MAKALAH BELAJAR dan PEMBELAJARAN TEORI B (1)

MAKALAH BELAJAR dan PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

TIM PENYUSUN:
1.
2.
3.
4.

NINA DWI MARDIANI
201710070311083
MUHAMMAD NASRUDDIN LUTFI 201710070311093
FAJRIMA RIZKI AWALIYAH R.
201710070311103
UMMY KALSUM
201710070311112

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG, 21 MARET 2018

KATA PENGANTAR

1

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang kami beri
judul "Teori Belajar Kognitivistik".
Adapun makalah belajar dan pembelajar tentang " Teori Belajar Kognitivistik " ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak
pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu,
kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah belajar dan pembelajaran
ini.
Akhirnya

penyusun

mengharapkan


semoga

dari

makalah

belajar

dan

pembelajaran tentang " Teori Belajar Kognitivistik " ini dapat diambil manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari
Anda

kami

tunggu

untuk


perbaikan

makalah

ini

nantinya.

Malang, 21 Maret 2018

Penyusun

2

DAFTAR ISI
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang


1.2

Rumusan Masalah

1.3

Tujuan Penulisan Makalah

BAB II PEMBAHASAN
A.

Teori belajar konstruktivistik

B.

Konstruktivistik psiklogi/kognitif piaget

C.


Teori konstruktivistik sosial Vigotsky

D.

Pandangan-pandangan tokoh lain

BAB III PENUTUP
3.1

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG

Constructivistic atau constructivism berasal dari kata kerja Inggris “to
construct”. Kata ini merupakan serapan dari bahasa latin “con struere” yang
berarti menyusun atau membuat struktur. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diangkat tetapi manusia
harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
Konsep

inti

konstruktivistik

adalah

proses

penstrukturan

atau


pengorganisasian. Secara istilah, konstruktivistik merupakan suatu aliran filsafat
ilmu, psikologi dan teori belajar mengajar yang menekankan bahwa pengetahuan
kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri

(Sukiman, 2008). Konstruktivistik

sebenarnya bertitik tolak dari pandangan kognitivistik, dimana pengetahuan
dibina secara aktif oleh individu yang berfikir. Teori belajar konstruktivistik
merupakan teori belajar yang menekankan pada pengalaman belajar, tidak
semata pengalaman kognitif.
1.2

RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu teori belajar konstruktivistik?
2. Bagaimana konstriktivistik psikologi/kognitif piaget?
3. Bagaimana teori konstruktivistik social meurut Vigotsky?
4. Bagaimana teori konstruktivistik menurut pandangan-pandangan tokoh lain?

1.3


TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1. Menjelaskan teori belajar konstruktivistik
2. Menjelaskan konstriktivistik psikologi/kognitif piaget?
3. Menjelaskan teori konstruktivistik social meurut Vigotsky?
4. Menjelaskan teori konstruktivistik menurut pandangan-pandangan tokoh lain?

4

A.

BAB II
PEMBAHASAN

Teori Belajar Konstruktivistik
Constructivistic atau constructivism berasal dari kata kerja Inggris “to
construct”. Kata ini merupakan serapan dari bahasa latin “con struere” yang
berarti menyusun atau membuat struktur. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diangkat tetapi manusia
harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.

Konsep

inti

konstruktivistik

adalah

proses

penstrukturan

atau

pengorganisasian. Secara istilah, konstruktivistik merupakan suatu aliran filsafat
ilmu, psikologi dan teori belajar mengajar yang menekankan bahwa pengetahuan
kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri

(Sukiman, 2008). Konstruktivistik


sebenarnya bertitik tolak dari pandangan kognitivistik, dimana pengetahuan
dibina secara aktif oleh individu yang berfikir. Teori belajar konstruktivistik
merupakan teori belajar yang menekankan pada pengalaman belajar, tidak
semata pengalaman kognitif.
1. Pandangan tentang Belajar
Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivistik, yaitu pengetahuan
baru dikonstruksi sendiri oleh siswa secara aktif berdasarkan pengetahuan yang
telah

diperoleh

sebelumnya.

