Performansi Teknis dan Evalusi Ekonomi P

PERFORMANSI TEKNIS DAN EVALUASI EKONOMI PENGERING LISTRIK
BIAYA RENDAH UNTUK PETANI/KELOMPOK TANI JAMBU METE
Cahyawan Catur Edi Margana, Sukmawaty, Ahmad Alamsyah dan Satrijo Saloko
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram

ABSTRAK
Dalam meningkatkan daya saing produk mete, yang merupakan salah satu hasil produksi tanaman lahan
kering, baik mete gelondong maupun mete kernel di tingkat lokal, regional maupun internasional perlu
diupayakan secara nyata dengan melakukan inovasi teknologi baik teknologi pengolahan maupun teknologi
mesin dan peralatan. Petani mete tergantung pada perusahaan besar yang ada baik didalam maupun diluar NTB
yang membeli gelondongan, menyortir, mengolah dan menjual ke pasar. Dengan besarnya ketergantungan petani
tersebut para petani belum dapat memperoleh nilai tambah yang cukup dari pengolahan mete gelondong ini.
Sering kali para petani pada posisi tawar (bargaining position) yang rendah. Untuk meningkatkan nilai tambah
bagi petani mete maka mengusahakan mengolah dan memasarkan dalam bentuk kernel. Produk mete kernel
dengan kualitas yang baik memerlukan teknik pengolahan yang baik pula. Salah satu penentu mutu produk mete
kernel adalah penggunaan alat pengering terkontrol. Oven listrik terkontrol buatan import relatif sangat mahal
sehingga untuk menjawab permasalah tersebut diperlukan pengkonstruksian alat pengering terkontrol dengan
biaya rendah (biaya investasi dan biaya operasi) serta dengan performansi teknis sama atau mendekati
performansi teknis dari alat pengering impor. Salah satu teknologi pengolahan yang ditawarkan untuk dapat
menjawab tantangan tersebut adalah penerapan alat pengering listrik biaya rendah yang dapat terjangkau di
tingkat petani/ kelompok tani dan secara ekonomi layak. Uji performansi teknis alat pengering listrik biaya

rendah (hasil rancangan Laboratorium Mekanisasi Pertanian, FP, UNRAM) dibandingkan dengan oven listrik
impor (“Memmert” Germany) dengan metode eksperimental dengan uji lanjut t-test diperoleh bahwa parameterparameter teknik Moisture Ratio (MR, desimal), Kadar Air Akhir Pengeringan (Mf, %db), Jumlah air yang
diuapkan/kadar air akhir pengeringan (dM/Mf, non dimensi), Kelembaban Relatif (RH, %), Panas Berguna (Q b,
kJ) serta uji organoleptik terhadap parameter-parameter warna, rasa, aroma dan tekstur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada tingkat signifikansi 5 % untuk masing-masing parameter tersebut
kecuali pada parameter Kelembaban Relatif (RH, %) untuk alat pengering yang dikonstruksi mempunyai nilai
rata-rata lebih rendah. Sebagai pendukung kelayakan ekonomi penerapan teknologi ini juga diberikan
perbandingan besarnya B/C rasio, IRR dan pay back period.
Kata Kunci : Peningkatan pendapatan, oven listrik biaya rendah, evaluasi teknis, produk dan ekonomi.

PENDAHULUAN
Tanaman jambu mete merupakan tanaman yang tidak hanya dapat ditanam pada lahan basah
namun juga pada lahan kering. Tanaman jambu mete merupakan tanaman kebun ataupun pada lahan
dengan jumlah air tanah yang terbatas. Hasil tanaman jambu mete dapat dipasarkan dalam bentuk
gelondong maupun dalam bentuk mete kernel.
Jambu mete merupakan salah satu tanaman hasil budidaya yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi baik ditingkat pasar di daerah, nasional maupun internasional. Mete merupakan tanaman
budidaya yang bersifat musiman. Hasil tanaman jambu mete dapat dipasarkan dalam bentuk
gelondong maupun dalam bentuk mete kernel.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (2001), produksi mete di Nusa

