Telaah Filsafat sosial dan Teologi

IMPLEMENTASI METODE FILSAFAT PADA REALISASI
ILMU TAUHID

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Bashori

DISUSUN OLEH :
Ayusta Maulana P.
(12110020)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
TAHUN 2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami taufik
dan hidayah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul
Implementasi Metode Filsafat Pada Realisasi Ilmu Tauhid. Kami ucapkan terima
kasih kepada orang tua kami yang telah mendorong dan memberikan dukungan

kepada kami berupa do’a sehinggakami bisa belajar di universitas tercinta ini.
Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing matakuliah
Teologi Islam Drs. Bashori yang telah memberikan kami arahan dalam menyusun
makalah ini, kami juga berterimakasih kepada teman-teman yang telah
mendukung dan memberi kami semangat dalam menyelesaikan makalah
ini.Dengan makalah ini diharapkan para pembaca dapat sedikit menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai wewenang dan tujuan pendidikan islam.
Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih ditemui
banyak kesalahan dan kekurangan, hal tersebut disebabkan karena masih
kurangnya pengetahuan kami serta, sehingga untuk kesempurnaan makalah ini
sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................
i

DAFTAR ISI ...................................................................................

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
..............................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
..............................................................................................
3
1.3 Tujuan
.......................................................................................................
3

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ilmu Tauhid

.................................................................................................................
4

2.2 Pengertian Filsafat
.................................................................................................................

7

2.3 Objek Kajian Filsafat...............................................................................9
2.4 Persamaan Ilmu Tauhid dan Filsafat....................................................10
2.5 Perbedaan Ilmu Tauhid dan
Filsafat.......................................................14
BAB III PEMBAHASAN

3.1
Pembahasan.....................................................................................
......16
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan.......................................................................................
......19
4.2
Penutup............................................................................................
......19
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama hidupnya,manusia membutuhkan sebuah kepercayaan agar
hidupnya bisa damai dan tenang. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
manusia berusaha mencari sebuah jawaban,hingga akhirnya manusia
menemukan dan mendapatkan kepercayaan yang selama ini mereka cari, yaitu
agama. Agama bukanlah ciptaan manusia, sehingga manusia sendiri memiliki
bermacam bentuk dan aliran agama. Salah satu aliran agama yaitu monoteisme.
Dalam aliran monoteisme, agama hanya mempercayai satu Tuhan.
Kepercayaan tersebut tentu berasal dari kitab suci yang telah diwahyukan
kepada Nabi, atau utusan dari masing-masing agama, seperti halnya Islam.
Islam merupakan salah satu agama yang beraliran monoteisme. Islam
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Kitab sucinya yaitu Al-Qur’an,dan
Tuhannya yaitu Allah SWT.

Islam mewajibkan seluruh pemeluknya untuk bersaksi bahwasanya tidak
ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Pada
perkembangannya, Islam berkembang sangat pesat. Pengikutnya pun semakin
banyak. Diantara banyak pengikut tersebut ada beberapa diantaranya yang

bersifat kritis. Mereka mencoba mengkaji dan mempertanyakan kembali dasardasar mengapa mereka mempercayai Tuhan. Karena muncul permasalahan
inilah,sebagian dari mereka mencoba untuk menjawabnya, dengan berdasarkan
wahyu langsung dari Tuhan yang berupa Kitab Suci,yaitu Al-Qur’an.
Fenomena ini melahirkan studi/kajian ilmu Agama yang baru, yang dikenal
dengan Ilmu Tauhid.Kemunculan Ilmu ini membawa dampak yang positif
karena mereka bisa memperkokoh

keimanan mereka. Seiring dengan

berkembangnya waktu, materi yang dibahas dalam ilmu Tauhid itu sendiri
semakin meluas.

Dalam pernyataan Ibnu Khaldun dijelaskan bahwa : “Ilmu Tauhid ialah
Ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan iman dengan
menggunakan dalil-dalil dan pikiran”. Berdasarkan pendapat Ibnu Khaldun
tersebut, maka sebagai acuan dalam Ilmu Tauhid tidak hanya berdasarkan pada
dalil-dalil, tetapi juga menggunakan pikiran. Pemikiran yang digunakan dalam
pembahasan Ilmu Tauhid bukanlah pemikiran yang sembarangan dan asalasalan. Pemikiran yang digunakan haruslah berdasarkan suatu alasan yang kuat
dan bernilai benar,sehingga dapat diterimah oleh akal. Sistematika pemikiran
yang seperti ini, biasa kita kenal dengan filsafat.

