Metode dan Instrumen penelitian. docx
Metode dan Instrumen
Sebelum memulai pembahasan tentang menentukan dan menyusun instrumen,
terlebih dahulu kita harus membahas tentang perbedaan metode pengumpulan data
dan instrumen penelitian. Agar tidak salah dalam pembahasan selanjutnya. Karena,
banyak orang yang belum paham benar akan penelitian mengacaukan dua pengertian
ini.
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujaun utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar yang ditetapkan. Metode pengumpulan data merupakan strategi
atau cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitiannya.
Variasi metode tersebut ialah: angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes,
dokumentasi.
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.Ada pula yang
mengatakan bahwa instrumen penelitian merupakan pedoman tertulis tentang
wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk
mendapatkan informasi dari responden. Ada pula yang mengatakan bahwa instrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode ialah cara yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan datanya. Sementara instrumen, merupakan alat yang
digunakan oleh peneliti untuk penelitiannya sebagai aplikasi dari metode yang telah
dirancang oleh peneliti tersebut.
B. Jenis-jenis Metode atau Instrumen Pengumpulan Data
Secara umum metode atau instrumen pengumpulan data itu dibagi menjadi 2
jenis. Yaitu yang bersifat mengukur (tes) dan yang bersifat menghimpun (nontes).
Adapun penjelasan lebih lanjut akan dibahas pada pembahasan dibawah ini.
1.
Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.Pada umumnya tes memang bersifat mengukur,
tetapi ada juga teks yang bersifat deskriptif, tetapi deskriptifnya mengarah kepada
karakteristik atau kualifikasi tertentu sehingga mirip dengan interpretasi dari hasil
pengukuran.
Ditinjau dari segi sasaran atau objek yang diukur maka dibedakan adanya
beberapa macam tes, yaitu:
a. Tes kepribadian (personality test). Merupakan tes yang digunakan untuk
mengukur kepribadian. Yang diukur bisa berupa self concept, kreativitas,
disiplin, kemampuan khusus dan lain sebagainya.
b. Tes bakat (aptitude test). Tes yang khusus untuk mengukur atau
mengetahui bakat seseorang.
c. Tes intelegensi (intelligence test). Tes yang digunakan untuk mengadakan
estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara
memberikan berbagai tugas kepada seseorang yang akan diukur
intelegensinya.
d. Tes sikap (attitude test). Tes yang digunakan untuk mengukur berbagai
sikap seseorang.
e. Tes minat (interest test). Tes yang digunakan untuk mengukur minat
seseorang terhadap sesuatu.
f. Tes prestasi (achievement test). Tes yang digunakan untuk mengukur
kompetensi seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes prestasi diberikan
sesudah orang yang dimaksud mempelajari sesuatu hal sesuai dengan apa
yang akan diteskan.
g. Tes proyeksi (projective technique). Istilah ini dipopulerkan oleh L.K.
Frank tahun 1949 di dalam bukunya: Projective Methods for The Study of
Personality. Sebagai contoh adalah metode tetesan tinta yang diciptakan oleh
Rorschach dan dikenal sebagai Rorscahach Inkblot Technique.
2.
Skala Bertingkat/ Rating Scale
Rating atau skala adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala.Namun
menurut Nana Syaodikh bahwa ia merupakan tehnik pengumpulan data yang
bersifat mengukur selain tes. Namun terdapat perbedaan dengan tes. Dalam
tes ada jawaban salah dan benar. Sedang skala tidak ada jawaban salah-benar
tetapi jawaban atau respon responden terletak dalam satu rentang atau skala.
Walaupun bertingkat, metode ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup
memberikan informasi tertentu program atau orang. Instrument ini dapat dengan
mudah memberikan gambaran penmpilan terutama penampilan di dalam orang
menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat.
Didalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan
variabel skala. Apa yang dinyatakan harus apa yang diamati oleh responden.
Misalnya seorang guru ditanyakan tentang jam kehadiran atau kepulangan kepala
sekolah, ia tidak dapat menjawabnya apabila ia sendiri selalu dating siang dan pulang
lebih awal.
3.
Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang disodorkan
kepada responden. Kuesioner dipakai untuk menyebutkan metode maupun
instrumen.Oleh karena itu, metode angket atau kuesioner menggunakan instrument
yang disebut angket atau kuesioner.
Macam-macam angket;
a.
Dipandang dari cara menjawab:
1- Angket terbuka, memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab
dengan kalimatnya sendiri
2- Angket tertutup, angket yang jumlah item dan alternative jawabannya
maupun responnya sudah ditentukan . dan responden tinggal memilihnya
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
b.
Dipandang dari jawaban yang diberikan:
1- Angket langsung, angket yang memberikan penilaian/respon langsung
pada diri responden.
2- Angket tidak langsung, angket yang memberikan penilaian/ respon
terhadap orang lain.
c.
Dipandang dari bentuknya:
1-
Kuesioner pilihan ganda, sama halnya dengan kuesioner tertutup.
2-
Kuesioner isian, sama halnya dengan kuesioner terbuka.
3- Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda
check pada kolom yang sesuai.
4- Rating-Scale, yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom
yang menunjukkan tingkatan.
Metode angket atau kuesioner merupakan metode yang paling sering digunakan
dalam penelitian, oleh karena itu harus mengikuti penyusunan instrumennya.
Sebagaimana akan dijelaskan dalam hal-hal berikut;
a.
Tentukan variabel-variabel yang akan terpakai dalam penelitian
b. Variabel-variabel tadi dicarikan jabarannya dalam bentuk subvariabel yang
diketahui dari teori atau penelitian terdahulu.
c.
Sub variabel dicarikan penjabarannya dalam bentuk indicator-indikator jika ada.
d.
Indicator dicarikan jabarannya dalam bentuk sub indicator, jika ada.
e. Lalu, jika sub indicator masih dapat dibagi lagi menjadi komponen kecil, maka
komponen-komponen ini diajadikan sebagai butir-butir pertanyaan.
f. Seluruh butir-butir pertanyaan yang telah selesai ditentukan pada gilirannya akan
ditempatkan pada lembaran-lembaran angket atau kuesioner.
4.
Interviu (Interview)
Interviu sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang
terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang.
Misalnya mencari data tentang variabel latar belakang murid, orangtua, pendidikan
dll.
Ditinjau dari pisiknya maka interviu dibedakan atas:
a. Intervieu terstruktur, adalah interviu yang dilakukan dengan pedoman
wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Interviu terstruktur digunakan
sebagai metode pengumpulan data apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti apa
yang akan diperoleh. Pada umumnya interviu terstruktur di luar negeri telah terbuat
terstandar. Seperti halnya kuesioner, interviu terstruktu tinggal membubuhi tanda
checklis di kolomnya. Bahkan terkadang responden sendiri yang mengisinya jadi
interviu terstruktur tidak lain hanya berupa kuesioner.
b. Interviu tak terstruktur, pewawancara tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah terstruktur dan sistematis, melainkan hanya merupakan garis-garis besar
permasalahnnya saja. Pertanyaan disampaikan secara tidak terstruktur tetapi tidak
keluar dari pembahasan variabel yang akan diteliti. Interviu jenis ini hanya dilakukan
sambil lalu, tidak kepada orang yang diseleksi dahulu melainkan hanya kepada
responden yang dijumpai secara kebetulan.
Ada pula yang menambahkan interviu semistruktur. Yang mana, interviu jenis ini
ialah interviu yang lebih bebas dari interviu terstruktur. Gunanya untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka diamn pihak yang diajak wawancara dimintai
pendapat dan ide-idenya.
Ditinjau dari pelaksanaannya maka interview dibedakan atas:
a. Interview bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas
bertanya apa aja tetapi juga mengingat akan data apa aja yang akan
disimpulkan
b. Interview terpimpin,guided interview, yaitu interviu yang dilakukan oleh
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci
seperti yang dimaksud dalam interviu terstruktur
c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi anatara interviu bebas dan
interviu terpimpin
Syarat penting dalam melakukan interviu dan mengemukakan pokok-pokok yang
akan diungkapakan adalah sebagai berikut:
a. Partisipasi yaitu penerimaan dan keikutsertaan interviewer dalam
kegiatan interviwee
b.
