Hormat dan patuh kepada orang tua dan gu

Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Apakah kalian ingin kuberi tahu mengenai dosa-dosa besar yang paling berat?, Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam mengulangi pertanyaan yang sama hingga tiga kali, sampai orang-orang menjawab,
“Ya tolong beritahukan kepada kami Ya Rasulullah.” Kemudian beliau mengatakan “Mempersekutukan
Allah dan tidak taat kepada orang tuamu.”
Menghormati orang tua (birrul walidain)
a. Dalil naqli
Qs. Al-Isra/17:23 - 24

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil".
Qs. An-Nisa/4:36

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat

dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
Qs. Al-Baqarah/2:115

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud, aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
tentang amal-amal yang paling utama dan paling dicintai Allah. Beliau menjawab , pertama, shalat pada
awal waktu, kedua, berbakti kepada kedua orang tua dan ketiga, jihad di jalan Allah.” (H.R. Bukhari dan
Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dari Abdullah bin Amr, dikatakan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ridha Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan murka
Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (H.R. Bukhari).
Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu dia berkata, Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sambil berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku
berbakti kepadanya?” Beliau menjawab, “Ibumu”, Dia bertanya lagi , “Kemudian siapa?”, Beliau
menjawab, “Ibumu.”, Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?.” Beliau menjawab, “Ibumu.”, DIa bertanya
lagi, “Kemudian siapa?.”, beliau menjawab, “Kemudian ayahmu.” (H.R. Bukhari)

b.


Sikap dan perilaku yang menunjukkan birrul walidain

Mengikuti segala nasihat yang baik dan berusaha menyenangkan hatinya.
Selalu memohonkan ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bergaul dengan kedua orang tua dengan cara yang baik.
Merendahkan diri dan tidak bersikap sombong kepada keduanya.
Apabila orang tua sudah meninggal, maka seorang anak harus memohonkan ampun kepada Allah,
membayar utang, melaksanakan wasiat dan menyambung silaturrahim kepada teman dan kerabat kedua
orang tuanya.
Membantu orang tua dalam segala hal, baik akal fikiran, tenaga maupun financial.
Menghormati guru
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Muliakanlah orang-orang yang telah memberikan pelajaran kepadamu.”
(H.R. Abu Hasan Mawardi).
Imam Al-Ghazali berkata,
“Seorang murid hendaklah memberikan sepenuh perhatian kepada gurunya, mendiamkan diri sewaktu
guru sedang menyampaikan pelajaran dan menunjukkan minat terhadap apa yang disampaikan guru.”
Sikap dan perilaku yang menunjukkan hormat dan patuh/santun pada guru
- Memuliakan, tidak menghina atau mencaci guru.

- Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju
surga.” (H.R. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
C.

Ketika belajar hendaknya berpakaian rapi dan sopan
Tidak mengobrol atau sibuk sendiri saat guru sedang menjelaskan pelajaran.
Beranya kepada guru apabila ada sesuatu yang tidak dimengerti dengan cara yang baik.
Saat bertanya menggunakan cara dan bahasa yang baik.
Tidak menyeletuk atau bertanya yang tidak ada faedahnya yang sekedar mengolok-olok.
Semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesame

Pentingnya menuntut ilmu

- Wahyu pertama yang diterima Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah perintah menuntut
ilmu. Qs. Al-Alaq/96:1-5.

-


Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.Qs. Al-Mujadilah/58:11.
Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam untuk menuntut ilmu.

-

Qs. At-Taubah/9:122

Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang
rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang
memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.
Dari Anas radiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Menuntut ilmu adalah kewajiban atas semua orang Muslim.” (HR. Baihaqi).
“Tuntutlah ilmu dari masa buaian sampai menjelang masuk liang kubur.” (HR. Bukhari).

Sikap orang yang bersemangat menuntut ilmu
Ikhlas.
Memiliki banyak teman yang memberinya motivasi untuk menuntut ilmu
Hadir disekolah tepat waktu, mematuhi tata tertib sekolah, dan berdoa sebelum/sesudah belajar agar
ilmu menjadi berkah.
Sabar dalam menuntut ilmu
Gemar membaca dan mencari ilmu.
NASEHAT IMAM SYAFI’I DALAM MENUNTUT ILMU

