Filsafat socrates dan aristoteles ed

BAB I
PENDAHULUAN
Pada periode yunani klasik, perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan, yaitu
ditandainya semakin besar minat orang terhadap filsafat. Aliran yang mengawali periode
yunani klasik ini adalah sofisme. Penanaman aliran sofisme ini berasal dari kata sophos yang
artinya cerdik dan pandai. Keberadaan sofisme ini dengan semua keahliannya dalam bidangbidang bahasa, plitik dan retorika dan terutama memaparkan tentang kosmos dan kehidupan
manusia di masyarakat sehingga keberadaan sofisme ini dapat membawa perubahan budaya
dan peradaban Athena. Hal terpenting dengan munculnya sofisme ini adalah mempunyai
peran yang sangat penting dalam rangka menyiapkan kelahiran pemikiran filsafat yunani
klasik yang dipelopori Socrates, Plato dan Aristoteles.

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Socrates
Socrates anak seorang pemahat sophroniscos dan ibunya bernama Phairnarete, yang
pekerjaannya seorang bidan.1 Ia lahir di Athena pada tahun 469 SM dan meninggal tahun 399
SM.2 Istrinya bernama Xantipe yang dikenal sebagai seorang yang galak dan keras. Ia berasal
dari keluarga yang kaya dan mendapatkan pendidikan yang baik, kemudian menjadi prajurit
athena. Ia terkenal sebagai prajurit yang gagah berani. Karena ia tidak suka terhadap urusan

politik, maka ia lebih senang memusatkan perhatiannya kepada filsafat.3
Untuk mengetahui ajaran Socrates, para ahli sejarah filsafat banyak bersandar kepada
ajaran atau pemikiran Plato. Problemnya adalah bahwa plato dalam tulisannya banyak
menuangkan pendapatnya sendiri yang seakan-akan keluar dari mulut socrates. Meskipun
demikian, murid-murid socrates memberikan muatan sendiri-sendiri terhadap ajaran gurunya,
namun terdapat suatu kesamaan pendapat, yaitu tentang metode Socrates. Tujuan filsafat
Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku selama-lamanya. Socrates mengikuti
gagassan kaum sofis untuk beralih dari mengkaji alam dan berkonsentrasi pada manusia.
Tetapi berbeda dengan cara sofisme. Kalau sofisme menganggap semua kebenaran itu relatif
dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang Skeptis. Namun Socrates
berpendapat bahwa kebenaran bersifat tetap dan harus dicari.4
Menurut Socrates ada kebenaran obyektif, yang tidak bergantung pada saya atau pada
kita. Ini memang pusat permasalahan yang dihadapi oleh socrates. Untuk membuktikan
adanya kebenaran obyektif, socrates menggunakan metode tertentu. Metode in bersifat
praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan. Ia menganalisis pendapat-pendapat.
Socrates menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dan di pasar-pasar kota Athena.
Menanyai setiap orang yang ditemuinya apakah orang itu mengetahui sesuatu. Siapa saja
tidak luput menjadi sasaraan pertanyaannya. Ironisnya socrates sendiri mengakui bahwa ia
tidak tahu apa-apa dan tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa. Orang yang tidak tahu apa-apa dan
tahu bahwa ia tidak tahu apa-apa hingga ia mencari tahu adalah orang yang paling bijaksana.

1 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008) hlm. 49
2 M. Syafieh dan Ismail Fahmi Arrauf, Filsafat umum Sebuah Pengantar, (Medan: Cita Pustaka Media Perintis,
2011) hlm.63
3 Asmoro achmadi, Filsafat umum………..hlm. 49
4 M. Syafieh dan Ismail Fahmi Arrauf, Filsafat umum sebuah pengantar…… hlm. 63