Tenggara Barat tahun 1997-2000 mencapai 19.165,27 ton. Jambu mete ini merupakan salah satu
produk unggulan hasil pertanian Nusa Tenggara Barat. Untuk meningkatkan daya saing produk mete
Nusa Tenggara Barat, baik mete gelondong maupun mete kernel ditingkat daerah, regional maupun
internasional perlu diupayakan secara nyata dengan melakukan inovasi teknologi baik teknologi
pengolahan maupun teknologi mesin dan peralatan.
Agribisnis mete di Nusa Tenggara Barat sampai saat ini masih terjadi kendala dalam
pemasaran dan pengolahannya. Untuk pemasaran, petani dan pengusaha mete di Nusa Tenggara Barat
tergantung pada 3 atau 4 perusahaan besar yang membeli gelondongan, menyortir, mengolah dan
menjual ke pasar. Dengan besarnya ketergantungan petani pada beberapa perusahaan yang membeli
dalam bentuk gelondongan, maka sering kali petani tidak mempunyai posisi tawar (bargaining
position) harga gelondongan, dengan demikian petani/pengusaha sering kali tidak memperoleh

keuntungan yang cukup/nilai tambah dari pengolahan mete gelondong ini. Untuk meningkatkan nilai
tambah bagi petani/pengusaha mete maka mengusahakan mengolah dan memasarkan dalam bentuk
mete kernel. Harga jual mete gelondong saat ini sebesar Rp. 5500/kg sedang mete kernel sebesar Rp.
45.000,-/kg dengan rendemen 100 kg Gelondong mengahasilkanan 20 kg mete kernel. Sehingga
dengan mengusahakan mengolah menjadi mete kernel memperoleh peningkatan pendapatan diatas
100 %. Untuk sementara produksi mete gelondong dilihat dari aspek penanganan maupun pemasaran
tidak mendapatkan hambatan meskipun keuntungan pemasaran dalam bentuk gelondong (seperti yang
dijelaskan sebelumnya) dirasa masih kecil jika dibandingkan dalam bentuk mete kernel. Karena itu

salah satu usaha untuk meningkatkan nilai tambah mete adalah dengan meningkatkan produksi dalam
bentuk mete kernel.
Salah satu kunci dalam prosesing mete kernel adalah tahapan pengeringan. Pengeringan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu pengeringan secara alami (natural drying) dan pengeringan buatan
(artificial drying). Pengeringan secara alami dapat dilakukan dengan cara menjemur dibawah sinar
matahari (sun drying) sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan dengan menggunakan alat
pengering.
Proses pengeringan terjadi karena adanya panas yang dibawa oleh media pengering, yaitu
udara sehingga uap air akan dilepaskan dari permukaan bahan ke udara pengering (Brooker and
Arkema, 1974). Proses pengeringan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu : 1). Suhu udara, 2) Kelembaban
Relatif (Relative Humidity). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengeringan adalah :
1) Kadar air bahan (moisture content), 2). Kadar air keseimbangan (EMC = Equilibrium Misture
Content) dan 3) Karaketristik pengeringan.
Persamaan-persamaan dasar yang digunakan dalam pengeringan mekanis adalah sebagai
berikut :
Kadar Air Bahan (Moisture Content)
Kadar air suatu bahan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut
(Barre et al, 1988) :

KA 


Wa
x100%..........................................................................(1)
Wk

dimana :
KA = Kadar air bahan berat kering (%)
Wa = Berat air bahan (%)
Wk = Berat kering bahan (kg).
Karakteristik Pengeringan (Drying Characteristic)
Didekati dengan persamaan empirik ( Brooker and Arkema, 1974) :
Laju Pengeringan Tetap (Kc)

 Mo 

Mt  

A
( K c )t...................................................... (2)
Ms


dimana : Mo = Kadar air awal (%, dry basis).
Mt = Kadar air akhir (%, dry basis).
A = Luas permukaan bahan yang dikeringkan (m2)
Ms = Berat kering produk (kg)
t

= Waktu pengeringan (jam)

Kc = Laju pengeringan tetap (1/jam).