Dalam menuntut ilmu harus memenuhi 6 perkara,

1. Cerdas, artinya kemampuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti IQ harus tinggi,walaupun
dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat menentukan sekali, asal akalnya mampu menangkap
ilmu maka berarti sudah memenuhi syarat pertama ini, berbeda dengan orang gila atau orang

yang idiot yang memang akalnya sudah tidak bisa menerima ilmu maka sulitlah mereka
mendapatkan ilmu manfaat, namun perlu di ingat bahwa kecerdasan adalah bukan sesuatu
yang tidak bisa meningkat,kalau menurut orang-orang tua, akal kita adalah laksana
pedang,semakin sering di asah dan di pergunakan maka pedang akan semakin mengkilat dan
tajam,adapun bila di diamkan maka akan karatan dan tumpul,begitupula akal kita semakin

sering dibuat untuk berfikir dan mengaji maka akal kita akan semakin tajam daya tangkapnya
dan bila di biarkan maka tumpul tidak akan mampu menerima ilmu apapun juga.
2. Semangat, artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan, mencari ilmu tanpa
kesemangatan dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa,ilmu apalagi ilmu agama
adalah sesuatu yang mulia yang tidak akan dengan mudah bisa di dapatkan,oleh karenanya
banyak orang mencari ilmu tapi yang berhasil sangat sedikit di banding yang tidak
berhasil,kenapa?..karena mencari ilmu itu
sulit, apa yang kemarin di hafalkan belum tentu sekarang masih bisa hafal,padahal apa yang di
hafal kemarin masih berhubungan dengan pelajaran hari ini, ahirnya pelajaran hari inipun
berantakan karena hilangnya pelajaran kemarin,maka tanpa kesemangatan dan ketekunan
sangat sulit kita mendapatkan apa yang seharusnya kirta dapatkan dalam tolabulilmi

3. Sabar, artinya tabah menghadapi cobaan dan ujian dalam mencari ilmu, orang yang mencari
ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus menuju penciptanya, oleh karena itu syetan sangat
membenci pada mereka,apa yang di kehendaki syetan adalah agar tidak ada orang yang
mencari ilmu,tidak ada orang yang akan mengajarkan pada umat bagaimana cara beribadah
dan orang yang akan menasehti umat agar tidak tergelincir kemaksiatan,maka syetan sangat
bernafsu sekali menggoda pelajar agar gagal dalam pelajarannya,digodanya mereka dengan
suka pada lawan jenis,dengan kemelaratan,dan lain-lain .
4. Biaya, artinya orang mengaji perlu biaya seperti juga setiap manusia hidup yang

memerlukannya, tapi jangan di faham harus punya uang apalagi uang yang banyak,biaya disini
hanya kebutuhan kita makan minum sandang dan papan secukupnya,pun tidak harus
merupakan bekal materi, dalam sejarah kepesantrenan dari zaman sahabat nabi sampai zaman
ulama terkemuka kebanyakan para santrinya adalah orang-orang yang tidak mampu,seperti
Abu hurairoh sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak adalah orang yang sangfat
fakir,imam syafi'i adalah seorang yatim yang papa, dan banyak lagi kasus contohnya,biaya
disini bisa dengan mencari sambil khidmah atau bekerja yang tidak mengganggu belajar,
5. Petunjuk ustadz, artinya orang mengaji harus digurukan tidak boleh dengan belajar
sendiri,ilmu agama adalah warisan para nabi bukan barang hilang yang bisa di cari di kitabkitab, dalam sebuah makalah [ saya tidak tahu apakah ini hadis atau sekedar kata-kata ulama]
barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah syetan, dan ada pula makalah
andai tidak ada sanad [pertalian murid dan guru] maka akan berkata orang yang
berkata[tentang agama] sekehendak hatinya. Kita bisa melihat sejarah penurunan wahyu dan
penyampaiannya kepada para sahabat,betapa Nabi setiap bulan puasa menyimakkan Al-Qur'an
kepada jibril dan sebaliknya, kemudian Nabi menyampaikan kepada para sahabat,sahabat
menyampaikan

kepada para tabi'in, lalu para tabi'in menyampaikan pada tabi'i at-tabi'in dan seterusnya kepada
ulama salaf,lalu ulama kholaf, lalu ulama mutaqoddimin lalu ulama muta'akhirin dan seterusnya
sampai pada umat sekarang ini, jadi ilmu yang kita terima sekarang ini adalah ilmu yang
bersambung sampai Nabi dan sampai kepada Allah subhanahu wa ta'ala, jadi sangat jelas

sekali bahwa orang yang belajar harus lewat bimbingan seorang guru,guru yang bisa
menunjukkan apa yang dikehendaki oleh sebuah pernyataan dalam sebuah ayat atau hadis
atau ibarat kitab salaf, karena tidak semua yang tersurat mencerminkan apa yang tersirat dalam
pernyatan,
6. Lama, artinya orang belajar perlu waktu yang lama,lama disini bukan berarti tanpa
target,sebab orang belajar harus punya target,tanpa target akan hampa dan malaslah kita
belajar,