Pengukuran Situasi dan Detail situasi
PENGUKURAN SITUASI DAN DETAIL
Dibuat oleh
:
Teknik Sipil Diploma III
NRP
:
Tanggal Praktek
:
Rekan Praktek
: 1. Agung Sulis Febriantoro (10410013)
2. Alimunnisa M. (10410014)
3. Angga Prakoso (10410003)
4. Dwi Retno P. (10410010)
5. Faisal Malik Alkutup (10410006)
6. Fajar Yusra (10410002)
7. Oftapiandi (10410017)
8. Rahmat Suryadi (10410009)
9. Saddam Lesmana (10410015)
10. Vandi Azis Baskara (10410011)
Asisten
: Ir. Slamet Suprihadi
Paraf Asisten
:
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 1
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan …..………………………………………………………………………………………….. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………………………… 2
I.
Maksud dan Tujuan ………………………………………………………………………………………… 3
II.
Teori Dasar ……………………………………………………………………………………………………… 3
III. Jalannya Praktikum ………………………………………………………………………………………… 6
IV. Hasil praktikum (hasil perhitungan / Gambar) ……………………………………………….. 9
V.
Kesimpulan dan Saran ……………………………………………………………………………………. 10
VI. Lampiran
……………………………………………………………………………………………………….
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 2
MODUL III
PENGUKURAN SITUASI dan DETAIL
I.
Maksud dan tujuan
Maksud dan pengukuran situasi adalah untuk mengambil data-data situasi
lapangan pada daerah yang dipetakan, sehingga data-data tersebut dapat
digambarkan lagi pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.
II.
Dasar Teori
Dalam pekerjaan pengukuran progress mining atau survey perlu digunakan alat-alat
untuk mempermudah penyelesaian pengambilan data-data. Jenis alat yang digunakanpun
sangat mempengaruhi kecepatan dan ketepatan dalam peker jaan tersebut. Alat yang umum
digunakan dalam pengukuran ini adalah theodolite.
2.1. Peralatan Pengukuran
2.1.1 Theodolite
Secara garis besar theodolit terbagi 2
Theodolit bagian atas, terdiri dari :n
1. Plat atas yang langsung dipasang pada sumbu vertical
2. Sumbu HOR
3. Nivo tabung
4. Telescop (teropong)
Pada teropong ini terdapat dua lensa, depan yang disebut lensa objektif dan
belakang yang disebut lensa okuler, dimana kedua lensa diletakkan sedemikian
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 3
rupa sehingga sumbu optisnya berimpit. Agar teropong bisa digunakan sebagai
alat bidik pada bagian belakang dilengkapi dengan dua garis salib sumbu yang
terbuat dari benang laba- laba atau dengan cara digoreskan pada kaca. Garis salib
sumbu biasanya berupa garis tegak dan tiga garis mendatar yang biasanya
digunakan untuk pembacaan.
Theodolit bagian bawah, terdiri dari
1. Plat bawah
2. Lingkaran horizontal
3. Tabung sumbu luar dari sumbu vertical
4. Sekrup pengikat datar ( penyetel nivo)
5. Statip atau tripot atau kaki tiga yang berguna untuk menyangga theodolit
6. Centring.
2.1.1.1. Bagian – bagian dari theodolit dan kegunnannya
A. Tombol Focus yang berguna untuk memper jelas objek yang dituju
B. Nivo
Pada alat theodolit biasanya terdapat dua buah nivo yaitu nivo kotak yang
terletak dibawah dan nivo tabung yang terletak diatas dimana nivo sendiri
berfungsi untuk mengetahui kedudukan theodolit dalam keadaan waterpas dari
kedua arah.
1. Teropong
kecil
untuk
melihat
bacaan
horizontal
dan
vertical
Biasanya terletak disebelah kanan dari teropong besar yang berguna untuk
membaca sudut horizontal dan vertical.
2. Mikrometer
Alat ini terletak pada bagian kanan atas dari theodolit yang berguna untuk
mempaskan bacaan sudut horizontal dan vertical dengan cara diputar kedepan
atau kebelakang agar sudut horizontal dan vertical pas pada pembacaan sudut.
3. Centring
Berguna untuk melihat posisi alat apakah sudah tepat berada diatas patok. ¬Pada
alat model lama tidak ada centringnya masih menggunakan unting¬unting yang
dihubungkan dengan benang dan digantung di bawah alat ukur.