Dengan berfilsafat, tentunya akan ditemukan jawaban dari berbagai
macam persoalan yang ada, termasuk dalam persoalan Ilmu Tauhid. Jawaban
dari persoalan seputar Ilmu Tauhid yang diperoleh dari filsafat ttentunya akan
lebih rasional, dan bisa diterimah oleh akal. Namun, jawaban tersebut belum
tentu benar dan sesuai dengan dalil-dalil dalam Al-Qur’an. Begitu pula
sebaliknya, apabila hanya menggunakan dalil-dalil tanpa berfikir tentang dalildalil itu sendiri tentu jawaban tersebut akan sulit untuk diterimah akal. Untuk

itulah

diperlukan

pembahasan

sejauh

mana

perkembangan Ilmu Tauhid.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Tauhid?
2. Apa yang dimaksud dengan filsafat?
3. Apa saja yang dikaji dalam filsafat?
4. Apa persamaan antara Ilmu Tauhid dan filsafat?
5. Apa perbedaan antara Ilmu Tauhid dan filsafat?

1.3 Tujuan

peranan

filsafat

pada

1. Untuk memahami maksud dari Ilmu Tauhid.
2. Untuk memahami maksud dari filsafat.
3. Untuk memahami bidang kajian filsafat.
4. Untuk memahami persamaan Ilmu Tauhid dan filsafat.
5. Untuk memahami perbedaan Ilmu Tauhid dan filsafat.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ilmu Tauhid
Menurut Syaikh Muhammad Abduh, Tauhid ialah ilmu yang membahas
tentang wujud Allah tentang sifat-sifat yang wajib tetap bagi-Nya, sifat-sifat
yang jaiz disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali yang
wajib ditiadakan (mustahil) daripada-Nya. Juga membahas tentang Rasul-Rasul
Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib pada dirinya,
hal-hal yang jaiz dihubungkan (dinisbatkan) pada diri mereka dal hal-hal yang
terlarang (mustahil) menghubungkannya kepada diri mereka.1
Sedangkan menurut Sayyid Husein Afandi al-Jisr at-Tarabulisi,
menerangkan bahwa, sesungguhnya ilmu tauhid itu ialah ilmu yang membahas
padanya tentang menetapkan (meyakinkan) kepercayaan agama dengan
1

Prof. Dr. Sahilun A. Nasir, Teologi Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2012) hal. 1

mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan (nyata). Buah faedahnya ialah
mengetahui sifat-sifat Allah SWT dan Rasul-rasul-Nya dengan bukti-bukti

yang pasti, akhirnya mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan yang abadi.
Ilmu tauhid adalah pokok paling utama dari semua agama,karena pertalian erat
dengan Dzat Allah SWT serta Rasul-rasul-Nya.2
Ilmu tauhid juga bisa disebut dengan Teologi Islam, istilah ini diambil
dari bahasa Inggris, yaitu Theology. William L. Reese mendefinisikannya
dengan discourse or reason concerning God (diskursus atau pemikiran tentang
Tuhan). Reese juga mengatakan “Teologi merupakan disiplin ilmu yang
berbicara tentabg kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu
pengetahuan.Teologi

adalah

penjelasan

tentang

keimanan,perbuatan,dan

pengalaman agama secara rasional.3
Sementara itu Al-Faraby mendefinisikan Ilmu Tauhid adalah disiplin

Ilmu yang membahas Dzat dan sifat Allah beserta eksistensi semua yang
mungkin,mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah
mati yang berlandaskan doktrin Islam. Stressing akhirnya adalah memproduksi
ilmu ketuhanan secara filosofis. Sedangkan Ibnu Khaldun, mendefinisikan
Ilmu Tauhid yaitu, disiplin Ilmu yang mengandung berbagai argumentasi
tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional.4
Masih ada definisi-definisi lainya akan tetapi kesemuanya itu berkisar
pada persoalan kepercayaan diatas dan cara menguraikan kepercayaankepercayaan itu, yaitu kepercayaan tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya,tentang
Rasul-rasul dan sifat-sifatnya dan kebenaran keutusannya,demikian pula
tentang kebenaran kabar yang dibawa Rasul itu sekitar alam gaib seperti
akhirat dan seisinya.5
2

Sayyid Husein Afandi, Hushun al-Hamidiyah (Surabaya : Maktabah
Tsaqafiyah) hal.6
3

