BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka tentang Anak Jalanan - Desain Interior Rumah Singgah Anak Jalanan Di Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka tentang Anak Jalanan UNICEF mendefinisikan anak jalanan sebagai those who have abandoned

  

their home, school, and immediate communities before they are sixteen yeas of

age have drifted into a nomadic street life (anak-anak berumur di bawah 16

  tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekat, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah). Anak jalanan merupakan anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya (Departemen Sosial, 2005).

  Pusdatin Kesos Departemen Sosial RI sebagaimana dikutip oleh Zulfadli (2004) menjelaskan bahwa anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya dihabiskan di jalanan atau di tempat-tempat umum, dengan usia antara 6 sampai 21 tahun yang melakukan kegiatan di jalan atau di tempat umum seperti: pedagang asongan, pengamen, ojek payung, pengelap mobil, dan lain-lain.Kegiatan yang dilakukan dapat membahayakan dirinya sendiri atau mengganggu ketertiban umum. Anak jalananan merupakan anak yang berkeliaran dan tidak jelas kegiatannya dengan status pendidikan masih sekolah dan ada pula yang tidak bersekolah. Kebanyakan mereka berasal dari keluarga yang tidak mampu.

  Departemen Sosial sebagaimana dikutip Krismiyarsi dkk (2004) menjelaskan bahwa penanganan anak jalanan dilakukan dengan metode dan teknik pemberian pelayanan yang meliputi: 1.

  Street based

  Street based merupakan pendekatan di jalanan untuk menjangkau dan

  mendampingi anak di jalanan. Tujuannya yaitu mengenal, mendampingi anak, mempertahankan relasi dan komunikasi, dari melakukan kegiatan

  

commit to user seperti: konseling, diskusi, permainan, dan lain-lain.

  literacy

  Pendampingan di jalanan terus dilakukan untuk memantau anak binaan dan mengenal anak jalanan yang baru.Street based berorientasi pada menangkal pengaruh-pengaruh negatif dan membekali mereka nilai-nilai dan wawasan positif.

  2. Community based

  Community based adalah pendekatan yang melibatkan keluarga dan

  masyarakat tempat tinggal anak jalanan. Pemberdayaan keluarga dan sosialisasi masyarakat, dilaksanakan dengan pendekatan ini yang bertujuan mencegah anak turun ke jalanan dan mendorong penyediaan sarana pemenuhan kebutuhan anak.Community based mengarah pada upaya membangkitkan kesadaran, tanggung jawab dan partisipasi anggota keluarga dan masyarakat dalam mengatasi anak jalanan.

  3. Bimbingan sosial Metode bimbingan sosial untuk membentuk kembali sikap dan perilaku anak jalanan sesuai dengan norma, melalui penjelasan dan pembentukan kembali nilai bagi anak, melalui bimbingan sikap dan perilaku sehari-hari dan bimbingan kasus untuk mengatasi masalah kritis.

  4. Pemberdayaan Metode pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas anak jalanan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.Kegiatannya berupa pendidikan, keterampilan, pemberian modal, alih kerja dan sebagainya.

B. Tinjauan Pustaka tentang Rumah Singgah

  Munajat (2001) menjelaskan rumah singgah merupakan perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang membantu mereka.Rumah singgah bertujuan membantu anak jalanan dalam mengatasi masalah- masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan demikian rumah singgah bukan merupakan lembaga pelayanan sosial yang membantu menyelesaikan masalah, namun merupakan lembaga pelayanan sosial yang memberikan proses informal dengan suasana

  

commit to user resosialisasi bagi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

  Rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut .Rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak- pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses non formal yang memberikan suasana pusat resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat. Tujuan dibentuknya rumah singgah adalah resosialisasi yaitu membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan memberikan pendidikan dini untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.

  Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :

  1. Tempat pertemuan (meeting point) yaitu rumah singgah merupakan tempat bertemu antara pekerja sosial dengan anak jalanan untuk menciptakan persahabatan dan kegiatan.

  2. Pusat asesmen dan rujukan yaitu rumah singgah memetakan kebutuhan dan masalah yang dihadapi anak jalanan serta mencari penyelesaiannya secara tepat dan cepat.

  3. Fasilitator yaitu rumah singgah sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti, dan lembaga lain yang dapat bermanfaat bagi mereka.

4. Perlindungan yaitu rumah singgah sebagai tempat perlindungan anak dari kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi di jalanan.