4. Statip
Berfungsi menopang alat ukur theodolit agar ketinggiannnya sesuai dengan
ketinggian pembacanya dimana kaki statip bisa digerakkan naik tunin.
5. Bak atau Rambu
Berupa garis garis yang tebalnya 1 cm yang berguna untuk menghitung jarak yang
diukur yaitu jarak antara alat berdiri dengan bak yang menghasilkan jarak miring.
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 4
Gambar 2.1.
Bak Rambu Ukur
2.1.1.2 Pemasangan theodolit dan Pembacaan Alat Ukurnya :
Sebelum theodolit digunakan harus distel terlebih dahulu agar posisi theodolit
bisa waterpas atau level kesegala arah dan cara penggunaannya sebagai berikut :
Sebelum alat dikeluarkan dari tempatnya maka harus diperhatikan terlebih
dahulu posisi alat tersebut pada tempatnya, karena dikhawatirkan apabila tidak
diperhatiakan posisinya,, setelah dipakai dan akan disimpan kembali akan
mengalami kesulitan . Untuk mempermudah pada setiap alat pasti ada tandanya
berupa titik merah atau hitam dan biasanya kedua titik tersebut dalam keadaan
sejajar bila akan dimasukkan pada tempatnya. Setelah posisi tandanya sudah kita
perhatikan lalu letakkan pesawat diatas statip atau kaki tiga lalu diikat dengan
baut yang ada pada statip. Setelah pesawat tereikat dengan sempurna pada
statip baru pesawat yang sudah terikat pada statip diangkat dan diletakkan diatas
patok yang sudah ada pakunya.
Pertama tancapkan salah satu kaki di tripod sambil tangan dua memegang kedua
kaki di tripod lihat paku dibawah dengan bantuan centring, setelah paku terlihat
baru kedua kaki yang kita pegang ditaruh pada tanah (kalau sudah mahir tanpa
melihat centring sudah bisa menentukan posisi alat sudah tepat diatas patok atau
palu (walaupun tidak pas). Setelah statip ditaruh semua dan patok serta pakunya
sudah kelihatan (walau tidak tepat)baru diinjak ketiga kaki di statip agar posisinya
kuat menancap ditanah dan alat tidak mudah digoyang . Setelah posisi statip kuat
dan tidak goyang barulah dilihat paku lowat centring, apabila paku tidak tepat
maka kejar pakunya dengan menggunakan sekrup penyetel sambil melihat
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 5
centring, karena dengan memutar sekrup penyetel. lingkaran petunjuk yang ada
pada centring akan berubah dan arahkan lingkaran tersebut pada paku yang ada
dipatok. Setelah itu barulah dilihat nivo kotak¬(bagian bawah).
Apabila nivo mata sapinya tidak ada ditengah maka posisi alat dalam keadaan
miring. Untuk melihat dimana posisi alat yang lebih tinggi maka lihat gelembung
yang ada pada nivo kotak apabila nivo mata sapinya ada di Timur maka posisi alat
tersebut lebih tinggi disebelah Timur (kaki sebelah Timur dipendekkan atau yang
sebelah Barat dinaikkan ). Setelah posisi gelembung pads nivo kotak ada ditengah
maka alat sudah dalam keadaan waterpas (walau masih dalam keadaan kasar),
untuk menghaluskan agar posisinya lebih level maka gunakan nivo tabung
caranya : karena dibawah alat theodolit terdapat tiga sekrup penyetel maka sebut
saja sekrup A, B, C. Pertama sejajarkan nivo tabung dengan kedua sekrup
penyetel (bebas dan tidak terikat harus sekrup yang mana). Misalnya saja A dan
B, setelah itu baru dilihat posisi gelembungaya. Apabila tidak ditengah maka
posisi alat tersebut belum level maka harus ditengahkan dengan menggunakan
sekrup A dan B (kalau belum mahir disarankan untuk menggunakan satu sekrup
saja A atau B karena dikhawatirkan sekrup yang A akan menarik nivo kekiri dan
sekrup yang B akan menarik nivo tabung kekanan ). Setelah nivo tabung ada
ditengah baru diputar 90° atau 270° dan nivo tabung ditengahkan dengan
menggunakan sekrup yang C, setelah ditengah berarti posisi nivo tabung dan
kotak sudah sempurna dan keduanya ada ditengah. Setelah itu baru dilihat
centring apabila paku sudah tepat pada lingkaran kecil berarti alat tersebut sudah
tepat diatas patok apabila belum tepat maka alat harus digeser dengan cara
mengendorkan baut pengikat yang berada dibawah alat ukur. Setelah kendor
geser alat tersebut agar tepat di atas paku. Perlu diingat untuk merubah posisi
alat agar tepat diatas paku harus digeser sekali lagi digeser dan jangan diputar,
sebab kalau diputar posisi nivo pasi akan berubah banyak. Setelah posisi alas
tepat diatas patok maka pengaturan nivo tabung diulangi seperti semula sehinga
posisinya ditengah lagi, seperti pada waktu penyetelan pertama. Setelah itu baru
angka bacaan pada Skala horizontal disetel dan diatur pada angka 000’0″ dan
selanjutnya sejajarkan arah teropong, dan arah Utara dengan menggunakan
kompas arah, setelah itu di ukur tingginya alat dan alat siap digunakan.