Identifikasi yaitu perkenalan dan pendekatan diri
c.
Persuasi yaitu sikap sopan dalam bertanya.
d.
Menghindari kata-kata yang bermakna ganda
e.
Menghindari pertanyaan panjang
f.
Mengajukan pertanyaaan sekonkret mungkin
5.
g.
Mengajukan pertanyaan dalam pengalaman konkret interviwee
h.
Menyebut semua alternative jawaban.
i.
Menghindari kata-kata canggung yang membuat rasa malu interviwee
j.
Menetralkan gaya bahasa bertanya
k.
Memproyeksikan gaya pertanyaan yang menyangkut interviewee
l.
Menanyakan hal-hal positif dan negative dalam menilai orang ketiga
Observasi
Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit,
yakni memperhatikan sesuatun dengan menggunakan mata. Didalam pengertian
psikolog , observasi atau yang sering disebut pengamatan, me;liputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,
peraba dan pengecap. Apa yang dikatakan ini ialah pengamatan secara langsung.
Didalam penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar
dan rekaman suara.
Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi dibagi menjadi 2. Yaitu, observasi
partisipan dan observasi non partisipan.
a. Observasi partisipan: Adalah observasi yang mana peneliti terlibat secara
langsung dalam aktivitas orang-orang yang sedang diobservasi. Sambil melakukan
observasi para peneliti juga ikut melakukan apa yang dilakukan oleh objek observasi
serta ikut merasakan suka dukanya. Dengan ini peneliti akan memperoleh data yang
lebih tajam dan lengkap. Dan sampai mengetahui tingkat makna dari setiap perilaku
yang tampak.
b. Observasi nonpartisipan: adalah observasi yang mana peneliti tidak ikut
bambil bagian dalam kegiataan atau tidak terlibat secara langsung dalam aktivitas
orang-orang yang sedang diobservasi. Observasi hanya bertindak sebagai pengamat
independen.
Berdasarkan jenis instrumennya, observasi dibagi menjadi 2. Yaitu, Observasi
sistematis dan observasi tidak sistematis.
a. Observasi sistematis, yang dilakukan pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrument pengamatan.
b. Observasi tidak sistematis (non-sistematis), yang dilakukan
pengamatdengan tidak menggunakan instrument pengamatan.
Pedoman observasi ialah sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati. Dalam proses observasi, pengamat tinggal memberikan tanda atau tally pada
kolom tempat peristiwa muncul. Itulah makanya cara bekerja seperti ini disebut
system tanda (sign system).
Sign system digunakan sebagai instrument pengamatan situasi pengajaran sebagai
sebuah potret selintas (snapshot). Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel
misalnya: guru menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru menanyakan
kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak,
murid bertanya dan sebagainya. Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu,
misalnya 5 menit, semua kejadian yang muncul dicek. Kejadian yang muncul lebih
dari satu kali dalam satu periode pengamatan hanya di cek satu kali. Dengan
demikian, akan diperoleh gambar tentang pa kejadian yang muncul dalam situasi
pengajaran.
Dalam hal ini pengamat tidak dapat memperhatikan variabel yang terlalu banyak.
Dengan demikian, pada akhir pengamatan dapat disimpulkan di kelas mana
partisipasi murid terjadi paling besar.
6.
Dokumentasi
Metode dokumentasi atau biasa dikenal dengan studi documenter merupakan
suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisi dokumendokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.Dalam pengertian lebih
luas, dokumen dapat pula berupa peninggalan-peninggalan atau prasti juga symbolsimbol. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan
focus masalah.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan:
a. Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang
akan dicari datanya.
b. Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam
hal ini, peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang
dimaksud.
C. Penentuan Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Telah dipahami beberapa metode dan instrument pengumpulan data. Masingmasing metode dan instrument mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam
mengadakan suatu penelitian biasanya tidak hanya menggunakan satu metode
penelitian, tetapi lebih dari itu. Guna menutupi kekurangan-kekurangan yang ada
pada suatu metode tersebut. Kadang-kadang terdapat suatu metode atau instrument
yang merupakan hal wajib untuk dipakai dalam suatu penelitian. Tetapi kadangkadang sebagai salah satu alternative saja, sehingga pilihan metode yang dapat
digunakan dapat dipilih-pilih.
