Manajemen Strategik dan Manajemen Risiko

TUGAS II
CONTOH BIDANG ILMU MANAJEMEN
MANAJEMEN STRATEGIK DAN MANAJEMEN
RISIKO

Nama

: Aifa Nur Amalia

NIM

: 1147050015

Kelas

: IF-C

Jurusan

: Teknik Informatika


DAFTAR ISI
A. Manajemen Strategik.......................................................................................2
1. Pengertian Manajemen Strategik...............................................................2
2. Prinsip Manajemen Strategik....................................................................3
3. Karakteristik Manajemen Strategik...........................................................3
4. Komponen Proses Manajemen Strategik...................................................6
5. Proses Manajemen Strategik.....................................................................7
B. Manajemen Risiko...........................................................................................9
1. Pengertian Manajemen Risiko...................................................................9
2. Klasifikasi Risiko dalam Manajemen Risiko............................................10
3. Proses Manajemen Risiko.........................................................................10
Daftar Referensi.....................................................................................................16

1

A. Manajemen Strategik
1. Pengertian Manajemen Strategik
Manajemen strategik adalah proses yang berkesinambungan dimulai dari
perumusan strategi, dilanjutkan dengan pelaksanaan kemudian bergerak ke
arah suatu peninjauan kembali dan penyempurnaan strategik tersebut, karena

keadaan di dalam dan di luar perusahaan atau organisasi yang selalu berubah.
Manajemen strategik merupakan arus keputusan dan tindakan yang mengarah
pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk
membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategik adalah
suatu cara dengan jalan bagaimana para perencana strategi menentukan
sasaran dan membuat kesimpulan strategi. Manajemen strategik adalah untuk
merencanakan suatu arah bagi perusahaan (Freeman, 1995: 52).
Karena itu studi tentang “manajemen strategik menekankan pada
pemantauan dan evaluasi peluang serta ancaman lingkungan berdasarkan
analisis

kekuatan

dan

kelemahan

organisasi.

Manajemen


strategik

menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan
dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan (Hunger, 2003: 4).
Menurut Alex Miller dalam Supratikno (2003: 11), manajemen strategik
sebaiknya tidak dipahami sebagai “tugas”, tetapi dipahami sebagai suatu
“disiplin”. Dengan demikian, manajemen strategik bukan tugas sekelompok
orang dalam organisasi, melainkan sebagai suatu metode berpikir yang
sebaiknya dimiliki oleh setiap karyawan organisasi. Manajemen strategik
dapat diartikan sebagai usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan
perusahaan untuk mengeksploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah
ditentukan (Muhammad, 2000: 6). Manajemen strategik menekankan
perhatiannya pada penempatan organisasi dalam kaitannya dengan lingkungan
yang sedang berubah dan harapan-harapan yang berpengaruh (Yusanto, 2002:
119).
Manajemen strategik adalah suatu proses yang berulang dan berkelanjutan
yang bertujuan agar dapat memelihara organisasi senantiasa sepadan dengan
lingkungannya. Manajemen strategik menurut Nawawi dalam Akdon (2007:


2

10) bahwa manajemen strategi adalah perencanaan berskala yang berorientasi
pada jangkauan masa depan yang jauh (visi), dan ditetapkan sebagai
keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan
prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (misi),
dalam

usaha

menghasilkan

sesuatu

(perencanaan

operasional

untuk


menghasilkan barang atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan
diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran
organisasi. Visi memberikan arah terhadap usaha apapun (O’Connor, 2003:
85).
Manajemen

strategik

dapat

pula

didefinisikan

sebagai:

proses

perencanaan, pengarahan (directing), pengorganisasian, dan pengendalian

berbagai keputusan dan tindakan strategis perusahaan dengan tujuan untuk
mencapai keunggulan kompetitif.1
2. Prinsip Manajemen Strategik
Prinsip manajemen strategik dibagi menjadi:
a. Perencanaan Strategi Merembes (menembus), seluruh manajer di
berbagai divisi harus belajar untuk berfikir secara strategis, seluruh
tingkat manajerial akan terlibat didalam manajemen strategi dengan
berbagai cara tertentu. Tiap pola dan cara yang akan dipakai berbeda
namun masih mengarah pada sasaran yang sama, tujuan yang
ditetapkan.
b. Perencanaan Komprehensif, maksudnya adalah perencanaan yang
berdasarkan pada kebutuhan serta pengembangan bisnis, tidak dibuat
dengan asal-asalan
3. Karakteristik Manajemen Strategik
Berangkat dari kenyataan bahwa manajemen strategik mencakup
manajemen organisasi secara keseluruhan, maka manajemen strategik
cenderung menjadi suatu pokok bahasan yang dapat dipandang dari berbagai
perspektif yang berbeda, yaitu :
1 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2012, hlm. 64.