  5. Pusat informasi yaitu rumah singgah menyediakan informasi tentang bursa kerja, pendidikan, kursus keterampilan, pendidikan agama serta fasilitas yang menunjang.

  commit to user

  6. Kuratif-rehabilitatif yaitu rumah singgah mengatasi permasalahan anak jalanan dan memperbaiki sikap dan perilaku sehari-hari yang akhirnya akan dapat menumbuhkan keberfungsian anak.

  7. Akses terhadap pelayanan yaitu rumah singgah menyediakan akses kepada berbagai pelayanan sosial. Pelayanan yang diberikan yaitu menyediakan makan tiga kali sehari, tempat berlindung, pelayanan kesehatan, kasih sayang, uang saku dan pakaian.

8. Resosialisasi yaitu rumah singgah mengenalkan kembali norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan.

  Pelayanan Sosial Anak sebagaimana dikutip oleh Krismiyarsi (2009), yaitu: 1. Semi institusional

  Anak jalanan sebagai penerima pelayanan boleh bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun hanya untuk mengikuti kegiatan.

  2. Terbuka 24 jam Anak jalanan boleh datang kapan saja, siang hari maupun malam hari, terutama bagi anak jalanan yang baru mengenal rumah singgah. Anak jalanan yang sedang dibina atau dilatih datang pada jam yang telah ditentukan, misalnya paling malam pukul 22.00 waktu setempat. Hal ini memberikan kesempatan kepada anak jalanan untuk memperoleh perlindungan kapan pun. Para pekerja sosial siap dikondisikan untuk menerima anak dalam 24 jam tersebut, oleh karena itu harus ada pekerja sosial yang tinggal di rumah singgah.

  3. Hubungan informal (kekeluargaan) Hubungan-hubungan yang terjadi di rumah singgah bersifat informal seperti perkawanan atau kekeluargaan.Anak jalanan dibimbing untuk merasa sebagai anggota keluarga besar di mana para pekerja sosial berperan sebagai teman, saudara atau orang tua.Hubungan ini membuat anak merasa diperlakukan seperti anak lainnya dalam sebuah keluarga dan merasa sejajar karena pekerja sosial menempatkan diri sebagai teman dan sahabat. Dengan cara ini diharapkan anak-anak mudah mengadukan

  commit to user keluhan, masalah, dan kesulitan sehingga memudahkan penanganan masalahnya.

  4. Bebas terbatas untuk apa saja bagi anak Anak dibebaskan untuk melakukan apa saja di rumah singgah seperti: tidur, bermain, bercanda, bercengkrama, mandi, dan sebagainya. Tetapi anak dilarang untuk perilaku yang negatif, seperti: perjudian, merokok, minuman, keras dan sejenisnya. Dengan cara ini diharapkan anak-anak betah dan terjaga dari pengaruh buruk. Peraturan dibuat dan disepakati oleh anak-anak.

  5. Persinggahan dari jalanan ke rumah atau alternatif lain Rumah singgah merupakan persinggahan anak jalanan dari situasi jalanan menuju situasi lain yang dipilih dan ditentukan oleh anak, misalnya kembali ke rumah, mengikuti saudara, masuk panti, kembali ke sekolah, alih kerja ke tempat lain, dan sebagainya.

  6. Partisipasi kegiatan yang dilaksanakan di rumah singgah didasarkan pada prinsip partisispasi dan kebersamaan. Pekerja sosial dan anak jalanan memahami masalah, merencanakan dan merumuskan kegiatan penanganan. Dengan cara ini anak dilatih belajar mengatasi masalahnya dan merasa memiliki atau memikirkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

  7. Belajar bermasyarakat Anak jalanan seringkali menunjukkan sikap dan perilaku yang berbeda dengan norma masyarakat karena lamanya mereka tinggal di jalanan.

  Rumah singgah ditempatkan di tengah-tengah masyarakat agar mereka kembali belajar norma dan menunjukkan sikap dan perilaku yang berlaku dan diterima masyarakat C.

