs modal disetor. Akun tambahan modal disetor tidak
boleh didebit atau dikredit dengan pos laba rugi luar biasa.
Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan:
1) Jumlah uang yang diterima
2) Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata.
3) Besarnya tagihan yang timbul atau hutang yang dikonversi menjadi modal.
4) Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham.
5) Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima.
6) Setoran saham dalam bentuk barang, menggunakan nilai wajar aktiva
bukan kas yang diserahkan.
Pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:
1) Jumlah uang yang dibayarkan
2) Besarnya hutang yang timbul
3) Nilai wajar aktiva bukan kas yag diserahkan
Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Bila
jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar dari nilai
nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan pada akun Agio Saham. Bila
ketentuan hukum yang ada memungkinkan penarikan kembali saham yang telah
dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan dengan mendebit akun
Modal Saham dan mengkredit Modal Saham yang diperoleh kembali sebesar
jumlah yang dibukukan pada saat perolehan kembali saham yang bersangkutan.

2.2.4

Perlakuan Akuntansi Dan Pelaporan Saham
Jenis-jenis saham terdapat dua bentuk saham sebagai tanda hak milik pada

perusahaan yaitu:
1) Saham biasa (common stock) adalah saham dimana pemegangnya
memiliki hak perseroan secara umum dan pemegangnya menanggung
risiko terbatasatas kerugian dan menerima manfaat bila terjadi keuntungan.
Saham ini tidak dijamin akan menerima dividen atau tidak dijamin atas

22

pembagian ase bila perusahaan dilikuidasi. Namun pemegang saham ini
memiliki hak suara terkait dengan penentuan kebijakan operasional
perusahaan
2) Saham preferen (preferred stock) adalah saham dimana pemegangnya
memiliki hak-hak istimewa di perusahaan terutama berkaitan dengan
pembagian dividen dan pembagian aset saat perusahaan dilikuidasi.
Pemegang saham preferen akan selalu mendapatkan dividen sebesar
prosentase tertentu (tercantum dalam lembar saham preferen) dari nilai
pari atau nilai nominalnya. Namun pemegang saham preferen ini tidak
memiliki hak suara dalam hal penentuan kebijakan operasi perusahaan.
Akuntansi Untuk Penerbitan Saham
1) Akuntansi penerbitan saham untuk memperlihatkan informasi penerbitan
saham

pada

nilaipari/nilai

nominal,

akun-akun

berikut

harus

dipertahankan untuk masing-masing saham sebagai berikut :
a. Saham preferen atau saham biasa. Akun ini memperlihatkan jenis
saham yang diterbitkan dengan nilai parinya.akun ini dikredit ketika
saham pertama kali diterbitkan, dan tidak adapenambahan ayat jurnal
pada akun ini kecuali ada penambahan sahamyang diterbitkan atau
adanya penarikan saham.
b. Tambahan modal disetor akun ini menunjukkan kelebihan modal
disetor di atas nilai pari saham.tambahan modal disetor ini meliputi
agio saham atau disagio saham
2) Akuntansi penerbitan saham atas dasar pesanan. Dua perkiraan baru
digunakan apabila saham dijual atas dasar pesanan, yaitu
a. saham

biasa

atau

preferen

yang

dipesan

menunjukkan

kewajibanperseroan untuk menerbitkan saham setelah pembayaran
akhir saldo pesananoleh mereka yang telah memesan saham.
b. piutang pesanan, menunjukkan jumlah yang harus ditagih sebelum
saham pesanan akan diterbitkan. kontroversial terjadi sehubungan
dengan penyajian piutang pesanan saham dineraca. Beberapa orang

23

mengemukakan bahwa piutang pesanan sebaiknya dilaporkan pada
seksi aset lancar. Piutang dagang muncul dari transaksi penjualan
pada kegiatan bisnis seperti yang biasa sedangkan piutang pesanan
berhubungan dengan penerbitan saham sendiri dan merupakan
kontribusi modal yang belum dibayarkan kepada perseroan.
Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT
Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan,
selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan jumlah
yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau rugi
perusahaan. Perolehan kembali saham yang telah dikeluarkan dapat dicatat
dengan menggunakan cost atau par value method. Dengan cost method, saham
yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan, yang disajikan sebagai
pengurang akun modal. Metode nilai nominal (par value method) lazimnya
digunakan dalam hal saham yang diperoleh kembli tersebut akan dikeluarkan lagi
di kemudian hari. Dengan metode ini, saham yang diperoleh kembali dicatat
sebesar niali nominal saham, yang disajikan sebagai akun pengurang modal
saham. Apabila saham yang diperoleh kembali tersebut semula dikeluarkan
dengan harga di atas nilai pari, akun agio saham akan didebit dengan agio saham
yang bersangkutan.
Dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar dari pada jumlah yang
diterima pada saat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan mendebit
akun saldo laba. Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih kecil, selisihnya
dianggap sebagai unsure penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit
akun tambahan modal dari perolehan kembali saham. Metode ini lazimnya
digunakan bila perolehan kembali dilakukan dalam rangka penarikan saham.
Saham yang diperoleh kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar
jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya dengan mendebit akun modal
saham yang diperoleh kembali dan mengkredit akun modal yang berasal dari
sumbangan. Pada saat saham tersebut dijual kembali, selisih antara jumlah yang

24

tercatat dengan harga jualnya ditambahkan pada akun modal yang berasal dari
sumbangan.

