2. Perlu dilakukan optimasi media pertumbuhan kalus deng­ an penambahan air kelapa dan dengan penambahan pisang mentah, sehingga produktivitas storoidnya lebih tinggi. J. Perlu dilakukan analisa kandungan air kelapa, dan buah pisang mentah, yang memacu pe

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  B A B VII SARAN - SAHAN Dari hasil percobaan ini, diajukan beberapa saran set bagai berikut ;

  1. Perlu dilakukan percobaan lebih lanjufc tentang kandung an dari kalus yang ditumbuhkan pada media dengan i>enam bahan air kelapa dan pada media dengan penambahan pi - sang mentah.

  2. Perlu dilakukan optimasi media pertumbuhan kalus deng­ an penambahan air kelapa dan dengan penambahan pisang mentah, sehingga produktivitas storoidnya lebih tinggi. J. Perlu dilakukan analisa kandungan air kelapa, dan buah pisang mentah, yang memacu pertumbuhan kalus.

  • - 35 -

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  B A B VIII

  RI NG K A S A N

  Eksplan Solanum wrightii Benth telah berhasil ditum buhkan pada mectia Murashige dan Skoog dengan menggunakan air kelapa dan pada media Murashige dan Skoog dengan men£ gunakan buah pisang mentah yang dilumatkan. Pada media

  2

  tersebut ditambahkan hormon pertumbuhan kinetin ppm dan 2,4 D 0,5 ppm.

  Kalus y a n g d i d a p a t dari me di a de ngan a ir ke lapa mem- pu nyai tekstur / bentu k yang lebih ko mpek daripa da yang d i d a p a t dari m ed i a de ng a n pi sang mentah. D a n warna kalus y a n g d i d a p a t dari media de ng a n ai r kelapa putih ke hi j a u a n sed a n g k a n dari m e d i a d e n g a n pi sa n g mentah berwarna keco - klatan.

  Hasil kromatografi lapisan tipis menunjukkan adanya kandungan sterol seperti sterol pembanding dan zat- zat

  1

  lainnya, dari kalus yang ditanam pada media M S dengan hormon pertumbuhan kinetin 2 ppm dan 2,4 D 0,5 ppm dengan

  %,

  penambahan air kelapa 30 dan yang ditanam pada media MS* dengan hormon pertumbuhan kinetin 2ppm dan 2,4 D 0,5 ppm

  200 dengan penambahan pisang mentah gram per liter media.

  36

  • - -

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  BAB XX KEPUSTAKAAN

  1. Staba EJ, P}ant Tissue Culture as Source of Biochemi - cals Boca, Raton, Florida : CRC. Press, Inc 1980; 60, 7 2 - 2 .

  2. Isnaeni. Optimasi pembentukan kalus Solanum mammosum L dan identifikasi senyawa steroidnya. Surabaya : Univer sitas Airlangga Fakultas Pascasarjana, 1986 : 2 - 8 3 , Seals .

  3. Stohs SJ, Rosenberg. Steroid and steroid metabolisme - in plant tissue cultures. Lloydia 1975 ; Vol. 38 No 3 : 181 - 11 .

  4. Kariyana K .Peranan beberapa zat pengatur tumbuh pada pertumbuhan potongan jaringan kentang Solanum tubero - sum L . Bandung : ITB . 1982 : 1 - 3 6 . Tesis •

  5. Rokem JS, Tal B, Golden I. Method for increasing Dios~ genin production by Dioscorea cell in suspension cultu rea. J. Nat. Prod. 48. 2. 1985- : 210 - 12 .

  6 . Dodds JS, Robert LW. Experiment in plant tissue culture

  London, New York : Cambridge University Press. 1982 s 1 - 47 5 149 -

  2 .

  7. Indrayanto G. Prospek kultur jaringan tanaman pada bi - dang Farmasi. Bulletin ISFI Jatim. Vol. 17. No 1. 1986.

  8 . Barz W. Potential of plant cell cultures for Pharmacen- tical production.

  In : Breimer DD, eds. Topics in Pharmacentical sciences Elsevier. 1981 s 401 - 10.

  • - 3 7 -

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  9. Tabata M. Recent advances in the production of Medici­ nal substances by plant cell cultures. In : Earz W, et al, eds. Plant tissue culture rnd its Bio-technological application. Berlin, Heidelberg, New York : Springer - Verlag. 1977 : 3 - 10.

  10. Puhan Z, Martin SM. The industrial potential of plant cell culture. Hat. Res. Counc. of Canada 115-95* 1971 : 14 - 22.

  • * 11. Bhojwani SS, Razdan MK. Plant tissue culture theory and practice. Amsterdam, Oxford, Kew York* Tokyo: Else vier. 1983 : 1 - 22, 43 - 7.

  12. Gantheret RJ. The nutrition of plant tissue cultures.

  8 Ann. Rev. Plant. Physiol.6.1955 : 433 - .

  13. Suryowinoto SM, Suryowinoto M. Perbanyakan vegetatif pada anggrek. Yoyasan Kanisiuo. 1977 : hal. 70.

  14. Rismunandar. Bertanam Pisang. Bandung : Sinar Baru.

  1986 : 5 - 3.