William L. Reese, Dictionary of Philosophy and Religion, (USA : Humanities
Press, 1980) hal.28
4


Dr. Abdul Rozak, Ilmu Kalam (Bandung : Pustaka Setia,2007) hal.14

5

Ahmad Hanafi M.A, Theology Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1993) hal.3

Ilmu Tauhid juga dinamakan ilmu kalam, karena setelah Ulama-ulama
Mu’tazilah mempelajari kitab-kitab filsafat yang diterjemahkan pada masa AlMa’mun, mereka mempertemukan caara (sistem) filsafat dengan sistem ilmu
kalam dan dijadikan ilmu yang berdiri sendiri dan dinamakan Ilmu Kalam.
Dinamakan ilmu kalam karena :6
1.

Persoalan terpenting yang menjadi pembicaraan abad-abad permulaan
Hijriah ialah firman Tuhan (kalam Allah) dan non azalinya Qur’an (khalq
al-Qur’an). Karena itu keseluruhan isi ilmu kalam dinamai dengan salah
satu bagiannya yang terpenting.

2.

Dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil fikiran dan pengaruh dalil-dalil ini
nampak jelas dalam pembicaraan-pembicaraan para mutakallimin. Mereka
jarang-jarang kembali kepada dalil-dalil naqal (Al-Qur’an dan Hadits),
kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan terlebih dahulu.

3.

Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai
logika dalam filsafat,maka pembuktian dalam soal-soal agama ini dinamai
ilmu kalam untuk membedakan dengan logika dalam filsafat.
Disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-An’aam ayat pertama :

‫ ثم الذ ين‬.‫الحمد لله الذ ئ خلق ا لسموت والرض وجعللظلمت و النو رل‬
‫كفروا بربهم يعد لون‬
“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan
mengadakan

gelap

dan

terang,namun

orang-orang

yang

kafir

mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.”
Ilmu tauhid sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum dikenal pada masa
Nabi Muhammad SAW,maupun pada masa sahabat-sahabatnya. Akan tetapi
baru dikenal pada masa berikutnya, setelah ilmu-ilmu ke-Islaman yang lain
muncul satu persatu,dan setelah orang banyak membicarakan tentang
kepercayaan alam gaib (metafisika). Kita tidak akan dapat memahami
6

Ibid, hal 4

persoalan-persoalan ilmu tauhid dengan sebaik-baiknya kalau kita tidak
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya,kejadian-kejadian
politis dan historis yang menyertai pertumbuhannya. Faktor itu sebebnarnya
banyak,akan tetapi dapat digolongkan kepada dua bagian,yaitu faktor-faktor
yang datang dari luar mereka karena adanya kebudayaan-kebudayaan lain dan
agama-agama yang bukan Islam.7

2.2 Pengertian Filsafat
Filsafat merupakan pemikiran secara rasional,dalam arti berusaha
menyusun suatu bagan konsepsional yang bersifat rasional,yaitu bagan yang
bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain. Bagan
tersebut ialah bagan yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari premis-premis
yang ditetapkan dengan baik. Filsafat berusaha untuk memulai dari bahanbahan yang ditetapkan secara baik dan berusaha menarik kesimpulan dari
bahan-bahan tersebut secara logis.8
Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, dalam arti tidak ada
sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya. Jika tidak demikian,filsafat
akan ditolak serta dikatakan berat sebelah dan tidak memadai. Suatu sistem
baru dapat dikatakan memadai jika memuat penjelasan tentang semua gejala.
Memang salah satu cara untuk mengecam suatu sistem filsafat ialah dengan
menunjukkan bahwa sistem tersebut melupakan sesuatu yang tidak
memperoleh tempat di dalamnya. Jika demikian,maka sisitem semacam itu
perlu diperluas atau ditolak. Ringkasnya, dalam filsafat,kita berusaha untuk
mencari dasar-dasar bagi kepercayaan-kepercayaan kita.9

7

Ibid hal.6

8

Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2004)
hal.10
9

ibid, hal 13

Kata filsafat padanan dari bahasa Arab

(‫ )فلسفة‬dan bahasa Inggrisnya

philosophy. Kata filsafat sendiri berasal dari bahasa Yunani, Philosophia,yakni
gabungan dari kata “philos” yang artinya cinta,dan “sophos” yang artinya
kebijaksanaan,dengan

kata

lain

filsafat

adalah

cinta

kepada

kebijaksanaan,kearifan atau pengetahuan (wisdom). Secara etimologi, filsafah
berarti cinta kepada kebijaksanaan,kearifan atau pengetahuan.10

Pengertian filsafat dapat dipandang dari dua segi11 :
1.