Laju Pengeringan Menurun (Kd)

dM
  Kd .( M  Me).............................................................(3)
dt
dimana : dM/dt = Laju pengeringan menurun (1/jam)
M
Me


= Kadar air bahan (%, dry basis).
= Kadar air keseimbangan bahan dengan udara pengering (%, dry basis).

Kd = Konstanta laju pengeringan menurun (1/jam)
Kadar Air Keseimbangan (EMC)
Kadar air keseimbangan (EMC) ditentukan dari rata-rata hasil penimbangan berat konstan biji
mete pada saat t pengeringan (% dry basis).
Pengeringan dengan menggunakan alat pengering mekanis (pengering buatan) dengan
menggunakan input panas buatan yang memberikan beberapa keuntungan diantaranya tidak
tergantung cuaca, kapasitas pengering dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan, tidak memerlukan
tempat yang luas, kondisi pengeringan yang dapat dikontrol, lebih higienis, mutu lebih seragam dan
kadar air dapat mencapai sesuai dengan standar mutu yang diinginkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik pengeringan mete kernel dan
perbandingan alat pengering tipe rak terhadap produk mete kernel dari sisi evaluasi teknis, evaluasi
produk serta evaluasi ekonomi.

METODE PENELITIAN
Metode Penelitian dan Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap kegiatan yaitu :
a.

b.

Tahap penentuan karakteristik pengeringan lapis tipis mete kernel.
Tahap uji perbandingan performansi teknis 2 (dua) oven listrik hasil rancang bangun (biaya
rendah) dengan oven listrik fabrikasi impor.
c.
Tahap evaluasi ekonomi.
Tahap penentuan karakteristik pengeringan mete kernel dilakukan dengan rancangan
percobaan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dimana rak oven sebagai blok, dengan percobaan
faktor tunggal yaitu suhu pengeringan (T), yang terdiri dari empat aras. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan oven udaraara panas yang terkontrol dengan batasan waktu yang dibutuhkan
bahan untuk mencapai kadar air keseimbangan (EMC).
Adapun perlakuan suhu dengan 4 (empat) aras : T1 = pengeringan dengan suhu 40 oC, T2 =
pengeringan dengan suhu 50oC, T3 = pengeringan dengan suhu 60oC dan T4 = pengeringan dengan
suhu 70oC. Adapun rak oven sebagai blok terdiri atas, rak tengah dan rak bawah. Masing-masing
perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 12 unit percobaan.
Tahap uji perbandingan teknis 2 (dua) pengering )oven) listrik dilakukan dengan metode
eksperimental dengan percobaan laboratorium. percobaan ini terdiri dari dua perlakuan yaitu
pengeringan dengan mesin I ( oven listrik fabrikasi impor) dengan mesin II (oven listrik hasil rancang
bangun/biaya rendah).

1. Pengeringan dengan mesin I (hasil rancangan fabrikasi import) merk “Memmert” buatan
Germany (P).
2. Pengeringan dengan mesin II ( hasil rancang bangun Laboratorium Mekanisasi Pertanian)(M).
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 9 kali sehingga diperoleh 18 unit percobaan.
data hasil pengamatan di uji lanjut dengan t test pada taraf nyata 5 % apabila propabilitasnya < 0.05
berarti berbeda nyata pada taraf 5 % atau ada beda nyata antara kedua jenis mesin pengering tersebut.

Sebaliknya apabila probabilitas > 0.05, berarti tidak ada berbeda nyata antara kedua jenis mesin
pengering tersebut terhadap parameter-parameter yang diamati.
Produk mete kernel diujikan pada suhu 40 oC selama 20 jam kemudian dilanjutkan lagi pada
suhu 60 C selama 10 jam. Pada suhu dan waktu tersebut mete kernel sudah mencapai hasil yang
diinginkan. Adapun prosedur tersebut mengikuti prosedur yang dipergunakan pada industri
pengolahan mete kernel (PMA, 2002).
o

