TUGAS BU RISTI GAMBARAN UMUM TB PARU OK
A. TB Paru
1. Gambaran Umum TB Paru
a. Definisi
Penyakit TB Paru
adalah
penyakit
menular
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yang
yang masih
keluarga besar ganus Mycobacterium. Diantara lebih dari
anggota keluarga mycobacterium yang diperkirakan lebih dari
30 buah, hanya 3 yang dikenal bermasalah dengan kesehatan
masyarakat. Mereka adalah mycobacterium bovis dan kalau
mycobacterium leprae
adalah penyakit kusta yang sudah
ratusan tahun, M bovis dikenal karena sering berada pada
susu sapi yang tidak dimasak dengan baik. (Achmadi, 2005).
Tidak
semua
orang
yang
terinfeksi
Mycobacterium
Tuberculosis akan menjadi sakit TB. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi imunitas tubuh menurun sehingga mudah
menjadi TB aktif. , Misal :
malnutrisi , infeksi HIV, dibetes,
penggunaan obat imunosupresif lain dalam jangka panjang.
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksius yang
terutama menyerang penyakit parenkim paru (Brunner&
Suddarth, 2002). Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksius
yang menyerang paru-paru yang secara khas yang ditanadai
oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular
dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Menurut WHO (1999), di Indonesia setiap tahun terjadi
583 kasus baru dengan kematian 130 penderita dengan
tuberkulosis positif pada dahaknya. Sedangkan menurut hasil
penelitian kusnindar 1990, Jumlah kematian yang disebabkan
karena tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun.
Kejadian kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling banyak
terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi
lemah.
Terjadinya
peningkatan
kasus
ini
disebabkan
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan
diri individu dan kepadatan hunian lingkungan tempat tinggal.
1
Tuberkulosis dibedakan menjadi TB Paru dan ekstra paru
berdasarkan orang yang terkenanya. Tuberkulosis ekstra paru
dibedakan berdasarkan organ yang terkena yaitu : limfadenitis
TB, Pleuritis TB, Peritonitis TB, TB tulang dan sendi, Miliari TB,
meningitis TB.
b. Prevalensi
WHO memperkirakan
pada
saat
ini
Indonesia
merupakan adalah urutan keempat dengan kasus TB Paru
terbanyak pada tahun 2010 setelah India, China, dan Afrika
Selatan. Prevalensi kasus TB Paru di Indonesia sebesar
244/100.000 dan insidensi untuk semua tipe TB Paru adalah
228/100.000. Insidensi kasus TB Paru – BTA positif sebesar
102/100.000 dan angka kematian mencapai 39 kasus/100.000
atau sekitar 250 orang/hari. Fakta tersebut didukung oleh
kondisi
lingkungan
perumahan,
dan
social
ekonomi
masyarakat (WHO, 2009).
Setiap tahun terdapat 583 ribu kasus baru TB Paru di
Indonesia. Prevalensi Tuberculosis Paru – BTA positif di
Indonesia dikelompokkan dalam tiga wilayah yaitu Sumatera,
Jawa, dan Bali. Prevalensi tuberculosis di wilayah Sumatera
sebesar 160/100.000 penduduk. Prevalensi tuberculosis di
wilayahJawadan
Bali
sebesar
110/100.000
penduduk.
Prevalensi tuberculosis di wilayah Indonesia di bagian timur
sebesar 210/100.000 penduduk (Depkes,2008) . Ditemukan
cakupan semua kasus TB Paru di daerah Jawa Tengah
mencapai 39.238 penderita(DinkesJawa Tengah,2011)
2
c. Penularan
Gambar 1.
Proses penularan Mycobacterium Tuberculosis melalui droplet
Nature Reviews Microbiology, 2014
Penularan
tuberculosis
dari
seseorang
penderita
ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paruparu penderita, pesebaran kuman tersebut diudara melalui
dahak berupa droplet. Penderita TB-Paru yang mengandung
3
banyak sekali kuman dapat terlihat (penderita bta positif)
adalah sangat menular.
Penderita TB Paru
BTA positif mengeluarkan kuman-
kuman ke udara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada
waktu batuk. Droplet yang sangat kecil ini mongering dengan
cepat
dan
menjadi
droplet
yang
mengandung
kuman
tuberkulosis. Dan dapat bertahan diudara selama beberapa
jam.