Filsafat dilihat dari segi hasil pengetahuan,yaitu jenis pengetahuan yang
berusaha mencari hakikat dari segala sesuatu yang ada.

2.

Filsafat dilihat dari segi aktifitas budi manusia, yaitu metode atau cara
yang radikal hendak mencari keterangan yang terdalam tentang sesuatu
yang ada.
Oleh karena kata filsafat itu bersifat general,maka banyak pemikir

berusaha untuk mendefinisikan filsafat. Berikut ini beberapa definisi yang
dipaparkan oleh para ahli12 :
1.

Aristoteles berpendapat bahwasanya filsafat merupakan metode atau cara
yang digunakan untuk menyelidiki sebab dan asas suatu benda.

2.

Al-Farabi mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahu semua yang wujud
(ada) kerena ia wujud. Tujuan terpenting mempelajari filsafat adalah
mengetahui Tuhan,bahwa Ia esa dan tidak bergerak,,bahwa Ia menjadi
sebab yang aktif bagi semua yang ada. Wujud selain Allah,yaitu makhluk
adalah wujud yang tidak sempurna

10

Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat (yogyakarta: Kanisius,1996) hal 14

11

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Filsafat
(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2011) hal.5
12

Ibid, hal.6

3.

Harun Nasution berpendapat, filsafat adalah berfikir menurut tata tertib
(logika) dan bebas dalam arti tidak terikat tradisi,agama dan dogma, dan
dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.

4.

Harold H. Titus,dalam bukunya Living Issues in Philosophy: An
Introductory Text book mendefinisikan bahwa, filsafat adalah sikap berfikir
yang melibatkan usaha untuk memikirkan masalah hidup dan alam
semesta dari semua sisi yang meliputi kesiapan menerima hidup dan alam
semesta sebaaimana adannya dan mencoba melihatnya dalam keseluruhan
hubungan.

2.3 Objek Kajian Filsafat
Sebagaimana lazimnya pengetahuan lainnya, filsafat pun mempunyai
obyek material dan obyek formal.Filsafat mempunyai makna yang banyak
jumlahnya bagi pelbagai orang dan pada pelbagai masa didalam sejarah
manusia. Telah banyak definisi yang dicoba untuk dibuat dan banyak pula yang
telah mencoba membatasi corak-corak pertanyaan yang diajukan oleh para
pengkaji filsafat. Selama sejarah peradaban barat, filsafat dipandang meliputi
segala hal, meliputi sikap pribadi,metafisika,etika,politik,ilmu pengetahuan
alam,ilmu pengetahuan sosial,bahasa, dan sebagainya. Akan tetapi,dewasa ini,
ada yang hendak membatasi lingkup filsafat agar hanya berkisar pada
pertanyaan-pertanyaan tentang logika dan sintaksis.13
Menurut A.C. Ewing mengatakan bahwa pertanyaan pokok filsafat ialah
kebenaran,materi,budi,hebungan materi dan budi,ruang dan waktu,sebab,
kemerdekaan,Tuhan.14
Obyek material dan formal filsafat yaitu15:

13

Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2004)
hal.63
14

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Filsafat
(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2011) hal.11
15

Ibid, hal 11

1.

Obyek Material filsafat yaitu segala sesuatu yang menjadi masalah
filsafat,segala

sesuatu

yang

dimasalahkan

oleh

atau

dalam

filsafat,terdapat tiga persoalan pokok :
A. Hakikat Tuhan
B. Hakikat alam
C. Hakikat manusia
2.

Obyek formal filsafat, ialah usaha mencari keterangan secara
radikal,dalam arti secara sedalam-dalamnya sampai ke akar-akarnya
tentang obyek materi filsafat.
Dari uraian tersebut diatas , dapatlah dibuat pengertian filsafat,yaitu ilmu