Pendekatan

konstruktivistik

dalam

proses


pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan
untuk

mengonstruksi

kembali

pengalaman

atau

pengetahuan

yang

telah

dimilikinya.
Tekanan utama konstruktivistik adalah lebih memberikan tempat kepada
siswa dalam proses pembelajaran dari para guru. Teori ini berpandangan bahwa
siswa yang berinteraksi dengan berbagai obyek dan peristiwa sehingga mereka
memperoleh dan memahami pola-pola penanganan terhadap obyek dan peristiwa
tersebut.
Berkenaan

dengan

proses

pembelajaran,

aliran

konstruktivistik

memberikan keleluasaan kepada siswa untuk aktif membangun kebermaknaan
sesuai dengan pemahaman yang telah dimiliki, mmerlukan serangkaian kesadaran
akan makna bahwa pengetahuan tidak bersifat stabil atau obyektif.
2. Ciri dan Prinsip Belajar menurut Konstuktivistik
Menurut Suparno (2012) proses belajar menurut konstruktivistik antara lain
bercirikan sebagai berikut :
a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.
b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang
dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.

5

e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan
f.

lingkungannya
Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar.

Siswa harus punya pengalaman dengan membuat hipotesis, menguji hipotesis,
memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan,
meniliti,

berdialog,

mengadakan

refleksi,

mengungkapkan

pertanyaan,

mengekspresikan gagasan, dan lain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru.
Aunurrahman (2009) memberikan penekanan tentang 3 hal mendasar berkaitan
dengan pemahaman terhadap gagasan konstruktivistik, yaitu :
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi
selalu meupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.
b. Subjek membentuk kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk
pengetahuan.
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang yang membentuk
pengetahuan, dan konsepsi itu berlaku bila berhadapan dengan pengalamanpengalaman seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa guru hanya bertindak sebagai motivator dan
fasilitator, sedangkan siswa beperan aktif dalam pembelajaran dan dapat
mengkonstruksi pengetahuan yang didapat dari pembelajaran sebelumnya.
B.

Konstruktif Psikologi/Kognitif Piaget
Salah satu teori ini adalah teori perkembangan mental Piaget yang disebut juga
teori perkembangan intelektual.teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk
belajar, yang dikemas dalam tahap perkebangan intelektual dari lahir hinga
dewasa.Ada 3 dail pokok:
1. Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap beruntun yang selalu
terjadi denga urutan yang sama.
2. Tahap-tahap tersebut didefinsikan sebagai sebagai suatu clouster dari
operasi metal.
3. Gerak melalui tahap-tahap yang dilalui oleh keseimbangan (equilibration),
proses

perkembangan

yang

menguraikan

tentang

interaksi

antara

pengalaman dan stuktur kognitif yang timbul.
Prespektif Intelegasi Piaget:
 Struktur (scheme, schemata/schemas)
Merupakan metal framework yang dibangun seseorang dengan
mengambil informasi dari lingkungan dan mengiterpretasi, mereorgaisasi,
serta menginformasikan.
Ada hubungan fungsional

antara

tindakan

fisik,

metal,

dan

perkembangan logis anak-anak. Operasi memiki 4 ciri: 1. Tindakan yang

6

terinterlisasi, 2.bersifat revesibel, 3. Selalu tetap, 4. Operasi selau


berhubungan dengan struktur.
Isi (content)
Pola perilaku anak yang khas, tercemin pada respon yang diberikan



terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
Fungsi (fungtion)
Merupakan struktur kognitifyang dibangun. Seua oranisme hidup yang
berinterksi

denga

lingkungan

mepunyai

fungsi

melalui

proses

organisasi/adaptasi. Adaptasi tejadi dalam 3 cara:
a. Memanipulasi dunia luar menjai sama dengan dirinya.
b. Seseorang memodifikasi dirinya sehingga menjadi
menyukai lingkungannya.
c. Keseinbangan antara asimilasi

dan

lebih

akomodasisehinggah

seseorang dapat menyatukan peamata luar denga struktur
didalamnya(equilibrasi)
Konflik kognitif erjadi saat ineteraksi anara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa
dengan fenimena baru yang dapat diintergrasikan begitu saja, sehinggah diperlukan
perubahan struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan.
Terjadinya proses modifikasi tersebut telah diuraikan dalam skema dibawah ini

Konsep Proses Belajar Piaget
Proses belajar ini terdiri dari 3 tahapan:

7



Asimilasi adalah proses penyatuhan asimilasi baru kestruktur kognitif yang




sudah ada dibenak siswa.
Akomodasi adalah proses penyesuaian strutur kognitf dalam situasi baru.
Ekulibrasi adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi
dan akomodatif.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:


Bahasa dan cara berfikir anak berbeda degan orang dewasa, sehingga guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai degan cara berfikir



anak.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
yang baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan



lingkunan sebaik-baiknya.
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak




asing.
Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangan.
Anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya didalam kelas.