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhiru
poleh orang lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam
parudari orang yang menghirupnya, maka kuman mulai
membelah diri (berkembangbiak) dan terjadilah infeksi dari
satu orang keorang lain (Kusnindar, 1990). Dalam penularan
ada dua macam infeksi yaitu :
1) Infeksi primer
Terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TB Paru. Droplet yang terhirup ukurannya sangat
kecil, hingga da pat melewati mukosilier bronkus dan terus
berjalan sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi
dimulai saat kuman TB PARU berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di Paru, yang mengakibatkan
peradangan pada paru, dan ini disebut komplek primer.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
komplek primer adalah sekitar 4 - 6 minggu. Kelanjutan
setelah
infeksi
primer
tergantung
dari
banyaknya
kumanyang masuk dan besarnya respon daya tahan
(imunitas seluluer). Pada umumnya reaksi daya tahan
tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman
TB Paru. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur),
kadang-kadang
daya
tahan
tubuh
tidak
mampu
menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam
4
beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita
TB Paru. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai
terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6
bulan.
2) Infeksi Pasca Primer
TB Paru pasca primer biasanya terjadi s etelah beberapa
bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena
daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau
status gizi buruk. Ciri khas dari TB Paru pascaprimer adalah
kerusakan Paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura (Brown, Harold. 1983).
2. Determinan Faktor
a. Faktor Agent
Menurut Soeharsono (2005:30) TB disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, bakteri gram positif, berbentuk
batang halus, mempunyai sifat tahan asam dan aerobic.
1) Bentuk
a) Batang halus
b) Ukuran panjang 1-4 um
c) Tebal 0.3 – 0.6 um
2) Sifat-sifat biakan
a) Kuman bersifat aerob yaitu organisme yang melakukan
metabolisme dengan bantuan oksigen
b) Sifat pertumbuhan lambat ( waktu
genarasi
2-6
minggu), sedangkan koloninya muncul pada pembiakan
2-6minggu
c) Suhu optimum
pertumbuhan
optimum 6,4 sampai 7.
d) Tumbuh subur pada
biakan
pada
37˚C
(eugonik),
dan
pH
adapun
perbenihannya dapat diperkaya dengan penambahan
telur, gliserol, kentang, daging, ataupun asparagin.
3) Siklus hidup
5
Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup
diudara kering maupun dalam keadaan dingin atau dapat
hidup bertahun-tahun dalam lemasri es. Hal ini dapat
terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur).
Mycobacterium tuberculosis memiliki sifat tidak tahan
panas serta akan mati pada suhu 6˚C selama 15-20 menit.
Dalam dahak, bakteri ini dapat bertahan selama 20-30 jam.
Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan
hidup 8-10 hari. Biarkan basil ini apabila berada dalam
suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan
dalam
lemari
dlam
suhu
20˚C
selama
2
tahun.
Mycobacterium tahan terhadap berbagai khemikalia dan
disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 25%, asam
sitrat 3%, dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium
tinctur dalam 5 menit, dengan alkohol 80%akan hancur
dalam 2-20 menit (Hiswani M.Kes, 2010) .
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob,
oleh karena itu pada kasus TBC biasanya ditemukan pada
daerah yang banya udaranya. Mikobakteria mendapat
energi dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana.
Aktivitas biokimianya tidak khas, dan laju pertumbuhannya
lebih lambat dari kebanyakan bakteri lain karena sifatnya
yang
impermeable,
berlangsung
setiap
pertumbuhannya
sehingga
kurang
yang
penggandaannya
lebih
lamban,
18
seringkali
jam.
sulit
hanya
Karena
untuk
mendiagnostik ruberculosis dengan cepat. Bentuk saprofit
cenderung tumbuh lebih cepat, berkembang biak dengan
baik pada suhu 22-23˚C, menghasilkan lebih banyak
pigmen, dan kurang tahan asam dari pada bentuk yang
pathogen. Mikobakteria cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
ditempat yang gelap dan lembab.
b. Faktor Host
1) Umur
6
Menurut golongan umursekitar 75% pasien TB adalah
kelompok umur yang paling produktif secara ekonomis (1550 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal
tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan
rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat
TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15
tahun. Hal itu dikarenakan pada usia 15-55 ( usia
produktif
)
sehingga
mempunyai
resiko
aktivitas
terkena
yang
bakteri
sangat
padat
mycobacterium
tuberculosis sangat besar , selain itu sifat dari bakteri inilah
yang reaktifan endogen yaitu bakteri akan aktif kembali
saat host sudah berusia tua.