  15. Heddy S. Hormon tumbuhan, Jakarta : CV Rajawali.

  1986 : 5 - 15.

  16. Tarigan P. Beberapa aspek kimia sapogenin steroid pada tumbuhan di Indonesia. Bpndung : Alumni. 1980 : 120 - 7.

  17. Widodo Sri H. Morfologi beberapa Jenis Solanum dan pe - nyebarannya. laporan penelitian No. 6604183. Bandung :

  ITB. 1983 : 10 - 1 , 23 - 1 -

  18. Lawrence GMH. Taxonomy of vascular plants. The Macmi - llan Comp. 1951 : 472 - 1, 676.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  _ 39 _

  19. Reinert J, Yeoman MM. Plant cell and tissue culture a Laboratory mannual. Berlin, Heidelberg, J’ew York : Springer - Verlag. 1982 : 6,74.

  Fb.

  20. George EF, Sherrington Plant propagation by tissue culture handbook and directory of commercial laborato­ ries. Englanu : Exegetics Ltd. 1984 : 341 - 2, 550 - 5.

  21. Wahyudi. Pen^aruh di&meter bunh Solanum wri iiL'ii Jienfch terhadap lcadar solasodiua. Uurabaya : univ^rsitac A i r —

  '*1 1 ^6

  2 - lanGe i'akultes l''ormaoi, 190? : ^» . f.;kripsi.

  

\ K '

  V 'UUA‘

  A

  Halaman

  G A M B A K

1 : F o t o s c l k a l i u ; m e d i a p i o n ; ) ^ m c n t a h . . .

  22 GAMBAR 2 : F o t o c o l k a l u o ri.cci in a i r k t ' l a p a ............. .... 2 j GAMBAR 3 : K u r v a i n d c k s p c r t u m b u h a n k a l u a ............... .... 2f>

  GAMBAR 4 : Haail krornatografi lnpisan tipic kalus d a r i m e d i a p i c a n ^ r n c n t a h .............................. ....

  29 GAMBAR 5 : Hasil kromatografi lapiaan ti.pia kaius dari media air kclapa ................. .. jO DAFTAR GAKEAR. viii

  

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  B A B I PKNDAHULUAN ' Kebutuhan sumber bahan alam nabati sebagci bahan ba ku obat, deraasa ini sangat besar. Bahan alam tersebut meng hasilkan metabolit sekunder yang berkhasiat, yang diner- lukan di dalam dunia kesehatan. Metabolit sekunder yang dihasilkan itu, misalnya : alkaloid, steroid, terpenoid, flavonoid, sapogenin, polifcnol dan lain-lain.(

  1 )

  Steroid merupakon bahan baku obat vitamin, hormon, steroid kardenolida dan obat-obat kontrasepsi. Terutama galongan stigrnosterol, sitosterol, kholesterol, diosgenin , solasodin dan turunannya yang merupakon bah/jn baku obat kontracepsi. (

  2

   ) Bahan-bahan tersebut sangat dibutuhkan oleh penduduk Indonesia, yang sedang giat-giatnya molaksanakan program Keluarga Berencana. Tanaman penghar.il metabolit sekunder golongan stero­ id antara lain : Apocynum siyu Dioscorea spp, Triflonella gipp. Solanum sp-p. ( 1 ) Cara untuk mendapatkan metabolit sekunder, selain dja ri bagian tanamannya langsung, dapat juga dari kultur ja- ringan tanaman tersebut. Met ode kultur ;jaringan ini mem- punyai kelebihan dibandingkan dengan metode konvenoional. Kelebihan tersebut ialah : kondiei lingkungan bagi per trim buhan dapat diatur tanpa tergantung pada rnusim, kultur be bas mikroba, sel-sel tanaman. dapat memperbanyak diri atau

  • - r'~ s - ■ I rt__

  I ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  berkembang, untuk menghasilkan metabolit tertentu, dan bahan dasar ( prekursor ) berlabel yang sengaja ditambah kan ke dalam media dapat dirnonitor dengan mudah dan cepat* ( 3 ) Dalam habungan metode kultur jaringan dengan tanam- an yang menghasilkan steroid, telah banyak penelitian yang dilakukan. Misalnya pada tanaman : Apocynum Q P R , Pi oscorea spp, dan Solanum spp.(1) Solanum wriflhtii Benth torrnaouk salah catu jenio S£ lanum yang memiliki kandungan solasodin yang relatii’ tin£ gi pada buahnya. Hal ini diungkapkan oleh Wahjudi. (1905) Kultur J'aringan beberapa jenis Solanum, antara lain : Solanum laciniatum, Solanum wrifchtii, Solanum avicula- i*e yang diteliti oleh Indroyanto ( 1983 ) dan Galanes ( 193^ ), terbulcti menghasilkan steroid. ( 2,4 ) Hasil penelitian Indrayanto ( 1983 ) dan beberapa peneli ti lain (

