Analisis Penetapan Status Persona Non Gr

“Analisis Penetapan Status Persona Non Grata Duta Besar
Amerika Serikat Philip S. Goldberg Dalam Pelanggaran
Hubungan Diplomatik Terhadap Bolivia”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Diplomatik dan Konsular
Dosen Mata Kuliah: Arief Rakhman H, S.IP.,M.Si

Disusun Oleh:
Rafiq Taufiq Thaher 6211141181
Mega Ramadhanty 6211141184
Fairuz Nabihah 621114119
Taopik Nasrudin 6211141205
M. Yogi Nurhadi 621114182

Daina Rahma Pertiwi (621114178)
Erwina Anggraini 6211141188
Samuel Patar 6211141194
Dinni Nurhayati 6211141207
Ardi Efansyah Fauzi 6211141203

Zainur Mahsir Ramadhan 621114186

Prodi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Achmad Yani
Cimahi - 2016

1|Page

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah tim penyusun dapat merampungkan
penyusunan makalah yang berjudul “Analisis Penetapan Status Persona Non Grata Duta
Besar Amerika Serikat Philip S Goldberg Dalam Pelanggaran Hubungan Diplomatik
Terhadap Bolivia”. Rasa terimakasih tak luput kami ucapkan kepada rekan-rekan yang
telah memberikan dukungan moril maupun materiil.
Makalah ini disusun dari hasil analisa yang dilakukan tim penyusun dari
berbagai referensi. Tersusunnya makalah ini atas dasar untuk melengkapi salah satu
persyaratan mata kuliah Hukum Diplomatik dan Konsuler yang diberikan oleh Bapak
Arief Rakhman H, S.IP.,M.Si sebagai dosen mata kuliah.
Dengan bertemakan “Penerapan dan Pelanggaran Hukum Diplomatik dan

Konsuler Dalam Hubungan Internasional”, kami mengambil pelanggaran diplomatik
sebagai sub-tema dan persona non grata sebagai isunya.
Tim penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran
dan kritik yang membangun sangat kami nantikan dari semua pihak.

Cimahi, 30 November 2016

(Tim Penyusun)

2|Page

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………….…………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………..………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………..…………………………... 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………….….……. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 2
BAB 2 POKKOK MASALAH ..................................…………….……………. 3
BAB 3 PEMBAHASAN………………………………….……………………... 4

3.1 Landasan Teoritis …………………………………………………..... 4
3.2 Studi Kasus ....................................................………………………… 5
BAB 4 PENUTUP………………………………………………………………. 13
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 14
LAMPIRAN PERTANYAAN ............................................................................. 15

3|Page

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Persona non grata adalah sebuah istilah dalam bahasa Latin yang dipakai dalam
perkancahan politik dan diplomasi internasional. Makna harfiahnya adalah orang yang
tidak diinginkan. Orang-orang yang di-persona non grata-kan biasanya tidak boleh hadir
di suatu tempat atau negara. Apabila ia sudah berada di negara tersebut, maka ia harus
diusir dan dideportasi.
Sudah banyak sebenarnya terjadi kejadian persona non-grata di dalam hubungan
internasional yang modern saat ini. Ada banyak alasan-alasan sebuah negara

menyatakan atau membuat keputusan untuk mem-persona non-grata-kan sebuah negara,
contohnya seperti adanya intervensi foreign country terhadap persoalan dalam negeri
suatu negara yang membuat kestabilitasan politik dalam negerinya menjadi terganggu,
sehingga membuat negara penerima perwakilan diplomatik menjadi risih terhadap
foreign country yang mengintervensi, dan terjadilah persona non-grata yang dilakukan
oleh negara penerima. Kemudian bisa jadi karena tidak tercapainya tujuan dari
kesepakatan awal yang di cantumkan dalam perjanjian yang dilakukan pada saat
penunjukkan perwakilan diplomatik. Kemudian ada pula karena perwakilan diplomatik
foreign country membuat sebuah masalah sebelum ataupun sesudah di terima oleh
negara penerima yang mempengaruhi citra negara penerima di mata dunia sehingga
harus dilakukan persona non-grata.
Oleh karena itu, kasus-kasus persona non-grata yang sering terjadi diantara
kedua negara tersebut menjadi hal yang menarik untuk dikaji oleh penstudi Hubungan
Internasional, karena penting bagi sebuah Negara agar negara tersebut dapat
menghindari sebuah tindakan persona non-grata dari negara lain, selaku negara
pengirim harus memperhatikan perwakilan diplomatiknya terlibat masalah atau tidak.