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin laki laki 6x lebih beresiko terkena penyakit
TB
paru dimana
kebanyakan laki laki merokok
dan
mengkonsumsi alkohol dibandingkan wanita. Merokok dan
konsumsi alkohol dapat menyebabkan imunitas tubuh
berkurang dan mudah terserang berbagai agent penyakit
selain itu pria berhubungan dengan kegiatan yang sering
bermigrasi ketika mencari pekerjaan dan waktu kontak
lebih banyak dengan orang lain sehingga meninkatkan
kemunkinan tepapar basil.
3) Pendidikan
Tingkat
pendidikan
yang
mempengaruhi
pengetahuan
diperoleh
seseorang.
seseorang
Makin
tinggi
tingkat pendidikan seseorang makin tinggi pula tingkat
pengetahuan tetang
pencegahan
kesehatan terutama dalam upaya
penyakit
seperti
penyakit
tuberkulosis.
Pendidikan yang rendah sangat mempengaruhi dalam
mendeteksi
penyakit
hambatan
yang
menyebabkan
dan
pemberantasan
pengobatan
hal
ini
merupakan
salah
kegagalan
tuberkulosis.
satu
dalam
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan rendah
7
mempunyai
kemungkinan
1,49
kali
untuk
terjadinya
penyakit tuberkulosis dibandingkan dengan pendidikan
tinggi. (Yanti, 2005).
4) Pekerjaan
Dalam hubungannya dengan kemungkinan terjadinya
suatu penyakit, pekerjaan dapat berpengaruh langsung
maupun tidak langsung. Penyakit karena debu misalnya
silicosis paru, merupakan akibat langsung terhadap para
pekerja. Sedangkan pengaruh tidak langsung dapat terjadi
apabila lingkungan sosial ekonomi kurang baik biasanya
tingkat penghasilannya pun rendah, hal ini merupakan
salah satu penyebab kurang dimanfaatkannya pelayanan
kesehatan yang ada, mungkin karena tidak cukup uang
untuk membeli obat, transportasi dan sebagainya (Astuti,
1998).
5) Status gizi
8
Nutrisi adalah faktor penentu fungsi sistem tubuh dan
sitsem imun. Sistem kekebalan dibuthkn manusia sebagai
proteksi terhadap penyakit atau infeksi yang disebabkan
oleh
mikroorganisme.
Biladaya
tahan
tubuh
sedang
menurun bakteri tb paru akan mudah masuk kedalam
tubuh manusia yang terhirup dan mngumpul di paruparu.
Sebaliknya apabila daya tahan tubuh baik maka kuman
akan tertidur. Jadi makin rendah sistem imun tubuh maka
semakin besar kemungkinan terserang penyait.
c. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Umum
Adalah agregat dari seluruh kondisi lingkungan dan
pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan
dan perkembangan bakteri TBC Linkungan Non Fisik yaitu
Kemiskinan. Keadaan ini berkaitan dengan perumahan
yang terlampau padat atau kondisi lingkungan kerja yang
buruk
akan
menurunkan
daya
tahan
tubuh
dan
memudahkan terjadinya infeksi.
2) Lingkungan khusus
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di daerah
Sragi Kabupaten Pekalongan ditemukan faktor – faktor
lingkungan yang dapat memacu adanya TB paru, seperti :
a) Kondisi rumah
Kondisi rumah di sekitar Wilayah Kecamatan Sragi
masih banyak yang tidak memenuhi syarat sebagai
Rumah sehat, seperti kurangnya ventilasi, jenis lantai,
kelembaban udara. Ruangan disetiap sudut rumah harus
menyenangkan,
menyehatkan
dan
tidak
berbau
sehingga Rumah yang sehat harus memiliki kondisi
rumah yang
memenuhi syarat rumah sehat dan
memadai untuk proses pergantian udara.
b) Kepadatan penduduk
penduduk di Wilayah Kecamatan
Sragi dapat
dilihat dengan lingkungan rumah penduduk yang saling
berdekatan, dan tidak jauh dari persawahan sehingga
9
jika
ada
yang
menderita
kemungkinan
besar
tetangga / keluarga beresiko tertular.
