Guru dan Pola Asuh Dialogis

FroaEs Pos

Rabu, 25,November 2015

Opfnt

Guru dan Pola Asuh
Dialogis
Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 78 Tahun 1gg4 secara resmi me.
netapkan tanggal 25 November sebagai
IIari Guru Nasional (HGI$. penetapan
tanggal tersebut sebagai HGN didasar-

kan atas fakta historis yang terjadi

pada tanggal 25 November 194b, yaitu

dilaksanakannya Kongres Guru pertama di Surakarta, Jawa Tengah. Da.
lam kongres tersebut disepakali untuk
membentuk satu wadah organisasi guru


yang diberi nama Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI). Dengan

demikian tanggal HGN adalah tanggal
berdirinya PGIU yang adalah organiiasi
profcsi, perjuangan, dan ketenagakerjaan.

Tema HGN 2015 dan Hari Ulang
Tahun ke-70 lrGIlI adalah'Memantap-

kan Soliditas dan Solidaritas pGRI
sebagai Organisasi Profesi Guru yang

Kuat dan Befmar:tabat." Tema inl

menekankan keteguhan dan kesetia"
kawanan PGRI yang tentu akan terwujud apabila para anggotanya' adalah
sosok yang teguh dan setia kawan.


Keteguhan dan kesetiakawan adalah dua dari banyak ciri yang dapat

membuat orang tertarik pada grr*,. d"rt
menjadikannya sebagai guru teladan.
Pada tahun 2012 penulis pernah me-

minta kepada sekitarlima puluhan mahasiswa STKIP St Paulus Ruteng untuk
menuliskan nama para guru yang telah

mendidik dan mengajar mereka dan

,. Oleh Oswald Bule

tmaniSflo--ffin?l3txtp
St Paulus Ruteng
dan harapan anak, tidak bersedia bcrmusyawarah bersama anak. pescrta
didik dalam pola ini selalu ditempatkan pada posisi lebih rendah. Ia selalu
disadarkan bahwa sebagai murid ia
",hanya boleh mendeogurkuo
guxunya,

mencatat apa yang didiktekan guru,
menjawab pertanyaan guru, dan meng-

ulang kembali pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Peserta didik tidak dilibatkan ilalam membahas dan
mengambil keputusan bcrsama.
Guru yang menerapkan pola ini cenderung (J) menetapkan norma sccara
sepihak tanpa melibatkan siswa dan
menuntut pelaksanaannya secara ketat dan kaku, (2) menegaskan superioritas diri secara berlebihan, (B) menjaga jarakyangtegas dengan mur.id dan
menuntut pengakuan yang melampaui
kewajaran dari murid atas perannya
selaku pendidik, (4) mengutamakin

pembelajaran yang dialogis. Oieh kare_
na_itu kita dapat menyebutnya sebagai
pola asuh dialogis. Irranta *urrg"*rr_
kakan enam prinSip dari pola u"rih irri.
Pertama, pola asuh dialogis berusaha
menjaga keseimbangan antara otoritas
dan kebebasan, memimpin dan membiarkan perkembangan yang spontan,
kebudayaan dan perwujudan diri yang

spontan, penolakan dan pembiaran.
Kedua, hubungan yang bermakna
antara pendidik dengan peserta didik

.memerlukan pengakuan wajar dari
peserta didik tentang superioritas gurunya dan kesadaran diri yang mema_
dai dari pendidik tentang kut"Uit url.,v..

Kondisi ini memungkiirkan pe"aiaik
untuk memfasilitasi perkembanga.n
peserta didik agar menjadi pribarii dowasa, percaya diri, hertau ggungjawab,

memiliki oionomi yang semakin

me_

ningkat, dan da5,a dukung d.iri yang

standar dan pemberi hukuman @ranta,


semakin besar.
Ketiga, pola asuh dialogis memung_
kinkan peserta didik menjadi subyJk
kegiatan pembelajaran. Bila guru tiiak
mendprong keterlibatan personal pe_
serta didik dalam kegiatan pembelajaran, maka besar kemungkinan mo"Lka

ketrampilan berkomunikasi yang ren-

belajar. Oleh karena itu pcndidik perlu
mengarahkan murid dan menyampai_
kan norma sedemikian ,.rp, .thioggu
peserta didik merasa disapa aa., *Jil-

perannya sebagai pengontrol perilaku

yang menyimpang atau tidak sesuai
1988: 49).
Pola asuh demikian membuat anak
tidak mampu secara sosial, anak iidak

luwes dalam pergaulan, anak memiliki
dah, anak gagal dalam berinisiatifdan

membangun prakarsa, dan kemunE-

menolak atau acuh tak acuh untuk

persepsi diri selaku subyek kegiatan
nemhelhi:ren

yang mereKa panoang seDagar guru te-

ladan. Para mahasiswa juga diminta

menuliskan alasau para guru tersebut
dijadikan teladan. Adapun alasanalasan paia guru dijadikan teladan antara lain: menguasai bahan ajar, pintar,
memiliki wawasan berpikir yang luas,
mengajar dengan cara yang mudah
dimengerti, suka memberi arahan dan
nasihat, menguasai kelas, menggunakan mcdia yhng t'epat, memberikan soal

yang sesuai, disiplin, penuh semangat,
ceria, lemah lembut, membuat siswa

bersemangat, mendorong semangdt
bcrjuang, humoris, akrab dengan siswa,
ramah, dan tidak melakukan kekerasan.