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 6
2.1.1.3 Pembacaan Mistar
Dalam pengukuran dengan menggunakan theodolit data yang diperleh salah
satunya adalah jarak. Jarak ini didapat dengan pembacaan Benang Atas (BA),
Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB).
Contoh : BA = 1750
BT = 1500
BB = 1250
Untuk mengetahui bacaan rambu salah atau benar dapat dicek dengan
menggunakan rumus :
(BA +BB = BT)/2
BB + BA = 2BT
BB = 2BT – BA
BA = 2BT – BB
Contoh :
Diketahui, benang atas 1750 mm, benang bawah 1250
Jadi benang tengah =(1750 + 1250)/2 = 1500
Dalam hal ini Benang Tengah diusahakan menggunakan bilangan bulat. Contoh
1500, 1450, 1520, 1480 karena dengan dibulatkan akan memudahkan dalam
perhitungan selanjutnya. Hasil dari (BA – BB) x 100 merupakan Jarak Miring.
2.1.1.4 Koreksi Sudut Horizontal dan Vertical ( biasa dan luar biasa)
Dalam pembacaan sudut baik yang horizontal maupun vertiakal ada koreksinyaCara pengkoreksiannya adalah dengan pembacaan luar biasa. Setelah theodolit
tepat pada posisi yang dituju maka dibaca sudut horizontal maupun yang vertical.
Contoh :
Sudut Horizontal 179°37’28” (biasa)
Sudut vertikal 93°28 48 ” (biasa)
Maka untuk mendapatkan pembacaan luar biasa alai theodolit kita putar
180°secara horizontal dan teropong diputar 180° secara vertical maka akan
didapat bacaan sebagai berikut :
Sudut Horizontal 359°37’10”( luar biasa) 266°31’03”( luar biasa).
Kalau hasilnya baik untuk pembacaan sudut horizontal luar biasa- sudut biasa =
180°. Sedang untuk koreksi pembacaan sudut vertikal biasa dan luar biasa maka
sudut biasa + luar biasa = 360°. Koreksi yang diijinkan adalah 200 dan apabila
koreksinya > 20° maka alat survey tersebut harus dikalibrasi. Setelah itu baru
angka bacaan pada skala, horizontal distel dan ddiatur pada angka 0°0’0″ dan
selanjutnya sejajarkan arah teropong dan arah Utara dengan menggunakan
kompas arah Setelah itu diukur tingginya alat dan alat siap kerja.
Alat-alat yang digunakan:
- Theodolit + statip
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 7
-
III.
Rambu ukur
Meteran
Jalannya Praktikum
1. Membuat skets dan daerah yang akan dipetakan dan menentukan arah utaranya,
termasuk didalamnya. Letak titik-titik polygon yang akan dipergunakan sebagai
tempat berdirinya alat theodolit. Hal ml diperlukan untuk penggambaran situasi
sebenarnya.
2. Ukur dan hitung ketinggian dan koordinat dan masing-masing titik polygon tadi.
Pengukuran ketinggian untuk titik-titik polygon harus teliti ( ukur dengan
waterpass).
Hal ini di perlukan untuk mendapatkan hubungan tegak dan hubungan mendatar
dari titik di lapangan pada waktu penggambaran situasi sbenarnya.
3.
4.
5.
6.
7.