Evaluasi Ekonomi
Tahap evaluasi ekonomi dilakukan pada dua pengering listrik hasil fabrikasi import dengan
hasil rancang bangun Laboratorium Mekanisasi Pertanian dengan melihat parameter-parameter
ekonomi NPV, B/C rasio, IRR dan pay back period


HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pengeringan Lapis Tipis
Pengeringan merupakan proses dasar dari usaha pengawetan hasil pertanian. Rancangan
pengering harus memiliki fungsi sebagai media pengering, yakni dapat mengalirkan udara panas ke
sekeliling produk pada suhu yang diinginkan serta kelembaban nisbi udara yang rendah.
Pengeringan lapis tipis di Laboratorium dilakukan dengan menggunakan oven udara panas
terkontrol pada suhu 40, 50, 60 dan 70 oC. Data pengeringan lapis tipis ini dipergunakan sebagai data
pendukung dalam analisis performansi teknis, karena data-data tersebut dipergunakan dalam
perhitungan parameter-parameter uji yang diamati.
Dari hasil penelitian di Laboratorium pada tahap pengeringan lapis tipis dengan
menggunakan oven udara panas terkontrol pada suhu 40, 50, 60 dan 70oC dihasilkan bahwa parameter
Rasio Kadar Air (MR), kelembaban relatif (RH) dan kadar air keseimbangan (EMC), serta parameter
pendukung lainnya seperti laju pengeringan (k) dan indeks pengeringan (y) dipengaruhi oleh suhu.
Untuk menggambarkan proses yang terjadi digunakan persamaan :

MR exp(  k d .t ) .............................................................. (4)
Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa persamaan karakteristik pengeringan lapis
tipis mete kernel diatas diperoleh :

MR exp(  (  2.6559  0.084 * T )) .................................... (5)

Persamaan diatas menunjukkan bahwa rasio kadar air bahan berbanding terbalik dengan
suhu ruang pengering, sehingga dengan tingginya suhu ruang pengering, maka rasio kadar air bahan
semakin rendah, karena banyaknya air yang teruapkan pada suhu tinggi .
Untuk keperluan kalkulasi pada uji performansi mesin dan peralatan pengeringan perlu input
data besarnya Kadar Air Keseimbangan (EMC) hubungannya dengan suhu ruang pengering. Hasil
penelitian pada tahap penentuan karakteristik lapis tipis diperoleh persamaan sebagai berikut :

ME   0.1554 * T  19.753 .............. ................. (6)
R2 = 0.9087
Kadar air keseimbangan semakin menurun dengan semakin meningkatnya suhu ruang
pengering. Hal ini dikarenakan pada suhu tinggi akan menyebabkan kelembaban relatif ruang
pengering rendah. Sehingga pada akhir proses pengeringan pada perlakuan suhu tertentu, suhu tinggi
maka kelembaban relatif rendah maka kadar air keseimbangan mete kernel menjadi rendah pula
Desain Pengering Listrik untuk Mete Kernel.
Desain pengering listrik mete kernel adalah tipe rak. Adapun spesifikasi fabrikasi import dan
alat yang dikonstruksi sebagai berikut :

Tabel 2. Spesifikasi Teknis Pengering Listrik Tipe Rak “Memmert”
Germany
Kondisi Teknis

Kapasitas
Cara penempatan produk
Jumlah rak
Suhu setting
RH pengeringan
Daya listrik
Sistem Kendali Suhu

Spesifikasi
40 Kg
diletakkan pada rak menggunakan wadah atau alas
3 buah
0 – 300 oC
46 – 85 %
2000 Watt
Thermokontrol dengan solid state temperature kontrol.

Tabel 3. Spesifikasi Teknis Pengering Listrik Tipe Rak Rancangan
Laboratorium Mekanisasi Pertanian
Kondisi Teknis
Kapasitas
Cara penempatan produk
Jumlah rak
Suhu setting
RH pengeringan
Daya listrik
Sistem Kendali Suhu

Spesifikasi
40 Kg
diletakkan pada rak menggunakan wadah atau alas
5 wadah
0 – 200 oC
46 – 80 %
900 Watt
Thermokontrol dengan relay

Perbandingan Dua Pengering Tipe Rak
Perbandingan dua pengering tipe rak yang dilakukan penelitian ini adalah pengering listrik
pengering tipe rak rancangan fabrikasi tanda dagang “Memmert” Germany (P) dan oven listrik
rancangan Laboratorium Mekanisasi Pertanian (M).