2

Demikian kata socrates. Orang yang paling jahil adalah mereka yang tidak tahu bahwa ia
tidak tahu tetapi bertingkah seakan ia yang paling tahu. Pertanyaan-pertanyaan terus
diajukannya. Sebagian besar dia sendiri tidak tahu jawabannya. Tetapi ini bukan berarti ia
berhenti bertanya. Bahkan jawaban yang sudah adapun dipertanyakan kembali. Tetapi untuk
apa semua ini? Ya. Agar hidup ini ada artinya. Karena, menurut socrates, hidup yang tidak
diuji adalah yang tidak berarti (The unexamined life is not worth living).5
Metode yang digunakan socrates disebut dialektika, dari kata kerja yunani
dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog. Metode socrates dinamakan
dialektika karena dialog mempunyai peranan penting di dalamnya. Di dalam traktanya
tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan mengenai metode socrates ini. Ada dua
penemuan, katanya, yang menyangkut socrates, kedua-duanya berkenaan dengan dasar
pengetahuan. Yang pertama ialah dia menemukan induksi dan yang kedua ia menemukan

definisi. Penemuan induksi digunakan Aristoteles dalam logikanya tatkala pemikiran bertolak
dari pengetahuan yang khusus, lalu menyimpulkan pengetahuan yang umum, sebagaimana
yang dilakukan oleh socrates. Ia brtolak dari contoh-contoh kongkret dan di situ ia
menyimpulkan pengertian yang umum. Dari usaha ini Socrates menemukan definisi,
penemuannya yang kedua tentu saja berhubungan erat dengan penemuan pertama tadi karena
definisi ini diperoleh dengan jalan menemukan induksi itu.6
Bagi kita, yang sudah biasa membentuk dan menggunakan definisi barangkali
merasakan definisi ini bukan sesuatu yang amat penting, jadi bukan suatu penemuan yang
sangat berharga. Akan tetapi bagi socrates pada waktu itu penemuan definisi bukanlah hal
yang kecil maknanya. Penemuan inillah yang akan dihantamkannya kepada relativisme kaum
sofis. Orang sofis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif, tidak ada
pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu socrates dapat membuktikan kepada
orang sofis bahwa pengetahuan yang umum ada, yaitu definisi itu. Definisi itu adalah bersifat
umum yang disebut ciri essensi dan semua ciri khusus itu disebut ciri aksidensi. Definisi ialah
penyebutan semua ciri esensi suatu objek dengan menyisihkan semua ciri aksidensinya.7
Seperti halnya kaum sofis, socrates mengarahkan perhatiannya kepada manusia
sebagai objek pemikiran filsafatnya. Berbeda dengan kaum Sofis, yang setiap mengajarkan
pengetahuannya selalu memungut bayaran, tetapi socrates tidak memungut bayaran kepada
5 Ibid., hlm. 64
6 Ibid.,

7 Ibid., hlm. 65

3

murid-muridnya. Maka, ia kemudian oleh kaum Sofis sendiri dituduh memberikan ajaran
barunya, merusak moral para pemuda dan menentang kepercayaan negara. Kemudian ia
ditangkap dan akhirnya dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun yaitu pada
tahun 399 SM. Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara
keseluruhan yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak
dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan dua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.8
B. Filsafat Aristoteles
Ia dilahirkan di Stageira, Yunani utara pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter
pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi
keahliannya dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke
Athena untuk belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal.
Beberapa lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato untuk mengajar logika dan retorika.
Setelah Plato meninggal dunia, Aristoteles bersama rekannya Xenokrates meninggalkan
Athena karena ia tidak setuju dengan pendapat pengganti Plato di Akademia tentang filsafat.
Tiba di Assos, Aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Di sini Aristoteles
menikah dengan Pythias.9

Pada tahun 335 SM, ia mendirikan sebuah seskolah tinggi khusus untuk belajar
filsafat, Lyceum Peripatetic School. Sekolah disebut Peripatetic yang artinya jalan-jalan
karena Aristoteles punya kebiasaan memberi kuliah dan membahas permasalahan filsaft
sambil jalan-jalan di taman sekolah tersebut. Sayangnya setelah menjabat direktur sekolah ini
selama dua belas tahun, penguasa yang baru Hermias, menuduhnya telah melakukan makar
dan penghinaan. Mengingat kakek gurunya, Socrates, ia langsung angkat kaki lari ke Chalcis
di mana ia meninggal pada usia 63 tahun karena sakit perut.10
Selama dua ribu tahun, Aristoteles telah dijuluki gelar Sang Filosof (the Philosopher),
dikalangan Muslim ia digelar al Mu’allimal Awwal (guru pertama) yang menunjukkan betapa
terkemukanya murid plato yang satu ini dari filosof yang ada. Pengaruhnya telah menyelusup
karya para filosof dan kerja para ilmuan. Berbagai aliran timbul mengambil dari
pemikirannya dan ada yang muncul untu membantahnya. Filsafatnya telah mempengaruhi
banyak kaliran, termasuk scoitisme, Epicurianisme, Neo-platonisme, Gnostitisme, dan
skolatitisme. Boleh dikatakan semua sistem filsafat yang dikembangkan oleh pemikir abad
8 Asmoro achmadi, Filsafat umum…… hlm. 50
9 Ibid., hlm. 54
10 M. Syafieh dan Ismail Fahmi Arrauf, Filsafat umum sebuah pengantar…… hlm. 70