Tempatkan alat teodolit di atas titik polygon.
Atur alat agar siap untuk pengukuran.
Ukur tinggi alat terhadap patok yang berbeda di bawahnya.
Arahkan terpong pada titik polygon yang terdekat.
Arahkan teodolit ke titik di lapangan dan catatlah data-data :
a. Sudut horizontalnya
b. Sudut vertikalnya
c. Pembacaan benang atas, benang tengah,benang bawah.
8. Arahkan teodolit ke titik berikutnya yang mempur suunyai beda tinggi dan kirakira skala peta yang diinginkan, terhadap titik sebelumnya dan catatlah datadatanya.
9. Untuk titik-titik lapangan yang melebihi jarak pandang bak ukur sulit di baca (>50
meter) maka, letak teodolit harus pindah ke titi polygon yang dekat dengan titik
lapangan tersebut, kemudian lakukan kembali.
IV.
Hasil Praktikum
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 8
Tempat
Berdiri
A
B
Tempat
yang
Ditinjau
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
I
II
III
IV
Pengukuran situasi
Benang
Tinggi Alat
ba
bb
1.56
1.533
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
1.640
1.602
1.573
1.596
1.619
1.603
1.592
1.588
1.581
1.653
1.573
1.655
1.572
1.595
1.548
1.567
1.573
1.607
1.483
1.518
1.548
1.524
1.501
1.517
1.528
1.532
1.539
1,467
1.577
1.465
1.549
1.525
1.517
1.599
1.493
1.459
Sudut
Horizontal
Vertikal
25°52'16"
60°40'43"
82°25'22"
104°39'20"
173°10'0"
173°56'01"
194°02'57"
200°34'20"
211°57'30"
221°59'47"
227°32'18"
268°04'53"
293°24'08"
301°03'20"
188°14'34"
220°02'30"
240°20'0"
249°38'23"
89°11'22"
91°31'28"
89°58'44"
93°00'50"
90°00'00"
90°32'06"
89°27'23"
97°17'40"
89°19'03"
89°19'47"
85°30'23"
86°02'30"
83°26'40"
87°39'28"
77°41'34"
86°54'40"
87°28'36"
89°37'10"
Page | 9
Dibuat oleh
:
Teknik Sipil Diploma III
NRP
:
Tanggal Praktek
:
Rekan Praktek
: 1. Agung Sulis Febriantoro (10410013)
2. Alimunnisa M. (10410014)
3. Angga Prakoso (10410003)
4. Dwi Retno P. (10410010)
5. Faisal Malik Alkutup (10410006)
6. Fajar Yusra (10410002)
7. Oftapiandi (10410017)
8. Rahmat Suryadi (10410009)
9. Saddam Lesmana (10410015)
10. Vandi Azis Baskara (10410011)
Asisten
: Ir. Slamet Suprihadi
Paraf Asisten
:
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 1
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan …..………………………………………………………………………………………….. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………………………… 2
I.
Maksud dan Tujuan ………………………………………………………………………………………… 3
II.
Teori Dasar ……………………………………………………………………………………………………… 3
III. Jalannya Praktikum ………………………………………………………………………………………… 6
IV. Hasil praktikum (hasil perhitungan / Gambar) ……………………………………………….. 9
V.
Kesimpulan dan Saran ……………………………………………………………………………………. 10
VI. Lampiran
……………………………………………………………………………………………………….
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 2
MODUL III
PENGUKURAN SITUASI dan DETAIL
I.
Maksud dan tujuan
Maksud dan pengukuran situasi adalah untuk mengambil data-data situasi
lapangan pada daerah yang dipetakan, sehingga data-data tersebut dapat
digambarkan lagi pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.
II.
Dasar Teori
Dalam pekerjaan pengukuran progress mining atau survey perlu digunakan alat-alat
untuk mempermudah penyelesaian pengambilan data-data. Jenis alat yang digunakanpun
sangat mempengaruhi kecepatan dan ketepatan dalam peker jaan tersebut. Alat yang umum
digunakan dalam pengukuran ini adalah theodolite.