Tabel 4.
Signifikansi masing-masing parameter yang di uji
terhadap 2 (dua) pengering listrik
Parameter
Moisture Ratio, MR (desimal) : - Kd40
- Kd60
Kadar air akhir pengeringan, Mf (%) : - Mf40
- Mf 60
Kadar air yang diuapkan/kadar air pengeringan, dM/Mf (desimal)
dM/Mf 40
dM/Mf60
Kelembaban relatif ruang pengering, RH (%) : - RH 40
- RH 60
Panas Berguna, Qbt (kJ)
RH40
RH60
Organoleptik

Signifikansi
NS
NS
NS
NS
NS
NS
NS
S
NS
NS
NS

Grafik hasil analisa dengan menggunakan model logaritmik didapatkan kurva seperti
diberikan pada Gambar 1 s/d 6. Dari tampilan grafik Gambar 1 s/d 6 dapat dijelaskan bahwa terjadi
proses pengeringan dengan laju pengeringan menurun, sama halnya dengan proses pengeringan pada
karakteristik pengeringan mete kernel pada tahapan penelitian I.

1.000
Ln MR

0.000
-1.000 0
-2.000
-3.000

5

10

15

20

25

Ln MR = -0,1838*t
R2 = 0,917

-4.000
t (jam)
Gambar 1. Hubungan antara Ln MR dengan t (jam) pertama pada Mesin I (rancangan fabrikasi
import)
0.0
Ln MR

-1.0 0

5

10

15

20

25

-2.0
-3.0
-4.0

Ln MR = -0,1816*t
R2 = 0,9099

-5.0
t (jam)
Gambar 2. Hubungan antara Ln MR dengan t (jam) kedua pada Mesin I (rancangan fabrikasi import)

0.0

Ln MR

-1.0 0

5

10

15

20

25

-2.0
-3.0
-4.0

Ln MR = -0,1735*t
R2 = 0,9267

-5.0
t (jam)
Gambar 3. Hubungan antara Ln MR dengan t (jam) ketiga pada Mesin I (rancangan fabrikasi
import)
Dengan memperhitungkan waktu pengeringan (jam) dan menggunakan persamaan ln MR =
-kd.t sebagai persamaan dasar, maka dapat ditentukan konstanta laju laju pengeringan, K d pada kedua
jenis oven listrik tersebut, yaitu dengan perbandingan sebagai berikut:
Tabel 5. Perbandingan antara konstanta laju pengeringan, K d

pada 2 (dua) jenis pengeringan tipe

rak.
T(°C)
40

Konstanta laju pengeringan, Kd (lt/jam)
Mesin I (fabrikasi import)
Mesin II (LM)
1. 0.1838
2. 0.1816
3. 0.1735

1. 0.1805
2. 0.1745
3. 0.1367

60

1. 0.4673
2. 0.6382
3. 0.5362

1. 0.5862
2. 0.5821
3. 0.4387

Dari perbandingan konstanta laju pengeringan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang nyata terhadap konsyanta laju pengeringan (K d) pada kedua jenis oven listrik
tersebut baik pada suhu 40 °C maupun pada suhu 60 °C. Ini didasarkan pada uji perbandingan dengan
menggunakan t test pada taraf nyata 5 % dimana pada suhu 40°C t hitung sama dengan 1.101
sedangkan pada suhu 60°C sama dengan 1.321 dengan tabel yang sama dengan 2.776. Dengan kata
lain, laju pengeringan pada kedua oven listrik tersebut adalah sama. Jindal (1998) menyatakan bahwa
besarnya konstanta laju pengeringan dipengaruhi oleh suhu dan lamanya waktu yang diperlukan untuk
mengeringkan bahan.