3

a. Manajemen Strategik Meningkatkan Efektivitas Organisasional
Dalam setiap organisasi terdapat dua persyaratan yang sangat esensial
untuk sukses, yaitu: efisiensi dan efektivitas.
Efisiensi berhubungan dengan bagaimana sebaiknya suatu aktivitas
dilakukan untuk mencapai efisiensi, suatu organisasi perlu menetapkan
suatu metode, prosedur, sistem, aturan dan lainnya untuk melaksanakan
suatu aktivitas. Pendekatan efisiensi memastikan bahwa suatu organisasi
melaksanakan aktivitas atau tindakan dengan benar (doing things right).
Efektivitas berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas yang benar.
Efektivitas terutama ditentukan oleh hubungan antara suatu organisasi dan
lingkungan eksternalnya. Pendek kata, efektivitas memastikan bahwa
suatu organisasi melaksanakan aktivitas yang benar (doing right things).
Manajemen strategik terutama difokuskan pada penciptaan efektivitas
organisasi, sebab efektivitas berhubungan dengan kesesuaian antara
organisasi dan lingkungannya yang relevan. Menciptakan suatu organisasi
yang efisien relatif lebih mudah dengan menyusun dan menetapkan
metode, prosedur dan sistem untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
sehari-hari.

Sedang menciptakan efektivitas organisasi mungkin lebih sulit karena
berhubungan dengan kesesuaian lingkungannya yang selalu mengalami
perubahan.
b.

Manajemen Strategik Berorientasikan ke Arah Jangka Panjang
Secara umum strategi berbicara mengenai isu-isu yang menjangkau

lebih dari satu periode anggaran atau jangka pendek. Manajemen strategik
membahas persoalan organisasi yang berdimensi masa depan, bukan masa
kini atau masa lalu.
Banyak faktor atau variabel yang mempengaruhi perencanaan atau
manajemen strategik dalam jangka panjang antara lain:
1) Faktor-faktor pasar misalnya persaingan, prediksi permintaan masa
yang akan datang, ancaman produk atau jasa substitusi, reliabilitas
pemasak dan sebagainya.
2) Faktor-faktor manusia misalnya kapabilitas, preferensi manajemen.

4


3) Faktor-faktor kinerja. Organisasi yang selalu mempertahankan atau
memelihara kinerja atau kondisi yang sedang dicapai berarti hanya
fokus pada jangka pendek.
4) Manajemen strategik berkenaan dengan keputusan-keputusan
manajemen puncak atau manajer senior.
Walaupun suatu karyawan terlibat dalam implementasi keputusan
strategik, kebanyakan keputusan-keputusan stratetik berasal dari para
manajer puncak. Namun para manajer puncak dapat berkonsultasi untuk
mendapatkan masukan para karyawan sebelum mengambil keputusan yang
bersifat strategis. Dengan melakukan konsultasi dengan para karyawan,
para manajer tidak hanya akan menghasilkan keputusan-keputusan yang
berkualitas, tetapi juga akan meningkatkan komitmen karyawan karena
karyawan akan merasa telah menjadi bagian dalam proses pengambilan
keputusan. Sehingga para karyawan akan merasa mempunyai tanggung
jawab

dalam

mengimplementasikan


keputusan-keputusan

strategik

tersebut. Seorang manajer akan dapat mengetahui cara-cara atau metode
yang tepat untuk menghindari atau mengurangi besarnya kerugian yang
diderita perusahaan, sebagai akibat ketidakpastian terjadinya suatu
peristiwa yang merugikan (Djojosoedarso, 1999: 5).
c. Manajemen Strategik Terdapat pada Setiap Level Organisasi
Strategi dapat dianalisa pada tiga level atau tingkatan organisasi,
yaitu:
1) Strategi tingkat korporasi yang membahas mengenai tipe dan
pilihan bidang usaha serta alokasi diantara bidang usaha yang
dipilih.
2) Strategi tingkat bisnis atau strategi kompetitif yang membahas
tentang bagaimana organisasi bisnis unit akan bersaing atau
beroperasi dalam industri atau pasar.
3) Strategi tingkat fungsional atau tingkat operasional yang
membahas


tentang

bagaimana

suatu

organisasi

bisnis

mengimplementasikan keputusan-keputusan strategiknya.