2.1. Peralatan Pengukuran
2.1.1 Theodolite
Secara garis besar theodolit terbagi 2
Theodolit bagian atas, terdiri dari :n
1. Plat atas yang langsung dipasang pada sumbu vertical
2. Sumbu HOR
3. Nivo tabung
4. Telescop (teropong)
Pada teropong ini terdapat dua lensa, depan yang disebut lensa objektif dan
belakang yang disebut lensa okuler, dimana kedua lensa diletakkan sedemikian
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 3
rupa sehingga sumbu optisnya berimpit. Agar teropong bisa digunakan sebagai
alat bidik pada bagian belakang dilengkapi dengan dua garis salib sumbu yang
terbuat dari benang laba- laba atau dengan cara digoreskan pada kaca. Garis salib
sumbu biasanya berupa garis tegak dan tiga garis mendatar yang biasanya
digunakan untuk pembacaan.
Theodolit bagian bawah, terdiri dari
1. Plat bawah
2. Lingkaran horizontal
3. Tabung sumbu luar dari sumbu vertical
4. Sekrup pengikat datar ( penyetel nivo)
5. Statip atau tripot atau kaki tiga yang berguna untuk menyangga theodolit
6. Centring.
2.1.1.1. Bagian – bagian dari theodolit dan kegunnannya
A. Tombol Focus yang berguna untuk memper jelas objek yang dituju
B. Nivo
Pada alat theodolit biasanya terdapat dua buah nivo yaitu nivo kotak yang
terletak dibawah dan nivo tabung yang terletak diatas dimana nivo sendiri
berfungsi untuk mengetahui kedudukan theodolit dalam keadaan waterpas dari
kedua arah.
1. Teropong
kecil
untuk
melihat
bacaan
horizontal
dan
vertical
Biasanya terletak disebelah kanan dari teropong besar yang berguna untuk
membaca sudut horizontal dan vertical.
2. Mikrometer
Alat ini terletak pada bagian kanan atas dari theodolit yang berguna untuk
mempaskan bacaan sudut horizontal dan vertical dengan cara diputar kedepan
atau kebelakang agar sudut horizontal dan vertical pas pada pembacaan sudut.
3. Centring
Berguna untuk melihat posisi alat apakah sudah tepat berada diatas patok. ¬Pada
alat model lama tidak ada centringnya masih menggunakan unting¬unting yang
dihubungkan dengan benang dan digantung di bawah alat ukur.
4. Statip
Berfungsi menopang alat ukur theodolit agar ketinggiannnya sesuai dengan
ketinggian pembacanya dimana kaki statip bisa digerakkan naik tunin.
5. Bak atau Rambu
Berupa garis garis yang tebalnya 1 cm yang berguna untuk menghitung jarak yang
diukur yaitu jarak antara alat berdiri dengan bak yang menghasilkan jarak miring.
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 4
Gambar 2.1.
Bak Rambu Ukur
2.1.1.2 Pemasangan theodolit dan Pembacaan Alat Ukurnya :
Sebelum theodolit digunakan harus distel terlebih dahulu agar posisi theodolit
bisa waterpas atau level kesegala arah dan cara penggunaannya sebagai berikut :
Sebelum alat dikeluarkan dari tempatnya maka harus diperhatikan terlebih
dahulu posisi alat tersebut pada tempatnya, karena dikhawatirkan apabila tidak
diperhatiakan posisinya,, setelah dipakai dan akan disimpan kembali akan
mengalami kesulitan . Untuk mempermudah pada setiap alat pasti ada tandanya
berupa titik merah atau hitam dan biasanya kedua titik tersebut dalam keadaan
sejajar bila akan dimasukkan pada tempatnya. Setelah posisi tandanya sudah kita
perhatikan lalu letakkan pesawat diatas statip atau kaki tiga lalu diikat dengan
baut yang ada pada statip. Setelah pesawat tereikat dengan sempurna pada
statip baru pesawat yang sudah terikat pada statip diangkat dan diletakkan diatas
patok yang sudah ada pakunya.
Pertama tancapkan salah satu kaki di tripod sambil tangan dua memegang kedua
kaki di tripod lihat paku dibawah dengan bantuan centring, setelah paku terlihat
baru kedua kaki yang kita pegang ditaruh pada tanah (kalau sudah mahir tanpa
melihat centring sudah bisa menentukan posisi alat sudah tepat diatas patok atau
palu (walaupun tidak pas). Setelah statip ditaruh semua dan patok serta pakunya
sudah kelihatan (walau tidak tepat)baru diinjak ketiga kaki di statip agar posisinya
kuat menancap ditanah dan alat tidak mudah digoyang . Setelah posisi statip kuat
dan tidak goyang barulah dilihat paku lowat centring, apabila paku tidak tepat
maka kejar pakunya dengan menggunakan sekrup penyetel sambil melihat
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 5
centring, karena dengan memutar sekrup penyetel. lingkaran petunjuk yang ada
pada centring akan berubah dan arahkan lingkaran tersebut pada paku yang ada
dipatok. Setelah itu barulah dilihat nivo kotak¬(bagian bawah).