tentang wujud-wujud melalui sebab-sebabnya yang jauh (al-maujudatu bil’ilal
al-ba’idah). Yakni pengetahuan yang yakin yang sampai kepada sebabsebabnya sesuatu. Ilmu terhadap wujud-wujud tersebut adalah bersifat
keseluruhan,bukan bersifat terperinci,karena pengetahuan secara terperinci
akan menjadi ilmu-ilmu yang nyata. Oleh karena sifat keseluruhan pembahasan
filsafat itu,maka filsafat hanya membicarakan benda pada umumnya atau hidup
pada umumnya. Dengan demikiam maka filsafat mencakup semua benda dan
semua yang hidup, yakni pengetahuan terhadap sebab-sebab yang jauh yang
tidak perlu dicari lagi sesudahnya. Lain halnya dengan ilmu-ilmu lain yang
membataskan dirinya pada sebab-sebab yang dekat, seperti ilmu biologi yang
hanya mempelajari susunan makhluk hidup dan cara pemenuhan bagianbagiannya terhadap fungsinya, sedang filsafat berysaha untuk menafsirkan
hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi bagian-bagian itu beserta
fungsi-fungsinya. Kesimpulanya, segala sesuatu yang ada, yang menjadi obyek
pembahasan filsafat meliputi Tuhan,alam, dan manusia.16

16

Ahmad Hanafi, M.A Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta : Bulan
Bintang,1991)hal.6

2.4 Persamaan Ilmu Tauhid dan Filsafat
Dari sela-sela pembicaraan yang telah lewat, kita mengetahui bahwa
filsafat pada garis besarnya bertujuan untuk menemukan kebenaran sejati dan
semangat ini dapat kita lihat pada setiap langkahnya. Akan tetapi timbul
pertanyaan, bagaimana agama sebagai wahyu Tuhan, sebagai bahaa langit dan
santapan hati, dan sebagai sumber perintah-perintah dan larangan-larangan,
bisa bertemu dengan filsafat, sebagai hasil ciptaan manusia dan sebagai bahasa
bumi yang masih bisa dibahas dan dipersoalkan? Bagaimana kebenaran agama
yang didasarkan atas ilham dan wahyu bisa dipersatukan dengan kebenaran
filsafat yang didasarkan atas alasan-alasan pikiran? Bagaimana dalil sam’i isa
digabungkan dengan dalil ‘aqli?
Jawaban pertanyaan tersebut tidak lebih dari pada tiga macam. Pertama,
memegangi teguh-teguh terhadap agama dan menolak filsafat. Ini adalah
pendirian orang agama yang tidak berfilsafat. Kedua, kebalikan pertama yaitu
memegangi filsafat dan menolak agama, dan ini adalah pendirian orang yang
berfilsafat

dan

tidak

mengindahkan

akidah-akidah

agama.

Ketiga,

mengusahakan pemaduan antara filsafat dengan agama menurut cara tertentu,
dan cara inilah yang ditempuh oleh seorang filosof yang mukmin atau seorang
filosof yang seharusnya memperhatikan akidah-akidah agama.
Bagi orang yang memahami semangat Islam yang mengajarkan
pengambilan jalan tengah, dan mempelajari ilmu-ilmu keislaman, maka ia akan
mengetahui bahwa semangat pemaduan merupakan salah satu corak pemikiran
kaum Muslimin pada setiap lapangan ilmu. Setiap kali ada aliran-aliran yang
berbeda-beda dan berlawanan tentu timbul penengahnya, seperti yang
dibuktikan oleh sejarah.17
Argumentasi filsafat dibangun di atas dasar logika,oleh karena itu hasil
kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara
17

Ibid hal.59

empiris,riset

dan

eksperimental).

Kerelatifan

hasil

karya

logika

itu

menyebabkan beragamnya kebenaran yang dihasilkannya.18
Baik ilmu tauhid ataupun filsafat, keduanya berurusan dengan hal yang
sama , yaitu kebenaran. Ilmu tauhid dengan metodenya sendiri berusaha
mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat
dengan wataknya sendiri berusaha menghampiri kebenaran baik tentang alam
maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu
pengetahuan karena berada di luar atau di atas jangkauannya), atau tentang
Tuhan.
Ilmu Tauhid sebagaimana telah disebutkan terlebih dahulu merupakan
disiplin ilmu keislaman yang mengedepankan pembicaaraan tentang persoalanpersoalan aqidah keimanan. Persoalan ini mengarah pada perbincangan yang
mendalam tentang dasar-dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun
naqliyah. Argumentasi rasional (aqliyah) yang dimaksudkan adalah landasan
pemahaman yang cenderung menggunakan metode berfikir filosofis,sedangkan
argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada argumentasi berupa dalil-dalil
Al-Qur’an atau Hadis.19
Al-Kindi mempertemukan ilmu agama (Ilmu tauhid) dengan filsafat atas
dasar pertimbangan bahwa filsafat ialah ilmu tentang kebenaran,dan agama
juga adalah ilmu tentang kebenaran pula. Dan oleh karena itu maka tidak ada
perbedaan antara keduanya. Pengaruh golongan mu’tazilah nampak jelas pada
jalan pikirannya, ketika ia menetapkan kesanggupan akal manusia untuk
mengetahui rahasia-rahasia apa yang dibawah oleh Nabi Muhammad SAW.
Ilmu filsafat yang pertama meliputi ketuhanan,keesaan,keutamaan, dan ilmuilmu lain yang mengajarkan bagaimana cara memperoleh hal-hal yang berguna
dan menjauhkan hal-hal yang merugikan dibawah juga oleh Rasul-rasul dari
Tuhan.20
18