  2 ), diketahui bahwa dalam beberapa kultur ja-

  ringan Solanum spp tidalc ditcmukan adanya dioogenin dan solasodin seperti tanoman induknya. Tetapi produksi dio£ genin dalom kultur jaringnn flioscorea r;p. dapat distimu- lasi dengan modifikasi majcram dan konsentrasi komponen me^ dia pertumbuhan, sehingga menghasilkan diosgenin yang l£ bih banyak. Penelitian ternebut dilakukan oleh Rokem £t al .( 1905 ) (5) Adanya perbedaan sumbcr eksplan dan kondici kultur, termasuk komponen media di mana eksplan dan kultur t o m e

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  but ditumbuhkan, dapat mcmpcngaruhi leader dan Jenin mcta bolitnya* Karena kultur Solanum wrifthtii. Benth dari strain U- niversitas Tubingen ( Indrayanto, 1983 ) mengandung ste­ rol, triterpen tetapi tidak mengandung solasodin dan di­ osgenin; akan menarilc untuk diteliti kemungkinan produk- tifitas steroid kultur Solanum wrifthtii yang berasal da­ ri eksplan yang diambil dari tanaman yang tumbuh di Ke- bun Raya Purwodadi. Karena pada penelitian oleh Wahtjudi, tanaman Solanum v/riflhtii Benth di Purv/odadi mengandung solasodin yang relatif tinggi. Untuk itu sebagai langkah awal, maka penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan kalus dari eksplan Solanum v/rightii Benth yang diambil dari tanaman yang tumbuh di Kebun Raya Purv/odadi. Kemudian mendeteksi steroid yang terkandung di dalam kalus yang terbentuk.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  B A B II

  ICIliJAUAtt FUSTAKA

  II. Kultur jaringan Metode kultur jar^ng-on yang berkembang, bertolak da ri teori sel yang dikemukakan oleh Schwon dan Schleiden ( 1838 ) yang menyatnkan bahwa sel rnerupakan unit terke- cil kehidupan yang mainpu molakukan aktivitar, meU.Mbolisme, reproduksi dan tumbuh berkernbsno;. (

  6 ). I'eori tersebut

  berkembang menjadi teori totipotensi sel yan& dikernuka - kan oleh Haberlandt ( 1902 ), bahwa sel tumbuhan mampu tumbuh rnenjadi tumbuhan dev/aaa bila ditanaui pad.-) modia buatan yang sesuai. Dan sel tereebut mampu memproduksi atau menghnsilkan metabolit neperti tnnaman induknya. Hal ini dikemukakan oleh Misawa e_t aJL pada tahun 1974. C 2 ). Definisi yang dikemukakan oleh Koblits ( 1 9 ) , bahwa metode kulbur jaringan ialoh metode pengisolasian dan pemeliharnan sel, jaringon afcau o.r^an tumbuhan ynng dipisahkan dari lingkungan alamiahnya dan ditanam pada media yan^; eesuai dalam kondis.i oberil, sehingga sel-sel_ nya mampu melalcukan pembelahan dan pertambahan plasma. ( 2,7 ).

  II .1.1. Penerapan metode kultur .jarin^an tanaman Metode kultur jaringan ini telah diteropkan dalam bidang pertanian, industri dan tanaman obat. 3)i camping itu, juga dipakai dalam penelitian dasar dalam bidang biokimia, gerietiko, flftiologi, t>ioninuoaa meuaboi.ifime rtwn _ t\. -

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  biotransformasi senyawa berkhesiat. (

  4 , 5 )*

  Karena metode kultur jaringan mempunyai kelebihan yaitu: (2,7,8,9):

  1

  . pertumbuhan cepat dan tidak terpengaruh oleh mu- sim, letak geografis dan mikroba

  2

  . sel-sel yang belum terdefernsiasi atau terorgani- saAi dapat mengatasi pengaruh variasi eel terha~ dap translokasl, permeabilitas dan segregasi pa­ da penyimpanan metabolit

  3 . pertumbuhan sel dan proses metabolisme dapat di-

  kontrol, terutama untuk pengembangan produtifitas 4* perubahan prekursor (bahan dasar) berlabel yang sengaja ditambahkan kc dalam media, dapat d.imo- nitor atau diawesi dengan cepat. Hal ini diungkapkan oleh Tabata (1977) dan Barz (1981). Dengan adanya kelebihan-kelebihan tersebut di atas maka perkembangan metoda kultur jaringan maju dengan pesat dengan diadakannya penelitian-penelitian di berbagai nega- ra* Misalnya, Amerika Serikat, Jepang, India dan lain-lain Tujuan para peneliti tersebut dirumuskan oleh Alfermann sebagai berikut (

  7 ) s

  1

  , produksi senyawa - senyawa tcrtentu yang berguna pada bidang farmasi atau media

  2

  . biotransformasi senyawa-senyawa tertentu menjadi senyawa yang dapat digunakan pada bidang farmasi atau medis 3* proauksi senyawa-senyawa spesifik (misalnya, en-