5

d. Manajemen Strategik Masyarakat Pengetahuan yang Luas Tentang
Organisasi
Sifat keputusan-keputusan strategik yang biasanya menyangkut
perubahan kebiasaan dan perilaku diperlukan pandangan atau spektrum
yang lebih luas tentang aktivitasaktivitas lintas fungsi dalam suatu
organisasi.

Manajemen

strategik

masyarakat

wawasan

general

management bagi para manajer puncak atau CEO (Chief Executive
Officer). CEO yang hanya fokus pada bidang tertentu (misalnya
enginering, administrasi, akuntansi) akan gagal melaksanakan sifat
integratif (terpadu). Dari strategi dan tidak akan mampu mendorong
kinerja organisasi secara keseluruhan dalam jangka panjang (Jatmiko,
2003: 6 – 9).
4. Kompenen Proses Manajemen Strategik
Terdapat beberapa komponen dalam proses manajemen strategik, di
antaranya:
a. Misi Organisasi (perusahaan), merupakan gambaran tujuan tentang
keberadaan perusahaan. Misi ini meliputi tipe, ruang lingkup serta
karakteristik tindakan yang akan dijalankan.
b. Tujuan, merupakan hasil akhir dari sebuah kegiatan. Di sini akan
ditegaskan hal apa ayang akan digapai, kapan waktunya, dan berapa
yang harusnya dicapai.
c. Strategi,

merupakan

suatu

keterampilan

atau

ilmu

dalam

memenangkan sebuah persaingan. Persaingan adalah perebutan
konsumen (pangsa pasar) dan konsumen setiap saat akan mengalami
perubahan, maka strategi hendaknya dikelola dengan sedemikian rupa
supaya tujuan perusahaan bisa tercapai
d. Kebijakan, merupakan cara dalam mencapai sasaran perusahaan.
Kebijakan mencakup garis pedoman, aturan-aturan dan prosedur untuk
menyokong usaha pencapaian sasaran atau tujuan yang sudah
ditetapkan.

6

e. Profil Perusahaan, menggambarkan kondisi perusahaan baik itu
keuangan, sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya fisik
lainnya.
f. Lingkungan Eksternal, merupakan seluruh kekuatan yang akan
memberikan pengaruh terhadap pilihan strategi serta mendifinisikan
kondisi kompetisinya.
g. Lingkungan Internal, lingkungan internal mencakup seluruh unsur
bisnis yang terdapat pada perusahaan.
h. Analisa Strategi dan Pilihan, hal ini ditujukan kepada keputusan dalam
investasi untuk masa mendatang.
i. Strategi Unggulan, merupakan rencana umum serta komprehensif atas
semua aktivitas utama yang ditujukan pada usaha pencapaian sasaran
dalam lingkungan yang bersifat dinamis.
j. Strategi Fungsional, adalah penjabaran strategi umum yang nantinya
dijalankan oleh divisi.
5. Proses Manajemen Strategik
Pearce dan Robinson (2005: 3) memberikan penjelasan mengenai berbagai
tugas penting yang harus dilakukan manajemen puncak perusahaan, sebagai
pihak yang memiliki inisiatif untuk melakukan proses manajemen strategik.
Menurut mereka, terdapat sembilan tugas penting dalam menerapkan proses
manajemen strategik, yaitu :
a. Menyusun misi perusahaan, termasuk di dalamnya pernyataan
mengenai maksud pendirian perusahaan, filosofi perusahaan dan
tujuan perusahaan.
b. Melakukan

analisis

untuk

mengetahui

kondisi

internal

dan

kemampuan perusahaan.
c. Melakukan penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan yang
mencakup di dalamnya penilaian terhadap situasi persaingan dan
konteks usaha secara umum yang akan memengaruhi efektivitas
perusahaan dalam mencapai tujuan.

7

d. Melakukan analisis terhadap alternatif pilihan strategi perusahaan
dengan membandingkan kesesuaian antara sumber daya yang dimiliki
perusahaan dengan lingkungan yang dihadapi perusahaan.
e. Melakukan identifikasi terhadap alternatif pilihan strategi yang
diinginkan

melalui

evaluasi

masing-masing

pilihan

strategi

disesuaikan dengan misi dan tujuan perusahaan.
f. Memilih sekumpulan tujuan jangka panjang berikut strategi utama
(grand strategy) yang paling memungkinkan untuk mencapai tujuan
perusahaan.
g. Membuat tujuan tahunan (annual objectives) dan strategi jangka
pendek yang mendukung pencapaian tujuan jangka panjang dan
strategi utama.
h. Melakukan implementasi strategi terpilih melalui anggaran alokasi
sumber daya yang dibutuhkan, di mana dalam alokasi sumber daya ini
terdapat penekanan pentingnya keselarasan antara tugas, manusia,
struktur organisasi, teknologi yang digunakan serta sistem imbalan
(reward system) yang diterapkan.
i. Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan penerapan strategi sebagai
input yang akan digunakan dalam pembuatan keputusan di masa
mendatang.2

2 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2012, hlm. 71-72.