   Tinjauan Pustaka tentang Ruang 1. Organisasi ruang

  Menurut (Suptandar, 1982 : 38) pencapaian dari ruang luar ke ruang dalam hendaknya mempunyai identitas yang jelas, dan pencapaian

  commit to user semacam ini bisa berhubungan erat dengan sistem organisasi ruang seperti yang disimpulkan sebagai berikut : a)

  Kegiatan manusia sebagian besar dilakukan di dalam ruang maka faktor yang sangat penting adalah perancangan sirkulasi dalam ruang.

  b) Fungsi ruang ditentukan oleh kegiatan manusia yang terjadi di dalamnya dan ini akan mempengaruhi dimensi dalam ruang, ukuran, sirkulasi, letak serta bukaan jendela dan pintu-pintu.

  c) Dimensi suatu ruang selain ditentukan oleh aktivitas manusia juga dipengaruhi oleh skala dan proporsi.

d) Modul dalam desain dan bangunan merupakan faktor yang utama.

  e) Ada beberapa modul yaitu modul dasar, modul manusia, modul fungsi, sub modul, perencanaan, multi modul dan faktor yang mempengaruhi modul adalah bahan bangunan dan teknik pelaksanaan.

  f) Pencapaian ruang luar dan ruang dalam hendaknya diberi identitas yang jelas.

2. Sirkulasi

  Menurut Suptandar (1982 : 57) Sirkulasi merupakan ruang gerak atau jalur yang diatur untuk menghubungkan, membimbing dan melintasi bagian-bagian tertentu di dalam bangunan atau ruangan untuk kelancaran

  bagian itu sendiri, yang berhubungan dengan penghayatan obyek di dalam ruang. Lebar dan tinggi dari suatu ruang sirkulasi harus sebanding dengan macam dan jumlah lalulintas yang ditampungnya. Sebuah jalan yang sempit dan tertutup akan merangsang gerak. Sebuah jalan dapat diperlebar tidak hanya untuk menampung lebih banyak lalu lintas. Tetapi untuk menciptakan tempat-tempat perhentian, untuk beristirahat atau menikmati pemandangan. Jalan dapat diperbesar dengan meleburkannya dengan ruang-ruang yang ditembusnya. Di dalam sebuah ruang yang luas, sebuah jalan dapat berbentuk bebas, tanpa bentuk atau batasan, dan ditentukan

  commit to user Di dalam menentukan dimensi ruang aktivitas, perlu diperhatikan antara lain jarak jangkau yang bisa dilakukan oleh civitas, batasan-batasan ruang yang enak dan cukup memberikan keleluasaan gerak dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan-kegiatan pada masingmasing ruang 3.

   Sonasi dan Tata Letak

  Sonasi atau zoning diartikan sebagai penetapan daerah berdasarkan atas lima kelompok utama yaitu publik area, semi privat area, privat area,

  service area dan circulation area. (Suptandar, 1999 : 99)

  Menurut (Suptandar,1994 : 28), dua hal utama dalam penataan dan pendaerahan suatu ruang yaitu: penataan dari tiap unit dengan penyatuan tugas sejenis dan berurutan sesuai alur kerja, guna pencapaian efisiensi kerja dan pemanfaatan ruang.

  Penataan interior sangat mempengaruhi konsumen secara visual, dan mental sekaligus. Semakin bagus dan menarik penataan interior suatu gerai semakin tinggi daya tarik pada panca indra pelanggan: pengelihatan, pendengaran, aroma, rasa, sentuhan, konsep: ide/citra, dan semakin senang pelanggan berada di gerai itu. (Ma’ruf, 2005 : 201-206) 4.

   Ruang

  Ruang dibagi menurut kepentingan dari civitasnya, yaitu :

  a) Ruang publik yang sifatnya terbuka dan umum.

  b) Ruang semi publik yang sifatnya agak terbuka.

  c) Ruang private yang sifatnya tertutup, terbatas pada sivitas tertentu saja.

  d) Ruang sirkulasi merupakan ruang yang aman untuk civitas dalam melakukan kegiatan dimana ruang ini berupa area kosong untuk berjalan. (Suptandar, 1982 : 47)

  Unsur keindahan yang tidak dapat lepas dari setiap perancangan, Suatu desain interior tidak dapat dipisahkan dari bentuk arsitekturnya, keduanya berdasarkan atas susunan penataan, keselarasan, keseimbangan

  commit to user dalam gerak simetris, konstruksi dan faktor- faktor lainnya dengan penyelesaian unsur dekorasi. (Suptandar, 1994 : 34)

5. Elemen Pembentuk Ruang

  Elemen pembentuk ruang adalah struktur wadah ruang kegiatan diidentifikasikan sebagai lantai, dinding, dan langit- langit/plafond yang menjadi satu kesatuan struktur dalam sehari-hari. Elemen pembentuk ruang terdiri dari :

a) Lantai

  Selain berfungsi sebagai penutup ruang bagian bawah, pada sebuah ruang lantai juga berfungsi sebagai pendukung beban dan benda-benda yang ada di atasnya seperti perabot, manusia sebagai civitas ruang, dengan demikian dituntut agar selalu memikul beban mati atau beban hidup berlalu lalang di atasnya serta hal-hal lain yang ditumpahkan di atasnya.(Mangunwijaya, 1980 : 329) Syarat-syarat bentuk lantai antara lain: 1) Kuat, lantai harus dapat menahan beban. 2) Mudah dibersihkan. 3) Fungsi utama lantai adalah sebagai penutup ruang bagian bawah.