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  zim, biosintesa intermediat, dan lain-lain) 4. seleksi galur tanaman unggul untuk dikembangkan dalam bidang pertanian dan hortikultura (terma- euk fusi sel, naaJ^alasi genetika) 5* multiplikasi tanaman secara cepat dan seragam Penerapan metoda kultur jaring&n ini diawali oleh White (1934) yang berhaeil membuat kultur jaringan dari akar tomat (Solanum lycoperalcum). Juga Gautheret membuk- tikan bahwa betapa pentingnya peranan zat pengatur tumbuh auksin ( IAA ) dan vitamin B dalam pertumbuhan kultur sel. (2). Dari penelitian-penelitian dengan metoda ini, dilaku- kan untuk penelitian daear dan penelitian terapan. DI oamping kelebihan yang dimilildL oleh metodo ini,ada juga kekurangan-kekurangannya, yaitu :

  1

  . sel yang tumbuh heterogen

  2 , pertumbuhan lambat daripada kultur suspensi 3 * ..kondisi media dan lingkungan haruo steril

  4. bahan pembuat media mahal

  .tsr~

  Jadi dengan adanya kekurangan atau kerugian-kerugian sebut y .maka metoda ini perlu pertimbangan biaya, untuk produksi yang komersial dan besar-besaran. •1*2 Media kultur jarlngan Kultur jaringan tanaman dapat ditanam dan ditum- buhkan pada media padat atau stati3, media cair atau pa­ da fermentor atau bioreaktor.Dengan kompooisi media nor­ mal (menurut kebutuhan nutrisi dari tanaman yang ditanam* Komposisi tersebut ialah rsbagai berikut :(

  8 )

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  sumber karbon : sukrosa, glukosa, fruktosa, laktosa.

  K

  makroelemen anorganik : N0~, NH

  4 , P04= , , Ca, Mg,

  SO

  7

  mikroelemen anorganik : bermacam-macara logan berat misalnya : Co, Cu, Mo, dan lain-lain. vitamin-vitamin : tiamin, piridoksin, m-inosi*?- tol, nikotinaroid. fitohormon ; kinetin, auksin{ NAA, IAA, 2,4-D).

  10

  bahan tambahan( ) : asam amino, yeaot eketrak, casein hidrolisat. Media yang baik, yaitu media yang sesuai untuk per^um buhan. eksplan yang di£anam. pH dari media harus tertentu juga, yaitu antara 5»0 - 6,5* White .menyatakon, bahwa pH optimal untuk pertumbuhan kultur kalus adalah 5,4. Sedang- kan menurut Tullecke ^et al, dari hasil penelifciannya pa­ da empat kultur euspensi dengan menggunakan empat macam media, ternyata pH optimal pertumbuhan (antara 5,5 -

  6 , 6 .

  Pada beberapa media kultur ditambah dengan dapar fosfat , agar selama dan setelah proses sterilisasi dan dalam wak- tu pertumbuhan, pH tidak berubah. Tetapi penambahan mono atau di hidrogen foefat sangat dibatasi, Karena konsentra-i

  10

  si yang tinggi akan menghambat pertumbuhan kultur.( ),

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Sumber karbon Percobaan perabuatan.-.kultur dari eel mesopil yang berwarna hijau secara sederhana dilakukan oleh Haberlandt (1902), ternyata sel-selnya yang berwarna hi^aui.Mlang se- lama kulturisasi, karena selnya tidak mengalami proses autotropi yang dapat menghasilkan karbon. Oleh karena itu proses proMf e r a s i dan pertumbuhan sel memerluk^n tambahan sumber'Karbon yang sesuai dalam kultur medianya. (

  11 )

  Sumber karbon yahg biasa dipakai sebagai nutrisi pada kultur Jaringan tanaman ialah sukrooa, dengan konsen- trasl 2~5%. Glukosa dan fruktosa juga dipakai pada beberar pa kultur.Gautheret (1959)> mencoba beberapa sumber karbon lain pada kultur media, yaitu maltoea, galaktosa, manosa dan laktosa. (

  11

  ,

  12

  ) Bahkan buah pisang 3uga digunakan sebagai bahan tambahan pada media Knudson atau media Vacin dan Went oleh petani anggrek, untuk menyebar biji dan menanam jaringan anggrek. Pisang yang digunakan ialah 'green banana*(Hawai} atau pisang ambon (Indonesia).(13) Sagawa di Laboratorium Department of Horticulture, Univer­ sity of Hawai, menggunakan buah pisang ambon yang masih mentah yang kemudian dilumatkan, sehingga media berwarna agak kehitam-hitaman. (13) Di dalam buah pisamg mentah,mengandung zat tepung yang lebih banyak daripada kadar gulanya.(14).Yang dengan pere- busan mengalami perubahan kimiawi menjadi gula.(14)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  • - 9 -