Dr. Abdul Rozak Ilmu Kalam. (Bandung: Pustaka Setia 2007) hal.40

19

Ibid hal.43

20

Ahmad Hanafi, M.A Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta : Bulan
Bintang,1991)hal.60

Menurut Al-Kindi, kita tidak boleh malu untuk mengakui kebenaran dan
mengambilnya dari manapun datangnya meskipun dari bangsa-bangsa lain
yang letaknya jauh dari kita. Tidak ada yang lebih utama bagi orang yang
mencari kebenaran daripada kebenaran itu sndiri. Orang yang mengingkari
filsafat berarti mengingkari kebenaran, dan oleh karenanya maka ia menjadi
kafir.21
Menurut Ibnu Rusyd, fungsi filsafat tidak lebih dari pada mengadakan
penyelidikan tentang alam wujud dan memandangnya sebagai jalan untuk
meneukan zat yang membuatnya. Allah telah memerintahkan manusia untuk
berfikir, seperti dalam Al-Qur’an surat al-A’raf ayat 185 :22

‫اولم ينظروا في ملكوت السموت والرض وما خلق الله‬
“Apakah mereka tidak memikirkan tentang alam langit dan bumi dan
segala sesuatu yang telah diciptakan oleh Allah”
Dari berbagai penjelasan tersebut, tentunya ilmu tauhid dan filsafat
memiliki persamaan yang sangat banyak. Namun kesemua persamaan itu
bukan berarti menjadi satu dan tidak memiliki celah perbedaan. Persamaan
antara ilmu tauhid dan filsafat dapat dilihat dari beberapa obyek, bukan dari
keseluruhan ilmu tauhid itu sendiri, dimana filsafat hanya memiliki persamaan
dengan inti dari ilmu tauhid , yaitu mencari dan memahami kebenaran yang
hakiki tentang ketuhanan. Seperti yang dikatakan Ibnu Rusyd sebelumnya,
apabila filsafat digunakan sesuai dengan porsinya, maka filsafat tidak akan
berlawanan dengan agama, bahkan sebaliknya. Dengan pemahaman filsafat,
akan

mengokohkan

keimanan,dan

dapat

menjelaskan

perumusannya23.

21

Ibid hal.60

22

Ibid hal.62

23

M. Nazir Karim, Teologi Islam (Bandung : Nuansa, 2004) hal 89

perumusan-

2.5 Perbedaan Ilmu Tauhid dan Filsafat
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya filsafat yang datang dari kebangsaan
Yunani telah lama masuk dikalangan muslimin, baik yang datang langsung dari
bangsa Yunani, maupun yang tersampaikan melalui orang-orang Masehi,dan
Ya’kubiyah. Masuknya filsafat dikalangan kaum muslimin, terutama mengenai
filsafat ketuhanan, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang
kontroversial bagi kehidupan beragama kita.
Berangkat dari dasar pertanyaan inilah, para ahli berusaha memaparkan
perbedaan antara filsafat dan ilmu tauhid, baik dari segi metode, ataupun
wilayah teritorial masing-masingnya. Menurut Ahmad Hanafi, perbedaan
antara filsafat dan ilmu tauhid dari segi metode, secara universal dapat
disimpulkan sebagai berikut24 :
1.