Ciri-ciri guru di atas adalah

seba-

gian dari ciri-ciri yang terkandung dalam

kompetensi profesional, kompetensi
pedagogis, kompetensi sosial, dan
kompetensi kepribadian (Bdk. Per merudihnas no. 16 tahun 2007 tentang standar
hnLi fihasi dan hompetensi guru).Menu-

rut penulis, pola asuh dialogis adalah


salah satu unsur yang berfungsi untuk
membentuk pribadi peserta didik. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk membahasnya melalui tulisan ini.
Pola asuh pendidik (baca: orang tua

dan guru) dapat dibedakan atas tiga,

yakni pola asuh otoriter, pola asuh
otoritatif, dan pola asuh permisifi
antiotoriter @aumrind dalam Sautrock,
2002:257-259 dan Franta, 1988: 487 4). P ara ahli psikologi perkembangan
membedakan dua tipe pola permibif,

yakti permissiue ind,ulgent

d,an

permis-

siue indifferenl (Santrock, 2002: 2bB).


Pola asuh otoriter adalah gaya

mengasuh yang membatasi dan menghukum anak, tidak mendengarkan anak,
tidak memperlakukan anak sebagai
subyek, tidak mengindahkan kemauan

itakan Arnoldus Ende.

krnan anak akan men;adi anak yang

agresifbila disiplin terlalu cepat diterapkan kepadanya.

PoIa asuh permissiue indifferent
adalah cara tnengasuh anak di mana
orang tua sangat tidak perduli pada
anak karena beranggapan bahwa aspek

kehidupan lain lebih penting dibanding
dengan kehidupan anak. Di satu pihak

orang tua yang menerapkan pola ini

tidak tanggap terhadap anaknya, di

lain pihak mereka tidak menuntut dan
tidak mengendalikan anaknya. Pola

ini

menyebabkan anak tidak kompeten,
Lidak mandiri, tidak mampu mengendalikan diri.

Pola asuh petnlissiue indulgent
adalah cara mendidik di mana orang
tua sangat tanggap terhadap anak,

'tetapi menerapkan kontrol yang sedikit
karena beranggapan bahwa kombinasi
antara keterlibatan yang hangat pada
kehidupan anak dan sedikit kekangan


akan memungkinkan anak menjadi
kreatifdan percaya diri. Padahal sikap
mendengarkan dan memenuhi kebu-

tuhan anak tanpa pcngawasan yang
memadai justru akan menyebabkan
anak menjadi inkompeten secara sosial

ilan kurang rhampu mengendalikan
diri.

Pola asuh otoritatif adalah cara
mengasuh yang mendorong kemandirian anak; anak diajak untuk bermusyarawah tentang norma dan batasan

yang harus diindahkan; anak diajak
berbincan g tentang pentin gnya pengen-

dalian diri. Pola ini memungkinkan
anak memiliki kompetensi sosial,
menjadi pribadi yang percaya diri, dap
bertanggungjawab.
Menurut Franta (1988: 55-60) pola
asuh otoritatif terwujud dal am kegiatan

Keem.pat, dialog adalah salah satu

prinsip penting untuk membangun
hubungan sejati antara guru dan peserta didik. Dialog diwujudkan manakal.a siswa mengalami pedemuan pribadi, ketika keunikannya dihargai, ke-

tika setiap pribadi boleh membagi
pengalaman hidupnya dengan bebas,
kctika tcrdapat iklim kedekatan dan
ketimbalbalikan, sehingga tercipta

kesepakatan r'a.sional. Komunikasi pen

-

didikan yang dialogis memungkinkan

peserta didik merasa bebas dan bcrtanggurlgjawab terhadap kegratan pribadi dan bersama.
Kelima, pola asuh dialogis memiliki
kaitannya dcngan kehidupan sosial,
budaya, dan politik kemasyarakatan.

Pola komunikasi itu tidak terlaksana
di dalam ruang kosong. tetapi dilaksanakan dalam konteks hidup konkr.ct
dan berpengaruh terhadap konsteks
hidup itu.
Keenam, relasi dialogis mesti diterapkan dengan mempertimbangkan situasi psikologis peserta didik. Pada
masa kanak-kanak relasi dialogis lebih

diterapkan lewat sikap melindungi,

menjaga, dan membolanya sedangkan
pada remaja melalui sikap mendarn-

pingi. Penekanan yang borbeda itu
terarah pada hal mendasar yang sama,

yakni memberi ruang makin besar kepada peserta didik agar belajar mengarahkan dan menentukan diri sehingga

ia sungguh mencapai otonomi
kemampuan untuk menyokong
send1rl. u
.Opini" '1,000

_,.

dan
d.iri

kata
disertaifoto, biodata dan dikirim ke alamat ini
Panjang naskah

1
I

i

I