  Oleh sebab itu dilihat dari pertimbangan-pertimbangan akustik, pelindung terhadap panas dan dingin dari luar. Fungsi lainnya adalah untuk mendukung beban-beban perabot, manusia yang ada dalam ruang. (Ching, 1996 :162)

b) Dinding

  Dinding

  • –dinding bangunan dari segi fisika bangunan memiliki fungsi antara lain : 1)

  Fungsi pemikul beban di atasnya, dinding harus kuat bertahan terhadap 3 kekuatan pokok yaitu tekanan horizotal, tekanan vertikal, beban vertikal dan daya tekuk akibat beban vertikal

  commit to user

  • –kepentingan pribadi atau khusus. (Mangunwijaya, 1980 : 339)

  commit to user

  2) Fungsi penutup atau pembatas ruangan, pembatasan menyangkut penglihatan, sehingga manusia terlindung dari pandangan langsung, biasanya berhubungan dengan kepentingan

  Dinding juga merupakan bidang yang secara leluasa dapat dihias sesuai dengan selera. Cara menghias dinding menurut Pamuji Suptandar : 1)

  Membuat motif-motif dekorsi dengan digambar, dicat, dicetak, diaplikasikan dan dilukis secara langsung didinding. 2)

  Dinding ditutup atau dilapisi dengan bahan yang ornamentik atau dengan memasang hiasan- hiasan yang ditempel pada dinding.

c) Ceiling

  Ceiling memiliki berbagai kegunaan yang lebih besar dibandingkan dengan unsur - unsur pembentuk ruang (space) yang lain (seperti dinding atau lantai). Fungsi ceiling antara lain : 1)

  Pelindung kegiatan manusia merupakan fungsi dari ceiling yang utama, dengan bentuknya yang paling sederhana, ceiling sekaligus berfungsi sebagai atap. 2)

  Sebagai pembentuk ruang, ceiling bersama-sama dengan dinding dan lantai membentuk ruang dalam. 3)

  Sebagai skylight, ceiling berfungsi untuk meneruskan cahaya alamiah ke dalam bangunan. 4)

  Untuk menonjolkan konstruksi pada gedung-gedung untuk dekorasi, ceiling mampu mencerminkan struktur yang mendukung beban-beban. 5)

  Merupakan ruang atau rongga untuk pelindung berbagai instalasi, docting AC, kabel listrik, gantungan armature, loudspeaker dan lain- lain. Dibalik ceiling perlu ada rongga guna keperluan pengontrolan-pengontrolan jika terjadi kerusakan pada instalasi- instalasi.

  7) Bentuk ceiling dalam suatu bangunan dapat memperlihatkan sifat- sifat (kesan-kesan) ruang tertentu, dengan membuat ketinggian atau garis-garis (material) serta struktur kesemuanya akan dinikmati langsung oleh penghuninya.

6. Elemen Pelengkap Pembentuk ruang

  a) Pintu

  Penempatan pintu berpengaruh pada sistem sirkulasi yang dipergunakan, pengarahan atau pembimbingan jalan. Bukaan pintu yang terletak pada atau berdekatan dengan sudut-sudut, dapat membuat jalur-jalur melintas di sisi ruangan. Menempatkan bukaan pintu beberapa kaki dari sudut memungkinkan perabot seperti unit penyimpanan ditempatkan menempel di sepanjang dinding. Keberadaan pintu juga dapat mengendalikan jalan keluar masuk cahaya, suara, udara, panas dan dingin. (Ching, 1996 : 112)

  b) Jendela

  Jendela adalah salah satu bukaan ruang yang berfungsi sebagai penghubung antara ruang dalam dan ruang luar baik secara visual maupun sebagai sirkulasi udara dan cahaya pada ruang tersebut. Susunan jendela yang kecil dan tinggi memberi kesan sesak mengakibatkan perasaan seakan-akan tersekap dalam sel tahanan. Lain halnya dengan jendela yang berukuran besar dan ditempatkan rendah akan memberikan perasaan bebas. (Wilkening, 1989: 43)

7. Interior Sistem

a) Pencahayaan

  Sistem Pencahayaan adalah bagaimana membuat benda-benda dalam ruang agar dapat tampak atau terlihat, sedangkan mengenai suasana (mood) tergantung dari fungsi ruang. Pencahayaan terbagi atas dua bagian yaitu :

  commit to user

  1) Pencahayaan Alami, Yaitu cahaya alam yang umum dimanfaatkan dalam desain ruang dalam, adalah sinar matahari.