C.

Teory konstruktivistik sosial Vigotsky
Aliran ini lebih bersifat social artinya lebih menekankan kepada hubungan
atau interaksi social dengan orang lain yang memiliki pengetahuan lebih baik.
Teori ini disebut pendekatan Co-Konstruktivisme, artinya perkembangan kognitif
seseorang di samping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga
ditentukan oleh lingkungan social yang aktif pula.
1. Pandangan-pandangan vigostsky tentang belajar
Menurut Budiningsih (2012) terdapat 3 konsep penting dalam teori Vigotsky:
a. Hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of development)
kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melalui dua tataran,
 pertama interpsikologis/ intermental (lingkungan sosial) artinya lingkungan
social merupakan factor primer dalam pembentukan pengetahuan dan


perkembangan kognitif seseorang.
Kedua intrapsikologis/ intramental artinya derivasi atau keturunan yang
tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap
proses-proses social tersebut.

b. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vigotsky membaginya ke dua tingkatan:
 pertama tingkat perkembangan actual yang tampak dari kemampuan
seseorang


dalam

menyelesaikan

tugas-tugas

atau

memecahkan

berbagai masalah secara mandiri (intramental).
Kedua tingkat perkembangan potensial yang tampak dari kemampuan
seseorang dalam menyelesaikan masalah-masalah setelah ia mendapat
bimbingan

dari

orang

dewasa

temannya.

8

atau

saat

berkolaborasi

dengan

Zona

perkembangan

proksimal

merupakan

jarak

antara

tingakat

perkembangan actual dan tingkat perkembangan potensial artinya fungsifungsi atau kemampuan-kemampuan belum matang yang masih berada dalam
proses pematangan, siswa akan dihadapkan pada sejumlah tugas yang
memiliki tingkat kesulitan tertentu dan menantang anak untuk mengkontruksi
pengetahuan.
c. Mediasi
Artinya semua perbuatan dimediasikan dengan alat-alat psikologis seperti
bahasa, tanda dan lambing, atau semiotika.
Mediasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
 mediasi metakognitif adalah penggunaan
melakukan


self-regulation(self-planing,

self-evaluating)
mediasi kognitif

adalah

penggunaan

media

semiotic

untuk

self-monitoring,self-checking,
alat-alat

kognitif

untuk

meemcahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu
(subject-domain problem)
vigotsky menekankan pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan
social merupakan factor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif
seseorang.
2. Prinsip pembelajaran vigotsky
a. Pembelajaran social (social learning)
Artinya pembelajaran melalui interaksi bersama orang dewasa atau teman
yang lebih cakap
b. ZPD (zone of proximal development)
Proses belajar dimana siswa tidak bias mengerjakan masalah sendiri sehingga
mendapat bantuan dari orang dewasa atau temannya, dengan tujuan supaya
anak mampu mengerjakan tugas/soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya
daripada tingkat perkembangan kognitif anak.
c. Masa magang kognitif (cognitive apprenticeship)
Suatu proses dimana anak sedikit demi sedikit mendapat kecakapan
intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, dan
teman yang lebih pandai.
d. Pembelajaran termediasi (mediated learning)
Proses pembelajaran dimana siswa diberi masalah kompleks, sulit, dan
realistic, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan
masalah sehingga anak dapat mengerjakan soal sendiri.
Inti dari teori vigotsky adalah menekankan pada interaksi antara aspek internal
dan eksrernal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan social
pembelajaran. Di juga menyatakan bahwa konsep dasar konstruktivistik
pertama adalah Scaffolding artinya Proses pembelajaran dimana siswa diberi
masalah

kompleks,

sulit,

dan

realistic,

9

dan

kemudian

diberi

bantuan

secukupnya dalam memecahkan masalah sehingga anak dapat mengerjakan
soal sendiri. Kedua

kooperatif artinya proses belajar memungkinkan siswa

dapat berinteraksi dengan yang lain, bertukar pengalaman dan membantu
mengecek pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya.
D.