3. Pengendalian TB
Dalam sejarah pemberantasan TB di Indonsia tidak hanya
terfokus pada TB Paru saja, namun mencakup seluruh jenis TB.
Inisiasi pengendalian TB di Indonesia dapat ditelusuri sejak masa
pra-kemerdekaan. untuk pengendalian TB paru ada beberapa
strategi yaitu :
a. Perbaikan Ventilasi dan sanitasi lingkungan.
b. Nutrisi yang adekuat sesuai dengan tingkat pertumbuhan
c. Pemberian imunisasi BCG
d. Pendidikan kesehatan, ajarkan bahwa meludah disembarang
tempat tidak baik dan kotor.
e. Pemeriksaan kasus sedini mungkin dengan pemeriksaan
sputum pada pasien dengan batuk berdahak lebih dari 3
minggu.
f. Penemuan kasus Aktif dan Pasif. Aktif dengan mengunjungi
rumah-rumah penduduk dam memriksakan sputum mereka.
Pasif dengan memberikan pengobatan yang adekuat pada
pasienTBC yang dating ke Puskesmas,RS, Poliklinik.
g. Pemberian pengobatan atau terapi yang adekuat
h. Pengobatan berlangsung 6-8 bulan dengan menggunakan
terapi Rifampisin dan Pirazinamide.
i. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien TBC tentang
penularan ke orang lain.
j. Pengembangan kebijakan,
pengendalian
infeksi
implementasinya;
k. Keberlangsungan
pedoman
dalam
sumber
daya
pencegahan
penanganan
yang
TB
memadai
dan
dan
untuk
mengatasi kesenjangan dalam pembiayaan pengendalian TB
melalui dukungan lembaga donor danpemerintah setempat;
10
1. Gambaran Umum TB Paru
a. Definisi
Penyakit TB Paru
adalah
penyakit
menular
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yang
yang masih
keluarga besar ganus Mycobacterium. Diantara lebih dari
anggota keluarga mycobacterium yang diperkirakan lebih dari
30 buah, hanya 3 yang dikenal bermasalah dengan kesehatan
masyarakat. Mereka adalah mycobacterium bovis dan kalau
mycobacterium leprae
adalah penyakit kusta yang sudah
ratusan tahun, M bovis dikenal karena sering berada pada
susu sapi yang tidak dimasak dengan baik. (Achmadi, 2005).
Tidak
semua
orang
yang
terinfeksi
Mycobacterium
Tuberculosis akan menjadi sakit TB. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi imunitas tubuh menurun sehingga mudah
menjadi TB aktif. , Misal :
malnutrisi , infeksi HIV, dibetes,
penggunaan obat imunosupresif lain dalam jangka panjang.
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksius yang
terutama menyerang penyakit parenkim paru (Brunner&
Suddarth, 2002). Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksius
yang menyerang paru-paru yang secara khas yang ditanadai
oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular
dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Menurut WHO (1999), di Indonesia setiap tahun terjadi
583 kasus baru dengan kematian 130 penderita dengan
tuberkulosis positif pada dahaknya. Sedangkan menurut hasil
penelitian kusnindar 1990, Jumlah kematian yang disebabkan
karena tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun.
Kejadian kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling banyak
terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi
lemah.
Terjadinya
peningkatan
kasus
ini
disebabkan
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan
diri individu dan kepadatan hunian lingkungan tempat tinggal.