8

B. Manajemen Risiko
1. Pengertian Manajemen Risiko
Menurut Smith, Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses
identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang
mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang
dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
Menurut Clough and Sears, Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu
pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang
menimbulkan kerugian.
Menurut William, Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari
manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan
menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
Menurut Dorfman, Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis
dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
Menurut Djohanputro (2008;43) Manajemen resiko merupakan proses
terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan,
mengembangkan

alternatif

penanganan

resiko,

dan

memonitor

dan

mengendalikan penanganan resiko.
Pengertian manajemen risiko menurut Siagian dan Sekarsari (2001) dalam
pandangannya bahwa manajemen risiko adalah luas tidak hanya terfokus pada
pembelian asuransi tapi juga harus mengelola keseluruhan risiko-risiko
organisasi. Definisi tentang manajemen risiko memang bermacam-macam,
akan tetapi pada dasarnya manajemen risiko bersangkutan dengan cara yang
digunakan oleh sebuah perusahaan untuk mencegah ataupun menanggulangi
suatu risiko yang dihadapi (Kerzner, 2004)
Menurut Siahaan (Manajemen Risiko. PT Elex Media Computindo.
Jakarta. 2007) manajemen risiko adalah perbuatan (praktik) dengan
manajemen risiko, menggunakan metode dan peralatan untuk mengelola risiko
sebuah proyek.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
risiko adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan alternatif, mencegah,

9

menangani dan mengendalikan segala kemungkinan dari kejadian-kejadian
yang dapat merugikan suatu perusahaan.

2. Klasifikasi Risiko dalam Manajemen Risiko
a. Risiko Operasional, adalah risiko yang timbul karena tidak
berfungsinya sistem internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau
kegagalan sistem. Sumber terjadinya risiko operasional paling luas
dibanding risiko lainnya yakni selain bersumber dari aktivitas di atas
juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa, akuntansi, sistem
tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem
pengelolaan sumber daya manusia.
b. Risiko Hazard (bahaya), adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
akibat-akibat

yang

ditimbulkan

menimbulkan

kondisi yang

dari

kondusif

suatu

peristiwa.

terhadap

Hazard

bencana

yang

menimbulkan kerugian. Kerugian adalah penyimpangan yang tidak
diharapkan. Walaupun ada beberapa overlapping (tumpang tindih) di
antara kategori-kategori ini, namun sumber penyebab kerugian (dan
risiko) dapat diklasifikasikan sebagai risiko sosial, risiko fisik, dan
risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting karena
mempengaruhi cara penanganannya.
c. Risiko Finansial, adalah resiko yang diderita oleh investor sebagai
akibat dari ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuhi
kewajiban pembayaran deviden atau bunga serta pokok pinjaman.
d. Risiko Strategik, adalah risiko terjadinya serangkaian kondisi yang
tidak terduga yang dapat mengurangi kemampuan manajer untuk
mengimplementasikan strateginya secara signifikan.
3. Proses Manajemen Resiko
Pemahaman manajemen risiko memungkinkan manajemen untuk terlibat
secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang
berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan
nilai tambah. Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam
8 komponen (tahap), yaitu :

10

a. Internal Environment (Lingkungan internal)
Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi
Pemerintah berada dan beroperasi. Cakupannya adalah risk-management
philosophy (kultur manajemen tentang risiko), integrity (integritas), riskperspective (perspektif terhadap risiko), risk-appetite (selera atau
penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur
organisasi, dan pendelegasian wewenang.
b. Objective Setting (Penentuan tujuan)
Manajemen

harus

menetapkan

objectives

(tujuan-tujuan)

dari

organisasi agar dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko.
Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan activity
objective. Strategic objective di instansi Pemerintah berhubungan dengan
pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah dan
panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut.
Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu :
(1) Operations Objectives;
(2) Reporting Objectives;
(3) Compliance Objectives.
Risk tolerance dapat diartikan sebagai variation dalam pencapaian
objective yang dapat diterima oleh manajemen. Dalam penerapan
pelayanan pajak modern seperti pengiriman SPT WP secara elektronik,
diperkirakan

80%

Wajib

Pajak

(WP)

