Biografi Socrates dan Pemikiran Filsafat

Biografi Socrates dan Pemikiran Filsafatnya
by Om Pedia · 1 Februari 2015

Filsafat Socrates – Selamat pagi Anak-anak Alam! Apa kabar kalian hari ini? semoga kalian
dalam ketenangan. Mungkin sebelumnya si Mbah pernah membahas tentang beberapa sosok
filsuf diantaranya, Plato dan Aristoteles. Kali ini Om yang akan memperkenalkan kalian pada
salah satu orang penting dalam dunia filsafat, yaitu Socrates. Socrates ini tidak kalah penting,
karena dilihat dari segi historisnya, dia adalah generasi pertama dari dua pemikir besar
tersebut, Plato dan Aristoteles. pengen kenalan? Mari kita mulau dari…

Siapa Itu Socrates?
Socrates adalah seorang filsuf di era filsafat kuno yang berasal dari Athena, Yunani. Dia
hidup sekitar 469 S.M – 399 S.M. Selain itu, Socrates juga termasuk salah satu figur paling
penting dalam tradisi filosofis Barat dimana dia adalah generasi pertama dari tiga ahli filsafat
yang memiliki nama besar di Yunani, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Pada awalnya
Socrates adalah guru dari Plato, dan generasi selanjutnya, Plato menjadi guru dari Aristoteles.
Socrates sendiri selama hidupnya tidak pernah meninggalkan buah pemikirannya dalam

bentuk karya tulis apapun. Sosoknya justru lebih dikenal dari sumber literatur yang ditulis
oleh muridnya, Plato, dimana Socrates hamper selalu menjadi tokoh utamanya.


Riwayat hidup
Socrates lahir sekitar 469 S.M, diperkirakan ayah Socrates adalah seorang pemahat patung
batu (Stone Mason) bernama Sophroniskos dan ibunya adalah seorang bidan bernama
Phainarete. Dari profesi ibunya inilah Socrates nantinya menamai metode berfilsafatnya
sebagai metode kebidanan. Socrates juga memiliki tiga orang anak dari istrinya yang
bernama Xantippe.
Pemikiran filsafat Socrates sendiri mengundang pertanyaan karena selama hidupnya Socrates
tidak pernah menuliskannya dalam bentuk apapun. Apa yang dianggap sebagai buah pikirnya
saat ini adalah hasil catatan murid-muridnya seperti, Plato, Xenophone (430-357 S.M.), dan
lain-lain. Dari kesemua itu yang paling terkenal adalah pengambaran Plato akan gurunya
dalam dialog-dialog yang ditulisnya. Dalam karyanya Plato selalu menggunakan nama
Socrates sebagai tokoh utama, karena itu, memisahkan gagasan asli Socrates sangat sulit
dipisahkan dari gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Socrates dalam karya
tulisnya. Plato sendiri hanya menulis tiga kali namanya sendiri dalam karya-karya tersebut,
dua kali dalam Apoligi, dan sekali dalam Phaedrus.
Penampilan Socrates dikenal dengan seorang yang tidak tampan, dengan pakaian sederhana,
dan tanpa alas kaki berkeliling mendatangi orang-orang Athena untuk berdisksi tentang
filsafat. Pada awalnya ini dilakukannya untuk memastikan suara gaib yang didengar
temannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari
Socrates. Merasa tidak memiliki sesuatu apapun yang dapat dikatakan bijak dalam dirinya,