Kadar Air Akhir Pengeringan
Laju pengeringan akan menurun siring dengan penurunan kadar air selama pengeringan.
Kadar air akhir pengeringan, Mf (%) diartikan sebagai proses dimana pengeringan itu tidak
dilanjutkan kembali. Dari data 2 (dua) mesin pengering didapatkan kadar air akhir selama proses
pengeringan sebagai berikut:

Tabel 6.

Perbandingan antara kadar air akhir pengeringan, Mf (%) pada 2 (dua)
jenis pengering listrik tipe rak

T(°C)
40

60

Kadar air akhir pengeringan, Mf (%)
Mesin I (fabrikasi import)
Mesin II (LM)
1. 14. 374
2. 14. 235
3. 15. 790
1. 12. 283
2. 12. 463
3. 12. 326

1. 15. 495
2. 15. 903
3. 14. 473
1. 12. 306
2. 12. 127
3. 12. 033

Dari nilai perbandingan di atas dapat dijelaskan bahwa kadar air akhir pengovenan rancangan
fabrikasi import maupun oven listrik rancangan Laboratorium Mekanisasi Pertanian tidak berbeda
nyata. Ini berdasarkan hasil uji lanjut dengan t-test pada taraf nyata 5 %. Nilai t-test untuk oven listrik
tersebut yaitu pada suhu 40°C t hitung sama dengan 0.750 sedangkan pada suhu 60°C t-hitung sama
dengan 0.563 dengan nilai t tabel sama dengan 2.776. Pada penelitian uji perbandingan ini, kadar air
akhir pengeringan tidak memncapai kadar air keseimbangan (EMC). Hal ini dimaksudkan karena jika
penurunan kadar air produk sampai Kadar Air Keseimbangan (EMC) maka kadar air final terlalu
rendah sehingga secara ekonomis tidak menguntungkan. Standar Mutu Kacang Mete Indonesia 15 %
(SNI, 1992).
Kelembaban Relatif, RH (%)
Kelembaban relative umumnya dipengaruhi oleh suhu ruang pengering. Semakin tinggi suhu,
maka kelembaban relatif akan semakin rendah. Dari analisis data diperoleh bahwa kelembaban relatif
pada suhu 40°C tidak berbeda nyata pada taraf 5% antara mesin I dan mesin II yakni berturut-turut
66% dan 65.84%, sedang pada suhu 60°C berbeda nyata pada taraf yang sama yaitu pada dengan
kelembaban relatif pada mesin I sebesar 38% dan mesin II 33%. Hal ini diduga bahwa sistem
ventilasi pada oven listrik rancangan Laboratorium Mekanisasi Pertanian mempunyai lubang
pengeluaran uap air sisa yang lebar dengan dibantu blower dengan diameter yang lebih besar maka
pembuangan uap air sisa udara pengeringan menjadi sangat sempurna. Peningkatan suhu
mengakibatkan penurunan kelembaban relative (Sagara, 1990)
Panas Berguna (kJ)
Panas berguna adalah panas yang dipergunakan untuk (1) menaikkan suhu bahan, (2) proses
evaporasi, (3) menaikkan suhu ruang pengering. Peningkatan suhu bahan diperlukan untuk
meningkatkan tekanan uap jenuh bahan. Dengan adanya perbedaan tekanan uap air jenuh bahan.
Dengan adanya perbedaan tekanan antara bahan dengan udara lingkungan maka akan terjadi difusi air
dari dalam bahan kepermukaan bahan melalui pori-pori. Sedangkan panas untuk evaporasi
diaplikasikan pada mete kernel agar air permukaan bahan dapat menguap sehingga terjadi pemindahan
massa berupa uap air. Menurut Heldman (1979) panas untuk evaporasi ini diberikan oleh udara
pengering dengan tipe pindah panas secara konduksi maupun radiasi pada laju pengeringan menurun.
Energi panas yang diperoleh digunakan untuk menguapkan sisa air bahan dan digunakan untuk
menguapkan air dari dalam rongga sel, menariknya melalui pipa kapiler ke permukaan bahan serta
melepaskan air dari ikatannya, baik yang terikat pada dinding sel mapun senyawa kimia.
Kedua macam kebutuhan panas tersebut juga berkaitan dengan kebutuhan panas untuk
menaikkan suhu udara. Suhu udara yang tinggi diperlukan agar ruang pengering memiliki kelembaban
rendah sehingga udara akan lebih cepat menyerap air yang teruapkan pada permukaan bahan.