Adapun urutan penentuan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Setelah ditentukan, jenis data, indicator dan sumber data, maka metode
pengumpulan dapat dipilih yang paling dicocok.
2. Bila jenis data berupa sesuatu yang bisa langsung diamati dengan
pancaindra, maka digunakan metode observasi.
3. Bila jenis datanya berupa gejala bersifat umum dan jumlahnya besar,
maka digunakan metode angket atau kuesioner.
4. Bila jenis datanya berupa gejala yang bersifat individual atau rahasia
pribadi, maka yang diguanakan adalah metode wawancara.
5. Bila jenis data memerlukan pengukuran yang cermat, maka metode tes
yang digunakan atau eksperimen.
Secara garis besar, pemilihan metode dan instrument pengumpulan data dipengaruhi
oleh beberapaa hal, antara lain:
1. Tujuan penelitian, yang sekaligus menentukan jenis dan macam
penelitian.
2. Sampel penelitian, apabila sampelnya besar, tentu saja peneliti tidak
mampu menggunakan wawancara atau observasi. Angket akan lebih baik
tepatnya.
3. Lokasi, apabila lokasi penelitian meliputi daerah yang luas, akan lebih
efektif menggunakan metode kuesioner.
4. Pelaksana, apabila pelaksanaanya cukup banyak sedangkan responden
tidak begitu banyak, maka sangat memungkinkan menggunakan wawancara atau
observasi. Akan tetapi, jika keadaan sebaliknya maka metode kuesioner tentu lebih
tepat.
5. Biaya dan Waktu, walaupun hasilnya akan lebih baik jika peneliti
mengadakan observasi, akan tetapi karena biaya dan waktunya terbatas maka peneliti
harus merasa puas hanya mengadakan kuesioner
6. Data, Jika kita tidak akan mengorek pendapat yang lebih dalam, maka
wawancara kiranya lebih tepat.
Dari uraian ini tampaknya kuesioner merupakan metode yang selalu digunakan.
Namun demikian, apabila peneliti menganggap metode selain kuesioner akan lebih
baik, maka metode lain harus digunakan. Walaupun kuesioner digunakan sebagai
metode pokok, metode lainpun harus digunakan sebagai pelengkap dalam
mengumpulkan data yang lain.
D. Pengadaan Instrumen
Apabila sudah tersedia instrumen yang standar, maka peneliti boleh
meminjam dan menggunakan untuk mengumpulkan data. Beberapa instrumen yang
sudah distandarisasikan antara lain: tes intelegensi, tes minat, tes kemampuan dasar
(tes bakat), tes kepribadian dan beberapa tes prestasi belajar.
Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah:
1. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategori
variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel
spesifikasi.
2. Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan
pedoman wawancara.
3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrument dengan pedoman
mengerjakan surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang perlu.
4.
Uji-coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
5. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan
saran-saran dan sebagainya.
6. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik,
mendasarkan diri pada dat yang diperoleh sewaktu uji coba.
E. Keampuhan Instrumen
Dua karakteristik instrument yang menentukan tinggi-rendahnya mutu
penelitian adalah validitas dan realibitas.
1. Validitas, ialah suatu ukuran yang merujuk sejauh mana instrument itu
dapat merekam (mengukur) apa yang dapat direkam (diukur). Oleh karena itu
instrument yang valid dan shohih mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya.
Dan sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel
yang diteliti secara tepat.
2. Realibitas, realibitas merujuk kepada hasil konsistensi data, jadi suatu
instrument dapat dikatakan benar apabila sudah dapat dipercaya dan reliable akan
menghasilkan data yang dapt dipercaya juga. Apabila datanya sesuai dengan
kenyataannya maka beberapa kalipu diambil datanya akan tetap sama.
Oleh karena validitas dan reabilitas itu menunjukkan derajat kesesuaian antara data
dengan keadaan lapangan, maka keduanya harus ditegakkan secara sungguh-sungguh.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, cet.
14. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Sebelum memulai pembahasan tentang menentukan dan menyusun instrumen,
terlebih dahulu kita harus membahas tentang perbedaan metode pengumpulan data
dan instrumen penelitian. Agar tidak salah dalam pembahasan selanjutnya. Karena,
banyak orang yang belum paham benar akan penelitian mengacaukan dua pengertian
ini.
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujaun utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar yang ditetapkan. Metode pengumpulan data merupakan strategi
atau cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitiannya.
Variasi metode tersebut ialah: angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes,
dokumentasi.
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.Ada pula yang
mengatakan bahwa instrumen penelitian merupakan pedoman tertulis tentang
wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk
mendapatkan informasi dari responden. Ada pula yang mengatakan bahwa instrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode ialah cara yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan datanya. Sementara instrumen, merupakan alat yang
digunakan oleh peneliti untuk penelitiannya sebagai aplikasi dari metode yang telah
dirancang oleh peneliti tersebut.
B. Jenis-jenis Metode atau Instrumen Pengumpulan Data
Secara umum metode atau instrumen pengumpulan data itu dibagi menjadi 2
jenis. Yaitu yang bersifat mengukur (tes) dan yang bersifat menghimpun (nontes).
Adapun penjelasan lebih lanjut akan dibahas pada pembahasan dibawah ini.
1.
Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.Pada umumnya tes memang bersifat mengukur,
tetapi ada juga teks yang bersifat deskriptif, tetapi deskriptifnya mengarah kepada
karakteristik atau kualifikasi tertentu sehingga mirip dengan interpretasi dari hasil
pengukuran.
Ditinjau dari segi sasaran atau objek yang diukur maka dibedakan adanya
beberapa macam tes, yaitu:
a. Tes kepribadian (personality test). Merupakan tes yang digunakan untuk
mengukur kepribadian. Yang diukur bisa berupa self concept, kreativitas,
disiplin, kemampuan khusus dan lain sebagainya.
b. Tes bakat (aptitude test). Tes yang khusus untuk mengukur atau
mengetahui bakat seseorang.
c. Tes intelegensi (intelligence test). Tes yang digunakan untuk mengadakan
estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara
memberikan berbagai tugas kepada seseorang yang akan diukur
intelegensinya.
d. Tes sikap (attitude test). Tes yang digunakan untuk mengukur berbagai
sikap seseorang.
e. Tes minat (interest test). Tes yang digunakan untuk mengukur minat
seseorang terhadap sesuatu.
f. Tes prestasi (achievement test). Tes yang digunakan untuk mengukur
kompetensi seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes prestasi diberikan
sesudah orang yang dimaksud mempelajari sesuatu hal sesuai dengan apa
yang akan diteskan.
g. Tes proyeksi (projective technique). Istilah ini dipopulerkan oleh L.K.
Frank tahun 1949 di dalam bukunya: Projective Methods for The Study of
Personality. Sebagai contoh adalah metode tetesan tinta yang diciptakan oleh
Rorschach dan dikenal sebagai Rorscahach Inkblot Technique.
2.
Skala Bertingkat/ Rating Scale
Rating atau skala adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala.Namun
menurut Nana Syaodikh bahwa ia merupakan tehnik pengumpulan data yang
bersifat mengukur selain tes. Namun terdapat perbedaan dengan tes. Dalam
tes ada jawaban salah dan benar. Sedang skala tidak ada jawaban salah-benar
tetapi jawaban atau respon responden terletak dalam satu rentang atau skala.
Walaupun bertingkat, metode ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup
memberikan informasi tertentu program atau orang. Instrument ini dapat dengan
mudah memberikan gambaran penmpilan terutama penampilan di dalam orang
menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat.
Didalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan
variabel skala. Apa yang dinyatakan harus apa yang diamati oleh responden.
Misalnya seorang guru ditanyakan tentang jam kehadiran atau kepulangan kepala
sekolah, ia tidak dapat menjawabnya apabila ia sendiri selalu dating siang dan pulang
lebih awal.
3.
Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang disodorkan
kepada responden. Kuesioner dipakai untuk menyebutkan metode maupun
instrumen.Oleh karena itu, metode angket atau kuesioner menggunakan instrument
yang disebut angket atau kuesioner.
Macam-macam angket;
a.
Dipandang dari cara menjawab:
1- Angket terbuka, memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab
dengan kalimatnya sendiri
2- Angket tertutup, angket yang jumlah item dan alternative jawabannya
maupun responnya sudah ditentukan . dan responden tinggal memilihnya
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
b.
Dipandang dari jawaban yang diberikan:
1- Angket langsung, angket yang memberikan penilaian/respon langsung
pada diri responden.
2- Angket tidak langsung, angket yang memberikan penilaian/ respon
terhadap orang lain.
c.
Dipandang dari bentuknya:
1-
Kuesioner pilihan ganda, sama halnya dengan kuesioner tertutup.
2-
Kuesioner isian, sama halnya dengan kuesioner terbuka.
3- Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda
check pada kolom yang sesuai.
4- Rating-Scale, yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom
yang menunjukkan tingkatan.
Metode angket atau kuesioner merupakan metode yang paling sering digunakan
dalam penelitian, oleh karena itu harus mengikuti penyusunan instrumennya.
Sebagaimana akan dijelaskan dalam hal-hal berikut;
a.
Tentukan variabel-variabel yang akan terpakai dalam penelitian
b. Variabel-variabel tadi dicarikan jabarannya dalam bentuk subvariabel yang
diketahui dari teori atau penelitian terdahulu.
c.
Sub variabel dicarikan penjabarannya dalam bentuk indicator-indikator jika ada.
d.
Indicator dicarikan jabarannya dalam bentuk sub indicator, jika ada.
e. Lalu, jika sub indicator masih dapat dibagi lagi menjadi komponen kecil, maka
komponen-komponen ini diajadikan sebagai butir-butir pertanyaan.
f. Seluruh butir-butir pertanyaan yang telah selesai ditentukan pada gilirannya akan
ditempatkan pada lembaran-lembaran angket atau kuesioner.
4.
Interviu (Interview)
Interviu sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang
terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang.
Misalnya mencari data tentang variabel latar belakang murid, orangtua, pendidikan
dll.
Ditinjau dari pisiknya maka interviu dibedakan atas:
a. Intervieu terstruktur, adalah interviu yang dilakukan dengan pedoman
wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Interviu terstruktur digunakan
sebagai metode pengumpulan data apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti apa
yang akan diperoleh. Pada umumnya interviu terstruktur di luar negeri telah terbuat
terstandar. Seperti halnya kuesioner, interviu terstruktu tinggal membubuhi tanda
checklis di kolomnya. Bahkan terkadang responden sendiri yang mengisinya jadi
interviu terstruktur tidak lain hanya berupa kuesioner.
b. Interviu tak terstruktur, pewawancara tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah terstruktur dan sistematis, melainkan hanya merupakan garis-garis besar
permasalahnnya saja. Pertanyaan disampaikan secara tidak terstruktur tetapi tidak
keluar dari pembahasan variabel yang akan diteliti. Interviu jenis ini hanya dilakukan
sambil lalu, tidak kepada orang yang diseleksi dahulu melainkan hanya kepada
responden yang dijumpai secara kebetulan.
Ada pula yang menambahkan interviu semistruktur. Yang mana, interviu jenis ini
ialah interviu yang lebih bebas dari interviu terstruktur. Gunanya untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka diamn pihak yang diajak wawancara dimintai
pendapat dan ide-idenya.
Ditinjau dari pelaksanaannya maka interview dibedakan atas:
a. Interview bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas
bertanya apa aja tetapi juga mengingat akan data apa aja yang akan
disimpulkan
b. Interview terpimpin,guided interview, yaitu interviu yang dilakukan oleh
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci
seperti yang dimaksud dalam interviu terstruktur
c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi anatara interviu bebas dan
interviu terpimpin
Syarat penting dalam melakukan interviu dan mengemukakan pokok-pokok yang
akan diungkapakan adalah sebagai berikut:
a. Partisipasi yaitu penerimaan dan keikutsertaan interviewer dalam
kegiatan interviwee
b.