Mutakallimin (orang ahli ilmu kalam/ilmu tauhid) lebih dahulu percaya
kepada pokok persoalan dan mempercayai kebenarannya, kemudian
mereka menetapkan dalil-dalil fikiran untuk pembuktiannya. Sedangkan
pembahasan dan pemikiran filsafat lepas dari pengaruh-pengaruh dan
kepercayaan-kepercayaan dan dalam melakukan penyelidikannya mereka
meyusun dalil-dalil fikiran sampai mencapai suatu hasil. Bagaimanapun
juga adanya hasil ini mereka pegangi kuat-kuat. Para filosof terpengaruh
oleh agamanya masing-masing,demikian halnya dengan filosof Islam.
Akan tetapi yang pokok bagi para filosof adalah penyelidikan akal fikiran
semata-mata,sedangkan para mutakallimin (orang ahli ilmu tauhid)
mengadakan

dalil-dalilnya

sesudah

percaya

akan

pokok-pokok

kepercayaan Islam.
24

Ahmad Hanafi, Theologi Islam (Jakarta : Bulan Bintang 1993) hal13

2.

Dari segi pembinaanya juga ada perbedaan antara ilmu tauhid dan filsafat.
Ilmu tauhid timbul berangsur-angsur dan mula-mula hanya merupakan
beberapa

persoalan

yang

terpisah-pisah.

Seseorang

mengeluarkan

pendapatnya,kemudian disusul dengan yang lain pula. Dengan berlalunya
masa maka timbullah mazhab-mazhab ilmu tauhid. Lain halnya dengan
filsafat,yang tidak timbul secara berangsur-angsur, melainkan melalui fase
pertumbuhan di Yunani maupun negeri-negeri lainnya.
Perbedaan antara ilmu tauhid dan filsafat juga terletak pada
metodologinya. Ilmu tauhid sebagai ilmu yang menggunakan logika,dan
argumentasi-argumentasi naqliyah. Hal itu berfungsi untuk mempertahankan
keyakinan ajaran agama,yang sangat tampak nilai-nilai apologinya. Sebagai
sebuah ilmu keagamaan, ilmu tauhid berisi keyakinan-keyakinan kebenaran
agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen yang rasional.25
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah
metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan
akal budi secara radikal, menyeluruh dan mendalam, dalam arti tidak terikat
oleh apapun,kecuali oleh ikatan pikiran sendiri yang bernama logika.26

25

Dr. Abdul Rozak Ilmu Kalam. (Bandung: Pustaka Setia 2007) hal 40

26

Ibid hal.41

BAB III
PEMBAHASAN
Seperti

yang

telah

dituliskan

pada

penjelasan

sebelumnya,

bahwasanya ilmu tauhid adalah ilmu ketuhanan yang mengupayakan
menyediakan penjelasan yang sangat mendalam tentang eksistensi Tuhan Yang
Maha Esa, Allah SWT. Dengan begitu akan sangat diperlukan kegiatan berfikir
menggunakan logika dan rasionalisasi sebuah pendapat, atau penjelasan
mengenai eksistensi Tuhan. Dengan berfikir secara filsafat, para ahli ilmu
tauhid akan menemukan penjelasan-penjelasan yang rasional, sehingga mampu
untuk memenuhi berbagai macam tuntutan pertanyaan yang ada. Apabila hanya
menggunakan dalil-dalil naqliyah, maka tentunya para ahli ilmu tauhid akan
mengalami kesulitan dalam menjelaskan eksistensi Tuhan.
Disinilah peranan filsafat sangat diperlukan, sebagi wujud dari
rasionalisasi sebuah pendapat berdasarkan dalil-dalil naqliyah. Dengan begitu
akan diperoleh penjelasan yang bisa diterima oleh akal semua orang, baik itu
kaum muslimin sendiri ataupun kaum nonmuslim.
Peranan filsafat dalam ilmu tauhid merupakan suatu contoh
mutlak,bahwasanya filsafat merupakan ilmu yang universal, dalam artian
semua metodenya cocok untuk digunakan dalam berbagai macam bidang
ilmu,termasuk agama, untuk membukakan pendapat-pendapat dari agama
tersebut, bahwasanya agama tersebut merupakan kepercayaan yang logis dan
dapat diterima akal.