  Honnon pertumbuhan Peranan zat pengatur tumbuh selain mempengaruhi • pembelahan, perpanjangan dan diJTerensiasi eel, ternyata juga mempengaruhi pembentukan metabolit dalam sel# Penga-

  z$t

  ruh tersebut tergantung pada konsentrasi, stabilitas tersebut , pengambilan (up take), translokasi dan metabo- lisma dalam jaringan selama kulturieasi, hal ini dikemu- kakan oleh Ammirato (1984). (2). Zat pengatur tumbuh yang penting ialah hormon auksin dan sitokinin, yang menghaoilkan respon berbeda-be»

  11

  da baik tunggal maupun kombinasinya. (- ) Yang termaeuk auksin, adalah IAA ( indole-3-acetic acid), NAA (naphthaleaaacetic acid), 2,4-D (dichlorophenoxyaceyic acid). Sedangkan hormon pertumbuhan yang termaouk oitokir' nin>adalah kinetin (furfurylamino purine), BAP (benzyla- mino purine).(

  11 )

  Selain hormoh pertumbuhan sintetis ,dari alam jugai.ada dan selalu ada pada setiap tumbuhan. Seperti misalnya pada bu- ah kelapa, yaitu pada air buah kelapa. Air kelapa dsri bu- ah kelapa yang masih muda, tetapi sudah berdaging yang ma- sih dapat dikerok (coconut milk), mengandung senyawa atau zat sifatnya seperti sitokinin.(

  6 ,? )

  Kelapa yang digunakan,ialafc kelapa hijau yang diam bil dari pasarari. Dengan kriteria aebagai berikut : eudah berdaging, daging buah masih dapat dikerok dengan eendok. Jadi air kelapa diambil eegar dari buah kelapa yang masih muda, dan ditambahkan pada media dengan mengganti airnya.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  • - 10 -

  3 ekunder. Hal ini dilakukan

  untuk mengatasi kesulitan-kesulitan^yang sering timbul dalam memproduksi metabolit sekunder yang berguna bag! kehidupan manusia, dari tanaman secara langsung.(

  2

  ) Metabolit sekunder dari kultur sel tanaman yang diketahui, misalnya steroid, terpenoid, sapogenin, alka­ loid, flavonoid, tannin dan sebagainya. (

  3 )

  Tiga pendekatan dasar untuk menyelidiki potensi biosintesa dan metabolisme steroid dalam kultur jaringan tanaman, dikemukakan oleh Stohs dan Rosenberg (1975)» ialah : (3) (

  II.1.3 Metode kultur jarlngan untuk produksi metabolit Bekunder Salah satu penerapan metode kultur jaringan ada- ■ lah untuk produksi metabolit

  kultur kalus dan kultur suspensi (

  2 ), penggunaaa prekursor berlabel untuk etudi jalur

  biosintesa steroid dalam kultur jaringan (3)# inkubasi kultur jaringan tanaman dengan senyawa steroidal untuk mengembangkan dan menyelidiki sls- tem enzim metabolisme steroid yang ada secara umum. Kalus yang ditumbuhkan pada media yang sesuai dan dengan penambahan macam dan konsentrasi hormon pertumbuh­ an tertentu, yaitu sitokinin dan auksin, dalam jumlah yang tepat, agar pertumbuhan dan produksi metabolit sekun­ der terpacu. (

  4

  ,

  15

  ) . Penelitian yang dilakukan oleh Rokem et a l , pada

  

1 ). isolasi dan identifikasi steroid yang dihaQilkan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  • - 11 kultur jaringan Dloscorea sp.t ternyata produksi diosgeni ninnya dapat dietlmulaei dengan modifikaoi komponen dan konsentrasi media pertumbuhan, (

  4 )

  II, 2 Tlnjauan tentang steroid Penelitian steroid bermula pada penelitian Windaus terhadap sterol yang kemudian dilanjutkan oleh Wieland ter hadap adam empedu.(16).Pada waktu itu, masih sedikit orang yang mengerti kegunaan hasil penelitian mereka. Tctapi de- wasa ini steroid mendapat tempat tersendiri dalam cabang kimia sintesis.(16) Pada tahun 1935 Russel E. Marker mencari bahan yang murah untuk mensintesa hormon steroid. Kemudian pada tahun lima puluhan, hampir semua kebutuhan obat-obat ste­ roid berasal dari diosgenin. Kini steroid yang lain sudah dikenal, antara lain solasodin dan stigmasterol.(16). Steroid yang terdapat dalam kultur jaringan dike- nal eebagai fitosterol. Dalam tanaman, sterol ditransfor- masi menjadi saponinsteroida.(1). Saponin dapat berupa glikosida triterpenoid atau glikosida steroid dengan ca­ bang cincin spiroketal dan cincin spiroaminoketal dengan inti perhidrosiklopentanofenantrena.(16). Dldalam Tarigan (1980), sapogenin steroid dibagi menjadi :