Identifikasi yaitu perkenalan dan pendekatan diri
c.
Persuasi yaitu sikap sopan dalam bertanya.
d.
Menghindari kata-kata yang bermakna ganda
e.
Menghindari pertanyaan panjang
f.
Mengajukan pertanyaaan sekonkret mungkin
5.
g.
Mengajukan pertanyaan dalam pengalaman konkret interviwee
h.
Menyebut semua alternative jawaban.
i.
Menghindari kata-kata canggung yang membuat rasa malu interviwee
j.
Menetralkan gaya bahasa bertanya
k.
Memproyeksikan gaya pertanyaan yang menyangkut interviewee
l.
Menanyakan hal-hal positif dan negative dalam menilai orang ketiga
Observasi
Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit,
yakni memperhatikan sesuatun dengan menggunakan mata. Didalam pengertian
psikolog , observasi atau yang sering disebut pengamatan, me;liputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,
peraba dan pengecap. Apa yang dikatakan ini ialah pengamatan secara langsung.
Didalam penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar
dan rekaman suara.
Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi dibagi menjadi 2. Yaitu, observasi
partisipan dan observasi non partisipan.
a. Observasi partisipan: Adalah observasi yang mana peneliti terlibat secara
langsung dalam aktivitas orang-orang yang sedang diobservasi. Sambil melakukan
observasi para peneliti juga ikut melakukan apa yang dilakukan oleh objek observasi
serta ikut merasakan suka dukanya. Dengan ini peneliti akan memperoleh data yang
lebih tajam dan lengkap. Dan sampai mengetahui tingkat makna dari setiap perilaku
yang tampak.
b. Observasi nonpartisipan: adalah observasi yang mana peneliti tidak ikut
bambil bagian dalam kegiataan atau tidak terlibat secara langsung dalam aktivitas
orang-orang yang sedang diobservasi. Observasi hanya bertindak sebagai pengamat
independen.
Berdasarkan jenis instrumennya, observasi dibagi menjadi 2. Yaitu, Observasi
sistematis dan observasi tidak sistematis.
a. Observasi sistematis, yang dilakukan pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrument pengamatan.
b. Observasi tidak sistematis (non-sistematis), yang dilakukan
pengamatdengan tidak menggunakan instrument pengamatan.
Pedoman observasi ialah sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati. Dalam proses observasi, pengamat tinggal memberikan tanda atau tally pada
kolom tempat peristiwa muncul. Itulah makanya cara bekerja seperti ini disebut
system tanda (sign system).
Sign system digunakan sebagai instrument pengamatan situasi pengajaran sebagai
sebuah potret selintas (snapshot). Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel
misalnya: guru menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru menanyakan
kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak,
murid bertanya dan sebagainya. Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu,
misalnya 5 menit, semua kejadian yang muncul dicek. Kejadian yang muncul lebih
dari satu kali dalam satu periode pengamatan hanya di cek satu kali. Dengan
demikian, akan diperoleh gambar tentang pa kejadian yang muncul dalam situasi
pengajaran.
Dalam hal ini pengamat tidak dapat memperhatikan variabel yang terlalu banyak.
Dengan demikian, pada akhir pengamatan dapat disimpulkan di kelas mana
partisipasi murid terjadi paling besar.
6.
Dokumentasi
Metode dokumentasi atau biasa dikenal dengan studi documenter merupakan
suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisi dokumendokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.Dalam pengertian lebih
luas, dokumen dapat pula berupa peninggalan-peninggalan atau prasti juga symbolsimbol. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan
focus masalah.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan:
a. Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang
akan dicari datanya.
b. Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam
hal ini, peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang
dimaksud.
C. Penentuan Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Telah dipahami beberapa metode dan instrument pengumpulan data. Masingmasing metode dan instrument mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam
mengadakan suatu penelitian biasanya tidak hanya menggunakan satu metode
penelitian, tetapi lebih dari itu. Guna menutupi kekurangan-kekurangan yang ada
pada suatu metode tersebut. Kadang-kadang terdapat suatu metode atau instrument
yang merupakan hal wajib untuk dipakai dalam suatu penelitian. Tetapi kadangkadang sebagai salah satu alternative saja, sehingga pilihan metode yang dapat
digunakan dapat dipilih-pilih.