4|Page

Kemudian harus memperhatikan batas-batas dalam tindakan hubungan diplomatik,

sehingga tidak melanggar hukum diplomatik dan konsuler.
Yang menjadi fokus dalam pembahasan kami saat ini adalah negara penerima
yang merasa besarnya intervensi dari foreign country terhadap masalah dalam
negerinya, sehingga membuat keputusan untuk mem-persona non-grata perwakilan
diplomatik negara foreign country tersebut. Hal ini sangat menarik bagi kami, karena
adanya sebuah intervensi foreign country terhadap negara penerima yang membuat
stabilitas politik dalam negeri negara penerima semakin lemah. Dan fokus masalah ini
kami mengacu kepada negara Bolivia. Dimana Bolivia menyatakan bahwa Amerika
Serikat mendukung pada oposisi Presiden Evo Morales pada saat itu.
Lembaga Bantuan Amerika Serikat (USAID) menyiratkan dalam dokumendokumennya, dana yang diberikan adalah untuk mengembalikan demokrasi dalam
negara Bolivia. Dan masih banyak lagi alasan-alasan mengapa Presiden Morales
membuat keputusan untuk melakukan persona non-grata terhadap Amerika Serikat. Hal
tersebut akan di bahas lebih rinci lagi dalam fokus masalah dari kajian kami ini.
Kita tahu bahwa memang Amerika Serikat adalah sebuah negara Adidaya yang
mampu mengontrol banyak negara dengan kekuatannya baik ekonomi maupun militer.
Namun dalam persoalan menjaga hubungan baik antara negara juga seharusnya
Amerika Serikat juga memperhatikan batas-batas dalam hubungan internasional,
termasuk dalam intervensi. Namun hal ini sering sekali di langgar oleh negara Amerika
Serikat. Maka dari itu dalam hal ini kami juga akan membahas hal tersebut yang jika
dilihat dari segi pelanggaran Hukum Diplomatik dan Konsuler.

1.2 Rumusan Masalah:
1.2.1 Bagaimana analisis penetapan status persona non grata duta besar Amerika
Serikat Philip S Goldberg dalam pelanggaran hubungan diplomatik terhadap
Bolivia?

5|Page

BAB 2
POKOK MASALAH

Dalam kajian kali ini kami menitikberatkan kepada masalah persona non-grata
yang dilakukan oleh Bolivia terhadap Duta Besar Amerika Serikat, Philip S. GoldBerg.
Status Persona Non Grata terhadap Philip S. GoldBerg sebagai bentuk ketidakpercayaan
Bolivia terhadap Amerika Serikat. Dimana AS telah melanggar beberapa pelanggaran
hubungan diplomatik khususnya dalam Konvensi Wina 1961.
Menurut kesaksian Menteri Pemerintah Juan Ramon Quintana, Duta Besar
Amerika Serikat untuk Bolivia, Philip S. GoldBerg dinyatakan Persona Non Grata oleh
pemerintah Bolivia karena AS memberikan sejumlah dana bernilai jutaan dolar kepada
para pemimpin oposisi dan pemikir kritis dimasa Presiden Evo Morales. Dana tersebut
sebagai bentuk upaya pemulihan demokrasi ke Bolivia oleh AS bahkan Bantuan

Pemerintah AS (USAID) telah menyiratkan dalam dokumen-dokumennya di
Bolivia.Dan juga terbukti melakukan upaya-upaya spionase yang dapat mengganggu
stabilitas dan keamanan negara Bolivia.Peristiwa tersebut menyebabkan hubungan
bilateral kedua negara menjadi kurang baik.

6|Page

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Landasan Teoritis
Hukum diplomatik yang secara jelas diatur dalam Konvensi Wina 1961 tentang
Hubungan Diplomatik suatu negara dengan negara lain.
Berdasarkan Konvensi Wina 1961 pasal 9 dan pasal 41 menyatakan bahwa :
Pasal 9
1. The receiving State may at any time and without having to explain its decision,
notify the sending State that the head of the mission or any member of the
diplomatic staff of the mission is persona non grata or that any other member of
the staff of the mission is not acceptable. In any such case, the sending State
shall, as appropriate, either recall the person concerned or terminate his

functions with the mission. A person may be declared non grata or not
acceptable before arriving in the territory of the receiving State.
2. If the sending State refuses or fails within a reasonable period to carry out its
obligations under paragraph 1 of this article, the receiving State may refuse to
recognize the person concerned as a member of the mission.
Pasal 41
1. without prejudice to their privileges and immunities, it is the duty of all persons
enjoying such privileges and immunities to respect the laws and regulations of
the receiving State. They also have a duty not to interfere in the internal affairs
of that State.