4


pertengahan dan modern seperti Aquinas, Leibniz, Descartes, kant, hegel, hartman, dan
banyak lagi yang lain mengambil faedah dan gagasan-gagasannya.11
Karya-karya Aristoteles berjumlah delapan pokok bahasan sebagai berikut:
a. Logika, terdiri dari :
 Categoriac (Kategori-kategori),
 De Interpretatione (Perihal penafsiran),
 Analytics Priora (Analitika logika yang lebih dahulu),
 Analytica Posteriora (Analitika logika yang kemudian),
 Topica,
 De Sophistics Elenchis (tentang cara berargumentasi kaum sofis).
b. Filsafat Alam, terdiri dari:
 Phisica,
 De caelo (perihal langit),
 De generatione et corruptione (tentang timbul-hilangnya makhluk-makhluk

c.

d.

e.

f.

g.

h.

jasmani),
 Meteorologica (ajaran tentang badan-badan jagad raya).
Psikologi, terdiri dari :
 De anima (perihal jiwa),
 Parva naturalia (karangan-karangan kecil tentang pokok-pokok alamiah).
Biologi, terdiri dari:
 De partibus animalium (perihal bagian-bagian binatang),
 De mutu animalium (perihal gerak binatang),
 De incessu animalium (tentang binatang yang berjalan),
 De generatione animalium (perihal kejadian binatang-binatang).
Metafisika, oleh Aristoteles dinamakan filsafat pertama atau theologia.
Etika, terdiri dari:
 Ethica Nicomachea,
 Magna moralia (karangan besar tentang moral),

 Ethicac Eudemia.
Politik dan ekonomi, terdiri dari:
 Politics,
 Economics.
Retorika dan poetika, terdiri dari :
 Rhetorica,
 Poetica.

Berikut ini akan kami uraikan tentang beberapa pemikiran Aristoteles yang terdiri dari:
a. Ajarannya tentang logika;
Logika tidak dipakai oleh Aristoteles, ia memakai istilah analitika. Istilah logika
pertama kali muncul pada abad pertama Masehi oleh Cicero, artinya seni berdebat.
11 Ibid.,

5

Kemudian, Alexander Aphrodisias (abad III Masehi) orang pertama yang memakai kata
logika yang artinya ilmu yang menyelidiki lurus tidkanya pemikiran kita.
Menurut Aristoteles, berpikir harus dilakukan dengan bertitik tolak pada pengertianpengertian sesuatu benda. Suatu pengertian memuat dua golongan, yaitu substansi (sebagai
sifat yang umum), dan aksidensia (sebagai sifat yang secara tidak kebetulan). Dari dua

golongan tersebut terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu:
1) substansi (mis. Manusia, binatang)
2) kuantitas (dua, tiga);
3) kualitas (merah, baik);
4) relasi (rangkap, separuh);
5) tempat (di rumah, di pasar);
6) waktu (sekarang, besok);
7) keadaan (duduk, berjalan);
8) mempunyai (berpakaian, bersuami);
9) berbuat (membaca, menulis);
10) menderita (terpotong, tergilas), sampai sekarang, Aristoreles dianggap sebagai bapak
logika tradisional.
b. Ajarannya tentang Sillogisme;
Menurut Aristoteles, pengetahuan manusia hanya dapat dimunculkan dengan dua
cara, yaitu induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak pada halhal yang khusus untuk mencapai kesimpulan yang bersifat umum. Sementara itu, deduksi
adalah proses berpikir yang bertolak pada dua kebenaran yang tidak diragukan lagi untuk
mencapai kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga. Menurut pendapatnya, deduksi ini
merupakan jalan yang baik untuk melahirkan pengetahuan baru. Berpikir deduksi yaitu
silogisme, yang terdiri dari premis mayor dan premis minor dan kesimpulan. Perhatikan
contoh berikut.