Pandangan-Pandangan Tokoh Lain
1. Von Glasersfeld
Menurut Von Glasersfeld, pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat
dipindahkan dari pikiran seseorang yang memiliki pengetahuan (guru) ke pikiran
orang yang belum memiliki pengetahuan (siswa), bahkan apabila guru bermaksud
menstranfer konsep, ide, atau Pengertiannya kepada siswa, pemindahan tersebut
harus

diinterpretasikan

dan

dikonstruksikan

oleh

siswa

sendiri

dengan

pengalaman mereka.
Von Claserfeld juga menyebutkan beberapa kemampuan yang diperlukan untuk
proses pembentukan pengetahuan, yaitu:
a. Kemampuan mengingat dan mengemukakan kembali pengalaman.
b. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan
c.

perbedaan.
Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada
yang lain.

Von Glasersfeld membedakan tiga level konstruktivisme dalam kaitan hubungan
pengetahuan dan kenyataan, yaitu:
a. Konstmktivisme Radikal, yaitu konstruktivisme yang mengesampingkan
hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai kriteria kebenaran.
Menurut kaum radikal

pengetahuan adalah suatu pengaturan atau

organisasi dari suatu obyek yang dibentuk oleh seseorang dan kita hanya
tahu apa yang djkonstruksi oleh pikiran kita.
b. Realisme Hipotesis, memandang bahwa pengetahuan sebagai suatu
hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan sedang berkembang menuju
pengetahuan sejati yang dekat dengan realitas.
c. Konstruktivisme Biasa, memandang pengetahuan sebagai suatu gambaran
yang dibentuk dari kenyataan suatu objek.
2. Tasker
Menurut Anggraini (2011) dan Karyawansyah (2011) Tasker Inengemukakan 3
penekanan dalam teori belajar konstmktivisme Sebagai berikut.
a. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
b. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstmksian secara
c.
3.

bermakna.
Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Wheatley

10

Menurut Anggraini (2011) dan Karyawansyah (2011) Wheatley mendukung
pendapat Tasker dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran
dengan teori belajar konstrukltivisme; sebagai berikut.
a. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh
struktur kognitif siswa.
b. Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu Pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak.
4. Hanbury
Menurut Anggraini (2011) dan Karyawansyah (2011) selain penekanan dan
tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme,
Hanbury mengemukakan sejumlah asPek dalam kaitannya dengan pembelajaran,
yaitu:
a. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang
mereka miliki.
b. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
c. Strategi siswa lebih benilai.
d. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling

bertukar

pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
5.

Penerapan Teori Konstruktivistik
Menurut prinsip konstruktivis, seorang guru berperan sebagai mediator dan
fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik Tekanan
ada pada siswa yang belajar, bukan pada guru yang mengajar. Menurut Supamo
(2012) fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas
sebagai berikut.
a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung
jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. Karena itu,
memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.
b. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan
keingmtahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasangagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka.
c. Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif.
d. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses
belajar siswa. Guru harus menyemangati siswa. Guru perlu menyediakan
pengalaman konflik.
e. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan
atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan
siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru
membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa.
Menurut Pannen (2001) agar peran guru berjalan dengan optimal, maka:
a. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang
sudah mereka ketahui dan pikirkan.
b. Guru perlu membicarakan tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas bersama
siswa.

11

c. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan
kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar di
tengah pelajar.
d. Guru perlu meningkatkan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang
dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.
e. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan
menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan
pengandaian yang tidak diterima guru.
John Dewey menguatkan teori konstruktivistik ini dengan mengatakan bahwa
pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai
proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan. Beliau
juga menekankan kepentingan keikutsertaan siswa di dalam setiap aktivitas
pengajaran dan pembelajaran.Menurut Novitasari (2014) pada penerapannya,
pendekatan konstruktivistik memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a. Kelebihan
1) Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa
siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2) Pembelajaran
berdasarkan
konstruktivistik

memberi

pengalaman

yang

berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan
disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan
mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena,
sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang
fenomena yang menantang siswa.
3) Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang
tepat.
4) Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberi kesempatarl kepada siswa
untuk

mencoba

gagasan

baru

agar

siswa

terdorong

untuk

memperoleh

kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal
maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai
strategi belajar.
5) Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan perubahan
gagasan setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa
untuk mengidentifikasi Perubahan gagasan mereka.
6) Pembelajaran konstruktivistik memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari
kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
b. Kekurangan