7|Page

2. All official business with the receiving State entrusted to the mission by the
sending State shall be conducted with or through the Ministry for Foreign Affairs
of the receiving State or such other ministry as may be agreed.
3. The premises of the mission must not be used in any manner incompatible with
the functions of the mission as laid down in the present Convention or by other
rules of general international law or by any special agreements in force between
the sending and the receiving State


3.2 Studi Kasus
3.2.1 Kasus Persona Non-Grata Duta Besar Amerika Serikat Philip S. Goldberg oleh
Bolivia
Philip S. Goldberg adalah seorang diplomat Amerika Serikat yang menjadi Duta
Besar untuk Bolivia. Secara resmi Philip S. Goldberg diangkat sebagai Duta Besar
untuk Bolivia oleh Presiden George W. Bush dengan menominasikan dan mencalonkan
Goldberg. Pencalonan tersebut dikonfirmasi oleh Senat AS pada 3 Agustus 2006.
Goldberg menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Bolivia Evo Morales Ayma
pada 13 Oktober 2006. Akan tetapi Philip S. Goldberg pada tahun 2008 dinyatakan
“Persona Non Grata” oleh Bolivia.
Menurut Wikileaks, setelah diketahui bahwa Amerika Serikat melakukan
pelanggaran, pemerintah Bolivia Evo Morales mengumumkan di televisi nasional pada
tanggal 10 September Goldberg adalah berstatus persona non grata oleh Bolivia.
Dengan demikian Presiden Evo Morales meminta Menteri Luar Negeri David
Choquehuanca mengurus rincian hukum untuk menetapkan status PNG (Persona Non
Grata) ini.Ditetapkannya status persona non-grata pada Philip S. Goldberg,dikarenakan
Goldberg dianggap melakukan pelanggaran hukum diplomatik. Pelanggaran terhadap
hukum diplomatik itu tentu merugikan negara penerima antara lain yaitu mengganggu
stabilitas pemerintahan yang sedang berjalan, mengancam kedaulatan negara.


8|Page

Pelanggaran hukum diplomatik yang dilakukan oleh Philip S Goldberg
diantaranya yakni Goldberg dianggap telah melakukan konspirasi dengan pihak oposisi
dari

Presiden

Evo

Morales

Ayma

untuk

menentang

demokrasi


dengan

menyelenggarakan pertemuan – pertemuan tertutup yang mengakibatkan pada aksi
kerusuhan (demonstrasi) dan perpecahan di dalam negeri Bolivia.Dilansir dari The
Telegraph pada tanggal 12 September 2008,Pertemuan tertutup itu salah satunya adalah
pertemuan antara Goldberg dan Gubernur Santa Cruz Rubén Costas.Pertemuan itu
ditafsirkan oleh pemerintah Bolivia sebagai wujud persetujuan untuk demonstrasi antipemerintah di Santa Cruz.Presiden Morales menuduh Goldberg merencanakan
perlawanan terhadap pemerintah Bolivia. Presiden Morales juga menduga bahwa
Goldberg telah bekerja sama dengan gerakan separatis di Bolivia dimana ia
mengorganisir aksi protes berkepanjangan pihak oposisi yang berlangsung sejak 9 Juni
2008 dan telah melakukan tindakan berkomplot menentang demokrasi serta ingin agar
Bolivia terpecah.Sehingga Goldebrg dianggap dalang dibalik aksi unjuk rasa yang
disertai dengan tindak kekerasan tersebut.
Aksi unjuk rasa yang disertai dengan tindak kekerasan tersebut diantaranya Para
pengunjuk rasa membakar dan menjarah kantor-kantor pemerintah di Kota Santa Cruz,
memblokir jalan dan menduduki gedung-gedung di wilayah timur, yang merupakan
rumah bagi cadangan gas alam penting Bolivia serta melakukan serangan pada pipa
gas,yang mana gas ini adalah sumber kehidupan ekonomi Bolivia dan sumber banyak
dari pendapatan pemerintah.kelompok oposisi (pengunjuk rasa) ingin otonomi yang
lebih besar serta lebih banyak kontrol atas pendapatan dari gas alam di daerah
mereka.Mereka keberatan dengan rencana Morales untuk memberikan lebih banyak
kekuatan bagi masyarakat adat dan negara miskin, dengan melaksanakan reformasi
tanah dan mendistribusikan pendapatan gas.Melihat hal tersebut, pemerintah Bolivia
mengambil tindakan dengan mengirimkan militer untuk melindungi ladang gas dan
infrastruktur dari demonstran dan menjamin pasokan gas di dalam negeri dan ekspor ke
negara-negara tetangga.