Socrates berkeliling mencari orang-orang yang dianggap bijak pada masa itu dan
mengajaknya berdisksi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode inilah yang oleh
Socrates disebut sebagai metode kebidanan, dimana dia menganalogikan dirinya sebagai
bidan yang membatu kelahiran sebuah pikiran melalui proses dialektik yang panjang dan
mendalam, sama seperti seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi. Yang
dikejarnya dari proses diskusi tersebut adalah sebuah definisi absolut tentang satu masalah
meskipun seringkali orang yang diajaknya berdiskusi gagal mencapai definisi tersebut.
Akhirnya Socrates sampai pada kesimpulan bahwa suara gaib yang didenganr temannya itu
adalah benar, karena pada kenyataannya dia memang bijaksana karena dia tidak merasa
bijaksana. Sedang orang-orang yang diajaknya berdiskusi adalah orang yang tidak
bijaksana karena mereka merasa sebagai orang yang bijaksana.
Karena caranya berfilsafat inilah Socrates menerima kebencian dari orang-orang yang
diajaknya berdiskusi, karena setelah proses dialektik Socrates mereka lewati, maka terlihatlah
bahwa apa yang sebenarnya merika pikirkan benar-benar mereka tidak ketahui kebenarannya.
Kejadian inilah yang pada akhirnya mengantarkan Socrates pada peradilan yang mengakhiri
masa hidupnya atas tuduhan mersak generasi muda. Sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan
gampang dapat dipatahkannya melalu pembelaan sebagaimana tertulis dalam Apologi karya
Plato. Socrates wafat pada usia tujuh puluh tahun (atau tujuh puluh satu) dengan meminum
racun, sebagaimana keputusan pengadilan yang diterimanya dimana 280 orang mendukung
dihukum matinya Socrates dan 220 orang liannya menolak.

Dalam Krito, Socrates diceritakan sebenarnya dapat lari dari penjara dan menghindari
hukuman mati dengan bantuan dari sahabat-sahabatnya, namun dia menolak. Alasannya

karena dia terikat pada sebuah “kontrak” kepatuhan hokum yang sama seperti semua orang di
Athena, maka menurutnya dia harus tetap menjalani hukuman matinya tanpa perlu
menghindar. Keberaniannya dalam menghadapi maut ini digambarkan oleh Plato dalam
karyanya yang berjudul Phaedo dengan sangat indah. Kematian Socrates ditangan
ketidakadilan peradilan ini menjadi salah satu peristiwa peradilan paling bersejarah dalam
masyarakat barat selain peradilan atas Yesus Kristus.
Ada sebuah kutipan yang indah menurut Om, yang diungkapkan oleh Socrates
True wisdom comes to each of us when we realize how little we understand about life,
ourselves, and the world around us. (Socrates)
Jadi seperti itu, kebijaksanaan yang sebenarnya datang kepada kita ketika kita menyadari
betapa sedikitnya kita mengerti tentang hidup, diri kita, dan dunia di sekitar kita.

Filosofi
Socrates menjadikan masalah kemanusiaan sebagai objek filsafatnya. Pemecahan masalah
kemanusiaan tersebut digalinya dengan mengejar sebuah definisi absolut (mutlak) atas
permasalahn tersebut melalui proses dialektika yang panjang dan mendalam. Pengajaran
pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis inilah yang menjadi peninggalan pemikiran

filsafatnya yang paling penting, dan juga membuka jalan bagi para filsuf selanjutnya untuk
mengembangkan metodenya.
Socrates juga dikatakan sebagai orang pertama yang mengkaji aspek kemanusiaan menjadi
objek filsafatnya setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta.
Pemikiran Socrates ini selanjutnya enjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan
epistemologis (dasar-dasar dan batasan ilmu pengetahuan) di kemudian hari.

Pengaruh
Metode dialektik Socrates yang dikenal sebagai metode elenchos telah menjadi sumbangan
terbesasnya bagi perkembangan pemikiran filsafat Barat. Metode ini diterapkan untuk
menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak etika dan
filsafat moral (dan filsafat secara umum juga tentunya).
Dan itulah dia Socrates. Om terkesan ketika dia tidak mau menghindari hukuman matinya.
Apa kalian juga terkesan pada orang ini? Yuk tulis di comment

Om Pedia
Om adalah orang yang baru kembali dari perjalanan jauh. Datang membawa undangan dari
ibu kalian yang merindukan kalian dan ingin banyak menyampaikan pesan-pesan kepada
kalian.


kita harus banyak bertemu (dalam bentuk apapun). Tujuannya, agar undangan ini dapat
tersampaikan secara sempurna. Tumbuhlah, tumbuhkan sesuatu pada diri kalian. Karena
tugas Ayah adalah mendidik anak-anaknya, dan Om adalah Ayah ke-dua kalian (Jadi
anggaplah seperti itu).
vv