1
Tuberkulosis dibedakan menjadi TB Paru dan ekstra paru
berdasarkan orang yang terkenanya. Tuberkulosis ekstra paru
dibedakan berdasarkan organ yang terkena yaitu : limfadenitis
TB, Pleuritis TB, Peritonitis TB, TB tulang dan sendi, Miliari TB,
meningitis TB.
b. Prevalensi
WHO memperkirakan
pada
saat
ini
Indonesia
merupakan adalah urutan keempat dengan kasus TB Paru
terbanyak pada tahun 2010 setelah India, China, dan Afrika
Selatan. Prevalensi kasus TB Paru di Indonesia sebesar
244/100.000 dan insidensi untuk semua tipe TB Paru adalah
228/100.000. Insidensi kasus TB Paru – BTA positif sebesar
102/100.000 dan angka kematian mencapai 39 kasus/100.000
atau sekitar 250 orang/hari. Fakta tersebut didukung oleh
kondisi
lingkungan
perumahan,
dan
social
ekonomi
masyarakat (WHO, 2009).
Setiap tahun terdapat 583 ribu kasus baru TB Paru di
Indonesia. Prevalensi Tuberculosis Paru – BTA positif di
Indonesia dikelompokkan dalam tiga wilayah yaitu Sumatera,
Jawa, dan Bali. Prevalensi tuberculosis di wilayah Sumatera
sebesar 160/100.000 penduduk. Prevalensi tuberculosis di
wilayahJawadan
Bali
sebesar
110/100.000
penduduk.
Prevalensi tuberculosis di wilayah Indonesia di bagian timur
sebesar 210/100.000 penduduk (Depkes,2008) . Ditemukan
cakupan semua kasus TB Paru di daerah Jawa Tengah
mencapai 39.238 penderita(DinkesJawa Tengah,2011)
2
c. Penularan
Gambar 1.
Proses penularan Mycobacterium Tuberculosis melalui droplet
Nature Reviews Microbiology, 2014
Penularan
tuberculosis
dari
seseorang
penderita
ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paruparu penderita, pesebaran kuman tersebut diudara melalui
dahak berupa droplet. Penderita TB-Paru yang mengandung
3
banyak sekali kuman dapat terlihat (penderita bta positif)
adalah sangat menular.
Penderita TB Paru
BTA positif mengeluarkan kuman-
kuman ke udara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada
waktu batuk. Droplet yang sangat kecil ini mongering dengan
cepat
dan
menjadi
droplet
yang
mengandung
kuman
tuberkulosis. Dan dapat bertahan diudara selama beberapa
jam.
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhiru
poleh orang lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam
parudari orang yang menghirupnya, maka kuman mulai
membelah diri (berkembangbiak) dan terjadilah infeksi dari
satu orang keorang lain (Kusnindar, 1990). Dalam penularan
ada dua macam infeksi yaitu :
1) Infeksi primer
Terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TB Paru. Droplet yang terhirup ukurannya sangat
kecil, hingga da pat melewati mukosilier bronkus dan terus
berjalan sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi
dimulai saat kuman TB PARU berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di Paru, yang mengakibatkan
peradangan pada paru, dan ini disebut komplek primer.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
komplek primer adalah sekitar 4 - 6 minggu. Kelanjutan
setelah
infeksi
primer
tergantung
dari
banyaknya
kumanyang masuk dan besarnya respon daya tahan
(imunitas seluluer). Pada umumnya reaksi daya tahan
tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman
TB Paru. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur),
kadang-kadang
daya
tahan
tubuh
tidak
mampu
menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam
4
beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita
TB Paru. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai
terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6
bulan.
2) Infeksi Pasca Primer
TB Paru pasca primer biasanya terjadi s etelah beberapa
bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena
daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau
status gizi buruk. Ciri khas dari TB Paru pascaprimer adalah
kerusakan Paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura (Brown, Harold. 1983).
2. Determinan Faktor
a. Faktor Agent
Menurut Soeharsono (2005:30) TB disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, bakteri gram positif, berbentuk
batang halus, mempunyai sifat tahan asam dan aerobic.
1) Bentuk
a) Batang halus
b) Ukuran panjang 1-4 um
c) Tebal 0.3 – 0.6 um
2) Sifat-sifat biakan
a) Kuman bersifat aerob yaitu organisme yang melakukan
metabolisme dengan bantuan oksigen
b) Sifat pertumbuhan lambat ( waktu
genarasi
2-6
minggu), sedangkan koloninya muncul pada pembiakan
2-6minggu
c) Suhu optimum
pertumbuhan
optimum 6,4 sampai 7.
d) Tumbuh subur pada
biakan
pada
37˚C
(eugonik),
dan
pH
adapun
perbenihannya dapat diperkaya dengan penambahan
telur, gliserol, kentang, daging, ataupun asparagin.