12

1) Siswa

mengkonstruksi

pengetahuannya

sendiri,

tidak

jarang

bahwa

basil

konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga
menyebabkan miskonsepsi.
2) Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun mengetahuannya sendiri,
hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan
penanganan yang berbeda.
3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki
sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivistik, beberapa saran yang
berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya
dengan bahasa sendiri.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya
sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
d. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa.
e. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
f. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Guru konstruktivistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.
b. Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada
ketrampilan berpikir.
c. Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi,
dan mengkreasi dalam mengerjakan tugas.
d. Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model/ strategi
pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
e. Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akandibelajarkan
f.

sebelum sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.
Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun

dengan siswa yang lain.
g. Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut
mereka untuk berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.
h. Mengelaborasi respons awal siswa.
i. Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan
j.

kontradiksi terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi.
Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan

mengerjakan tugas-tugas.
k. Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran
yang beragam.
Menurut

paradigma

kontruktivistik,

pembelajaran

lebih

mengutamakan

penyelesaian masalah, mengembangkan konsep, konstruksi sosial dan algoritma
ketimbang menghapal prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban

13

benar. Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan
nvestigasi, hipotetis, dan model yang dibangkitkan oleh siswa sendiri.Secara umum,
terdapat 5 prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik, yaitu:
a. Meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa. b.
Menyusun pembelajaran di sekitar konsep~konsep utama.
b. Menghargai pandangan siswa.
c. Materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa.
d. Menilai pembelajaran secara kontekstual.
Terkait

dengan

mengemukakan

secara

penerapan
garis

konstruktivistik

besar

di

langkah-langkah

kelas

Abimanyu

penerapan

(2009

pendekatan

konstruktivistik di dalam kelas adalah sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajat lebih bermakna dengan
cara becara sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri
b.
c.
d.
e.
f.
g.

pengalaman dan keterampilan barunya.
melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
Citpakan "Masyarakat Belajar" (belajar dalam kelompok-kelompok).
Hadirkan "Model” sebagai contoh pembelajaran.
Lakukan refleksi diakhir pertemuan.
Lakukan penilaian yang sebenamya dengan berbagai cara.

Dewasa ini, muncul kecenderungan penerapan teori konstruktivistik dalam
pendidikan/pembelajaran secara luas, terutama yang dikenal dengan nama studentcentered learning (Wahyu et al., 2007). Tujuannya adalah untuk mengembangkan
kemampuan berfikir siswa berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Mengapa teori ini
sedang trend diterapkan dalam proses pembelajaran, karena selama ini proses
pembelajaran cenderung bersifat pasif sehingga kemampuan berfikir kritis cenderung
diabaikan. Menurut Moehadjir (2004) konstruktivistik adalah tradisi berpikir para genius
seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Einstein dan banyak tokoh lainnya.
Kuhn lebih lanjut mengatakan, konstruktivistik merupakan paradigma alternatif
yang muncul sebagai dampak revolusi ilmiah yang terjadi dalam beberapa dasawarsa
terakhjr. Seiring dengan hal tersebut, kemudian konstruktivistik menjadi kata kunci dalam
hampir setiap pembicaraan di berbagai kalangan (Sukirnan, 2008).

14

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep inti konstruktivistik adalah proses penstrukturan atau pengorganisasian.
Secara istilah, konstruktivistik merupakan suatu aliran filsafat ilmu, psikologi dan teori
belajar mengajar yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi
(bentukan) kita sendiri (Sukiman, 2008). Konstruktivistik sebenarnya bertitik tolak dari
pandangan kognitivistik, dimana pengetahuan dibina secara aktif oleh individu yang
berfikir. Teori belajar konstruktivistik merupakan teori belajar yang menekankan pada
pengalaman belajar, tidak semata pengalaman kognitif. Sehingga mengakibatkan siswa
kreatif dan aktif.

15

DAFTAR PUSTAKA
Husamah, Dkk. (2018). Belajar dan Pembelajaran. Malang. UMM Press

16