Adapun urutan penentuan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Setelah ditentukan, jenis data, indicator dan sumber data, maka metode
pengumpulan dapat dipilih yang paling dicocok.
2. Bila jenis data berupa sesuatu yang bisa langsung diamati dengan
pancaindra, maka digunakan metode observasi.
3. Bila jenis datanya berupa gejala bersifat umum dan jumlahnya besar,
maka digunakan metode angket atau kuesioner.
4. Bila jenis datanya berupa gejala yang bersifat individual atau rahasia
pribadi, maka yang diguanakan adalah metode wawancara.
5. Bila jenis data memerlukan pengukuran yang cermat, maka metode tes
yang digunakan atau eksperimen.
Secara garis besar, pemilihan metode dan instrument pengumpulan data dipengaruhi
oleh beberapaa hal, antara lain:
1. Tujuan penelitian, yang sekaligus menentukan jenis dan macam
penelitian.
2. Sampel penelitian, apabila sampelnya besar, tentu saja peneliti tidak
mampu menggunakan wawancara atau observasi. Angket akan lebih baik
tepatnya.
3. Lokasi, apabila lokasi penelitian meliputi daerah yang luas, akan lebih
efektif menggunakan metode kuesioner.
4. Pelaksana, apabila pelaksanaanya cukup banyak sedangkan responden
tidak begitu banyak, maka sangat memungkinkan menggunakan wawancara atau
observasi. Akan tetapi, jika keadaan sebaliknya maka metode kuesioner tentu lebih
tepat.
5. Biaya dan Waktu, walaupun hasilnya akan lebih baik jika peneliti
mengadakan observasi, akan tetapi karena biaya dan waktunya terbatas maka peneliti
harus merasa puas hanya mengadakan kuesioner
6. Data, Jika kita tidak akan mengorek pendapat yang lebih dalam, maka
wawancara kiranya lebih tepat.
Dari uraian ini tampaknya kuesioner merupakan metode yang selalu digunakan.
Namun demikian, apabila peneliti menganggap metode selain kuesioner akan lebih
baik, maka metode lain harus digunakan. Walaupun kuesioner digunakan sebagai
metode pokok, metode lainpun harus digunakan sebagai pelengkap dalam
mengumpulkan data yang lain.
D. Pengadaan Instrumen
Apabila sudah tersedia instrumen yang standar, maka peneliti boleh
meminjam dan menggunakan untuk mengumpulkan data. Beberapa instrumen yang
sudah distandarisasikan antara lain: tes intelegensi, tes minat, tes kemampuan dasar
(tes bakat), tes kepribadian dan beberapa tes prestasi belajar.
Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah:
1. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategori
variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel
spesifikasi.
2. Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan
pedoman wawancara.
3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrument dengan pedoman
mengerjakan surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang perlu.
4.
Uji-coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
5. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan
saran-saran dan sebagainya.
6. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik,
mendasarkan diri pada dat yang diperoleh sewaktu uji coba.
E. Keampuhan Instrumen
Dua karakteristik instrument yang menentukan tinggi-rendahnya mutu
penelitian adalah validitas dan realibitas.
1. Validitas, ialah suatu ukuran yang merujuk sejauh mana instrument itu
dapat merekam (mengukur) apa yang dapat direkam (diukur). Oleh karena itu
instrument yang valid dan shohih mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya.
Dan sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel
yang diteliti secara tepat.
2. Realibitas, realibitas merujuk kepada hasil konsistensi data, jadi suatu
instrument dapat dikatakan benar apabila sudah dapat dipercaya dan reliable akan
menghasilkan data yang dapt dipercaya juga. Apabila datanya sesuai dengan
kenyataannya maka beberapa kalipu diambil datanya akan tetap sama.
Oleh karena validitas dan reabilitas itu menunjukkan derajat kesesuaian antara data
dengan keadaan lapangan, maka keduanya harus ditegakkan secara sungguh-sungguh.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, cet.
14. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.