9|Page

Selain itu juga Philip S Goldberg dianggap oleh Presiden Morales ingin
memecah belah kesatuan Bolivia. Pada saat itu Bolivia sedang dihadapkan dengan
permasalahan internal yaitu di sejumlah daerah di Bolivia, seperti Santa Cruz, Beni,
Pando dan Tarija menginginkan otonomi sendiri , diadakannya referendum,dan telah
mengancam

memisahkan

diri.

Presiden

Morales

ini

menganggap

Goldberg

menggunakan kesempatan pada momentum tersebut untuk kepentingan Amerika Serikat
dengan semakin menekan demokrasi dan otonomi daerah di Bolivia.Dan tentu saja hal
itu dapat memecah belah kesatuan negara sehingga mengancam kedaulatan negara
Bolivia.
Kemudian, Pelanggaran hukum diplomatik lainnya yaitu melakukan intervensi
dengan menjembatani organisasi United States Agency for International Development
(USAID) atau dalam bahasa Indonesia Badan Bantuan Pembangunan Internasional
Amerika adalah badan independen dari pemerintahan Amerika Serikat yang
bertanggung jawab atas bantuan untuk bidang ekonomi, pembangunan, dan
kemanusiaan untuk negara-negara lain didunia dalam mendukung tujuan-tujuan
kebijakan luar negeri Amerika Serikat.1 USAID melakukan pelanggaran dalam
pemberian dana senilai jutaan dollar untuk pemulihan demokrasi Republik Bolivia.
sejak Maret 2004, USAID juga membuka kantor Office of Transition Initiatives (OTI)
di Bolivia. USAID merupakan organisasi yang fokus pada isu kesehatan, pembangunan
berkelanjutan, dan program lingkungan di Bolivia.USAID ini juga dianggap
mendukung dan menghasut oposisi. Dimana USAID-OTI bekerja mempengaruhi
Majelis Konstituante dan memprovokasi gerakan separatis di daerah kaya sumber daya
alam di Bolivia, seperti Santa Cruz dan Cochabamba. program USAID-OTI terangterangan mendukung otonomi sejumlah daerah di Bolivia, seperti Santa Cruz, Beni,
Pando dan Tarija. Tentu saja, tindakan USAID-OTI ini merupakan pengejawantahan
1 https://www.usaid.gov/indonesia dalam https://id.wikipedia.org/wiki/USAID

10 | P a g e

kepentingan Amerika Serikat yang berupaya melemahkan pemerintahan nasional
Bolivia di bawah pemerintahan presiden Morales.Menurut pernyataan pemimpin
negara-negara Aliansi Bolivarian untuk Rakyat Amerika (ALBA), seperti Bolivia,
Ekuador, Dominika, Venezuela, Nikaragua, dan Kuba,yang mengatakan bahwa USAID
dengan dalih bantuan ekonomi dan bantuan kemanusiaan, sebenarnya merancang
program untuk menggoyahkan pemerintahan yang tidak sejalan dengan kepentingan
Amerika Serikat.
Yang terakhir adalah Goldberg diduga telah melakukan upaya spionase.
Sebelumnya, pada bulan Februari 2008 tiga puluh relawan Korps Perdamaian (Peace
Corps) telah diminta "untuk memata-matai" warga negara Kuba dan Venezuela di
Bolivia oleh Petugas Keamanan Kedutaan Besar Amerika Serikat Vincent Cooper.
Peace Corps diduga terlibat dalam usaha-usaha yang berkaitan dengan intelijen.Akan
tetapi Amerika Serikat menyangkal bahwa tidak ada relawan Korps Perdamaian yang
telah berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan intelijen, karena ada pemisahan tugas yang
berhubungan dengan kebijakan luar negeri AS. Hal tersebut dinyatakan dengan siaran
Pers oleh Korps Perdamaian Amerika sendiri.