 Manusia adalah makhluk hidup (premis mayor)
 Si fulan adalah manusia (premis minor)
 Si fulan adalah makhluk hidup (kesimpulan)
c. Ajarannya tentang pengelompokan ilmu pengetahuan;
Aristoteles mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan, yaitu:
 Ilmu pengetahuan praktis (etika dan politik);
 Ilmu pengetahuan produktif (teknik dan kesenian);
 Ilmu pengetahuan teoretis (fisika, matematika, metafisika).

6

d. Ajarannya tentang potensia dan dinamika;
Mengenai realitas atau yang ada, Aristoteles tidak sepedapat dengan gurunya Plato
yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut Aristoteles, yang ada itu
berada pada hal-ha yang khusus dan kongkret. Dengan kata lain, titik tolak ajaran atau
pemikiran filsafatnya adalah ajaran plato tentang ide. Realitas yang sungguh-sungguh ada
bukanlah yang umum dan yang tetap seperti yang dikemukakan plato, tetapi realitas terdapat
pada yang khusus dan yang individual. Dengan demikian, realitas itu terdapat pada yang
konkret, yang bermacam-macam, yang berubah-ubah. Itulah realitas yang sesungguhnya.
Mengenai hule dan morfe, bahwa yang disebut sebagai hule adalah suatu unsur yang

menjadi dasar permacaman. Sementara itu morfe adalah unsur yang yang menjadi dasar
kesatuan. Setiap benda yang konkret dan terdiri dari hule dan morfe. Misalnya, es batu dapat
dijadikan es the, es sirop, es jeruk, dan es the tentu akan lain dengan es jeruk karena
morfenya. Jadi, hule dan morfe tidak terpisahkan.
e. Ajarannya tentang pengenalan;
Menurut Aristoteles, terdapat dua macam pengenalan, yaitu pengenalan indrawi dan
pengenan rasional. Dengan pengenalan indrawi kita hanya dapat memperoleh pengetahuan
tentang bentuk benda (bukan materinya) dan hanya mengenal hal-hal yang konkret.
Sementara itu, pengenalan rasional kita akan dapat memperoleh pengetahuan tentang hakikat
dari suatu benda. Dengan pengenalan rasional ini, kita dapat menuju satu-satunya untu ke
ilmu pengetahuan. Cara untuk menuju ke ilmu pengetahuan adalah teknik abstraksi. Abstraksi
artinya melepaskan sifat-sifat atau keadaan yang secara kebetulan, sehingga tinggal sifat atau
keadaan yang secara kebetulan yaitu intisari atau hakikat suatu benda.
f. Ajarannya tentang etika;
Aristoteles mempunyai perhatian yang khusus terhadap masalah etika. Karena etika
bukan diperuntukkan sebagai cita-cita, akan tetapi dipakai sebagai hukum kesusilaan.
Menurut pendapatnya, tujuan tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia).
Kebahagiaan adalah suatu keadaan dimana segala sesuatu yang termasuk dalam keadaan
bahagia telah berada dalam diri manusia. Jadi, bukan sebagai kebahagiaan subjektif.
Kebahagiaan harus sebagai suatu aktivitas yang nyata dan dengan perbuatannya itu dirinya
semakin disempurnakan. Kebahagiaan manusia yang tertinggi adalah berpikir murni.

7

g. Ajarannya tentang negara.
Menurut Aristoteles, negara akan damai apabila rakyatnya juga damai. Negara yang
paling baik adalah negara dengan sistem demokrasi moderat, artinya sistem demokrasi yang
berdasarkan Undang-Undang Dasar.

BAB III
PENUTUP
Metode Filsafat yang digunakan socrates disebut dialektika, dari kata kerja yunani
dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog. Metode socrates dinamakan
dialektika karena dialog mempunyai peranan penting di dalamnya. Di dalam traktanya
tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan mengenai metode socrates ini. Hampir
dalam setiap filsafat, Aristoteles selalu menunjukkan prisnsip kewajaran (the principle of
moderation). Kewajaran harus menjadi ciri penting negara, masyarakat dan individu. Bahkan,
dalam filsafat estetikanya, prinsip kewajaran menjadi salah satu ukuran indah tidaknya suatu
karya seni.

8