3) Siklus hidup
5
Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup
diudara kering maupun dalam keadaan dingin atau dapat
hidup bertahun-tahun dalam lemasri es. Hal ini dapat
terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur).
Mycobacterium tuberculosis memiliki sifat tidak tahan
panas serta akan mati pada suhu 6˚C selama 15-20 menit.
Dalam dahak, bakteri ini dapat bertahan selama 20-30 jam.
Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan
hidup 8-10 hari. Biarkan basil ini apabila berada dalam
suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan
dalam
lemari
dlam
suhu
20˚C
selama
2
tahun.
Mycobacterium tahan terhadap berbagai khemikalia dan
disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 25%, asam
sitrat 3%, dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium
tinctur dalam 5 menit, dengan alkohol 80%akan hancur
dalam 2-20 menit (Hiswani M.Kes, 2010) .
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob,
oleh karena itu pada kasus TBC biasanya ditemukan pada
daerah yang banya udaranya. Mikobakteria mendapat
energi dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana.
Aktivitas biokimianya tidak khas, dan laju pertumbuhannya
lebih lambat dari kebanyakan bakteri lain karena sifatnya
yang
impermeable,
berlangsung
setiap
pertumbuhannya
sehingga
kurang
yang
penggandaannya
lebih
lamban,
18
seringkali
jam.
sulit
hanya
Karena
untuk
mendiagnostik ruberculosis dengan cepat. Bentuk saprofit
cenderung tumbuh lebih cepat, berkembang biak dengan
baik pada suhu 22-23˚C, menghasilkan lebih banyak
pigmen, dan kurang tahan asam dari pada bentuk yang
pathogen. Mikobakteria cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
ditempat yang gelap dan lembab.
b. Faktor Host
1) Umur
6
Menurut golongan umursekitar 75% pasien TB adalah
kelompok umur yang paling produktif secara ekonomis (1550 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal
tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan
rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat
TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15
tahun. Hal itu dikarenakan pada usia 15-55 ( usia
produktif
)
sehingga
mempunyai
resiko
aktivitas
terkena
yang
bakteri
sangat
padat
mycobacterium
tuberculosis sangat besar , selain itu sifat dari bakteri inilah
yang reaktifan endogen yaitu bakteri akan aktif kembali
saat host sudah berusia tua.
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin laki laki 6x lebih beresiko terkena penyakit
TB
paru dimana
kebanyakan laki laki merokok
dan
mengkonsumsi alkohol dibandingkan wanita. Merokok dan
konsumsi alkohol dapat menyebabkan imunitas tubuh
berkurang dan mudah terserang berbagai agent penyakit
selain itu pria berhubungan dengan kegiatan yang sering
bermigrasi ketika mencari pekerjaan dan waktu kontak
lebih banyak dengan orang lain sehingga meninkatkan
kemunkinan tepapar basil.
3) Pendidikan
Tingkat
pendidikan
yang
mempengaruhi
pengetahuan
diperoleh
seseorang.
seseorang
Makin
tinggi
tingkat pendidikan seseorang makin tinggi pula tingkat
pengetahuan tetang
pencegahan
kesehatan terutama dalam upaya
penyakit
seperti
penyakit
tuberkulosis.
Pendidikan yang rendah sangat mempengaruhi dalam
mendeteksi
penyakit
hambatan
yang
menyebabkan
dan
pemberantasan
pengobatan
hal
ini
merupakan
salah
kegagalan
tuberkulosis.
satu
dalam
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan rendah
7
mempunyai
kemungkinan
1,49
kali
untuk
terjadinya
penyakit tuberkulosis dibandingkan dengan pendidikan
tinggi. (Yanti, 2005).