Bahkan seorang direktur yang

merupakan mantan Relawan di India (1966-1968) bernama Ron Tschetter menegaskan
kembali mengenai hal ini dan menekankan bahwa Sukarelawan Korps Perdamaian
bekerja pada pelayanan masyarakat dan tidak pada yang lain.
Berdasarkan majalah Newsweek pada September 2008, Goldberg mengatakan
bahwa insiden itu telah dibesar-besarkan. Menurut Goldberg, Cooper telah dimasukkan
ke dalam briefing keamanan umumnya untuk memberikan peringatan langsung terhadap
"karyawan Amerika" agar mereka berhati-hati ketika berurusan dengan individu yang
berpotensi menimbulkan masalah dari negara-negara ketiga. Sementara Cooper
mengakui bahwa keliru dalam hal ini dan telah dipindahkan dari Bolivia, ia menyangkal
bahwa pernyataan Cooper telah menunjukkan suatu permintaan tertentu.

11 | P a g e

3.2.2 Analisis Kasus Persona Non-Grata Duta Besar Amerika Serikat Philip S. Goldberg
oleh Bolivia
Dari sudut pandang hukum diplomatik, Bolivia melakukan persona non grata
terhadap duta besar AS Philip S Goldberg karena ia melakukan pelanggaran. Pemberian
status persona non grata oleh Presiden Bolivia kepada Goldberg dibenarkan dan
diperbolehkan oleh hukum internasional.Dimana persona non-grata ini diatur dalam
konvensi wina 1961.Konvensi Wina 1961 mengatur tentang hukum diplomatic.
Berikut beberapa hal yang menjadi dasar penetapan persona Non Grata yaitu:
1. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para diplomat asing yang dianggap
bersifat politis maupun subversif dan bukan bukan saja dapat merugikan
kepentingan nasional tetapi juga melanggar kedaulatan suatu negara penerima.
2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut jelas-jelas melanggar peraturan
hukum dan peraturan perundang-undangan negara penerima.
3. Kegiatan-kegiatan yang dapat digolongkan sebagai kegiatan spionase yang dapat
dianggap mengganggu baik stabilitas maupun keamanan internasional negara
penerima.
Beberapa hal di atas tersebut merupakan pelanggaran hukum diplomatik
sebagaimana yang tertulis dalam Konvensi Wina 1961.Pelanggaran tersebut akan
dijelaskan serta dikaitkan dengan Konvensi Wina 1961 sebagai berikut :
A. Berdasarkan pasal 9 Konvensi Wina 1961 menyebutkan bahwa :
“The receiving state may at any time and without having to explain it decision,
notify the sending state that the head of the mission or any member of the
diplomatic staff of the mission is ‘persona non grata’ or that ‘any other member
of the staff is not acceptable.”
Berdasarkan ketentuan pasal 9 ayat (1) perlu digaris bawahi bahwa
meskipun tanpa alasan sekalipun sebagai negara penerima (receiving state) dapat
dengan tegas menolak agen diplomatic negara pengirim (sending state). Kasus
Persona Non Grata terhadap Philip S. GoldBerg bukan karena ditolak oleh