  S a p o g e n i n s t e r o i d ( a l a m ) C „

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  • - 13 - 11,3 ginjauan tentang Solanum wrightll Benth Solanum adalah suatu marga tanaman yang terdapat di negara tropik dan eubtroplk, serta terdirl dari banyak spesies. Di Indonesia saja jumlah solanum mencapai 71 je~ nis.(13) Kedudukan klaaifikasi tanaman ini menurut Lawrence (18) : Divisi^ : Spermatophyta Anakr-divisil Angiospermae Kdlaa . t Dicotyledoneae Bangsa ; Solanales Anak-bdngsa| Solaninaae Suku : Solanaceae Marga : Solanum ^enifl : Solanum wrlflhtii Ben.th Solanum wrightli Benth merupakan pohon hias, daun- nya Jorong sampai bulat telur, berlekuk menyirip eampai bercangap menyirip dengan bulu-bulu oeperti sikat pada per- mukaan daun dan berambut bintang pada permukaan bawah daun. Mempunyai bunga majemuk yang letaknya lateral dan berbulu halua, terdiri 7-10 bunga dengan bunga yang bei-warna iingu rauda. Buah bacca, bentuk bulat dengan penampang 5-7 cm.(18)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  B A B III METODOLOGI PENELITIAN 111.1 Bahan 111.1.1 Untuk sterilisas!

  %

  • - alkohol 90

  %

  • - alkohol 70

  %

  • - 'Clorox* yang mengandung Na hipoklorida 5#25 - aquadest eteril 111.1.2 Untuk penanaman 111.1.2.1 Eksplan (potongan .jarlngan) Potongan tangkai aaun yang; waoih muda Solanum yriKhtll Benth., yangi dAperoleh dari Kebun Raya Purwodadi Pasuruan, Jawa Timur. 111.1.2.2 Media Media yang digunakan adalah media buatan yang, .ee- suai dengan metoda Murashige dan Skoog (1974).(

  6 ).Semua

  bahan kimia yang digunakan adalah produksi E. Merck Darmstadt, dengan derajat "pro analisa", kecuali apabila disebutkan lain. Agar yang digunakan adalah Bacto Agar, Difco Centrified, Difco Laboratories, Detroit Michigan, USA. Hormon 2,4 D yang digunakan adalah produksi Sigma. Komposisi kimiawi media Murashige dan Skoog. itanpa hormon.

  ( ) .

  6

  • ---- --------- _ J Kompo.-en

1 I

  • - - — -------- — ------ j-

2 I

  |

  2 o

  h

  0,25 ' i j CuSỘ5

  1

  I

  2 Mo 0^.2 H O

  ! Na

  1 0 , 8 3 |

  !

  I

  I

  1

  1

  1 I 6 , 2

  1 V ° 3

  I

  I 8 , 6 |

  1 K I

  ! CoCl .6 H O

  1

  i 0 ,1 {

  1 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  10000

  1 — I _ _ _ _ _ _ _ _ _

  1 30000 }

  I

  1 Sukrosa

  i i 2 {

  I Glicin

  0,5 | i Tiamin HC1

  0,025 {

  I I Piridoksin HC1 !

  0,5

  I I

  1 Asam nikotina.t

  ! ! 100 J

  0,025 J ♦ Hio-inositol

  1

  I

  2

  I

  4

  1650 i } kno

  1 J M r SO/(_.7 h ? o

  440

  1 •1

  1 I CaCl2 .2 H20

  1900 i

  1

  1

  3

  1

  i 370

  i

  3

  j ( ) no

  1

  I

  I Jumlah ( mg / 1 ) *

  I

  6 )

  TAB13L 1 : KOMPOSISI KIMIAV/I MiSDIA IflJRASHI -S l W :.iKOOG TANPA HORIZON (

  1

  1

  1 ZnSO, . 7 ^ 0

  I

  1 2 2 , 5 ! |

  !

  2

  4

  I

  37,3 ! t i M n S O ..4 H„0

  2 ! !

  2

  I Na EDTA.2 H O

  j I KH. P O .

  |

  1

  ! 27,8

  4

  I

  I I Fe SO, . 7 H_0

  ! 170 i

  1

  1 2 4

1 A^ar

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  • - 16 - TABEL 2 : . K CDB MEDIA DAN KOMFOSISI Kode Media Hormon pertumbuhan(ppm) Lain media dasar K
  • - 0,5 - - D MS*
  • - - 0,5 air kelapa

  1 2 - -

  P MS*

   mg MS* adalah media Mtf.r&shige dan Skoog tanpa hormon pertum- fcuhan.