Berikut diberikan nilai perbandingan panas berguna, Q bt (kJ) antara oven listrik
rancangan fabrikasi import dengan oven listrik rancangan laboarorium Mekanisasi Pertanian yang
diperoleh dari data hasil pengeringan.
Tabel 7.

Perbandingan panas berguna, Q bt

(kJ) 2 (dua) jenis pengering listrik tipe

rak.
Panas Berguna, Qbt (kJ)
Mesin I (fabrikasi import)
Mesin II (LM)

Suhu Ruang Pengering (oC)

1. 5419.243
2. 5013.871
3. 4878.040
1. 3482.969
2. 35690.05
3. 3986.78

40

60

1. 5239.190
2. 4924.859
3. 3274.988
1. 3674.783
2. 4873.08
3. 3956.604

Dari tampilan tabel perbandingan panas berguna dua mesin pengering tersebut menunjykkan
bahwa panas berguna antara mesin rancangan fabrikasi import dengan rancangan Laboratorium
Mekanisasi Pertanian tidak berbeda nyata berdasarkan pada uji perbadingan dengan t-test pada taraf
nyata 5 %. Nilai perbadingan kedua mesin tersebut adalah pada suhu 40 oC t hitung sama dengan
0.953. Sedangkan pada suhu 60oC sama dengan 0.945 dengan nilai t tabel sama dengan 2.776.
Ketika panas yang dihasilkan oleh mesin pengering kecil jumlahnya, maka kehilangan panas
juga akan kecil. Sebaliknya jika panas yang dihasilkan besar, maka kehilangan panas juga akan besar.
Dengan mekanisme seperti ini, maka terdapat keseimbangan energi panas dalam sistem operasi
pengeringan yang menyatakan bahwa panas masuk akan sama dengan panas keluar. Analisis regresi
yang menyatakan tidak terdapat perbedaan nyata antara panas berguna mesin I dengan panas berguna
mesin II.
Evaluasi Produk
Dari hasil analisa didapatkan bahwa pengujian terhadap dua oven listrik tersebut tidak
memberikan perbedaan yang nyata terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur.

4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0

4.3

4.5

4

4

4.5
4.0
Tingkat kesukaan

Tingkat kesukaan

Berikut grafiuk perbandingan antara Mesin I (rancangan fabrikasi import) dengan Mesin II
(rancangan Laboratorium Mekanisasi Pertanian) terhadap berbagai parameter tersebut diatas.

3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5

1

2
Mesin

Gambar 8. Tingkat kesukaan panelis terhadap
warna mete kernel pada perbandingan dua pengering listrik

0.0
1

2
Mesin

Gambar 9. Tingkat kesukaan panelis terhadap
tekstur mete kernel pada perbandingan dua pengering listrik