Salah satu peran filsafat dalam pengkajian ilmu tauhid yaitu, filsafat
mampu menjelaskan bukti-bukti adanya Tuhan Yang Maha Esa dari berbagai
segi27 :
a. Pembuktian dari segi ontologi, pembuktian semacam ini berusaha
menunjukkan,bahwa Tuhan ada berdasarkan atas definisi tentang
Tuhan itu sendiri.
b. Pembuktian dari segi psikologi, pembuktian ini didasarkan atas
kenyataan bahwa kita mempunyai suatu gagasan tentang Tuhan
sebagai

sesuatu

yang

sempurna,

tetapi

mencoba

untuk

menerangkan asal mula gagasan ini.
c. Pembuktian dari segi kosmologi, pembuktian ini mengambil
pelbagai bentuk dan merupakan salah satu pembuktian yang
menarik banyak orang.
d. Pembuktian dari segi kesusilaan, pembuktian ini tercermin dalam
pengalaman manusia sehari-hari.
e. Pembuktian dari segi teleologi, cara terbaik untuk menjelaskan
pembuktian ini dengan menggunakan perumpamaan. Misalnya,
dalam sebuah rumah, hidup dua orang. Kegiatan dan fikiran
mereka berbeda tentunya,maka perspektif mereka juga tidaklah
sama. Begitu pula dengan alam ini. Apabila Tuhan ada lebih dari
satu, tentu akan berantakan dan tidak teratur.
Pendapat yang terakhir merupakan satu bukti, bahwasanya dalam ilmu
tauhid perlu diperlukan filsafat sebagaimana firman Allah :

(1 : ‫قل هوا الله احد )الخلص‬
Artinya : “Katakanlah : Dialah Allah, Tuhanmu Yang Maha Esa”

27

Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2004)
hal 441

Kesimpulan tersebut merupakan dasar pokok bagi ilmu tauhid,yang
hakikatnya

mempelajari

tentang

Allah,

dan

seputar-Nya,

sedangkan

penyimpulan tersebut diyakinkan dengan metode filsafat. Dalam kalimat lain,
filsafat juga bisa dikatakan berfikir, seperti dalam firman Allah :

‫اسن في خلق السسموت والرض واختلف ا ليل و النهر ل يت لولى اللباب‬
(190 : ‫)ال عمران‬

Artinya : “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang
berfikir”
Di dalam ayat tersebut telah dijelaskan, bahwasannya orang haruslah
terus berfikir. Dengan begitu telah jelas bahwasanya berfilsafat sangat
diperlukan dalam pengembangan ilmu tauhid, sehingga ilmu tersebut memiliki
berbagai argumen yang kuat, bisa diterima oleh akal sehat, logis menurut
semua kalangan, baik itu muslim ataupun nonmuslim, dan tidak bertentangan
dengan Al-Qur’an.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Filsafat merupakan kegiatan berfikir yang dikembangkan oleh para
orientalis nonmuslim,demi memenuhi kebutuhan pengetahuan mereka tentang
hakikat sebuah perkara. Ilm tauhid merupakan ilmu ke-Islaman yang
berupaya memberikan argumentasi yang meyakinkan aqidah umat muslim,
akan memegang teguh keimanan mereka kepada Allah SWT. Namun
belakangan ini banyak umat muslim mempertanyakan kembali alasan-alasan
mereka mempertahankan aqidah mereka. Untuk menguatkan kembali aqidahaqidah mereka itulah, para ahli ilmu tauhid memerlukan kaidah filsafat untuk
menguatkan argumen-argumen mereka, namun hasil dari penerapan kaidah
filsafat terhadap argumen-argumen mereka sebelumnya tetap berorientasi
kepada Al-Qur’an.

4.2 Saran
Dalam penulisan ini, penulis berusaha menjabarkan materi sesuai
dengan referensi-referensi yang bisa diakses. Tentunya di dalam makalah ini
masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan. Kekurangan tersebut
disebabkan berbagai macam faktor, salah satunya yaitu minimnya referensi
yang digunakan. Untuk itulah, penulis berharap mendapat saran atau
tambahan mengenai objek kajian yang ditulis, agar penjelasan mengenai

materi dalam makalah ini bisa bertambah dan diperluas,sehingga berguna
untuk kelanjutan studi bersama.

DAFTAR PUSTAKA
Kattsoff Louis O, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2004
Hanafi,Ahmad, Theologi Islam ,Jakarta : Bulan Bintang 1993
Rozak,Abdul, Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia 2007
Karim,Nazir, Teologi Islam, Bandung : Nuansa, 2004
Hanafi,Ahmad Pengantar Filsafat Islam, Jakarta : Bulan Bintang,1991
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Filsafat ,Surabaya:
IAIN Sunan Ampel Press,2011
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat ,yogyakarta: Kanisius,1996
Sahilun A. Nasir, Teologi Islam ,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012
Sayyid Husein Afandi, Hushun al-Hamidiyah ,Surabaya : Maktabah Tsaqafiyah
William L. Reese, Dictionary of Philosophy and Religion, USA : Humanities
Press, 1980