  150

  0,5 antioksidan asam sitrat

  2

  E MS'

  100 mg

  0,5 antioksidan vitamin G

  2

  %

  0,5 - B MS'

  IAA NAA 2,4 D lain A M S

  2

  E MS*

  20 %

  0,5 pisang menr-.;- tah

  2 - -

  2

  0,5 - - - C MS*

  2

  30

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  • - 1 ? -

  III.1.2.3. Kr lteria - Air kelapa yang digunakan adalah sebagai berikut : - kelapa hijau dari pasar - daging buah berwarna putih santan - daging buah lunak masih mudah disendok - air kelapa yang ditambahkan, dari buch yan^ di- baru dipecah (

  20 )

  • - Pisang ambon mentah yang digunakan adalah sebagai ber­ ikut ; - kulit buah. seluruh .permukaannya berwarna hijau dan bergetah - daging buah keras - irisan melintang daging buah bulat penuh ( siku siku tidak ada ) Buah pisang sebelum dicampur dengan larutan media, dilumatkan dulu dengan blender dan digunakan sebanyak

  200 gram / 1 liter m e d i a . ( 11 )

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  111.2 A lat Laminar air flow cabinet, digunakan untuk pengerjaan asep- tis. Autoklaf 25 1 (American Portable Autoclave WAF Co Inc.)* pH-meter Fisher, untuk mengatur pH larutan media. Lempeng jadi Kieeelgel 60 F 254, E. Merck, untuk mendetek- si steroid yang kemungkinan ada pada kalis yang terjadi. 111.3 Metode ,III.3*1 Pembuatan media Media yang dipakai adalah media padat, dan pembu- atannya sesuai dengan metode Murashige dan Skoog (

  6

  ). Ma- sing-masing koraponen media dibuat larutan stok. Untuk mem- peroleh media dengan volume satu liter, dibuat sebagai berikut: - bahan makronutrien dari larutan stok masing-ma- sing

  10

   ml - bahan mikronutrien dari larutan stok maeing-ma- sing

  10

   ml - hormon tergantung konsentrasi dan macam yang akan dibuat untuk percobaan - ditambahkan mio-inositol pada campuran larutan media

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  • - 19 - ditambahkan aquadest sampai volume kurang-lebih - 800 ml - larutan media dibuat dengan pH 5,7 - dengan menambah NaOH 0,1 N atau HCl 0,1 N

  1 %,

  • - setelah ditambah dengan agar larutan dipanas- kan sambil terus dladuk sampai jernih - larutan dituang ke dalam botol kultur masing-masing 50 m l . - tutup dengan aluminium foil rapat-rapat - kenmdifrjn disterilkan di dalam autoklaf 12 1 °c sela ma

  20 menit

  • - simpan di dalam ruang dengan suhu 20 - 25°C bila tidak dipakai

  XXI.3.2 Penanaman ekeplan Penanaman dilakukan sesuai dengan metoda yang di-

  ),

  kemukakan oleh Reinert dan Yeoman (19 sebagai berikut: tangkai daun Solanum wrlghtl! Benth. yang akan dipakai sebagai eksplan dicuci bersih dengan aquadest,kemudian

  90 %

  2

  direndam dalam alkohol selama meni£,untuk menghi?*- • langkan lemak atau lilin dari tangkai daun tersebut.Sete-

  %

  itu disterilkan dalam larutan pensteril <!ciorox* 40

  %)

  (yang mengandung Na hipok&orida 5,25 eelama 5 menit, dan dibilas dengan aquadest steril bebas mineral sebanyak tiga kali.Kemudian eksplan dipotckng-potong sepanjang +

  1 cm, lalu ditanam pada media yang telah dibuat, kemu­

  dian ditutup lagi dengan aluminium dengan rapat. Disimpan di dalam ruang yang sejuk ( 20 - 25°C ). Semua pekerjaan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  • - 20 - dilakukan di 'laminar air flow cabinet1.

  111,3/3 Penetapan kecepatan pertumbuhan Dalam percobaan ini, penetapan kecepatan pertum- buhan kalus yang terjadi, digunakan parameter indeks per­ tumbuhan . Indeks pertumbuhan didefinisikan sebagai : berat basah kalus akhir x 100 berat awal kalus Berat basah kalus akhir ditentukan tiap minggu,dengan ca- ra kalus dikeluarkan dari botol kultur, kemudian ditimbang. Sedangkan berat awal kalus diperoleh dengan cara sebagai berikut : berat(media.+ kalus)"" berat(media) 111,3*4 Deteksi steroid Kalus yang terjadi, dipisahkan dari media agar yang menempel. Setelah dikeringkan dalam lemari pengering atau lampu pengering pada suhu 40 - 60°C, diaerbuk dan dihomo- genkan* Ditimbang sebanyak 5 gram serbuk, direfluk lima kali selama 2 jam dengan 100 ml petroleum eter 40 - 60 pa­ da 60 - 65°C* Setelah disaring , filtrat ( fraksl ) petro­ leum eter diuapkan sampai kental. Ekstrak kental yang didapat, dltotolkan pada lempeng kra- matografi lapisan tipis jadi.Xieeelgel 60 F 254, dengan eluen : n- heksan : etilasetat «

  8 : 2 , kloroform : etil-

  asetat = 9 : 1 , dengan penompalc noda rnen(Xuna^ on anisaldc?