4
4.5

3.5

4.0

3.0

3.5
Tingkat kesukaan

Tingkat kesukaan

4
4.0

2.5
2.0
1.5
1.0
0.5

4.2

4

3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5

0.0

0.0
1

2

1

Mesin

2
Mesin

Gambar 10. Tingkat kesukaan panelis terhadap Gambar 11. Tingkat kesukaan panelis terhadap
rasa mete kernel pada perbanaroma mete kernel pada perbandingan dua pengering listrik
dingan dua pengering listrik
Dari hasil uji organoleptik diperoleh penilaian bahwa tidak ada perbedaan yang nyata terhadap
parameter warna, rasa, aroma dan tekstur mete kernel yang dikeringkan dengan menggunakan oven
listrik fabrikasi import, terlihat grafik bahwa nilai perbandingannya lebih tinggi dibandingkan dengan
oven listrik Laboratorium, tetapi dapat dikatakan bahwa perbandingan tersebut tidak berbeda nyata
berdasarkan tabel nilai F hitung dan nilai perbandingan dari hasil uji lanjut t-test pada taraf nyata 5 %.
Evaluasi Ekonomi
Perhitungan dengan menggunakan analisis cashflow diperoleh hasil secara ringkas bahwa
sebenarnya penerapan kedua jenis mesin tersebut secara ekonomi layak yakni dengan kapasitas
pengeringan mete 40 kg diperoleh parameter-parameter ekonomi untuk pengering listrik fabrikasi
import yakni NPV = Rp. 20.418.400/tahun, B/C rasio = 1.324, IRR = 32.46 dan pay back period = 2
tahun sedang untuk pengering listrik rancangan Mekanisasi Pertanian NPV = Rp. 22.209.200/tahun,
B/C rasio = 1.360, IRR = 36.043 dan payback period = 1 tahun. Dari uraian diatas berarti bahwa
keduanya secara ekonomi layak, namun bila melihat kemampuan finansial petani/ kelompoktani
jambu mete maka penggunaan pengering listrik Laboratorium Mekanisasi Pertanian lebih murah
dan terjangkau dengan harga Rp. 3.000.000,- dibanding pengering listrik fabrikasi import dengan
harga berkisar Rp. 30.000.000,- serta kebutuhan daya listrik pengering listrik fabrikasi import 2000
Watt, sedang untuk pengering listrik rancangan Laboratorium Mekanisasi Pertanian sebesar 900 Watt
sehingga dapat dioperasikan untuk skala rumah tangga.

KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
o

Proses pengeringan lapis tipis mete kernel, dengan membandingkan dua pengering,
adalah proses pengeringan dengan laju menurun.

o

Pada uji perbandingan pengering listrik tipe rak tidak terdapat perbedaan yang nyata
(non signifikan) antara semua parameter kecuali parameter RH pada saat suhu pengering 60oC.

o

Evaluasi ekonomi menunjukkan bahwa kedua pengering listrik secara ekonomi
layak, namun bila dilihat kemampuan finansial petani/ kelompok petani jambu mete maka
penggunaan pengering listrik Laboratorium Mekanisasi Pertanian sangat lebih murah dan
terjangkau. Selain itu bila dilihat dari kebutuhan daya listrik pengering, rancangan Laboratorium
Mekanisasi Pertanian dapat dioperasikan untuk skala rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA
AOAC, 1996. Methods of Analysis, 16th Edition. Association of Official Agriculture Technical,
Contaminant, Drug. Washington DC.
BPS, 2001. Nusa Tenggara Barat dalam Angka. Biro Pusat Statistik, Jakarta.
Argo, B.D. 1984. Thermodinamika, PS Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Barre, H.J.L.L., Sammet and G.L., 1988. Environmental and Functional Engineering of Agricultural
Buildings, Van Nonstran Reinhold Company Inc, New York, USA.
Haard, F.N., and Salunkhe, K.D., 1975. Symposium Postharvest Biology and Handling of Fruits and
vegetables, AVI Publishing Company, Inc, Westport, Connecticute.
Heldman, 1979. Food Process Engineering, AVI Publishing Co. Inc. West Port, USA.
Noomhorm, A., 1998. Postharvest Technology of Cereals, Asian Institute of Technology, Bangkok,
Thailand.
PMA, 2002. Unit Pengolahan Mete. PT Profil Mitra Abadi, Jakarta
Sagara, Y. 1990. Pengeringan bahan Olahan dan Hasil Pertanian. dalam Academic of Graduate
Program. The Faculty of Agricultural Engineering and Technology, Bogor Agriculture
University. Keteknikan Pertanian Tingkat Lanjut. UPT Produksi Media Informasi, Lembaga
Sumberdaya Informasi. IPB, Bogor.
SNI, 1992. SNI No. 01-2906-1992, Standar Nasional Indonesia, Jakarta.

Lampiran 1. Pengering Listrik Biaya Rendah rancangn Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Mataram.