Besar

akan

mengimplementasikannya. Bila ditentukan risk tolerance sebesar 10%,
dalam hal 72% WP Besar telah melaksanakannya, berarti tujuan
penyediaan fasilitas tersebut telah terpenuhi. Disamping itu, terdapat pula
aktivitas suatu organisasi seperti peluncuran roket berawak dengan risk
tolerance adalah 0%.
c. Event Identification (Identifikasi risiko)
Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang
terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang
mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian

11

tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula
sebaliknya atau negatif (risks).
Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu :
(1) Exposure Analysis;
(2) Environmental Analysis;
(3) Threat Scenario;
(4) Brainstorming Questions.
Salah satu model, yaitu exposure analysis, mencoba mengidentifikasi
risiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial assets, physical
assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup
pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan
penguasaan informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi
dilakukan penilaian risiko kehilangan dan risiko penurunan. seperti kas
dan simpanan di bank.
d. Risk Assessment (Penilaian risiko)
Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau
keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya
dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat
dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau
peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko).
Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi
merupakan perkalian antara likelihood dan consequence.
Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu :
(1) Qualitative Techniques;
(2) Quantitative Techniques.
Qualitative techniques menggunakan beberapa tools seperti selfassessment (low, medium, high), questionnaires, dan internal audit
reviews. Sementara itu, quantitative techniques data berbentuk angka yang
diperoleh dari tools seperti probability based, non-probabilistic models
(optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking.
Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan antar
kejadian/keadaan. Events yang terpisah mungkin memiliki risiko kecil.

12

Namun, bila digabungkan bisa menjadi signifikan. Demikian pula, risiko
yang mempengaruhi banyak business units perlu dikelompokkan dalam
common event categories, dan dinilai secara aggregate.
e. Risk Response (Sikap atas risiko)
Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk
response dari organisasi dapat berupa :
1) Avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang
menyebabkan risiko;
2) Reduction,

yaitu

mengambil

langkah-langkah

mengurangi

likelihood atau impact dari risiko;
3) Sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau
sebagian dari risiko dengan pihak lain;
4) Acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko
yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.
Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor
seperti pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact,
response yang optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk
appetite and tolerances, analis cost versus benefits, dan kemungkinan
peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk response.
f. Control Activities (Aktivitas-aktivitas pengendalian)
Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan
(policies) dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana
dengan

efektif.

Aktivitas

pengendalian

memerlukan

lingkungan

pengendalian yang meliputi:
1) Integritas dan nilai etika;
2) Kompetensi;
3) Kebijakan dan praktik-praktik sdm;
4) Budaya organisasi;
5) Filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen;
6) Struktur organisasi; dan
7) Wewenang dan tanggung jawab.

13

Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis
dan aktivitas pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian,
diantaranya adalah preventive, detective, corrective, dan directive.
Sementara aktivitas pengendalian berupam: (1) pembuatan kebijakan dan
prosedur; (2) pengamanan kekayaan organisasi; (3) delegasi wewenang
dan pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan. Aktivitas pengendalian
hendaknya terintegrasi dengan manajemen risiko sehingga pengalokasian
sumber daya yang dimiliki organisasi dapat menjadi optimal.
g. Information and Communication (Informasi dan komunikasi)
Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang
relevan kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan
komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat
komunikasi.
Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin
disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi :
1) Appropriate;
2) Timely;
3) Current;
4) Accurate;
5) Accessible.
Arah komunikasi dapat bersifat internal dan eksternal. Sedangkan alat
komunikasi berupa diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan-pesan
melalui media elektronis.
h. Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing)
maupun terpisah (separate evaluation). Aktivitas monitoring ongoing
tercermin pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya.
Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu
(kasuistis). Pada monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses
evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan.

14

Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti
reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan
berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti
sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan
arahan bagi pelaporan.

15

DAFTAR REFERENSI
Solihin, Ismail. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sulastri, Lilis, Dr., MM. 2014. Manajemen Sebuah Pengantar Sejarah, Tokoh,
Teori, dan Praktik. Bandung: La Good’s Publishing.
Andriyanto,

Lilik.

(2013).

Manajemen

Resiko,

[Online].

Tersedia:

https://goondrex.wordpress.com/2013/07/09/manajemen-resiko/

[11

Februari 2016].
Nicho,

Eka.

(2015).

Manajemen

Strategi,

[Online].

http://nichonotes.blogspot.com/2015/02/manajemen-strategi.html

Tersedia:
[11

Februari 2016].
Rini, Fitriyanti. (2012). Pengertian Manajemen Resiko, [Online]. Tersedia:
http://pengertianmanagement.blogspot.co.id/2012/11/managementresiko.html [11 Februari 2016].

16