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  hida sulfat. Lempeng hasil kromatografi dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 100.- 105°C selaraa 5 - 1 0 menit* Varna noda dan tinggi noda dicandingkan dengan ster&id stan dard. Kemudian dilakukan reaksi warna, yaitu :Liebermann-Burchard dan Salkowski.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  B A B IV HASIL PERCOBAAN

  IV.1. Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis kalus

  IV.1.1 Pemeriksaan makroskopis kalus pada minggu IV TABEL 3 : Pemeriksaan makroskopis kalus pada minggu IV Media Warna Bentuk Diferensiasi D coklat muda agak rapuh tidak terjadi E putih kehi- kompak tidak terjadi jauan

  IV.1.2 Pemeriksaan mikroskopis kalus pada minflgu IV Gambar 1 : Sel kalus Solanum wrightii benth pada media dengan penambahan pisang mentah dengan pern- beaaran 400 kali. - 22 -

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Ga» bar 2 : Sel kalus Solanup wrlghtlj, Benth pnda madia E (media Murashige dan Skoog dengan penainbahan air kelapa) dengan panbesaran /fOO kali.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  • - 24 - IV.2. Kecepatan pertumbuhan

  IV,2.1 Pertumbuhan kalus dari eksplan ‘ TABEL 4 : Kecepatan pertumbuhan kalus dari eksplan Media Tumbuh ( hari ) A 28 + 0,71

  56 + 0,82

  B C 47 + 1 D 1 3 + 1 E

  8 + 0,82

  • - P - G

  • d fD OQ h h <+ p

  1

  1 \ i

  1 w

  1

  1 I i i

  1

  1 \ »

  1 i t

  1 9 ! i . j . . . J » '■-I

  • -e* Ol rJ
  • -0
  • 00 UJ

      V J l M

      V*

      1 ro

      .4 ..

      I I i

      1 it ...I... •M -.-I i

      1 fr. t I“‘

      1 i » -4

      4 S’

      Penumbuhan Kultur Kalus Dari ...

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

      V . 2 . i In de ks p e r t u m b u h a n k a l u s

      I

      X p I—* c M

      3 O' c S3*

      5C CO (I»

      1 t

      3 P- <*

      1 g S tn vji M

      1

      1

      1

      1 1 »

      I I

      I t

      V^J «#*> -X. O o ro cr» o^ o VJl

      —4 > v» ro O r»3 «vJS r4 ^5 rrt ro fo /'ii ro r?S ro ps VJl

      IP R « in d e k s p e r t u m b u h a n ra t a - r a t a

      1

      1

      1 M o' e O 5 o' E3 o h <+ tl o' p (0 CO p w £>

      5 I-*- 5 *

      3 S p. p. H* (D p

      3 X M 0q CO p og

      3 G

      5

      3 o ' c tr P

      3 <n c +

      CD

      2

      3 [jq p

      3 : s 0) w w a H* P 4 * V>J ro .fa. O J r o C J s d 4 * ro r o _ i V>J V^J I i i VJl CD —J CT> 4 * VJl - 0 4*. i 00 VJl VJl 4 ^ V>J i i 4>- r o _ * O J V>l ro k i i <T> CD o ro VJl V>J ro i O CD v o V>J 4 * - J CO i i H V^J r o

      ’ o j r o t o i » h j 4*. __k o -N VJl V>) _k -tK VjJ i H o VO 4 * O o \ _ j. i i -p*> 4*.

      VO $ C3

      ^ ^ 4, ■|S» _1> _jk V>J V_>J ro CT\ _A

      £■ V J l V>l 00 43*

      4 *. O j .00 fa SQ R> r o 00 to o

      & v>i > V >1 OJ

    • - J
    • V J l J*.

        00 ro r o -k oi V J l V J l f\i -2 v*

        VO J\>

        X

      . ....

      V>J r o i i - J ro - J - 0 -p* i o o _lk - J 4 * CD V^J CO i i ; v .'V i VJl 4*. •A

        00 r o 00 J /' so vo p> O I- J >

        Kb B & OS cv ••' a s On

        Kj* OS V>J 4*.

        $ N C .-

        I ro ro « j . i O <J\ VO 4 * 00 ro VJl i V/J —x - J 00 4** __k i »

        V j

      • - X V>J u .4 03 u^ . * . . , .- . . . 11 .• * . . . • . . r ••

        Etty Andayani

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      • - 26 -

        Umur ( minggu ) ---------- -> Gambar 3 : Kurva indeks pertumbuhan kalus Solanum wrightil Benth terhadap waktu. Dj = kalus dari media D pada pasasi I Dj-p kalus dari media D pada pasasi II Ejr * kalus dari media E pada pasasi I EII= lca^!US dajri media E pada pasasi II

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      • - 27 -

        IV.3.1. Kromatografi lapisaa.' tipis : - Ekstrak petroleum eter dengan .fase gerak n-Heksana : Etil asetat ( . 8 : 2 ) - Penampak noda anis aldehida asam sulfat TABEL

        6

        6 $

        , 2 6 0,58 0,69 - ekstrak petroleum 4 buah 0,15 ungu eter dari media a- C M O ir kelapa o,5e ,

        21