Apabila nivo mata sapinya tidak ada ditengah maka posisi alat dalam keadaan
miring. Untuk melihat dimana posisi alat yang lebih tinggi maka lihat gelembung
yang ada pada nivo kotak apabila nivo mata sapinya ada di Timur maka posisi alat
tersebut lebih tinggi disebelah Timur (kaki sebelah Timur dipendekkan atau yang
sebelah Barat dinaikkan ). Setelah posisi gelembung pads nivo kotak ada ditengah
maka alat sudah dalam keadaan waterpas (walau masih dalam keadaan kasar),
untuk menghaluskan agar posisinya lebih level maka gunakan nivo tabung
caranya : karena dibawah alat theodolit terdapat tiga sekrup penyetel maka sebut
saja sekrup A, B, C. Pertama sejajarkan nivo tabung dengan kedua sekrup
penyetel (bebas dan tidak terikat harus sekrup yang mana). Misalnya saja A dan
B, setelah itu baru dilihat posisi gelembungaya. Apabila tidak ditengah maka
posisi alat tersebut belum level maka harus ditengahkan dengan menggunakan
sekrup A dan B (kalau belum mahir disarankan untuk menggunakan satu sekrup
saja A atau B karena dikhawatirkan sekrup yang A akan menarik nivo kekiri dan
sekrup yang B akan menarik nivo tabung kekanan ). Setelah nivo tabung ada
ditengah baru diputar 90° atau 270° dan nivo tabung ditengahkan dengan
menggunakan sekrup yang C, setelah ditengah berarti posisi nivo tabung dan
kotak sudah sempurna dan keduanya ada ditengah. Setelah itu baru dilihat
centring apabila paku sudah tepat pada lingkaran kecil berarti alat tersebut sudah
tepat diatas patok apabila belum tepat maka alat harus digeser dengan cara
mengendorkan baut pengikat yang berada dibawah alat ukur. Setelah kendor
geser alat tersebut agar tepat di atas paku. Perlu diingat untuk merubah posisi
alat agar tepat diatas paku harus digeser sekali lagi digeser dan jangan diputar,
sebab kalau diputar posisi nivo pasi akan berubah banyak. Setelah posisi alas
tepat diatas patok maka pengaturan nivo tabung diulangi seperti semula sehinga
posisinya ditengah lagi, seperti pada waktu penyetelan pertama. Setelah itu baru
angka bacaan pada Skala horizontal disetel dan diatur pada angka 000’0″ dan
selanjutnya sejajarkan arah teropong, dan arah Utara dengan menggunakan
kompas arah, setelah itu di ukur tingginya alat dan alat siap digunakan.
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 6
2.1.1.3 Pembacaan Mistar
Dalam pengukuran dengan menggunakan theodolit data yang diperleh salah
satunya adalah jarak. Jarak ini didapat dengan pembacaan Benang Atas (BA),
Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB).
Contoh : BA = 1750
BT = 1500
BB = 1250
Untuk mengetahui bacaan rambu salah atau benar dapat dicek dengan
menggunakan rumus :
(BA +BB = BT)/2
BB + BA = 2BT
BB = 2BT – BA
BA = 2BT – BB
Contoh :
Diketahui, benang atas 1750 mm, benang bawah 1250
Jadi benang tengah =(1750 + 1250)/2 = 1500
Dalam hal ini Benang Tengah diusahakan menggunakan bilangan bulat. Contoh
1500, 1450, 1520, 1480 karena dengan dibulatkan akan memudahkan dalam
perhitungan selanjutnya. Hasil dari (BA – BB) x 100 merupakan Jarak Miring.
2.1.1.4 Koreksi Sudut Horizontal dan Vertical ( biasa dan luar biasa)
Dalam pembacaan sudut baik yang horizontal maupun vertiakal ada koreksinyaCara pengkoreksiannya adalah dengan pembacaan luar biasa. Setelah theodolit
tepat pada posisi yang dituju maka dibaca sudut horizontal maupun yang vertical.