12 | P a g e

negara sebelum ia diterima, tetapi dikarenakan Goldberg melakukan
pelanggaran sehingga Pemerintah Bolivia menetapkan status Persona non-grata.
B. Berdasarkan pasal 41 ayat 1 Konvensi Wina 1961 menyatakan bahwa :
“ Without prejudice to their privileges and immunities, it is the duty of all
persons enjoying such privileges and immunities to respect the laws and
regulations of the receiving State. They also have a duty not to interfere in the
internal affairs of that State.”
Pasal 41 ayat 1 tersebut berisi mengenai meskipun para duta besar dan
staff diplomatik lainnya memiliki hak istimewa (privileges) dan hak imunitas
(immunities) harus tetap menghormat dan mematuhi hukum dan regulasi negara
penerima.dan juga tidak boleh mengintervensi urusan internal negara penerima.
Dalam hal ini Duta besar Philip S Goldberg telah melanggar pasal 41 ayat 1
dengan mengintervensi urusan internal negara Bolivia yaitu sebagai berikut :
a. Melakukan konspirasi dengan pihak oposisi dari Presiden Evo Morales
Ayma untuk menentang demokrasi, demi mencapai kepentingan Amerika
Serikat yang ingin melemahkan pemerintahan nasional Bolivia di bawah
pemerintahan presiden Morales.
b. Mendukung sejumlah daerah di Bolivia seperti Santa Cruz, Beni, Pando dan
Tarija untuk memisahkan diri dengan cara menekan demokrasi dan otonomi
daerah di Bolivia.Tentu hal tersebut dapat memecah belah kesatuan negara
Bolivia dan mengancam kedaulatan Bolivia.
c. Melakukan intervensi dengan menjembatani organisasi USAID dalam
pemberian dana senilai jutaan dollar untuk pemulihan demokrasi Republik
Bolivia.
d. Melakukan upaya spionase melalui Peace Corps, dimana relawan Korps
Perdamaian telah berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan intelijen.
C. Berdasarkan pasal 41 ayat 3 Konvensi Wina 1961 menyatakan bahwa :
“The premises of the mission must not be used in any manner
incompatible with the functions of the mission as laid down in the present
Convention or by other rules of general international law or by any special
agreements in force between the sending and the receiving State.”
Pasal 41 ayat 1 tersebut berisi mengenai tempat misi tidak boleh
digunakan dengan cara yang tidak sesuai dengan fungsi misi sebagaimana

13 | P a g e

tercantum dalam Konvensi ini atau dengan peraturan lain yaitu hukum
internasional atau perjanjian khusus yang berlaku antara negara pengirim dan
Negara penerima.
Maksud sesuai dengan fungsi misi para duta besar ini adalah berkaitan
dengan tugas dan fungsi yang seharusnya dilakukan oleh Duta Besar.Menurut
Konvensi Wina 1961, fungsi-fungsi misi diplomatik meliputi:
1) Mewakili negara pengirim di negara penerima
2) Melindungi kepentingan-kepentingan negara pengirim dan warga
negaranya di dalam negara penerima dalam batas-batas yang diizinkan
oleh hukum internasional
3) Berunding dengan pemerintah negara penerima
4) Mengetahui keadaan dan perkembangan di dalam negara penerima
menurut cara-cara yang sah, dan melaporkannya kepada pemerintah
negara pengirim
5) Memajukan hubungan bersahabat antara negara pengirim dengan negara
penerima, serta membangun hubungan-hubungan ekonomi, kebudayaan
dan ilmiah (pasal 3 konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik)
Duta Besar Amerika Serikat Philip S Goldberg juga melanggar pasal 41
ayat 3 dimana melakukan penyalahgunaan wisma perwakilan diplomatik,karena
telah melakukan kegiatan diluar fungsi misi diplomatik.Yang artinya tidak sesuai
dengan fungsi misi diplomatik Konvensi Wina 1961.
Penyalahgunaan tersebut yaitu melakukan kegiatan bersifat politis seperti
melakukan intervensi dengan menjembatani organisasi USAID dalam pemberian
dana senilai jutaan dollar untuk pemulihan demokrasi Republik Bolivia,hal
tersebut dilakukan untuk menggoyahkan pemerintahan yang tidak sejalan
dengan kepentingan Amerika Serikat,melakukan upaya spionase dan konspirasi
menentang demokrasi di Bolivia.
Maka dari itu setelah menganalisis bahwa Duta Besar Amerika serikat Philip S
Goldberg telah melanggar pasal 41 ayat 1 dan ayat 3 Konvensi Wina 1961,Tindakan
Bolivia dapat dibenarkan,dengan menetapkan status persona non-grata pada Duta Besar
Amerika Serikat Philip S Goldberg.Sekecil apapun tindakan bermasalah yang dilakukan

14 | P a g e

oleh Utusan Diplomatik, telah menjadi Hak negara penerima untuk mempersona Non
Grata kan Diplomatik negara pengirim.
Meskipun Amerika Serikat melalui Departemen Luar Negeri AS ,menyatakan
bahwa pemecatan dan tuduhan terhadap Philip S Goldberg tidak berdasar.Amerika
Serikat menilai bahwa Tindakan Presiden Morales adalah kesalahan besar yang telah
merusak hubungan bilateral dan akan merugikan kepentingan kedua negara.Sehingga
Amerika membalas Bolivia dengan melakukan persona non grata terhadap Gustavo
Guzman untuk meninggalkan negara,Sebagai tanggapan atas tindakan tak beralasan dan
sesuai dengan Konvensi Wina itu .Negara penerima bisa sewaktu-waktu dan tanpa
alasan memberi penjelasan mempersona non grata kan salah seorang anggota staff
diplomatik dari negara pengirim, dan karena itu harus dipanggil kembali atau
mengakhiri tugasnya di kantor perwakilan.2 Sebagaimana alasan Amerika Serikat
melakukan pembalasan kepada Duta Besar Bolivia.