  Pencahayaan alami didapat dari bukaan pintu dan jendela. Jendela tinggi dapat memberi cahaya baik hingga ke bagian dalam ruangan.

  2) Pencahayaan buatan, yaitu pencahayaan yang dibuat sendiri oleh manusia, seperti cahaya lilin dan cahaya lampu listrik.

  Cahaya (lighting) adalah factor penting lain dalam aspek visual. Cahaya yang penuh menambah kecerahan dan meningkatkan tingkat energi. Penempatan lampu secara tepat akan memberi efek tertentu, misalnya efek sejuk meski terang.

  Penataan cahaya yang tepat jugamembuat warna menjadi sedikit berubah dari aslinya. Hal inidiperlukan untuk bagian-bagian tertentu dalam gerai. Ukuran dan bentuk adalah faktor lain dalam aspek visual. (Ma’ruf, 2005 : 207)

b) Penghawaan

  Penghawaan juga terbagi menjadi 2, yaitu alami dan buatan, penghawaan alami dapat memanfaatkan sistem cross ventilation. Sedangkan penghawaan buatan dapat bersumber dari kipas atau AC. Dipasaran umum dikenal 3 (tiga) jenis AC yaitu:

  1) AC window. Umumnya dipakai pada perumahan dan dipasang

  pada salah satu dinding ruang dengan batas ketinggian yang terjangkau dan penyemprotan udara tidak menganggu si pemakai. 2)

  AC central biasa digunakan pada unit-unit perkantoran, hotel supermarket dengan pengkontrolan atau pengendalian yang dilakukan dari satu tempat. 3)

  AC split hampir sama bentuknya dengan AC window, bedanya hanya terletak pada konstruksi di mana alat condensator terletak di luar ruang.

  Pertimbangan pada penentuan jenis AC yang akan digunakan

  commit to user window lebih cocok untuk ruang kecil dan untuk menghemat energi bias dimatikan bilamana ruang tidak terpakai. Jenis AC split banyak disukai oleh karena kelembutan suara mesin yang tida bising sehingga menjamin ketenangan. (Suptandar, 1999 : 275)

c) Akustik

  Akustik merupakan unsur penunjang dalam sebuah disain, karena akustik memberi pengaruh luas dan dapat menimbulkan efek psikis dan emosional bagi orang yang mendengarnya. Pengendalian akustik yang baik membutuhkan penggunaan bahan dengan tingkat penyerapan yang tinggi seperti pada lapisan permukaan lantai, dinding, plafond, luas ruang, fungsi ruang, isi ruang, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak, karpet, udara di dalam ruang dan pengaruh lingkungan sekitarnya, akustik yang perlu diperhatikan dalam sebuah ruang untuk mampu meredam bunyi bising yang dit imbulkan dengan persyaratan tingkat kebisingan 60 dB. (Akustik Ling, 1985 : 33) 8.

   Furniture

  Disain perabot/furniture dibagi atas dua kategori yaitu :

  a) Furniture yang berbentuk case (kotak) termasuk meja, lemari dan kursi yang tidak mempunyai pelapis.

  b) Furniture yang termasuk sofa, kursi-kursi yang seluruhnya atau sebagian diberi pelapis termasuk perlengkapan tidur. (Suptandar,

  1982) Rak adalah komponen interior yang paling sering digunakan sebagai wadah penyimpanan atau display barang-barang dagangan. Bukan saja barang-barang tersebut harus dapat dijangkau secara antropometri, namun juga harus dapat dilihat dengan baik. Tinggi yang ditetapkan harus sesuai dengan jangkuan genggaman vertical serta t inggi mata.(Panero,

  commit to user

9. Dekorasi

  Unsur dekorasi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

  a) Benda pelengkap fungsional, dimana benda-benda yang digunakan untuk maksud-maksud tertentu seperti cermin, bantalan, vas bunga, lampu meja dan lainnya.

  b) Benda pelengkap dekoratif, dimana benda tersebut hanya menjadi benda dekorasi hanya karena keindahan saja seperti lukisan, patung, relief, potret, bunga / tanaman hias dan lainnya. (Suptandar, 1982 : 104)

  commit to user