Contoh :
Sudut Horizontal 179°37’28” (biasa)
Sudut vertikal 93°28 48 ” (biasa)
Maka untuk mendapatkan pembacaan luar biasa alai theodolit kita putar
180°secara horizontal dan teropong diputar 180° secara vertical maka akan
didapat bacaan sebagai berikut :
Sudut Horizontal 359°37’10”( luar biasa) 266°31’03”( luar biasa).
Kalau hasilnya baik untuk pembacaan sudut horizontal luar biasa- sudut biasa =
180°. Sedang untuk koreksi pembacaan sudut vertikal biasa dan luar biasa maka
sudut biasa + luar biasa = 360°. Koreksi yang diijinkan adalah 200 dan apabila
koreksinya > 20° maka alat survey tersebut harus dikalibrasi. Setelah itu baru
angka bacaan pada skala, horizontal distel dan ddiatur pada angka 0°0’0″ dan
selanjutnya sejajarkan arah teropong dan arah Utara dengan menggunakan
kompas arah Setelah itu diukur tingginya alat dan alat siap kerja.
Alat-alat yang digunakan:
- Theodolit + statip
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 7
-
III.
Rambu ukur
Meteran
Jalannya Praktikum
1. Membuat skets dan daerah yang akan dipetakan dan menentukan arah utaranya,
termasuk didalamnya. Letak titik-titik polygon yang akan dipergunakan sebagai
tempat berdirinya alat theodolit. Hal ml diperlukan untuk penggambaran situasi
sebenarnya.
2. Ukur dan hitung ketinggian dan koordinat dan masing-masing titik polygon tadi.
Pengukuran ketinggian untuk titik-titik polygon harus teliti ( ukur dengan
waterpass).
Hal ini di perlukan untuk mendapatkan hubungan tegak dan hubungan mendatar
dari titik di lapangan pada waktu penggambaran situasi sbenarnya.
3.
4.
5.
6.
7.
Tempatkan alat teodolit di atas titik polygon.
Atur alat agar siap untuk pengukuran.
Ukur tinggi alat terhadap patok yang berbeda di bawahnya.
Arahkan terpong pada titik polygon yang terdekat.
Arahkan teodolit ke titik di lapangan dan catatlah data-data :
a. Sudut horizontalnya
b. Sudut vertikalnya
c. Pembacaan benang atas, benang tengah,benang bawah.
8. Arahkan teodolit ke titik berikutnya yang mempur suunyai beda tinggi dan kirakira skala peta yang diinginkan, terhadap titik sebelumnya dan catatlah datadatanya.
9. Untuk titik-titik lapangan yang melebihi jarak pandang bak ukur sulit di baca (>50
meter) maka, letak teodolit harus pindah ke titi polygon yang dekat dengan titik
lapangan tersebut, kemudian lakukan kembali.
IV.
Hasil Praktikum
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
Page | 8
Tempat
Berdiri
A
B
Tempat
yang
Ditinjau
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
I
II
III
IV
Pengukuran situasi
Benang
Tinggi Alat
ba
bb
1.56
1.533
LAPORAN PRAKTIKUM IUT ( SIPIL D3 )
1.640
1.602
1.573
1.596
1.619
1.603
1.592
1.588
1.581
1.653
1.573
1.655
1.572
1.595
1.548
1.567
1.573
1.607
1.483
1.518
1.548
1.524
1.501
1.517
1.528
1.532
1.539
1,467
1.577
1.465
1.549
1.525
1.517
1.599
1.493
1.459
Sudut
Horizontal
Vertikal
25°52'16"
60°40'43"
82°25'22"
104°39'20"
173°10'0"
173°56'01"
194°02'57"
200°34'20"
211°57'30"
221°59'47"
227°32'18"
268°04'53"
293°24'08"
301°03'20"
188°14'34"
220°02'30"
240°20'0"
249°38'23"
89°11'22"
91°31'28"
89°58'44"
93°00'50"
90°00'00"
90°32'06"
89°27'23"
97°17'40"
89°19'03"
89°19'47"
85°30'23"
86°02'30"
83°26'40"
87°39'28"
77°41'34"
86°54'40"
87°28'36"
89°37'10"
Page | 9