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam kasus Duta besar Amerika untuk Bolivia, Philip S. Goldberg, pemberian
status persona non grata kepada Goldberg oleh negara penerima yaitu Bolivia, tepatnya
2 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era Dinamika global,
(Bandung: alumni, 2005), hal. 533

15 | P a g e

oleh Presiden Morales diatas disebabkan karena Goldberg melakukan kegiatan yang
dianggap bersifat politis maupun subversif dan tidak saja dapat merugikan kepentingan
nasional tetapi juga melanggar kedaulatan suatu negara penerima. Duta Besar Amerika
Serikat itu terbukti melakukan tindakan berkomplot menentang demokrasi dan ingin
agar Bolivia terpecah serta terbukti melakukan upaya spionase dimana hal tersebut
dapat mengganggu stabilitas serta keamanan Bolivia sebagai negara penerima.
Hal ini sesuai dengan Pasal 41 ayat 1 dan ayat 3 Konvensi Wina 1961 yaitu
negara penerima dapat mempersona non gratakan perwakilan diplomatik jika
perwakilan diplomatik dianggap atau bahkan diketahui melakukan kegiatan
politik/subversif. Kekebalan dan keistimewaan yang dimiliki oleh Goldberg menjadi
berakhir seiring diberikannya status persona non grata oleh Pemerintah Negara
Bolivia.Selain itu kekebalan dan keistimewaan yang dimiliki oleh anggota keluarganya
juga berakhir.

DAFTAR PUSTAKA

Istanto Sugeng, “Hukum Internasional”, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2010
https://wikileaks.org/plusd/cables/08LAPAZ1942_a.html diakses pada tanggl 26
November 2016
Boer Mauna, “Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global”, Bandung: alumni, 2005
https://sites.google.com/site/publishedbysumadi/vienna1961 diakses pada tanggal 27
November 2016
newsweek.

http://www.newsweek.com/us-diplomat-tells-why-he-was-ousted-bolivia-

88569 diakses pada tanggal 26 November 2016

16 | P a g e

http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/southamerica/bolivia/2801579/Bolivia
expels-US-ambassador-Philip-Goldberg.html diakses pada tanggal 26 November 2016
http://serba-serbiceritasehari-hari.blogspot.co.id/2010/04/analisa-kasus-persona-nongrata.html diakses pada tanggal 27 November 2016

LAMPIRAN PERTANYAAN

1. Pertanyaan : Apakah Philips S Goldberg sudah benar-benar melakukan
pelanggaran hubungan diplomatik atau baru dugaan saja, karena berdasarkan
slide yang kalian tampilkan seperti baru dugaan saja? (Dewi Siti Aisyah 6211141134)

17 | P a g e

Jawaban Kelompok : Kasus pelanggaran yang dilakukan oleh Philip S. Goldberg
bukan

dugaan

melainkan

benar-benar

sudah

melakukan

pelanggaran-

pelanggaran yang melanggar pasal; 41 ayat 1 diantaranya;
e. Melakukan konspirasi dengan pihak oposisi dari Presiden Evo Morales
Ayma untuk menentang demokrasi, demi mencapai kepentingan Amerika
Serikat yang ingin melemahkan pemerintahan nasional Bolivia di bawah
pemerintahan presiden Morales.
f. Mendukung sejumlah daerah di Bolivia seperti Santa Cruz, Beni, Pando dan
Tarija untuk memisahkan diri dengan cara menekan demokrasi dan otonomi
daerah di Bolivia.Tentu hal tersebut dapat memecah belah kesatuan negara
Bolivia dan mengancam kedaulatan Bolivia.
g. Melakukan intervensi dengan menjembatani organisasi USAID dalam
pemberian dana senilai jutaan dollar untuk pemulihan demokrasi Republik
Bolivia.
h. Melakukan upaya spionase melalui Peace Corps, dimana relawan Korps
Perdamaian telah berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan intelijen.
Berdasarkan pelanggaran tersebut membuat Presiden Evo Morales merasa
duta besar Amerika Serikat telah mengintervensi urusan negaranya. Hal itu
membuat Evo Morales melakukan persona non grata kepada Philip S. Goldberg.