2.2.5

Dividen
Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat deklarasi

dividen, dan saldo laba akan dibebani dengan jumlah dividen yang dimaksud.
Kewajiban yang timbul disajikan dalam kelompok kewajiban lancar. Bila dividen
dibagikan dalam bentuk aktiva bukan kas, maka saldo laba akan didebit sebesar
nilai wajar aktiva yang diserahkan. Dasar pembagian dividen dalam bentuk aktiva
bukan kas harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Pembagian dividen termasuk dividen saham yang berasal dari saldo laba.
Pembagian dividen saham adalah pembagian saldo laba kepada pemegang saham,
yang diinvestasikan kembali oleh mereka dalam bentuk modal disetor. Pembagian
dividen saham dicatat berdasarkan nilai wajar saham. Konversi agio menjadi
saham digolongkan sebagai modal disetor sebesar nilai nominal, yang tidak boleh
digolongkan sebagai pembagian dividen.
Penyajian Modal
Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
pada akta pendirian perusahaan dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan
hubungan keuangan yang ada. Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal
yang disetor, nilai nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus
dinyatakan dalam neraca. Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Pada
perusahaan yang terdaftar pada bursa efek, saham dapat ditempatkan dengan dasar
pesanan. Dengan dasar ini saham hanya akan dikeluarkan jika pemesan telah
membayar penuh harga saham yang bersangkutan. Pesanan saham dicatat dengan
mendebit akun piutang kepada pemegang saham dan mengkredit akun modal
saham yang dipesan. Akun modal saham yang dipesan disajikan dalam kelompok
modal di bawah akun modal saham.
Pada saat harga saham sudah dibayar penuh, akun modal saham yang
dipesan akan didebit dan akun modal saham dikredit. Dalam hal pemesan gagal
25

melunasi pembayarannya, maka tergantung pada kebijakan perusahaan dan
dilandaskan pada peraturan hukum yang berlaku.
Penyajian dan Pengungkapan Saldo Laba
Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah
memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. Akun ini
harus dinyatakan terpisah dari akun modal saham. Seluruh saldo laba dianggap
bebas untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika terdapat indikasi pembatasan
terhadap saldo laba, misalnya untuk perluasan pabrik. Saldo laba yang tidak
dibagikan sebagai dividen karena pembatasan tersebut, dilaporkan dalam akun
tersendiri yang menggambarkan tujuan pencadangan tersebut, dan harus
diungkapkan dalam laporan keuangan.saldo laba tidak boleh dibebani atau
dikredit dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan pada laporan laba rugi
tahun berjalan.
Pengungkapan saldo laba meliputi:
1) Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba
2) Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah batasan di sekitar saldo laba
3) Perubahan slado laba karena penggabungan usaha dengan metode
penyatuan kepentingan
4) Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak
5) Pengungkapan jumlah dividend an dividen per lembar saham
6) Tunggakan dividen
7) Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca
8) Pengungkapan dividen saham dan pecah saham.
Informasi tiap jenis saham harus diungkap terpisah dalam catatan atas laporan
keuangan, meliputi:
1) Modal dasar
2) Modal ditempatkan atau dipesan sebelum disetor
3) Harga pari, harga nominal belum disetor
4) Perubahan lembar saham tiap jenis saham
5) Hak istimewa atau hak mendahului

26

6) Batasan khusus
7) Penjelasan bila dapat konversi
Apabila perseroan menderita kerugian sebesar lima puluh persen dari
modalnya, kewajban untuk diumumkan dalam register kepaniteraan Pengadilan
Negeri dan dalam Berita Negara, diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan. Apabila perseroan mencapai akumulasi kerugian sebesar 75% dari
modal, penjelasan bahwa demi hukum PT tersebut bubar, diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.
Pengungkapan Dividen
Pengungkapan dividen, meliputi: jumlah dividen, dividen per lembar
saham, bentuk dividen, batasan saldo laba minimum dalam kaitan dengan
ketersediaan dividen, hutang dividen, hutang dividen per lembar saham,
pengumuman pembagian dividen setelah tanggal neraca sebelum tanggal pendapat
akuntan independen, jumlah kapitalisasi dividen saham dan pecah saham, laba per
saham perlu disaji ulang berdasarkan jumlah saham yang setara setelah pecah
saham agar dapat diperbandingkan.
Pengungkapan Saham Beredar yang Diperoleh Kembali
Pengungkapan saham beredar yang diperoleh kembali, meliputi :saham
beredar yang diperoleh kembali, metode cost, disajikan sebagai pengurang jumlah
modal; dan saham beredar yang diperoleh kembali, metode nilai pari (par value)
sebagai pengurang saham beredar. Pengungkapan bagian lain ekuitas (seperti
saldo laba, agio, selisih penilaian kembali aktiva tetap, dan cadangan) harus
dilakukan secara terpisah, meliputi: perubahan selama periode akuntansi dan
batasan distribusi.
Kuasi reorgabisasi merupakan prosedur penataan kembali ekuitas yang
dilakukan dalam hal perusshaan menderita kerugian terus-menerus dan terdapat
deficit dalam jumlah yang sangat material (PSAK 51).

27

BAB III
KESIMPULAN
Kewajiban dan ekuitas merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan
dari laporan keuangan. Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama, yaitu
pengorbanan manfaat ekonomik

masa

datang,

menjadi

keharusan

sekarang dan timbul akibat transaksi atau kejadian masa lampau