4) Pekerjaan
Dalam hubungannya dengan kemungkinan terjadinya
suatu penyakit, pekerjaan dapat berpengaruh langsung
maupun tidak langsung. Penyakit karena debu misalnya
silicosis paru, merupakan akibat langsung terhadap para
pekerja. Sedangkan pengaruh tidak langsung dapat terjadi
apabila lingkungan sosial ekonomi kurang baik biasanya
tingkat penghasilannya pun rendah, hal ini merupakan
salah satu penyebab kurang dimanfaatkannya pelayanan
kesehatan yang ada, mungkin karena tidak cukup uang
untuk membeli obat, transportasi dan sebagainya (Astuti,
1998).
5) Status gizi
8
Nutrisi adalah faktor penentu fungsi sistem tubuh dan
sitsem imun. Sistem kekebalan dibuthkn manusia sebagai
proteksi terhadap penyakit atau infeksi yang disebabkan
oleh
mikroorganisme.
Biladaya
tahan
tubuh
sedang
menurun bakteri tb paru akan mudah masuk kedalam
tubuh manusia yang terhirup dan mngumpul di paruparu.
Sebaliknya apabila daya tahan tubuh baik maka kuman
akan tertidur. Jadi makin rendah sistem imun tubuh maka
semakin besar kemungkinan terserang penyait.
c. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Umum
Adalah agregat dari seluruh kondisi lingkungan dan
pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan
dan perkembangan bakteri TBC Linkungan Non Fisik yaitu
Kemiskinan. Keadaan ini berkaitan dengan perumahan
yang terlampau padat atau kondisi lingkungan kerja yang
buruk
akan
menurunkan
daya
tahan
tubuh
dan
memudahkan terjadinya infeksi.
2) Lingkungan khusus
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di daerah
Sragi Kabupaten Pekalongan ditemukan faktor – faktor
lingkungan yang dapat memacu adanya TB paru, seperti :
a) Kondisi rumah
Kondisi rumah di sekitar Wilayah Kecamatan Sragi
masih banyak yang tidak memenuhi syarat sebagai
Rumah sehat, seperti kurangnya ventilasi, jenis lantai,
kelembaban udara. Ruangan disetiap sudut rumah harus
menyenangkan,
menyehatkan
dan
tidak
berbau
sehingga Rumah yang sehat harus memiliki kondisi
rumah yang
memenuhi syarat rumah sehat dan
memadai untuk proses pergantian udara.
b) Kepadatan penduduk
penduduk di Wilayah Kecamatan
Sragi dapat
dilihat dengan lingkungan rumah penduduk yang saling
berdekatan, dan tidak jauh dari persawahan sehingga
9
jika
ada
yang
menderita
kemungkinan
besar
tetangga / keluarga beresiko tertular.
3. Pengendalian TB
Dalam sejarah pemberantasan TB di Indonsia tidak hanya
terfokus pada TB Paru saja, namun mencakup seluruh jenis TB.
Inisiasi pengendalian TB di Indonesia dapat ditelusuri sejak masa
pra-kemerdekaan. untuk pengendalian TB paru ada beberapa
strategi yaitu :
a. Perbaikan Ventilasi dan sanitasi lingkungan.
b. Nutrisi yang adekuat sesuai dengan tingkat pertumbuhan
c. Pemberian imunisasi BCG
d. Pendidikan kesehatan, ajarkan bahwa meludah disembarang
tempat tidak baik dan kotor.
e. Pemeriksaan kasus sedini mungkin dengan pemeriksaan
sputum pada pasien dengan batuk berdahak lebih dari 3
minggu.
f. Penemuan kasus Aktif dan Pasif. Aktif dengan mengunjungi
rumah-rumah penduduk dam memriksakan sputum mereka.
Pasif dengan memberikan pengobatan yang adekuat pada
pasienTBC yang dating ke Puskesmas,RS, Poliklinik.
g. Pemberian pengobatan atau terapi yang adekuat
h. Pengobatan berlangsung 6-8 bulan dengan menggunakan
terapi Rifampisin dan Pirazinamide.
i. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien TBC tentang
penularan ke orang lain.
j. Pengembangan kebijakan,
pengendalian
infeksi
implementasinya;
k. Keberlangsungan
pedoman
dalam
sumber
daya
pencegahan
penanganan
yang
TB
memadai
dan
dan
untuk
mengatasi kesenjangan dalam pembiayaan pengendalian TB
melalui dukungan lembaga donor danpemerintah setempat;
10