2. Pertanyaan :
a) Mengenai Pasal 9 ayat 1 bahwa bisa memberi status persona non grata
tanpa alasan. Mengapa demikian? Lalu apa yang membuat kelompok
kalian menggunakan aturan ini?
b) Mengenai Pasal 41 Ayat 3, terdapat penyalahgunaan wisma untuk
pelanggaran diplomatik. Lalu mengapa kalian bisa menggunakan aturan
ini terhadap pelanggaran hukum yang dilakukan Philip S. Goldberg?
Apakah memang ada kegiatan yang dilakukan di wisma diplomatik

18 | P a g e

dalam pelanggaran hukum diplomatik tersebut? (Binteri Putri Afsari –
6211141151)
Jawaban Kelompok :
a) Pasal ini menjadi dasar bagi semua kasus persona non grata. Dengan kata
lain, pasal ini merupakan pasal induk dalam masalah ini. Ada atau
tidaknya alasan bagi negara yang memberikan status PNG tidak memiliki
kewajiban untuk mengungkapkannya. Artinya negara tersebut dapat
mengungkapkan alasannya dan dapat juga tidak. Adapun dalam kasus
persona non grata ini secara jelas ada alasan yang menyertai negara
Bolivia untuk mengungkapkan alasannya melalui pemberian status PNG
terhadap Goldberg. Hal ini jelas menunjukkan akan keterkaitan pasal 9
ayat 1 terhadap kasus persona non grata duta besar AS oleh Bolivia.
b) Sebagaimana yang dilansir oleh Wikileaks, mengenai penyalahgunaan
wisma benar adanya ketika Goldberg dinyatakan sebagai persona non
grata oleh Bolivia. Karena selama masa jabatan Golberg sebagai duta
besar untuk Bolivia ia mengadakan beberapa pertemuan di gedung
diplomatiknya mengenai permasalahan yang menyangkut dengan
kepentingan AS terhadap Bolivia yaitu melakukan konspirasi terhadap
warga Bolivia. Selain itu juga berbagai pertemuan dengan USAID,
sehingga pertemuan tersebut dinyatakan sebagai pertemuan ilegal karena
tidak sesuai dengan tugas diplomatik.
3. Pertanyaan : Mengapa Amerika Serikat melakukan konspirasi terhadap Bolivia
dan apa kepentingan Amerika Serikat melakukan campur tangan dalam
pemerintahan Bolivia? (Saragia Widiyanita - 6211141147)
Jawaban kelompok : Upaya spionase dan ulah lainnya yang dilakukan oleh
Amerika Serikat berawal dari sebuah kasus mengenai pemberantasan narkotika.
Pada masa pemerintahan sebelum Evo Morales, Hugo Banzer sebagai presiden

19 | P a g e

Bolivia

melakukan

kerjasama

dengan

Amerika

Serikat

mengenai

pembnerantasan kokain dasn narkotika. Amerika melakukan kerjasama dengan
Bolivia karena Bolivia sebagai negara ketiga terbesar penghasil kokain. Tentuna
banyak para petani menanam tumbuhan kokain di Bolivia. Pada masa
kepemerintahan Banzer, Evo Morales melakukan aksinya dalam menentang
presiden untuk tidak memberantas tumbuhan kokain karena petani yang tidak
akan bisa memiliki penghasilan untuk hidup. Saat itu Morales sebagai aktivis
pro petani. Ketika masa jabatan Banzer habis, terpilihlah Morales sebagai
presiden Bolivia dan ia tidak melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat
mengenai pemberantasan kokain dan narkotika di Bolivia. Maka dari itu
Amerika melakukan penekanan kepada warga Bolivia dengan melakukan
konspirasi terhadap oposisi Evo Morales dengan menentang demokrasi Bolivia.
Padahal upaya-upaya yang dilakukan oleh Amerika Serikat karena berasal dari
masalah pemutusan kerjasama narkotika dan kokain saja.

20 | P a g e

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63